Anda di halaman 1dari 21

VAKSIN

KELOMPOK 14
TETANUS
ANNISA RIZKI 1711011008
DIRA AULIA KAREN 1711012002
QANITA RAMADHANI 1711012016
SUTI NUR FAJRIANTHI 1711013036
TETANUS
Tetanus adalah penyakit neurologis dengan tanda utama
kekakuan otot (spasme) tanpa disertai gangguan
kesadaran.

Gejala ini bukan secara langsung, tetapi sebagai


dampak eksotoksin (tetanospasmin), suatu toksin
protein yang kuat yang dihasilkan oleh Clostridium
tetanipada sinaps ganglion sambungan tulang
belakang, sambungan neuro muscular (neuro
muscular junction) dan saraf otonom.
VAKSIN TETANUS
Vaksin tetanus adalah imunisasi yang dilakukan untuk mencegah infeksi bakteri
penyebab tetanus. Pada individu yang menunjukkan gejala-gejala awal tetanus
atau pada mereka yang status imunisasinya tidak diketahui, tetanus imunoglobulin
(ITG) diberikan kedalam otot disekitar luka dengan sisa dosis yang diberika
kepada pasien. Upaya pencegahan dengan pemberian vaksin tetanus sangat
efektif dan selam ini sering dilakukan selain upaya pengobatan tetanus.
Vaksin tetanus diberikan kepada mereka yang rentan terinfeksi tetanus. Sebelum
pemberian imunisasi vaksin tetanus, perlu pemberitahuan dokter pada orang
penderita penyakit yang mempengaruhi sistem kekebalan tubuh (HIV/AIDS),
sedang mengkonsumsi obat yang mempengaruhi kekebalan tubuh, penderita
kanker atau menerima pengobatan kanker, juga keadaan-keadaan lain. Hal ini
sangat penting karena pada beberapa orang tidak bisa diberikan vaksin tetanus.
Patogenesis
Manifestasi Klinis

Variasi masa inkubasi sangat lebar berkisar


5-14 hari.Makin lama masa inkubasi, gejala
yang timbul makin ringan.Derajat berat
penyakit selain berdasarkan gejala klinis
yang tampak juga dapat diramalkan dari lama
masa inkubasi atau lama period of onset.
GEJALA TETANUS

Kekakuan dimulai
pada otot setempat Kesukaran menelan
atau trismus

Kaku kemudian
menjalar ke seluruh gelisah, mudah
tubuh, tanpa disertai terangsang
gangguan kesadaran.
Kekakuan tetanus sangat
khas, yaitu fleksi kedua nyeri anggota badan
lengan dan ekstensi pada sering merupakan
kedua kaki, fleksi pada gejala dini
kedua kaki, tubuh kaku
melengkung bagai busur.
Ada 4 bentuk klinik dari tetanus, yaitu:

1. Localized tetanus
Pada tetanus lokal dijumpai adanya kontraksi otot yang persisten, pada daerah tempat
dimana luka terjadi.Hal ini tanda dari tetanus lokal.Kontraksi otot tersebut biasanya ringan,
bisa bertahan dalam beberapa bulan tanpa progres dan biasanya menghilang secara
bertahap.

2. Chepalic Tetanus
Cephalic tetanus adalah bentuk yang jarang dari tetanus.Masa inkubasi berkisar 1-2 hari,
yang berasal dari otitis media kronik (seperti dilaporkan di India), luka pada daerah muka
dan kepala, termasuk adanya benda asing dalam rongga hidung.Tetanus sefalik dicirikan
oleh lumpuhnya saraf kranial VII yang paling sering terlibat.

3.Generalized tetanus
a. Ini bentuk yang sering, sering menyebabkan komplikasi yang tidak dikenal beberapa
tetanus lokal oleh karena gejala timbul secara diam-diam.
b. Trismus merupakan gejala utama dan bersamaan dengan kekakuan otot leher yang
menyebabkan kaku kuduk dan kesulitan menelan.
c. Gejala lain berupa :
risus sardonicus
opistotonus dan kejang dinding perut.
Spasme dari laring dan otot-otot pernafasan bisa menimbulkan sumbatan saluran nafas,
sianosis, dan asfiksia.
4. Tetanus
neonatorum
Tetanus yang terjadi pada bayi baru lahir, disebabkan adanya infeksi tali pusat, umumnya
karena teknik pemotongan tali pusat yang aseptik dan ibu yang tidak mendapat imunisasi
yang adekuat.

Gejala yang sering timbul adalah ketidakmampuan untuk menetek, kelemahan, irritable
diikuti oleh kekakuan dan spasme.Posisi tubuh klasik yaitu trismus, opistotonus yang berat
dengan lordosis lumbal.
Bayi mempertahankan ekstremitas atas fleksi pada siku dengan tangan mendekap dada,
pergelangan tangan fleksi, jari mengepal, ekstremitas bawah hiperekstensi dengan
dorsofleksi pada pergelangan dan fleksi jari-jari kaki.

Kematian biasanya disebabkan henti nafas, hipoksia, pneumonia, kolaps sirkulasi, dan
kegagalan jantung paru.
PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN
FISIK

1.Trismus
Adalah kekakuan otot maseter
sehingga sukar membuka mulut. Pada
neonates kekakuan ini menyebabkan
mulut mencucu seperti mulut ikan
sehingga bayi tidak dapat menetek.
Secara klinis untuk menilai kemajuan
kesembuhan, lebar bukaan mulut diukur
setiap hari.
2. Risus sardonikus

Akibat spasme otot muka, sehingga


tampak dahi mengkerut, alis tertarik ke
atas, mata agak tertutup, sudut mulut
tertarik ke luar dan ke bawah, bibir
tertekan kuat pada gigi.
3. Opistotonus

Adalah kekakuan otot yang menunjang


tubuh seperti otot punggung, otot leher
(kaku kuduk), otot badan, .Kekakuan yang
sangat berat dapat menyebabkan tubuh
melengkung seperti busur.

4. Ketegangan otot dinding perut sehingga


dinding perut seperti papan.

5. Kejang umum

6. Asfiksia dan sianosis

7. Gangguan saraf autonom


Uji spatula, dilakukan
dengan menyentuh dinding
posterior faring
menggunakan alat dengan
ujung yang lembut dan
(
steril.
(+) terjadi kontraksi
rahang involunter
(-) berupa Nilai hitung
refleks muntah
Pemeriksaan kultur C. (menggigit spatula) leukosit dapat
Tetani pada luka normal atau tinggi.

PEMERIKSAAN
PENUNJANG

Kadar enzim otot Kadar antitoksin di


(kreatin kinase, dalam darah 0,01
aldolase) di dalam U/mL atau lebih,
darah dapat dianggap sebagai
imunisasi dan bukan
meningkat.
tetanus.
FARMAKOTERAPI
ANTIBIOTIKA
-Metronidazole diberikan secara iv dengan dosis inisial 15 mg/kgBB
dilanjutkan dosis 30 mg/kgBB/hari setiap 6 jam selama 7-10 hari.
-Sebagai lini kedua dapat diberikan penicillin procain 50.000-
100.000 U/kgBB/hari selama 7-10 hari, jika hipersensitif terhadap
penicillin dapat diberi tetracycline 50 mg/kgBB/hari (untuk anak
berumur lebih dari 8 tahun).
Sampai saat ini, pemberian penicillin G 100.000U/kgBB/hari iv,
setiap 6 jam selama 10 hari direkomendasikan pada semua kasus
tetanus. Sebuah penelitian menyatakan bahwa penicillin berperan
sebagai agonis terhadap tetanospasmin dengan menghambat
pelepasan asam aminobutirat gama (GABA).
ANTITOKSIN
◦ Antitoksin harus diberikan untuk menetralkan toksin-toksin yang belum berikatan.
Setelah evaluasi awal, human tetanus immunoglobulin (HTIG) segera diinjeksikan
intramuskuler dengan dosis total 3.000-10.000 unit, dibagi tiga dosis yang sama dan
diinjeksikan di tiga tempat berbeda. Rekomendasi British National Formulary adalah
5.000-10.000 unit intravena. Untuk bayi, dosisnya adalah 500 IU intramuskular dosis
tunggal.
◦ Sebagian dosis diberikan secara infiltrasi di tempat sekitar luka.hanya dibutuhkan
sekali pengobatan karena waktu paruhnya 25-30 hari. Makin cepat pengobatan
diberikan, makin efektif. Kontraindikasi HTIG adalah riwayat hipersensitivitas
terhadap imunoglobulin atau komponen human immunoglobulin sebelumnya;
trombositopenia berat atau keadaan koagulasi lain yang dapat merupakan
kontraindikasi pemberian intra muskular. Bila tidak tersedia maka digunakan ATS
dengan dosis 100.000-200.000 unit diberikan 50.000 unit intra-muskular dan 50.000
unit intravena pada hari pertama, kemudian 60.000 unit dan 40.000 unit
intramuskuler masing-masing pada hari kedua dan ketiga
◦ Setelah penderita sembuh, sebelum keluar rumah sakit harus diberi immunisasi aktif
dengan toksoid,
OBAT SUPORTIF(MEDIKA MENTOSA LAINNYA)

◦ Diazepam efektif mengatasi spasme dan hipertonisitas tanpa menekan pusat kortikal.
Dosis diazepam yang di-rekomendasikan adalah 0,1-0,3 mg/kgBB/kali dengan interval 2-4
jam sesuai gejala klinis, dosis yang direkomendasikan untuk usia <2 tahun adalah 8
mg/kgBB/hari oral dalam dosis 2-3 mg setiap 3 jam
◦ Spasme harus segera dihentikan dengan diazepam 5 mg per rektal untuk berat badan <10
kg dan 10 mg per rektal untuk anak dengan berat badan ≥10 kg, atau diazepam intravena
untuk anak 0,3 mg/kgBB/kali.
◦ Setelah spasme berhenti, pemberian diazepam dilanjutkan dengan dosis rumatan sesuai
keadaan klinis. Alternatif lain, untuk bayi (tetanus neonatorum) diberikan dosis awitan
0,1-0,2 mg/kgBB iv untuk menghilangkan spasme akut, diikuti infus tetesan tetap 15-40
mg/kgBB/hari diturunkan bertahap 5-10 mg/hari dan dapat diberikan melalui pipa
orogastrik. Dosis maksimal adalah 40 mg/kgBB/hari
◦ Tambahan efek sedasi bisa didapat dari barbiturate khususnya phenobarbital dan
phenotiazine seperti chlorpromazine, penggunaannya dapat menguntungkan pasien dengan
gangguan otonom.
◦ Phenobarbital diberikan dengan dosis 120-200 mg intravena, dan diazepam dapat
ditambahkan terpisah dengan dosis sampai 120 mg/hari. Chlorpromazine diberikan setiap
4-8 jam dengan dosis dari 4-12 mg bagi bayi sampai 50-150 mg bagi dewasa
Terapi Non Farmakologi
◦Melakukan eksplorasi dan debridemen secara menyeluruh pada luka
yang dicurigai
◦Pasien ditempatkan diruang terpiah yang sunyi dan terhindar dari
stimulus cahaya(ruangan gelap) dan pengunjung yang dibatasi
◦pada kasus tetanus dengan gagal nafas dan membutuhkan ventilasi
mekanik pasien dirawat di ICU.Tindakan trakeostomi terkadang harus
dilakukan apabila terjadinya endotrakeal yang merangsang spasme
saluran nafas atas
◦Diet pada pasien dianjurkan menggunakan pipa nasogastrik dan
diberikan diet tinggi kalori
◦Terapi cairan juga harus adekuat akibat metabolisme tubuh yang
meningkat.
CONTOH KASUS
◦ Identitas Pasien
 Usia : 65 tahun
 Pekerjaan : Petani
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Pendidikan : Tamat SD
◦ Keluhan : mulut terasa kaku, tidak dapat dibuka sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit (RS).
Nyeri tenggorokan, sulit menelan, perut terasa tegang, nyeri punggung dan pinggang, sulit
berjalan serta lemas. Keluhan dirasakan mendadak dan makin memberat. Pasien merasa nyeri
kepala dan silau di ruangan terang. Keluhan keluar banyak air liur, berkeringat, berdebar-debar,
serta kejang disangkal
◦ Riwayat Penyakit Sekarang
 Sekitar 2 minggu sebelum masuk RS, pasien tertusuk kayu di kebun. Kayu tertancap di telapak
kaki kiri cukup dalam, sehingga keluar darah. Kayu tersebut tidak berhasil dikeluarkan
 Telapak kaki bengkak, kemerahan, namun tidak terlalu nyeri
 2 hari sebelum masuk RS, pasien merasa mulut terasa kaku sehingga sulit dibuka
◦ Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat penyakit dahulu seperti tekanan darah tinggi, kencing manis, ataupun kolesterol
tinggi disangkal.
◦ Riwayat Penyakit Keluarga : -
◦ Riwayat Pengobatan
 Selama 1 minggu luka diolesi dengan obat yang terbuat dari sabut kelapa dan minyak
kelapa, dibungkus rapat; obat diganti setiap hari
 Sekitar 7 hari sebelum masuk RS, kayu keluar sendiri dari telapak kakinya, kemudian
pengobatan dilanjutkan dengan povidone iodine
◦ Riwayat Imunisasi
 Tidak ada riwayat imunisasi tetanus dalam 10 tahun terakhir
◦ Status Generalis
 Tekanan darah : 130/80 mmHg
 Nadi : 80 kali/menit
 Suhu : 370C
 Pernapasan : 28 kali/menit
 Luka berbentuk garis lurus sepanjang 4-5 cm di telapak kaki kiri dengan dasar jaringan
subkutan dan tampak kering
 Didapatkan meningismus, risus sardonikus, trismus ½ cm, rigiditas otot perut (perut
papan), serta opistotonus
 Uji spatula positif
Pemeriksaan nervus kranialis dalam batas normal
 Pemeriksaan sensoris raba, tekan, dan nyeri dalam batas normal
 Pemeriksaan motorik mendapatkan tonus tungkai bawah proksimal spastik, eutrofi,
kekuatan motorik dalam batas normal
 Refleks fisiologis dalam rentang normal dan refleks patologis Babinski negatif
 Pemeriksaan laboratorium darah lengkap dalam batas normal
 Pada pemeriksaan didapatkan GCS (Glascow Coma Scale) E4M6V5
◦ Diagnosis : tetanus generalisata
◦ Penatalaksanaan
 Farmakoterapi
 terapi infus NaCl 0,9%:D5% 1:1, 32 tetes per menit (tpm)
 drip diazepam 40 mg dalam NaCl 0,9% 8 tpm
 tetanus imunoglobulin masing-masing 750 IU IM pada 4 lokasi, yaitu lengan kanan,
lengan kiri, tungkai kanan, dan tungkai kiri
 ceftriaxone 2x1 gram intravena
 metronidazole 3x500 mg intravena
◦ Assesment
 Belum mendapatkan vaksin tetanus selama 10 tahun
 Antitoksin diberikan untuk menginaktivasi toksin tetanus bebas, sedangkan toksin yang
sudah berada di saraf terminal tidak dapat ditangani dengan antitoksin. Oleh karena itu,
gejala otot dapat tetap berkembang karena toksin tetanus berjalan melalui akson dan
trans-sinaps serta memecah VAMP
◦ Planning
 Berikan vaksin dosis kedua 1-2 bulan setelah dosis pertama dan dosis ketiga 6-12 bulan
setelahnya
 Pasien yang baru sembuh dari tetanus, tetap memerlukan vaksin tetanus pada fase
konvalesen

Anda mungkin juga menyukai