Anda di halaman 1dari 26

KELOMPOK 4

RAMADHAYANTI SAFITRI H1A114059


M. DZULFI KHAIRIANNOR H1A114201
ABDY HERWANDY H1A114209
STACIA ANDANI IZZATI H1A114249
SEJARAH,
MANFAAT, DAN
POTENSI PASANG
SURUT
PASANG SURUT AIR LAUT

Peristiwa naik atau turunnya air laut dari keadaan


normal (garis pantai) disebut dengan pasang atau
surut. Air laut mengalami pasang surut sebanyak dua
kali dalam satu hari. Peristiwa ini terjadi akibat adanya
pengaruh gaya gravitasi bulan dan matahari.Karena
jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke
bumi, maka gaya gravitasi bulan memiliki pengaruh
yang lebih besar daripada gravitasi matahari terhadap
peristiwa pasang surut ini.
Pasang laut terjadi akibat gravitasi bulan yang
menyebabkan lautan akan tertarik sehingga
menimbulkan air pasang. Ketika jarak Bumi dan Bulan
menjauh, gaya gravitasi Bulan akan menurun. Hal ini
mengakibatkan laut akan surut.
Menurut Dronkers (1964) pasang surut laut merupakan
suatu fenomena pergera kan naik turunnya permukaan air laut
secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi
dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama
oleh matahari, bumi dan bulan.
Pasang surut yang terjadi di bumi ada tiga jenis yaitu:
1.      Pasang surut atmosfer (atmospheric tide),
2.      Pasang surut laut (oceanic tide) dan
3.      Pasang surut bumi padat (tide of the solid earth).
TEORI PASANG SURUT
A. Teori Kesetimbangan (Equilibrium Theory)
Teori kesetimbangan pertama kali diperkenalkan oleh
Sir Isaac Newton (1642-1727).  Teori ini menerangkan
sifat-sifat pasut secara kualitatif.  Teori terjadi pada bumi
ideal yang seluruh permukaannya ditutupi oleh air dan
pengaruh kelembaman (Inertia) diabaikan. Teori ini
menyatakan bahwa naik-turunnya permukaan laut
sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut (King,
1966).  Untuk memahami gaya pembangkit passng surut
dilakukan dengan memisahkan pergerakan sistem bumi-
bulan-matahari menjadi 2 yaitu, sistem bumi-bulan dan
sistem bumi matahari.
B. Teori Pasut Dinamik (Dynamical Theory)

Pond dan Pickard (1978) menyatakan bahwa dalam teori ini lautan
yang homogen masih diasumsikan menutupi seluruh bumi pada kedalaman
yang konstan, tetapi gaya-gaya tarik periodik dapat membangkitkan
gelombang dengan periode sesuai dengan konstitue-konstituennya. 
Gelombang pasut yang terbentuk dipengaruhi oleh GPP, kedalaman dan
luas perairan, pengaruh rotasi bumi, dan pengaruh gesekan dasar. Teori ini
pertama kali dikembangkan oleh Laplace (1796-1825). Teori ini melengkapi
teori kesetimbangan sehingga sifat-sifat pasut dapat diketahui secara
kuantitatif.  Menurut teori dinamis, gaya pembangkit pasut menghasilkan
gelombang pasut (tide wive) yang periodenya sebanding dengan gaya
pembangkit pasut.  Karena terbentuknya gelombang, maka terdapat faktor
lain yang perlu diperhitungkan selain GPP.
         Menurut Defant (1958), faktor-faktor tersebut adalah :
1)  Kedalaman perairan dan luas perairan
2)  Pengaruh rotasi bumu (gaya Coriolis)
3) Gesekan dasar  
FAKTOR PENYEBAB PASANG SURUT

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pasang


surut berdasarkan  teori kesetimbangan adalah rotasi
bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadap matahari,
revolusi bumi terhadap matahari.  Sedangkan berdasarkan
teori dinamis adalah kedalaman dan luas perairan,
pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dan gesekan dasar.
Selain itu juga terdapat beberapa faktor lokal yang dapat
mempengaruhi pasut disuatu perairan seperti, topogafi
dasar laut , lebar selat, bentuk teluk, dan sebagainya,
sehingga berbagai lokasi memiliki ciri pasang surut yang
berlainan (Wyrtki, 1961).
Berdasarkan faktor pembangkitnya, pasang surut dapat
dibagi dalam dua kategori yaitu: pasang purnama (pasang
besar, spring tide) dan pasang perbani (pasang kecil, neap
tide).
a.    Pasang laut purnama (spring tide)
Terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada dalam
suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang
tinggi yang sangat tinggi dan pasang rendah yang sangat
rendah. Pasang laut purnama ini terjadi pada saat bulan
baru dan bulan purnama.
b.    Pasang laut perbani (neap tide)
Terjadi ketika bumi, bulan dan matahari membentuk sudut
tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang naik yang
rendah dan pasang surut yang tinggi. Pasang laut perbani ini
terjadi pada saat bulan seperempat dan tigaperempat.
TIPE PASANG SURUT
Menurut Dronkers (1964), ada tiga tipe pasut yang
dapat diketahui, yaitu :
A.    Pasang Surut Diurnal
Yaitu bila dalam sehari terjadi satu satu kali pasang dan
satu kali surut.  Biasanya terjadi di laut sekitar katulistiwa.
B.    Pasang Surut Semi Diurnal
Yaitu bila dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua
kali surut yang hampir sama tingginya.
C.    Pasang Surut Campuran
Yaitu gabungan dari tipe 1 dan tipe 2, bila bulan
melintasi khatulistiwa (deklinasi kecil), pasutnya bertipe
semi diurnal, dan jika deklinasi bulan mendekati
maksimum, terbentuk pasut diurnal.
PASANG SURUT DI INDONESIA
 Menurut Wyrtki (1961), pasang surut di Indonesia dibagi
menjadi 4 yaitu :
a.    Pasang surut harian tunggal (Diurnal Tide)
Merupakan pasut yang hanya terjadi satu kali pasang
dan satu kali surut dalam satu hari, ini terdapat di Selat
Karimata
b.    Pasang surut harian ganda (Semi Diurnal Tide)
Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua
kali surut yang tingginya hampir sama dalam satu hari, ini
terdapat di Selat Malaka hingga Laut Andaman.
c.    Pasang surut campuran condong harian tunggal (Mixed
Tide, Prevailing Diurnal) 
Merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali
pasang dan satu kali surut tetapi terkadang dengan dua kali
pasang dan dua kali surut yang sangat berbeda dalam tinggi
dan waktu, ini terdapat di Pantai Selatan Kalimantan dan
Pantai Utara Jawa Barat.
d.    Pasang surut campuran condong harian ganda (Mixed
Tide, Prevailing Semi Diurnal)
Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua
kali surut dalam sehari tetapi terkadang terjadi satu kali
pasang dan satu kali surut dengan memiliki tinggi dan waktu
yang berbeda, ini terdapat di Pantai Selatan Jawa dan
Indonesia Bagian Timur
MANFAAT PASANG SURUT AIR
Secara umum pasang surut air memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Dapat digunakan sebagai sumber tenaga listrik;
2. Dapat digunakan sebagai transportasi perairan, seperi pelayaran
kapal dan perahu nelayan;
3. Dapat digunakan untuk pembuatan garam;
4. Dapat dimanfaatkan sebagai wisata air ataupun olahraga air,
seperti surfing.
MANFAAT PASANG SURUT UNTUK PERTANIAN

Lahan rawa pasang surut di Indonesia mulai


memperoleh perhatian, kajian dan garapan secara serba
cukup (comprehensive) sebagai suatu sumber daya pada
tahun 1968. Kepedulian ini dibangkitkan oleh persoalan
yang sangat mendesak akan pemenuhan kebutuhan beras
yang terus meningkat.
Usaha penyawahan lahan rawa pasang surut
sebetulnya bukanlah hal baru. Orang-orang bugis sejak
puluhan tahun sebelumnya telah menyawahkannya
diberbagai tempat di pantai timur Sumatra dan di pantai
selatan Kalimantan dengan beraneka tingkat keberhasilan.
Dengan teknik tradisional sederhana, mereka dapat
membuka persawahan, meskipun dengan hasil panen dn
indeks pertanaman rendah menurut ukuran sekarang.
Jauh sebelum tahun 1968 perhatian para pakar pada
lahan rawa pantai, khususnya yang bergambut, tidaklah
dapat dikatakan langka. Hutan gambut tropika pertama kali
ditemukam didataran pantai timur Sumatera, meliputi wilayah
sangat luas, pada tahun 1895. Kemudian peninjauan,
eksplorasi dan sigi (survey) berlanjut antara tahun 1930an
dan 1950an di daerah-daerah pantai timur Sumatera dan
pantai barat dan selatan Kalimantan. Akan tetapi minat para
pakar waktu itu baru terbatas pada pengenalan dan
pembandingannya dengan yang ditemukan di kawasan iklim
sedang dan dingin berkenaan dengan ekologi, susunan flora,
dan sifat-sifatnya. Perhatian mereka belum tertuju pada
potensi pengembangannya untuk tujuan produktif. Hanya
secara selintas dikemukakan bahwa lahan rawa gambut
sebaiknya didiamkan saja karena potensi pertaniannya
rendah
Pandangan ini berkembang dengan pengenalan lebih
jauh. Pada tahun 1970an kebanyakan para pakar tanah
negara barat, khususnya dari Belanda, sangat
menyangsikan potensi lahan rawa pasang surut untuk
dikembangkan bagi tujuan pertanian. Pendapat ini mereka
dasarkan atas sejumlah fakta yang mereka tafsirkan
sebagai kendala berat berkenaan dengan hidrologi, gambut
tebal, amblesan (subsidence), potensi membentuk tanah
sulfat masam, konsistensi tanah rendah, pelindian hara oleh
gerakan pasang surut air, penyusupan air laut, dan
keterjangkauan (accessibility).
MANFAAT LAHAN PASANG SURUT UNTUK PERTANIAN

Berbagai hasil penelitian dan pengalaman


memperlihatkan bahwa lahan pasang surut memiliki
prospek yang besar untuk dikembangkan menjadi areal
produksif tanaman pangan untuk mendukung peningkatan
ketahanan pangan dan bahkan untuk diversifikasi produksi
dan pengembangan agroindustri serta pengembangan
agribisinis dan lapangan kerja (Ismail et al., 1993).
Manfaat pasang surut untuk pertanian antara lain
sebagai berikut:
1. Memanfaatkan lahan yang diperkirakan tidak dapat
digunakan oleh lahan pertanian;
2. Penggarapan lahan pasang surut menjadikan lahan
subur bagi berbagai tanaman budidaya, seperti padi;
3. Adanya perluasan wilayah pasang surut yang
disebabkan karena pendangkalan di tepian rawa,
sehingga wilayah rawa menyempit. Hal ini dapat
dipercepat dengan kebiasaan membuang limbah sisa
panen (jerami) ke dalam rawa;
4. Risiko kegagalan panen dapat dikurangi;
5. Stabilitas produksi dan pendapatan usaha tani
meningkat.
Pada pemanfaatan lahan rawa pasang surut
sebagai lahan pertanian, lahan tersebut harus diolah
sedemikian rupa agar dapat menjadi tempat budidaya
tanaman baik.
Faktor-faktor yang perlu diketahui untuk
pengembangan lahan ini antara lain sebagai berikut:
1. Jenis/karakteristik lahan;
2. Tipe luapan air pasang surut;
3. Penataan lahan pasang surut;
4. Varietas tanaman.
POTENSI LAHAN PASANG SURUT UNTUK PERTANIAN

Lahan rawa pasang surut mempunyai potensi cukup besar


untuk dikembangkan menjadi lahan pertanian berbasis tanaman
pangan dalam menunjang ketahanan pangan nasional. Lahan
pasang surut Indonesia cukup luas sekitar 20,1 juta ha dan 9,3
juta diantaranya mempunyai potensi untuk pengembangan
tanaman pangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lahan
rawa ini cukup potensial untuk usaha pertanian baik untuk
tanaman pangan, perkebunan, hortikultura maupun usaha
peternakan. Kedepan lahan rawa ini menjadi sangat strategis
dan penting bagi pengembangan pertanian sekaligus
mendukung ketahanan pangan dan usaha agribisnis. Sebagai
lahan marginal, memanfaatkan lahan rawa pasang surut untuk
usaha pertanian memang tidak semudah memanfaatkan lahan-
lahan subur yang selama ini banyak dimanfaatkan untuk usaha
pertanian seperti lahan irigasi dan lainnya.
Sumber:
Civil Engineers,”Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut Untuk
Pertanian”,http://www.fadlysutrisno.wordpress.com/2010/07/16. (Diakses
tanggal 15 Februari 2016, Pukul 21.00 WITA)

Dunia Geografi, “Pasang Surut dan


Gelombang”,http://www.darnygeocli.blogspot.co.id/2013. (Diakses tanggal 14
Februari 2016, Pukul 09.40 WITA)

Dunia Pendidikan,” Faktor Penyebab Proses Terjadinya Pasang Surut Air


Lengkap”,http://www.duniapendidikan.net/2016. (Diakses tanggal 14 Februari
2016, pukul 09.40 WITA)

Tugas Sekolah,”Penyebab Pasang Surut Air


Laut”,http://www.tugassekolah123.blogspot.co.id/2013. (Diakses tanggal 14
Februari 2016, Pukul 09.50 WITA)
Sumber:
Bio P2000z,”Pertanian Di Lahan Pasang Surut”,
http://www.m.facebook.com/bio-p2000z/ pertanian di lahan
pasang surut. (Diakses tanggal 15 Februari 2016, Pukul 21.00
WITA)

Anda mungkin juga menyukai