Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN

KASUS

Sindrom Obstruksi Pasca


Tuberkulosis
+ PNEUMONIA
Okta Isviyanti
712018074

PEMBIMBING :
dr. Adhi Permana, Sp.PD
LAPORAN KASUS
01 PENDAHULUAN

02 LAPORAN KASUS

03 TINJAUAN PUSTAKA

04 ANALISIS KASUS

05 SIMPULAN
BAB I
PENDAHULUAN
WHO 2010 : >2 miliar penduduk Tuberkulosis 2009  660 ribu kasus TB di
dunia yang terinfeksi Indonesia (430.000 kasus baru
Mycobacterium tuberculosis. & jumlah kematian akibat TB 
2009 14 juta kasus TB di dunia 61 ribu kasus
(9,4 jt kasus baru,jumlah
kematian  1,7 juta kasus)

Asia Tenggara  jumlah


terbesar kasus TB dan kematian
akibat TB
2009  5 juta kasus (3,3 jt
kasus baru & jumlah kematian
480.000 kasus)
Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis
SOPT

Gangguan faal paru akibat proses tuberkulosis paru berupa kelainan


restriksi dan obstruksi telah banyak diteliti; kelainan yang bersifat
obstruksi dan menetap akan mengarah pada terjadinya SOPT

SOPT masih sering ditemukan dan dapat mengganggu kualitas hidup


pasien, serta berperan sebagai penyebab kematian sebesar 15%
setelah durasi 10 tahun.

Fase awal kebanyakan sirosis hepatis tidak


menunjukkan gejala-gejala klinis.
Destruksi
parenkim paru
Deteksi dini SOPT dengan uji faal paru Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis
sebagian besar berasal dari infeksi ulang,
Obstruksi arus pada pasien pasca TB diperlukan untuk
udara
berperan dalam memperbaiki kualitas dimana hal ini ditunjukkan dengan
permulaan keradangan didaerah
hidup pasien subclavicula dan bukan pada puncak paru.
Pada pemeriksaan patologi dijumpai salah
satunya yaitu pneumonia.
BAB II
LAPORAN KASUS
Identifikasi
Pasien
Nama : Ny. RAZ
Tanggal Lahir/ Usia : 10 Desember 1950/ 66 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Lrg. Kramasan RT 22 RW 00 3-4 Ulu Seberang Ulu I, Kota Palembang
Pekerjaan : IRT
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
DPJP : dr. Adhi Permana, Sp.PD
No. RM : 32.76.26
MRS : 25 April 2019
Anamnesis

Keluhan Utama
Sesak Napas sejak 3 hari SMRS

Keluhan Tambahan
Batuk dan demam yang hilang
timbul
Riwayat Perjalanan Penyakit

Pasien berobat ke dokter dan


dinyatakan menderita
Sesak napas, demam hilang Tuberkulosis (TB) oleh dokter, Sesak napas 3 hari SMRS, batuk
timbul, BB menurun sedikit, setelah dilakukan berdahak, deamm hilang timbul 1
nafsu makan baik pemeriksaan fisik, radiologis, Kembali berobat dan minggu SMRS
dan dahak dinyatakan menderita TB

2006 2010 2014 2019

± 6 bulan
mengeluh batuk ± 1 bulan. Batuk minum obat Mengalami keluhan
dirasakan dengan frekuensi sering. TB Batuk berdahak, sesak napas, serupa dan dilakukan
Awalnya batuk kering dan hanya demam hilang timbul pemeriksaan fisik,
sesekali dan sejak saat itu batuk rontgen, dahak
berdahak dengan warna bening dan dinyatakan negatif TB
lama kelamaan dahak menjadi
berawarna kecoklatan.
Riwayat
Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi (-), DM (-), Ginjal (-), Paru-paru (+)Tuberkulosis Paru (13 tahun yll)

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat diabetes melitus disangkal (-)
Riwayat hipertensi disangkal (-)
Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama (-)

Riwayat Kebiasaan
Riwayat merokok :-
Riwayat minum kopi : -
Riwayat minum minuman beralkohol: -
Riwayat olahraga :-
Riwayat makan : 3 kali sehari, sebanyak 1 piring setiap makan

Riwayat Sosial Ekonomi Keluarga


cukup
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik
Umum

Keadaan : tampak sakit sedang


umum
Kesadaran : compos mentis
Tekanan : 100/70 mmHg
Darah
Nadi : 84 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
Pernapasan : 24x/menit, reguler, thoracal, kussmaul (-)
Suhu Axila : 36,5 oC
BB : 40 kg
TB : 150 cm
IMTKhusus
Pemeriksaan : 17,7

Kepala : normocephali, deformitas (-)


Mata : kongjungtiva anemis (-), hiperemis (-/-), sklera ikterik (+), mata
cekung (-), edema palpebra (-), sekret (-/-), pupil isokor, refleks
cahaya(+/+)

Telinga : sekret (-/-), tinnitus (-/-), otalgia (-/-)


Hidung : deviasi septum nasi (-), sekret (-)
Mulut : sianosis (-)
Tenggorokan : Tonsil T1-T1 tenang, faring hiperemis (-)
Thoraks :    
- Inspeksi : simetris, retraksi (-/-), spider nevi (-)
 Paru
- Palpasi : stem fremitus kanan meningkat
- Perkusi : Pekak pada lapang paru kanan
- Auskulta : Bronkhial (+), ronkhi basah (+)
Abdomen    
si  
- Inspeksi : Datar, venektasi (-), caput medusa (-), spider nervi
   
(-)
- Palpasi : lemas, nyeri tekan (-), hepar lien tidak teraba
- Perkusi : Timpani (+), undulasi (-), shifting dullness (-)
- Auskultasi : bising usus (+) normal
Jantung   Genitalia eksterna : Tidak diperiksa
- Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat   Ekstremitas : Ekstremitas superior :

- Palpasi : ictus cordis tidak teraba   akral hangat (+), palmar eritema (-/-)
, clubbing finger (-)
- Perkusi : batas atas jantung ICS III linea
Ekstremitas inferior :
parasternalis dextra et sinistra,
akral hangat (+), edema pretibial (-/-)
batas kanan bawah jantung
 
ICS V linea parasternalis dextra
batas kiri bawah jantung ICS VI
linea axillaris sinistra.
- Auskulta : BJ I/II (+) normal, murmur (-)
 
si   :gallop (-)
Pemeriksaan Penunjang

Tanggal 25 April 2019

Kimia Darah  
Triliserida 115 mg/dL <200.0 Normal
Cholesterol 168 mg/dL <200.0 Normal
Total

Tanggal 22 Maret 2019

Kimia Darah  
SGOT 10.0 uL <37.0 Normal
SGPT 13.0 uL <41.0 Normal

Irama Sinus
HR : 107 x/m
Axis : normal
Gelombang lain sulit dinilai
Place Your Picture Here

Hasil

CTR > 50%, cor membesar


Pulmo: infalisasi
Corakan bronkovaskular normal
Tampak infiltrate paru kanan
Diafragma kanan dan kiri licin
Sinus kostofrenikus kanan tumpul
Tulang- tulang intak
Soft tissue baik

Kesan :
Kardiomegali
Congestif pulmonum
Kp Aktif
Pleural efusi kanan
• Resume

Pasien datang ke IGD RS Muhammadiyah Palembang karena mengalami sesak napas sejak ± 3 hari SMRS. Sesak
muncul saat sedang berjalan. Sesak tidak dipengaruhi debu dan cuaca dingin. Sesak napas tidak disertai bunyi mengi.
Pasien juga mengeluh batuk dan demam yang hilang timbul ± 1 minggu SMRS.
Pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah: 100/70 mmHg, nadi: 84 x/ menit, irreguler, pernapasan: 24 x/ menit,
dan temperature: 36,5 oC. Pada palpasi paru didapatkan stem fremitus meningkat disebelah kanan, perkusi paru
pekak pada lapang paru kanan, dan auskultasi paru bronkial (+) dan ronkhi basah (+). Pada perkusi jantung, batas
atas jantung ICS III linea parasternalis dextra et sinistra, batas kanan bawah ICS V linea parasternalis dextra dan batas
kiri bawah ICS VI linea axillaris sinistra. Pada pemeriksaan EKG tanggal 25 April 2019 didapatkan Irama Sinus, HR
107x/menit, axis normal. Pada pemeriksaan RO Thoraks didapatkan kesan kardiomegali, congestif pulmonum, kp
aktif, dan pleural efusi kanan.
Diagnosis
1. Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis +
Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis Pneumonia
+ Pneumonia 2. Penyakit Paru Obstruksi Kronis + Pneumonia

Diagnosis Kerja Diagnosis Banding

Simple
PowerPoint
Farmakologis
• IVFD Asering drip
Aminofluid (1:1) gtt
20 x/m

Tatalaksana
• PCT 3 x 500 mg tab
PO
• Molexdryl 3 x 1 cth
Non-farmakologis • Sucralfat syr 3 x 1 cth
Edukasi • Nebu Combivent 2 x
1
• Cefixim 2 x 100 mg
tab PO
• Furosemid 1 x 40 mg
tab PO
Prognosis

Quo ad vitam:
dubia ad malam

Quo ad functionam :
dubia ad malam
Follow Up
KU: Tampak sakit sedang
27 April P/
Sens: Compos mentis
• IVFD RL gtt 20 x/mnt
2019 TD: 100/70 mmHg
• Nebu Combivent 3 x 1 vial
N:84x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
• Cetirizine 1 x 10 mg tab PO
RR: 24 x/menit
• Injeksi Furosemid 1 x 1 Amp (IV)
T: 36,5ºC
Kepala: Normocephali
Mata: CA (-/-) SI (-/-)
Leher: Pembesaran KGB (-), JVP 5-2 cmH2O
Thorax: Simetris, retraksi (-)
Cor: BJ I/II murmur (-) gallop (-)
Pulmo: bronkial (+), ronkhi basah (+)
Abdomen: datar, lemas, nyeri tekan (-), hepar & lien tidak teraba, BU (+) normal
Ekstremitas: Akral hangat, CRT <2 detik, edema pretibia (-/-) 
KU: Tampak sakit sedang
29 April Sens: Compos mentis P/
2019 TD: 100/70 mmHg • Salbutamol 3 x 2 mg tab PO
N:84x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup • Sucralfat syr 3 x 1 cth
RR: 24 x/menit • Molexdryl 3 x1 cth
T: 36,5ºC • Cefixim 2 x 100 mg tab PO
Kepala: Normocephali • Furosemid 1 x 40 mg tab PO
Mata: CA (-/-) SI (-/-) • Aff Infus
Leher: Pembesaran KGB (-), JVP 5-2 cmH2O
Thorax: Simetris, retraksi (-) • Pasien Rencana Pulang
Cor: BJ I/II murmur (-) gallop (-)
Pulmo: bronkial (+), ronkhi basah (+)
Abdomen: datar, lemas, nyeri tekan (-), hepar & lien tidak teraba, BU (+) normal
Ekstremitas: Akral hangat, CRT <2 detik, edema pretibia (-/-) 
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis (SOPT)
Patogenesis

Pemeriksaan perubahan faal


ventilasi penderita TB paru
yang diobati paduan obat
jangka pendek dengan tujuan
khusus pada gangguan
obstruksi

Definisi Tidak terdapat hubungan


positif antara derajat obstruksi
Kelainan obstruksi pada penderita dan restriksi dengan luas lesi,
bekas TB paru kelainan obstruksi pada
penderita TB paru maupun
bekas TB paru bersifat
irreversibel, dan obstruksi
yang ireversibel ini merupakan
akibat proses TB.
Tuberkulosis Paru Serta Respon Imun

Perjalanan dan interaksi imunologis dimulai ketika makrofag bertemu dengan bakteri TB, memprosesnya lalu menyajikan
antigen kepada limfosit

Tuberkulosis paru  infeksi menahun  beban proteolisis dan beban oksidasi sangat meningkat
untuk jangka yang lama sekali  destruksi matriks alveoli cukup luas menuju kerusakan paru
menahun dan gangguan faal paru (spirometry)
Mycobacterium tuberculosis yang jumlahnya banyak dalam
tubuh menyebabkan :
a. Pelepasan komponen toksik bakteri ke dalam jaringan.
b. Induksi hipersensitif seluler yang kuat dan respon yang
meningkat terhadap antigen bakteri yang menimbulkan
kerusakan jaringan, perkejuan dan penyebaran bakteri lebih
lanjut.
c. Akhirnya populasi sel supresor yang jumlahnya banyak akan
muncul menimbulkan anergik dan prognosis jelek.
Perbedaan asma, PPOK dan SOPT

  Asma PPOK SOPT

Timbul pada usia muda ++ - +

Sakit mendadak ++ - -

Riwayat merokok +/- +++ -

Riwayat atopi ++ + -

Sesak dan mengi berulang +++ + +

Batuk kronik berdahak + ++ +

Hipereaktiviti bronkus +++ + +/-

Reversibiliti obstruksi ++ - -

Variabiliti harian ++ + -

Eosinofil sputum + - ?

Neutrofil sputum - + ?

Makrofag sputum + - ?
PNEUMONIA
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim
paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup
bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas
setempat.
Etiologi pneumonia dapat bervariasi, yaitu dapat
disebabkan bakteri, virus, jamur, dan protozoa.

Farmakokinetik AB mempertimbangkan proses


bakterisidal dengan Kadar Hambat Minimal (MIC) yang
sama dengan Kadar Bakterisidal Minimal (KBM), dan
bakteriostatik dengan KBM yang jauh lebih tinggi daripada
KHM. Untuk mencapai efektivitas optimal, obat yang
tergolong mempunyai sifat dose dependent (misalnya
sefalosporin) perlu diberikan dalam 3-4 pemberian/hari
sedangkan golongan concentration dependent (misalnya
aminoglikosida, kuinolon) cukup 1-2 kali sehari namun
dengan dosis yang lebih besar.7
BAB IV
ANALISIS KASUS
Analisis
Kasus
Pasien perempuan usia 66 tahun datang ke Hal ini sesuai dengan teori bahwa sesak
IGD RS Muhammadiyah Palembang karena napas yang dirasakan pada akan ditemukan
mengalami sesak napas sejak ± 3 hari pada penyakit yang sudah lanjut, yang
SMRS. Sesak muncul saat sedang berjalan. infiltratnya sudah meliputi setengah bagian
Sesak tidak dipengaruhi debu dan cuaca paru-paru. Kelainan obstruksi dapat
dingin. Sesak napas tidak disertai bunyi berhubungan dengan jenis kelamin dan
mengi. Pasien juga mengeluh batuk dan lama sakit, tetapi tidak berhubungan dengan
demam yang hilang timbul ± 1 minggu umur, kebiasaan merokok, luas kelainan
SMRS. dan distribusi lesi. Kelainan obstruksi pada
penderita TB paru maupun bekas TB paru
bersifat irreversibel, dan obstruksi yang
ireversibel ini merupakan akibat proses TB
Analisis
Kasus
Pada tahun 2006 pasien mengeluh batuk ± Hal ini sesuai dengan teori bahwa sifat
1 bulan. Batuk dirasakan dengan frekuensi batuk dimulai dari batuk kering (non-
sering. Awalnya batuk kering dan hanya produktif) kemudian setelah timbul
sesekali dan sejak saat itu batuk berdahak peradangan menjadi produktif (sputum).
dengan warna bening dan lama kelamaan Keadaan lanjut dapat terjadi batuk darah
dahak menjadi berawarna kecoklatan.
Analisis
Kasus
Hal ini sesuai dengan teori bahwa demam
Pasien mengalami demam sejak 1 minggu
biasanya subfebril menyerupai demam
SMRS. Demam dirasakan naik turun. influenza, tetapi kadang-kadang panas
badan dapat mencapai 40-410C, demam
Sebelumnya sudah diberikan obat penurun
hilang timbul.
panas dan demam hilang.
Pemeriksaan fisik didapatkan tekanan
darah: 100/70 mmHg, nadi: 84 x/ menit,
irreguler, pernapasan: 24 x/ menit, dan
Analisis
Kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan anamnesis,
temperature: 36,5 oC. Pada palpasi paru
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
didapatkan stem fremitus meningkat penunjang, pasien terkena penyakit
Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis
disebelah kanan, perkusi paru pekak pada
(SOPT) dan Pneumonia. Hasil ini sesuai
lapang paru kanan, dan auskultasi paru dengan adanya gejala respiratorik berupa
batuk berdahak. Hal ini disebabkan oleh
bronkial (+) dan ronkhi basah (+). Pada
kemungkinan terjadinya patogenesis
perkusi jantung, batas atas jantung ICS III timbulnya sindrom obstruksi difus pada
penderita TB adalah karena infeksi bakteri
linea parasternalis dextra et sinistra, batas
TB, dipengaruhi reaksi imunologik
kanan bawah ICS V linea parasternalis perseorangan, dapat menimbulkan reaksi
radang nonspesifik luas karena tertariknya
dextra dan batas kiri bawah ICS VI linea
neutrofil ke dalam parenkim paru oleh
axillaris sinistra Pada pemeriksaan EKG makrofag aktif. Peradangan yang
berlangsung lama ini menyebabkan beban
tanggal 25 April 2019 didapatkan Irama
proteolitik dan oksidasi meningkat dan
Sinus, HR 107x/menit, axis normal. Pada merusak matriks alveoli sehingga
menimbulkan sindrom obstruksi difus.
pemeriksaan RO Thoraks didapatkan kesan
kardiomegali, congestif pulmonum, kp aktif,
dan pleural efusi kanan.
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan
untuk pasien ini yaitu pasien diberikan
Nebulisasi Combivent 3x1 Vial, Combivent
Analisis
merupakan bronkodilator dengan kombinasi
Ipartropium Bromide 0,5 mg dan Salbutamol
Pasien diberikan IVFD asering drip
Aminofluid berfungsi sebagai penyuplai
Kasus
Sulfat 2,5 mg golongan Anti Muskarinik nutrisi untuk mencukupi gizi dan nutrizi yang
dibutuhkan oleh pasien.
bekerja dengan memblok efek
bronkokonstriksi dari asetilkolin pada
reseptor muskarinik M3 yang terdapat pada
otot polos saluran napas. Obat ini termasuk
dalam jenis Short-acting antimuscarinic
(SAMA) yang memberikan kelegaan jangka
pendek pada obstruksi yang kronik dan efek
bronkodilatasi dapat dipertahankan dengan
pemberian dosis 3 kali sehari.
Pasien diberikan Salbutamol 3x2
mg tab PO, dimana salbutamol Analisis
termasuk golongan Anti Muskarinik
bekerja dengan memblok efek
bronkokonstriksi dari asetilkolin
Kasus
pada reseptor muskarinik M3 yang
terdapat pada otot polos saluran Pasien diberikan Molexdryl Sirup 3x1
cth, dimana salah satu kandungannya
napas. Obat ini termasuk dalam
yaitu Dipenhydramine HCL yang
jenis Short-acting antimuscarinic merupakan anti histamin yang bekerja
(SAMA) yang memberikan menghambat histamin secara
kelegaan jangka pendek pada kompetitif dan mula kerjanya cepat dan
obstruksi yang kronik dan efek terdistribusi secara luas dalam tubuh
bronkodilatasi dapat dipertahankan termasuk SSP.
dengan pemberian dosis 3 kali
sehari.
Pasien diberikan Cefixim 2x100
mg tab PO, dimana cefixim Analisis
merupakan antibiotik golongan
sefalosporin yang termasuk
memiliki efektivitas yang optimal
Kasus
dan tergolong mempunyai sifat
dose dependent dimana Pasien diberikan Sucralfat Sirup 3x1
cth, dimana sukralfat akan bekerja
mekanisme kerjanya menghambat
pada lingkungan asam bereaksi
sintesis dinding sel mikroba. dengan asam lambung untuk
membentuk kompleks kental seperti
pasta yang bertindak sebagai
penyangga asam selama 6-8 jam. Obat
ini merangsang produksi bikarbonat
dan bertindak sebagai buffer asam
dengan sifat sitoprotektif.
Pasien diberikan Furosemid 1x40
mg tab PO, dimana termasuk Analisis
golongan loop diuretik yang
digunakan untuk mengurangi
cairan didalam tubuh (paru-paru)
Kasus
dan membuangnya melalui saluran
kemih. Prognosis ad vitam pada kasus ini
dubia ad malam, hal ini dipengaruhi
oleh progesivitas penyakit SOPT pada
pasien. Untuk prognosis fungsionam
malam, karena telah terjadinya
kerusakan jaringan parenkim paru dan
berkurangnya faal paru.
BAB V
Penutup
Kesimpulan
Pasien perempuan usia 66 tahun datang ke IGD
RS Muhammadiyah Palembang karena
mengalami sesak napas sejak ± 3 hari SMRS.
Sesak muncul saat sedang berjalan. Sesak tidak
dipengaruhi debu dan cuaca dingin. Sesak napas
tidak disertai bunyi mengi. Pasien juga mengeluh
batuk dan demam yang hilang timbul ± 1 minggu
SMRS.
Pada perkusi jantung, batas atas jantung ICS III linea
parasternalis dextra et sinistra, batas kanan bawah ICS V
linea parasternalis dextra dan batas kiri bawah ICS VI linea
axillaris sinistra. Pada pemeriksaan EKG tanggal 25 April
2019 didapatkan Irama Sinus, HR 107x/menit, axis normal.
Pada pemeriksaan RO Thoraks didapatkan kesan
Pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah: kardiomegali, congestif pulmonum, kp aktif, dan pleural
100/70 mmHg, nadi: 84 x/ menit, irreguler, efusi kanan. Telah ditegakkan diagnosis atas pasien ini
pernapasan: 24 x/menit, dan temperature: 36,5 yaitu Sindrom Obstruksi Pasca Tuberculosis + Pneumonia
o
C. Pada palpasi paru didapatkan stem fremitus
meningkat disebelah kanan, perkusi paru pekak
pada lapang paru kanan, dan auskultasi paru
bronkial (+) dan ronkhi basah (+).
Telah ditegakkan diagnosa atas pasien ini yaitu
Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis + Pneumonia
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai