MAHASISWA PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RSUP Dr. KARIADI SEMARANG 2020 Human Immunodeficiency Virus
Merupakan rotavirus yang menyerang limfosit sel T-
helper dan makrofag dimana sel-sel tersebut merupakan komponen system pertahanan tubuh ( Dipiro, 2019)
(Permenkes no 87 tahun 2016)
Stadium Klinis Infeksi HIV Menurut WHO (Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada orang Dewasa, 2011) Tuberculosis Adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang paru dan organ lainnya (Permenkes No. 67 tahun 2016).
Klasifikasi TB berdasarkan status HIV dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Pasien TB dengan HIV positif ( Pasien koinfeksi TB/HIV) adalah pasien TB dengan : • hasil tes HIV positif sebelumnya atau sedang mendapatkan ART atau • hasil tes pada saat diagnosis TB 2. Pasien TB dengan HIV negatif adalah pasien TB dengan: • Hasil tes HIV negatif sebelumnya • Hasil tes negatif pada saat diagnosis TB
(Pedoman Pengendalian Tuberkulosis, 2014)
PATOFISIOLOGI • Infeksi HIV terjadi melalui tiga jalur penularan: seksual, parenteral, dan perinatal • HIV ditemukan dalam sirkulasi darah 4 sampai 11 hari setelah paparan. • Virus tersebut pertama-tama menyerang limfosit T-Helper dan makrofag yang mempunyai reseptor CD4 dalam tubuh • HIV yang memasuki tubuh manusia mempunyai glikoprotein luar (gp160) yang pada permukaannya terdiri dari dua sub unit (gp120 dan gp41) yang memiliki afinitas terhadap reseptor CD4. • Sub unit (gp120) bertanggungjawab untuk mengikat CD4. Interaksi gp120 dan CD4 akan mendorong terjadinya ikatan lebih lanjut dengan reseptor kemokin yang bertindak sebagai coreseptor spesifik yaitu CXCR4 (X4) dan CCR5 (R5) (Nasronudin et al., 2007). • Setelah terjadi interaksi antara gp120 virus dengan reseptor CD4+ dan coreseptor CXCR4 serta CCR5 maka akan terjadi poses difusi HIV ke sel target. Proses difusi HIV ke dalam sel target memerlukan peran gp41 yang terdapat pada selubung virus karena gp41 berpengaruh terhadap penyatuan membran. Berikutnya seluruh komponen inti HIV masuk dan mengalami proses internalisasi materi genetik virus dan enzim yang diperlukan dalam proses replikasi (Dipiro et al., 2011). FAKTOR RESIKO HIV 1. Perilaku Meliputi : hubungan seksual, pemakaian kondom, kontal oral-anal, pria homoseksual. 2. Parenteral meliputi pemberian cairan ke dalam tubuh melalui pembuluh darah vena, seperti transfusi darah, pemakaian narkotika secara suntik. 3. Infeksi Menular Seksual (IMS), yaitu: riwayat penyakit infeksi bakteri/virus yang ditularkan melalui hubungan seksual yang pernah diderita responden, seperti sifilis, gonorrhea. TERAPI • Pengobatan antiretroviral merupakan bagian dari pengobatan HIV dan AIDS untuk mengurangi risiko penularan HIV, menghambat perburukan infeksi oportunistik, meningkatkan kualitas hidup penderita HIV, dan menurunkan jumlah virus (viral load) dalam darah sampai tidak terdeteksi. • Pengobatan antiretroviral diberikan kepada: a. penderita HIV dewasa dan anak usia 5 (lima) tahun ke atas yang telah menunjukkan stadium klinis 3 atau 4 atau jumlah sel Limfosit T CD4 kurang dari atau sama dengan 350 sel/mm3; b. ibu hamil dengan HIV; c. bayi lahir dari ibu dengan HIV; d. penderita HIV bayi atau anak usia kurang dari 5 (lima) tahun; e. penderita HIV dengan tuberkulosis; f. penderita HIV dengan hepatitis B dan hepatitis C; g. penderita HIV pada populasi kunci; h. penderita HIV yang pasangannya negatif; dan/atau i. penderita HIV pada populasi umum yang tinggal di daerah epidemi HIV meluas. Ada 4 golongan obat ARV, yaitu: 1. Nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NRTIs) 2. NNRTIs (Non Nucleotide reverse transcriptase inhibitor) 3.Protease Inhibitor (PI) 4. Fusion Inhibitor / Viral entri inhibitor (Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada orang Dewasa, 2011) Regimen pengobatan untuk HIV co Infeksi TB KASUS Seorang pasien atas nama Tn. P berusia 43 tahun, datang ke rumah sakit pada tanggal 23 februari 2020 dengan keluhan mual selama 7 hari, muntah, nafsu makan menurun, sariawan, nyeri menelan, sesak (+/-), BAK kadang tidak disadari, BAB tidak ada keluhan. Riwayat pengobatan TB dan HIV. Diagnosa awal HIV diseases resulting in mycobacterial infection. Analisis SOAP DATA SUBJEKTIF Lanjutan
Nyeri kepala - - - - - √ DATA OBJEKTIF Tanda Nilai Satuan Tanggal Pemeriksaan Klinis normal 23/2 24/2 25/2 26/2 27/2 28/2
Infus NaCl 0,9% 500 ml 30 tpm IV - - - √ √ - Inj Omeprazole 40 mg tiap 12 jam IV √ √ √ √ √ √ Inj 10 mg Tiap 12 jam IV √ √ √ √ √ √ Metoclopramide Cotrimoxazole 960 mg Tiap 24 jam PO - √ √ √ √ √ Nystatin drop 1 cc Tiap 8 jam PO √ √ √ √ √ √ N-asetilsistein 200 mg Tiap 8 jam PO √ √ √ √ √ √ Duviral 300 mg Tiap 12 jam PO √ √ √ √ √ √ (Zidovudine /150mg /Lamivudine) Efavirenz 600 mg Tiap 24 jam PO √ √ √ √ √ √ Thiamine (B1) 200 mg Tiap 24 jam PO - √ √ √ √ √ Pyridoxine 10 mg Tiap 24 jam PO - - √ √ √ √ (vitamin B6) Obat Dosis Aturan Rute Tanggal pemberian pakai 23/2 24/2 25/2 26/2 27/2 28
Thiamine (B1) 200 mg Tiap 24 jam PO - √ √ √ √ √
Pyridoxine (vitamin 10 mg Tiap 24 jam PO - - √ √ √ √ B6) Sianocobalamin 50 mcg tiap 8 jam PO - - - - - √ (Vitamin B12) Rifampisin 450 mg Tiap 24 jam P- - - - - - √
Isoniazid 300 mg Tiap 24 jam PO - - - - - √ Etambutol 1000 mg Tiap 24 jam PO - - - - - √ Fluconazole 150 mg Tiap 24 jam PO - - - √ √ √ Dipenhidramin 1 amp/ - - - √ √ √ pramed
Lansoprazol 30 mg Tiap 24 jam PO - - - √ - -
Paracetamol 500 mg Tiap 8 jam PO - - - - - √ ASSESMENT Subjektif Objektif Terapi Analisis DRP Plan Monitoring Mual Inj - Omeprazole - Mual muntah - Pemberian Mual Muntah omeprazole digunakan sebagai dimungkinkan metoklorpami 40 mg tiap stress ulcer, terjadi akibat d 10 mg/ 8 muntah 12 jam omeprazole mampu penggunaan ARV jam mencegah kerusakan mukosa dari asam lambung dan mampu menghambat produksi asam lambung yang berlebih dari sel parietal lambung (Guariso dan Gasparetto, 2012). Inj Untuk mengatasi mual Dosis metoklopra muntah pada gangguan metoklorpamid mid10 mg saluran cerna dan pada perlu dinaikkan tiap 12 jam pengobatan menjadi 3 kali sehari Subjektif Objekti Plan Monitoring Terapi Analisis DRP f Cotrimoxaz sebagai antibiotic Interaksi obat: ole 960 mg profilaksis untuk - Kotrimoxazole tiap 24 jam mencegah terjadinya IO (trimetoprim) seperti infeksi PCP (P. meningkatkan efek Carinii pneumonia) dan dari lamivudin oleh toxoplasmosis pada kompetisi obat pasien HIV ditubulus ginjal. (Kementerian Interaksi ini Kesehatan, 2011; ) berpotensi meningkatkan toksisitas (medscape).
Sariawan Nystatin Mengobati candidiasis Dosis obat kurang: Dosis nystatin drop yang umum timbul pada pemberian Nystatin perlu 1 cc tiap 8 pasien HIV perlu ditingkatkan tiap ditingkatkan jam 6 jam/ hari (Dipiro, tiap 6 jam 2015) Fluconazol Mengobati candidiasis Duplikasi obat Penggunaan kekambuhan 150 mg/24 yang umum timbul pada Dosis flukonazol flukonazol jam pasien HIV (Pons, dkk., kurang lebih efektif 1996) dibandingkan dengan nystatin untuk mengobati candidiasis
pada pasien HIV ( Dosis Subjektif Plan Monitoring Objektif Terapi Analisis DRP Lemas, nafsu Infus RL Memenuhi kebutuhan - - makan Infus NaCl nutrisi menurun HIV CD4 : 41 Duviral Pengobatan lini pertama Interaksi antara Tidak diberikan secara Kadar Hb akibat (zidovudine/la untuk dewasa yang cotrimoksazol dan bersamaan atau diatur jarak penggunaan mivudine) 300 terinfeksi HIV TB lamivudine : waktu pemberian obat, zidovudin mg/ 150 mg cotrimoksazol dengan tidak mengubah tiap 12 jam dapat menurunkan jadwal pemberian obat ARV (sudah sesuai) clereance lamivudine sehingga terjadi peningkatan konsentarsi serum lamivudine
Efavirenz 600 Pengobatan lini pertama Interaksi obat: Pemberian efavirenz dan Toksisitas mg tiap 24 untuk dewasa yang - Efavirenz dan lamivudin tidak dalam waktu system syaraf jam terinfeksi HIV TB lamivudin: bersamaan (diberi jeda pusat persisten keduanya waktu) sehingga dapat ( mimpi buruk, meningkatkan menghindari resiko sindrom depresi, bingung, resiko sindrom halusinasi) rekonstitusi imun Hepatotoksisk rekonstitusi imun ( jika nilai SGOT (Medscape).. meningkat 3 kali) - Efavirenz dan rifampisin : rifampisisn menurunkan kadar efek efavirenz dengan mengaktifan enzim metabolisme hati/usus CYP3A4 (Medscape) Subjektif Objektif Terapi Analisis DRP Plan Monitoring Rifampisin 450 Pengobatan Dosis : 600 mg tiap 24 jam Tuberculosis Isoniazid 300 Pengobatan Dosis : 300 mg mg tiap 24 jam Tuberculosis (sudah sesuai) (WHO, 2009) Etambutol 1000 Pengobatan mg tiap 24 jam Tuberculosis Nyeri kepala Paracetamol 500 Analgetik - Metoclopramide Pemberian VAS mg meningkatkan diberi jeda level acetaminophen dengan meningkatkan penyerapan GI (medscape) Thiamine - Cotrimoxazole (vitamin B1) (Trimethoprim 50 mg dan sulfametoxazole) akan menurunkan level atau efek tiamin dengan mengubah flora usus (medscape) Subjektif Plan Monitoring Objektif Terapi Analisis DRP
Piridoxin Untuk mengatasi - Cotrimoxazole
(vitamin B6) 10 kram akibat (Trimethoprim mg penggunaan dan isoniazid sulfametoxazole) akan menurunkan level atau efek pyridoksin dengan mengubah flora usus (medscape) Sianokobalamin - Zidovudine (vitamin B12) 50 menurunkan mcg kadar cyanocobalamin melalui mekanisme interaksi yang tidak ditentukan (medscape). - omeprazole menurunkan kadar cyanocobalamin dengan menghambat penyerapan GI (medscape) PLAN • Monitoring • Monitoring bila terjadi anemia (Hb,hematokrit, Eritrosit, MCV,MCH,MCHC, ) • Monitoring mual muntah (elektrolit : Na, K, Cl, Ca) • Monitoring toksisitas hepar (SGOT, SGPT) • Monitoring kadar asam urat KESIMPULAN HIV merupakan rotavirus yang menyerang limfosit sel T- helper dan makrofag dimana sel-sel tersebut merupakan komponen system pertahanan tubuh. TB merupakan infeksi oportunistik yang paling umum pada individu dengan HIV positif, dan menjadi penyebab kematian terbanyak pada penderita dengan AIDS. Pemberian terapi ART dan OAT pada pasien HIV koinfeksi TB harus dipantau terkait efek samping dan interaksi obat DAFTAR PUSTAKA • Dipiro, J. T. et al., 2011. Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach. 8th ed. USA: Mc.Graw Hills Companies. • Kemenkes RI, 2011. Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral. • Kemenkes RI, 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2018 Tentang Penanggulangan Pengobatan ARV. • Kemenkes RI, 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2016 Tentang Penanggulangan Tuberkulosis. • Pons,dkk. 1996. Oropharyngeal Candidiasis in Patients with AIDS: Randomized Comparison of Fluconazole Versus Nystatin Oral Suspensions