PEMICU 1
ETIKA
MARIO GISEPHA D
405140164
LO
1. MM. bioetika
2. MM. KODEKI
3. MM. Peraturan
4. MM. Rekam Medis
5. MM. Prima Facie
4 PRINSIP BIOETIKA
LO 1
PRINCIPLES OF BIOMEDICAL ETHICS
Kriteria
1. Mengutamakan altruism (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk
kepentingan orang lain)
2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
3. Memandang pasien/keluarga sebagai sesuatu yang tak hanya menguntungkan
dokter
4. Mengusahakan agar kebaikan lebih banyak dibandingkan keburukannya
5. Paternalisme bertanggungjawab/berkasih sayang
6. Menjamin kehidupan baik minimal manusia
7. Pembatasan goal based (sesuai tujuan/kebutuhan pasien)
8. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien
9. Minimalisasi akibat buruk
10. Kewajiban menolong pasien gawat darurat
11. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan
12. Tidak menarik honorarium di luar kewajaran
13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan
14. Mengembangkan profesi secara terus menerus
15. Memberikan obat berkhasiat namun murah
Beberapa Masalah Khusus
• Treating Physician & Assessing Physician
– Treating Physician
• Subjektif
• Tidak harus selalu mengatakan yg benar kpd PS atau keluarganya
– Assessing Physician
• Objektif
• Harus mengatakan yg benar
• Dokter & Pertolongan Kemanusiaan
– Sifat humaniter profesi kedokteran
1. DR wajib melayani PS, jika pelayananya diminta malam hari
2. DR & tenaga medis tidak boleh mogok kerja. Jika harus, pastikan dg
cermat bahwa PS tidak mjd korban
3. DR yg bekerja sama dg intansi kehakiman
Cth : terpidana mati diberikan suntikan letal o/ DR tidak dibolehkan
Kriteria
1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri,
3. Menghormati Otonomi menghargai martabat pasien
2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat
keputusan (kondisi elektif)
3. Berterus terang
• Yunani: autos= sendiri; 4. Menghargai privasi
nomos= hukum, 5. Menjaga rahasia pasien
peraturn, pengaturan, 6. Menghargai rasionalitas pasien
7. Melaksanakan informed consent
pemerintahan. 8. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten
• Inform consent mengambil keputusan sendiri
9. Tidak mengintervensi atau menghalangi otonomi
• Kompetensi pasien
– Inkompeten 10. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien
dalam mengambil keputusan termasuk keluarga
keputusan bisa diwakili
pasien sendiri
o/ org lain (keluarga
11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil
terdekat) atau mll living pasien pada kasus non emergensi
will/ advance directive 12. Tidak berbohong ke pasien meskipun demi
kebaikan pasien
13. Menjaga hubungan (kontrak)
4. Keadilan
• Memberi kepada setiap orang apa yang menjadi haknya.
• Keadilan dapat menyangkut kewajiban individu thd
masyarakat, masyarakat thd individu dan kewajiban
individu satu sama lain. Dg demikian timbul 3 macam
keadilan:
– Keadilan umum (general justice): warga masyarakat diwajibkan
memberi kpd masyarakat apa yg mjd haknya.
– Keadilan distributif (distributive justice): negara diwajibkan
memberi kpd warga negara apa yg mjd haknya.
– Keadilan komutatif (commutative justice): setiap org atau
kelompok harus memberik haknya kpd org atau kelompok lain.
Justice
Kriteria
1. Memberlakukan sesuatu secara universal
2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama
4. Menghargai hak sehat pasien
5. Menghargai hak hukum pasien
6. Menghargai hak orang lain
7. Menjaga kelompok yang rentan
8. Tidak melakukan penyalahgunaan
9. Bijak dalam makro alokasi
10. Memberikan kontribusi yang relative sama dengan kebutuhan pasien
11. Meminta partisipasi pasien sesuai kemampuannya
12. Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian (biaya, beban,
sanksi) secara adil
13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan
kompeten
14. Tidak member beban berat secara tidak merata tanpa alas an tepat/sah
15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan
kesehatan
16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status social, dsb
SUMPAH DOKTER
• Menurut Peraturan Pemerintah No. 26 tahun
1960 disusul dg SK Menkes R.I. No.
434/Menkes/SK/X/1983 : berdasarkan
Sumpah Hippokrates & Deklarasi Jenewa dr
Ikatan Dokter Sedunia
Sumpah Hippokrates
Sumpah Hippokrates
Deklarasi Jenewa
Pada saat diterima sebagai anggota profesi kedokteran, saya bersumpah bahwa :
1. Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan kemanusiaan
2. Saya akan menghormati dan berterima kasih kepada guru – guru saya sebagaimana
layaknya
3. Saya akan menjalankan tugas saya sesuai dengan hati nurani dengan cara yang
terhormat
4. Kesehatan pasien senantiasa akan saya utamakan
5. Saya akan merahasiakan segala rahasia yang saya ketahui bahkan sesudah pasien
meninggal dunia
6. Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur jabatan
kedokteran
7. Teman sejawat saya akna saya perlakukan sebagai saudara – saudara saya
8. Dalam menunaikan kewajiban terhadap pasien, saya tidak mengizinkan untuk
terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan,kebangsaan, kesukuan, politik kepartaian,
atau kedudukan sosial
9. Saya akan menghormati kehidupan insani mulai dari saat pembuahan
10. Sekalipun diancam, saya tidak akan mempergunakan pengetahuan kedokteran saya
untuk sesuatu yang bertentangan dengan hukum perikemanusiaan
11. Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh – sungguh dan bebas, dengan
mempertaruhkan kehormatan diri saya.
Sumpah Dokter Indonesia
DEMI ALLAH SAYA BERSUMPAH BAHWA:
1. Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan.
2. Saya akan memelihara dg sekuat tenaga martabat & tradisi luhur jabatan
kedokteran.
3. Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang terhormat dan bersusila
dengan martabat pekerjaan saya sebagai dokter.
4. Saya akan menjalankan tugas sata dg mengutamakan kepentingan masyarakat.
5. Saya akan merahasiakan segala sessuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya
& keilmuan saya sebagai dokter.
6. Saya tidak akan mempergunakan pengetahuan dokter saya untuk sesuatu yang
bertentangan dengan perikemanusiaan, sekalipun diancam.
7. Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan.
Saya akan menetapkan peraturan diet untuk orang yang sakit sesuai Asas berbuat baik (beneficence)
dengan dan penilaian saya; saya akan menjaga mereka terhadap cidera - Asas tidak menimbulkan
dan ketidakadilan mudharat (non maleficence)
Saya tidak akan memberikan obat yang mematikan kepada siapapun jika Asas menghormati hidup
diminta, saya juga tidak akan mengajukan saran tentang itu. manusia
Demikian juga sya tidak akan memberikan kepada perempuan obat
untuk terjadinya keguguran. Dalam kemurnian dan kesucian saya akan
menjaga hidup dan seni saya
Saya tidak akan menggunakan pisau, juga tidak pada penderita batu, Asas menyadari keterbatasan
tapi saya menarik diri dan menyerahkan pekerjaan kepada orang orang diri sendiri
yang memang biasa melakukannya
Dirumah manapun saya berkunjung, saya datang untuk kebaikan yang Asas beneficence, berakhlak
sakit, menjauhkan diri dari semua ketidakadilan yang disengaja, dari dan berbudi luhur
semua perbuatan jahat dan khusus hubungan kelamin dengan
perempuan maupun laki laki, apakah mereka orang orang bebas atau
budak belian
Apapun yang saya lihat atau dengar selama menjalankan pengobatan Asas menjaga kerahasiaan
malahan di itu berhubungan dengan hidup orang yang dengan alasan pasien (asas konfidensialitas)
apapun tidak boleh diumumkan, akan saya simpan untuk saya sendiri
karena hal-hal seperti itum memalukan untuk dibicarakan
KODEKI
LO2
KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA
KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1
Setiap dokter wajib menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah
dan atau janji dokter.
Pasal 2
Seorang dokter wajib selalu melakukan pengambilan keputusan profesional
secara independen, dan mempertahankan perilaku profesional dalam ukuran yang
tertinggi.
Pasal 3
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh
dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian
profesi.
Pasal 4
Seorang dokter wajib menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri
.
Pasal 5
Tiap perbuatan atau nasihat dokter yang mungkin melemahkan daya tahan psikis
maupun fisik, wajib memperoleh persetujuan pasien/keluarganya dan hanya
diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien tersebut.
*KODEKI.2012.IDI
KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA
Pasal 6
Setiap dokter wajib senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan atau
menerapkan setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji
kebenarannya dan terhadap hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.
Pasal 7
Seorang dokter waajib hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah
diperiksa sendiri kebenarannya.
Pasal 8
Seorang dokter wajib, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan
secara kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa
kasih sayang (compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.
Pasal 9
Seorang dokter wajib bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan
sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya pada saat menangani
pasien dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang
melakukan penipuan atau penggelapan.
Pasal 10
Seorang dokter wajib menghormati hak-hak- pasien, teman sejawatnya, dan
tenaga kesehatan lainnya, serta wajib menjaga kepercayaan pasien.
*KODEKI.2012.IDI
KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA
Pasal 11
Setiap dokter wajib senantiasa mengingat kewajiban dirinya melindungi hidup
makhluk insani.
Pasal 12
Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter wajib memperhatikan
keseluruhan aspek pelayanan kesehatan (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif ),
baik sik maupun psiko-sosial-kultural pasiennya serta berusaha menjadi pendidik dan
pengabdi sejati masyarakat.
Pasal 13
Setiap dokter dalam bekerjasama dengan para pejabat lintas sektoral di bidang
kesehatan, bidang lainnya dan masyarakat, wajib saling menghormati.
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN
Pasal 14
Seorang dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan seluruh keilmuan
dan ketrampilannya untuk kepentingan pasien, yang ketika ia tidak mampu melakukan
suatu pemeriksaan atau pengobatan, atas persetujuan pasien/ keluarganya, ia wajib
merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian untuk itu.
Pasal 15
Setiap dokter wajib memberikan kesempatan pasiennya agar senantiasa dapat
berinteraksi dengan keluarga dan penasihatnya, termasuk dalam beribadat dan atau
penyelesaian masalah pribadi lainnya.
*KODEKI.2012.IDI
KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA
Pasal 16
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang
pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.
Pasal 17
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu wujud tugas
perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN SEJAWAT
Pasal 18
Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin
diperlakukan.
Pasal 19
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecuali dengan
persetujuan keduanya atau berdasarkan prosedur yang etis.
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP DIRI SENDIRI
Pasal 20
Setiap dokter wajib selalu memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan
baik.
Pasal 21
Setiap dokter wajib senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran/ kesehatan.
*KODEKI.2012.IDI
Larangan-larangan
Memuji diri
Perbuatan atau nasihat yang melemahkan
daya tahan pasien
Mengumumkan dan menerapkan teknik atau
pengobatan yang belum diuji kebenarannya
Melepaskan kebebasan dan kemandirian profesi
karena pengaruh sesuatu
Mengambil alih pasien sejawat lain
tanpa persetujuannya
Jenis Pelanggaran Etik
• Pelanggaran etik murni • Pelanggaran etika sekaligus
– Menarik imbalan yang tidak
pelanggaran hukum
(pelanggaran etikolegal)
wajar
– Pelayanan dokter di bawah
– Mengambil alih pasien tanpa standar
persetujuan sejawat – Menerbitkan surat keterangan
– Memuji diri sendiri di hadapan dokter yang tidak sesuai
pasien – Membuka rahasia jabatan
– Bekerja di luar batas kewajaran – Pelecehan seksual terhadap
pasien
– Melakukan abortus provokatus
atau pengguguran kandungan
PERATURAN
LO 3
UU no 29 tahun 2004
Bab VI: Registrasi Dokter dan Dokter Gigi
Pasal 29
(3) Untuk memperoleh surat tanda
(1) Setiap dokter dan dokter registrasi dokter dan surat tanda
gigi yang melakukan praktik registrasi dokter gigi harus
kedokteran di Indonesia memenuhi persyaratan :
wajib memiliki surat tanda a. Memiliki ijazah dokter, dokter
spesialis, dokter gigi, atau dokter
registrasi dokter dan surat gigi spesialis;
tanda registrasi dokter gigi b. Mempunyai surat pernyataan telah
mengucapkan sumpah/janji dokter
(2) Surat tanda registrasi dokter atau dokter gigi;
dan surat tanda registrasi c. Memiliki surat keterangan sehat
dokter gigi sebagaimana fisik dan mental;
d. Memiliki sertifikat kompetensi; dan
dimaksud pada ayat (1) e. Membuat pernyataan akan
diterbitkan oleh Konsil mematuhi dan melaksanakan
Kedokteran Indonesia ketentuan etika profesi
Pasal 29
(4) Surat tanda registrasi dokter dan surat tanda registrasi
dokter gigi berlaku selama 5 (lima) tahun dan
diregistrasi ulang setiap 5 (lima) tahun sekali dengan
tetap memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf c dan huruf d
(5) Ketua konsil kedokteran dan ketua konsil kedokteran
gigi dalam melakukan registrasi ulang harus mendengar
pertimbangan ketua divisi registrasi dan ketua divisi
pembinaan
(6) Ketua konsil kedokteran dan ketua konsil kedokteran
gigi berkewajiban untuk memelihara dan menjaga
registrasi dokter dan dokter gigi
Pasal 30
• (1) Dokter dan dokter gigi lulusan • (3) Dokter dan dokter gigi warga
luar negeri yang akan melaksanakan negara asing selain memenuhi
praktik kedokteran di Indonesia ketentuan sebagaimana
harus dilakukan evaluasi dimaksud pada ayat (2) juga
• (2) Evaluasi sebagaimana dimaksud harus melengkapi surat izin kerja
pada ayat (1) meliputi:
– a. kesahan ijazah;
sesuai dengan ketentuan
– b. kemampuan untuk melakukan peraturan perundang-undangan
praktik kedokteran yang dinyatakan dan kemampuan berbahasa
dengan surat keterangan telah Indonesia
mengikuti program adaptasi dan
sertifikat kompetensi; • (4) Dokter dan dokter gigi yang
– c. mempunyai surat pernyataan telah telah memenuhi ketentuan
mengucapkan sumpah/janji dokter atau sebagaimana dimaksud pada
dokter gigi;
– d. memiliki surat keterangan sehat fisik ayat (2) dan ayat (3) diberikan
dan mental; dan surat tanda registrasi dokter atau
– e. membuat pernyataan akan surat tanda registrasi dokter gigi
mematuhi dan melaksanakan
ketentuan etika profesi
oleh Konsil Kedokteran Indonesia
Pasal 31 Pasal 32
(1) Surat tanda registrasi sementara (1) Surat tanda registrasi bersyarat diberikan
dapat diberikan kepada dokter kepada peserta program pendidikan
dokter spesialis atau dokter gigi spesialis
dan dokter gigi warga negara warga negara asing yang mengikuti
asing yang melakukan kegiatan pendidikan dan pelatihan di Indonesia
dalam rangka pendidikan, (2) Dokter atau dokter gigi warga negara
pelatihan, penelitian, pelayanan asing yang akan memberikan pendidikan
kesehatan di bidang kedokteran dan pelatihan dalam rangka alih ilmu
atau kedokteran gigi yang bersifat pengetahuan dan teknologi untuk waktu
tertentu, tidak memerlukan surat tanda
sementara di Indonesia
registrasi bersyarat
(2) Surat tanda registrasi sementara (3) Dokter atau dokter gigi warga negara
berlaku selama 1 (satu) tahun dan asing sebagaimana dimaksud pada ayat
dapat diperpanjang untuk 1 (satu) (2) harus mendapat persetujuan dari
tahun berikutnya Konsil Kedokteran Indonesia
(4) Surat tanda registrasi dan persetujuan
(3) Surat tanda registrasi sementara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
diberikan apabila telah memenuhi ayat (3) diberikan melalui penyelenggara
ketentuan sebagaimana dimaksud pendidikan dan pelatihan
dalam Pasal 30 ayat (2)
Pasal 33
Pasal 34
• Surat tanda registrasi
• Ketentuan lebih lanjut
tidak berlaku karena
mengenai tata cara
a. dicabut atas dasar
ketentuan peraturan registrasi, registrasi
perundang-undangan; ulang, registrasi
b. habis masa berlakunya sementara, dan registrasi
dan yang bersangkutan bersyarat diatur dengan
tidak mendaftar ulang; Peraturan Konsil
c. atas permintaan yang Kedokteran Indonesia
bersangkutan;
d. yang bersangkutan
meninggal dunia; atau
e. dicabut Konsil
Kedokteran Indonesia
Pasal 35
(1) Dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat • Selain kewenangan
tanda registrasi mempunyai wewenang
melakukan praktik kedokteran sesuai dengan sebagaimana dimaksud
pendidikan dan kompetensi yang dimiliki, yang pada ayat (1)
terdiri atas: kewenangan lainnya
a. mewawancarai pasien; diatur dengan
b. memeriksa fisik dan mental pasien;
c. menentukan pemeriksaan penunjang;
Peraturan Konsil
d. menegakkan diagnosis; Kedokteran Indonesia
e. menentukan penatalaksanaan dan pengobatan pasien;
f. melakukan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi;
g. menulis resep obat dan alat kesehatan;
h. menerbitkan surat keterangan dokter atau dokter gigi;
i. menyimpan obat dalam jumlah dan jenis yang
diizinkan; dan
j. meracik dan menyerahkan obat kepada pasien, bagi
yang praktik di daerah terpencil yang tidak ada apotek
PRINSIP REGISTRASI
DOKTER/DOKTER GIGI (pasal 29)
• Dr/drg yg praktik harus memiliki S.T.R.
• S.T.R. Diterbitkan K.K.I
• Syarat memperoleh S.T.R.:
– Ijazah
– Surat bukti sumpah/janji
– Keterangan sehat fisik & mental
– Sertifikat kompetensi
– Pernyataan akan mematuhi etika profesi
• Re-registrasi : 5 tahun,
– Pertimbangan: div registrasi & div pembinaan
Surat Tanda Registrasi (STR)
• STR ini akan berlaku selama 5 tahun dan harus
melakukan registrasi ulang 6 bulan sebelum masa
STR yang digunakan habis.
• Sebelum STR diperpanjang, dokter harus
melakukan uji kompetensi untuk mengetahui
apakah mengalami penurunan kompetensi atau
tidak.
• Jika ada dokter yang berpraktik tapi tidak memiliki
STR, maka akan dikenakan sanksi 5 tahun penjara
Form 1a dan 1b dan 1c dan Surat Ket Sehat (SKS)
Surat Izin Praktik
SIP sementara
diberi kpd dokter atau DG yg menunda masa bakti atau dokter
spesialis & DG spesialis yg menunggu penempatan & m’jalankan
praktek kedokteran di RS pendidikan & jejaringnya berlaku utk 6 bulan
SIP Khusus
Diberikan kepada dokter & DG secara kolektif ke PPDS atau PPDGS yg
m’jalankan praktek kedokteran di RS pendidikan & jejaringnya serta
pelayanan kesehatan yang ditunjuk
• SIP dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan di kabupaten / kota, izin hanya diberikan utk
3 tempat pelayanan
• Dokter atau DG b’halangan m’jalankan praktik menunjuk dokter p’ganti yang
memiliki SIP juga
Pasal 36-37
• Pasal 36
Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik
kedokteran di Indonesia wajib memiliki surat izin praktik.
• Pasal 37
1) Surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36
dikeluarkan oleh pejabat kesehatan yang berwenang di
kabupaten/kota tempat praktik kedokteran atau kedokteran
gigi dilaksanakan.
2) Surat izin praktik dokter atau dokter gigi sebagaimana
dimaksud pada ayat(1) hanya diberikan untuk paling banyak
3 (tiga) tempat.
3) Satu surat izin praktik hanya berlaku untuk 1 (satu) tempat
praktik.
Pasal 38
1) Untuk mendapatkan surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 36, dokter atau dokter gigi harus :
a) memiliki surat tanda registrasi dokter atau surat tanda registrasi
dokter gigi yang masih berlaku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29,
Pasal 31, dan Pasal 32;
b) mempunyai tempat praktik; dan
c) memiliki rekomendasi dari organisasi profesi
*UU NO 29 2004
KETENTUAN PIDANA
Pasal 78
Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan alat, metode atau cara lain dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat yang menimbulkan kesan seolah-olah yang
bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi
dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi atau surat izin praktik sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 73 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau
denda paling banyak Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).
Pasal 79
Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), setiap dokter atau dokter gigi yang :
a. dengan sengaja tidak memasang papan nama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41
ayat (1);
b. dengan sengaja tidak membuat rekam medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46
ayat (1); atau
c. dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51
huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, atau huruf e.
*UU NO 29 2004
KETENTUAN PIDANA
Pasal 80
(1) Setiap orang yang dengan sengaja mempekerjakan
dokter atau dokter gigi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 42, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun atau denda paling banyak
Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
(2) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan oleh korporasi, maka pidana yang
dijatuhkan adalah pidana denda sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditambah sepertiga atau dijatuhi hukuman
tambahan berupa pencabutan izin.
*UU NO 29 2004
Ketentuan Pidana
No. Pelanggaran Pidana UU 29/2004
1. Dr/drg praktik tanpa STR Penjara max 3 thn Ps 75 ay 1
Denda max Rp.100 jt
2. Dr/drg praktik tanpa SIP Idem Ps 76
3. Dr/drg WNA praktik tanpa STR Idem Ps 75 ay 2,3
sementara/ bersyarat
4. Dr/drg yang: Ps 79
Tidak memasang papan praktik Kurungan max 1 thn;
Tidak membuat rekam medis yg denda max Rp.50 jt
baik
Tidak memenuhi kewajiban(Ps 51)
*UU NO 29 2004
LO 4
REKAM MEDIS
PERMENKES NO.269 TAHUN 2008
Bab I: Ketentuan Umum
Bab II: Jenis dan isi rekam medis
• Pasal 2
– (1) Rekam medis harus dibuat secara tertulis,
lengkap dan jelas atau secara elektronik
– (2) Penyelenggaraan rekam medis dengan
menggunakan teknologi informatika diatur lebih
lanjut dengan peraturan tersendiri
Bab III: Tata Cara penyelenggaraan
Bab IV: Penyimpanan, pemusnahan, dan
kerahasiaan
Bab V: Kepemilikan, pemanfaatan, dan
tanggung jawab
Bab VI: Pengorganisasian
• Pasal 15
– Pengelolaan rekam medis dilaksanakan sesuai
dengan organisasi & tata kerja sarana pelayanan
kesehatan
Bab VII: Pembinaan dan pengawasan
Bab VIII: Ketentuan Peralihan Bab IX: Ketentuan Penutup
• Pasal 18
– Dokter, dokter gigi, dan
sarana pelayanan
kesehatan harus
menyesuaikan dengan
ketentuan sebagaimana
diatur dalam Peraturan ini
paling lambat 1 (satu)
tahun terhitung sejak
tanggal ditetapkan
LO5
PRIMA FACIE
Prinsip prima facie
• WD. Ross mengajukan prinsip Prima Facie, artinya kita
dituntut untuk menemukan “kewajiban terbesar” dalam
situasi yang ada dengan menemukan “keseimbangan
terbesar” dari hal yang baik atas hal yang buruk.
• WD Ross membedakan kewajiban prima facie dengan
kewajiban actual, dimana kewajiban yang selalu harus
dilaksanakan kecuali kalau dalam situasi khusus tertentu
bertentangan dengan atau dikalahkan oleh suatu
kewajiban yang sama atau yang lebih kuat.
DAFTAR PUSTAKA
• Bertens K. Etika. Cetakan ke8. 2004. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama
• A Amri, H Jusuf. KODEKI. In:Etika kedokteran dan
hukum kesehatan. 4th ed. Jakarta : EGC. Pp. 13-22
• Jacobalis S. undang-undang no29 tahun 2004 tentang
praktik kedokteran. In:pengantar tentang perkembangan
ilmu kedokteran, etika medis, dan bioetika serta
hubungan etika dan hukum kedokteran. Jakarta: Sagung
Seto. 2005.