Anda di halaman 1dari 63

PATOFISIOLOGI KEPALA

OLEH : YETI KARTIKASARI


OUTLINE
TRAUMA / FRAKTUR KEPALA

EDH (EPIDURAL HEMATOMA )

SDH ( SUBDURAL HEMATOMA )

ICH (INTRA CEREBRAL HEMATOMA ).

HIDROCEPHALUS

TUMOR OTAK
2 Parietal
Frontal Bone bones

Maxilla Occipital
bone

Mastoid Process

Temporal Bone
Mandible
SKULL
Pandangan belakang cranium
REVIEW Parietal Bones

Superior Nuchal Lines


Occipital Protuberanc

Occipital
Bone Temporal Bone
Temporal Bone
Medial Nuchal Line

Inferior Nuchal Lines

Mastoid Process
Inferior cranium
TRAUMA KEPALA
Head injury (Trauma kepala) termasuk kejadian trauma pada
kulit kepala, tengkorak atau otak.

Batasan trauma kepala digunakan terutama untuk mengetahui


trauma craniocerebral, termasuk gangguan kesadaran.

Kematian akibat trauma kepala terjadi  pada tiga waktu setelah


injury yaitu :
1. Segera setelah injury.
2. 2 jam setelah injury
3. rata-rata 3 minggu setelah injury.
TRAUMA KEPALA
Pada umumnya kematian terjadi segera setelah injury
dimana terjadi trauma langsung pada kepala, atau
perdarahan yang hebat dan syok.
Kematian yg terjadi dalam beberapa jam setelah trauma
disebabkan  kondisi pasien yang memburuk secara
progresif  akibat  perdarahan internal.
Pencatatan segera tentang status neurologis dan
intervensi surgical merupakan tindakan kritis guna
pencegahan kematian pada phase ini.
Kematian yang terjadi 3 minggu atau lebih setelah injury
disebabkan oleh berbagai kegagalan sistem tubuh
CEDERA / TRAUMA KEPALA
Berdasarkan GCS (Glasgow Coma Scale), cedera kepala dpt digolongkan :
Cedera kepala ringan (CKR):
GCS : 13-15, dapat terjadi kehilangan kesadaran kurang dari 30
menit tetapi ada yang menyebut kurang dari 2 jam, jika ada
penyerta seperti fraktur tengkorak, kontusio atau hematom
(sekitar55 %).
Cedera kepala sedang (CKS) :
GSC : 9-12, hilang kesadaran atau amnesia antara 30 menit –
24 jam, dapat mengalami fraktur tengkorak, disorientasi
ringan (bingung)
Cedera kepala berat (CKB) :
Jika GCS : 3-8, hilang kesadaran lebih dari 24 jam, juga
meliputi kontusio serebral, laserasi atau adanya hematom atau
edema.
GCS = 15
 Best Eye Response. (4)
1. No eye opening.
2. Eye opening to pain.
3. Eye opening to verbal command.
4. Eyes open spontaneously.
 Best Verbal Response. (5)
1. No verbal response
2. Incomprehensible sounds.
3. Inappropriate words.
4. Confused
5.Orientated
 Best Motor Response. (6)
1. No motor response.
2. Extension to pain.
3. Flexion to pain.
4. Withdrawal from pain.
5. Localising pain.
6. Obeys Commands.
TRAUMA KEPALA
Jenis Trauma Kepala :
1. Robekan kulit kepala.
merupakan kondisi ringan dari trauma kepala, karena
kulit kepala banyak mengandung pembuluh darah & kurang
memiliki kemampuan konstriksi, shg banyak trauma kepala
dengan perdarahan hebat. Komplikasinya infeksi.
2. Fraktur tulang tengkorak.
   Fraktur tulang tengkorak sering terjadi pada trauma
kepala
   a.Garis patahan atau tekanan.
b.Sederhana, remuk atau compound.
c.Terbuka atau tertutup.
FRAKTUR KEPALA (TULANG TENGKORAK )

Fraktur yang terbuka atau tertutup bergantung pada


keadaan robekan kulit atau  sampai menembus
kedalam lapisan otak.
Jenis dan kehebatan fraktur tulang tengkorak
bergantung pada kecepatan pukulan, momentum,
trauma langsung atau tidak.
FRAKTUR KEPALA (TULANG TENGKORAK )

Pada fraktur linear dimana fraktur terjadi pada dasar


tengkorak biasanya berhubungan dengan 
CSF(Cerebro-Spinal Fluid ) atau LCS ( Liquor Cerebro-
Spinal )

Rhinorrhea (keluarnya CSF dari hidung) atau otorrhea


(CSF keluar dari telinga).
FRAKTUR KEPALA
(TULANG TENGKORAK )
FRAKTUR KEPALA (TULANG TENGKORAK )
Komplikasi : infeksi intracranial dan hematoma sebagai
akibat adanya kerusakan meningen dan jaringan otak.

Apabila terjadi fraktur frontal atau orbital  dimana cairan


CSF disekitar periorbital (periorbital ecchymosis).

Fraktur dasar tengkorak dapat meyebabkan ecchymosis


pada tonjolan mastoid pada tulang temporal (Battle’s Sign),
perdarahan konjunctiva atau edema periorbital.
FRAKTUR KEPALA (TULANG TENGKORAK )
Komplikasi lain yang mungkin terjadi adalah :
EDH ( Epidural Hematoma )
SDH ( Subdural Hematoma )
ICH ( Intra-Cerebral Hematoma ).
FRAKTUR KEPALA
(TULANG TENGKORAK )
FRAKTUR KEPALA
(TULANG TENGKORAK )
FRAKTUR KEPALA (TULANG TENGKORAK )
radiograf Fraktur Kepala
FRAKTUR KEPALA
(TULANG TENGKORAK )
Gambaran CT-Scan Fraktur Basis Cranii ( Kepala ).
EDH ( Epidural Hematoma )

Perdarahan yang terjadi di antara selaput pembungkus


otak (duramater) dan tulang kepala.

perdarahan yang terjadi pada ruang epidural yaitu


antara tulang tengkorak dan lapisan durameter.

Ini terjadi karena adanya robekan cabang kecil arteri


meningeal media / meningeal frontal
EDH ( Epidural Hematoma )

Perdarahan ini terjadi akibat retaknya tulang kepala pada


trauma kepala yang selanjutnya retakan tulang itu akan
menjadi sumber perdarahan atau dapat pula mencederai
pembuluh darah yang berada di selaput pembungkus otak
tersebut.

Darah kemudian akan berkumpul dan bertambah banyak


baik secara perlahan-lahan atau dalam tempo yang singkat.
EDH ( Epidural Hematoma )
KLINIS
EDH ( Epidural Hematoma )

Gejala klinis yang khas adalah : Lucid Interval


(adanya fase sadar diantara 2 fase tidak sadar karena
bertambahnya volume darah)

Gejala paling menonjol yaitu penurunan kesadaran


secara progresif 
KLINIS
EDH ( Epidural Hematoma )
Gejala lain yang sering tampak :  
Bingung 
Penglihatan kabur 
Susah bicara 
Nyeri kepala yang hebat
Keluar cairan darah dari hidung atau telinga
Nampak luka yang dalam atau goresan pada kulit kepala 
Mual 
Pusing 
Berkeringat 
Pucat 
Pupil anisokor, yaitu pupil ipsilateral menjadi melebar
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto polos : sulit untuk menentukan diagnosa EDH.

Hanya bisa dilakukan dengan :


CT-Scan 
 MRI 
EDH ( Epidural Hematoma )

Gambaran CT-Scan EDH ( Epidural Hematoma )


EDH ( Epidural Hematoma )
Gambaran CT-Scan EDH ( Epidural Hematoma )
EDH ( Epidural Hematoma )

Gambaran CT-Scan EDH ( Epidural Hematoma )


EDH ( Epidural Hematoma )
Gambaran CT-Scan EDH ( Epidural Hematoma )
SDH (SUBDURAL HEMATOMA )
Perdarahan yang terjadi pada ruang subdural antara lapisan
durameter dan lapisan arachnoid, terjadi sebagai akibat robekan
vena yang ditemukan pada ruang ini.

Subdural hematoma adalah hematom yang terletak diantara


lapisan  duramater dan arachnoid dengan sumber perdarahan dapat
berasal dari vena jembatan atau bridging vein (paling sering), A/V
cortical, Sinus venosus duralis 
 
Subdural Hematoma dibagi 3 : 
1.Subdural Hematom Akut 
2.Subdural Hematom Subakut 
3.Subdural Hematom Kronis
SDH (SUBDURAL HEMATOMA )
Perdarahan subdural dapat berasal dari:
1. Ruptur vena jembatan ( "Bridging vein") yaitu vena
yang berjalan dari ruangan subaraknoid atau korteks
serebri melintasi ruangan subdural dan bermuara di
dalam sinus venosus dura mater.

2. Robekan pembuluh darah kortikal, subaraknoid, atau


araknoid
SUBDURAL HEMATOMA AKUT
 Gejala yang timbul segera hingga berjam - jam setelah trauma
sampai dengan hari ke tiga.
  Biasanya terjadi pada cedera kepala yang cukup berat yang dapat
mengakibatkan perburukan lebih lanjut pada pasien yang biasanya
sudah terganggu kesadaran dan tanda vitalnya.
 Perdarahan dapat kurang dari 5 mm tebalnya tetapi melebar luas.
  Secara klinis subdural hematom akut ditandai dengan penurunan
kesadaran, disertai adanya lateralisasi yang paling sering berupa
hemiparese/plegi.
 Pada pemeriksaan radiologis (CT Scan) didapatkan gambaran
hiperdens yang berupa bulan sabit
SUBDURAL HEMATOMA SUBAKUT

 Berkembang dalam beberapa hari biasanya sekitar  hari ke 3 s/d


minggu ke 3 sesudah trauma .
 Perdarahan dapat lebih tebal tetapi belum ada pembentukan kapsula
di sekitarnya 
  Adanya trauma kepala yang menyebabkan ketidaksadaran,
selanjutnya diikuti perbaikan status neurologik yang perlahan-
lahan. 
 Namun jangka waktu tertentu penderita memperlihatkan tanda-
tanda status neurologik yang memburuk. 
 Tingkat kesadaran mulai menurun perlahan-lahan dalam beberapa
jam. 
 Dengan meningkatnya tekanan intrakranial seiring pembesaran
hematoma, penderita mengalami kesulitan untuk tetap sadar dan
tidak memberikan respon terhadap rangsangan bicara maupun nyeri.
SUBDURAL HEMATOMA KRONIS
Biasanya terjadi setelah minggu ketiga 
SDH kronis biasanya terjadi pada orang tua 
Trauma yang menyebabkan perdarahan yang akan membentuk
kapsul, saat tersebut gejala yang terasa cuma pusing. 
Kapsul yang terbentuk terdiri dari lemak dan protein yang
mudah menyerap cairan dan mempunyai sifat mudah ruptur. 
Karena penimbunan cairan tersebut kapsul terus membesar
dan mudah ruptur, jika volumenya besar langsung
menyebabkan lesi desak ruang. 
Jika volume kecil akan menyebabkan kapsul terbentuk lagi >>
menimbun cairan >> ruptur lagi >> re-bleeding.
Terapi : Kraniotomi >> kapsul di pecah, darah dievakuasi
PROGNOSIS
Prognose dari penderita SDH ditentukan dari: 
GCS awal saat operasi 
Lamanya penderita datang sampai dilakukan
operasi 
Lesi penyerta di jaringan otak
Usia penderita 
Pada penderita dengan GCS kurang dari 8
prognosenya 50 %, makin rendah GCS, makin jelek
prognosenya makin tua pasien makin jelek
prognosenya adanya lesi lain akan memperjelek
prognosenya.
SDH (SUBDURAL HEMATOMA )
Gambaran CT-Scan SDH ( Subdural Hematoma )
SDH (SUBDURAL HEMATOMA )
Gambaran CT-Scan SDH ( Subdural Hematoma )
SDH (SUBDURAL HEMATOMA )
Gambaran CT-Scan SDH ( Subdural Hematoma )
ICH (INTRACEREBRAL HEMATOMA )
Perdarahan yang terjadi pada jaringan otak biasanya
akibat robekan pembuluh darah yang ada dalam
jaringan otak. 

Secara klinis ditandai dengan adanya penurunan


kesadaran yang kadang-kadang disertai lateralisasi.

Penggumpalan darah 25 ml atau lebih pada parenkim


otak. Penyebabnya seringkali karena adanya infresi
fraktur , gerakan akselerasi dan deselerasi yang tiba-
tiba.
ICH (INTRACEREBRAL HEMATOMA )
Pada pemeriksaan CT Scan didapatkan adanya daerah
hiperdens yang indikasi dilakukan operasi jika Single,
diameter lebih dari 3 CM, Perifer, Adanya pergeseran
garis tengahS
Secara klinis hematom tersebut dapat menyebabkan
gangguan neurologis/lateralisasi 
Operasi yang dilakukan biasanya adalah evakuasi
hematom disertai dekompresi dari tulang kepala.
Faktor-faktor yang menentukan prognosenya hampir
sama dengan faktor-faktor yang menentukan
prognose perdarahan subdural .
ICH (INTRACEREBRAL HEMATOMA )
Gambaran CT-Scan ICH ( Intra Cerebral Hematoma )
ICH (INTRACEREBRAL HEMATOMA )
Gambaran CT-Scan ICH ( Intra Cerebral Hematoma )
ICH (INTRACEREBRAL HEMATOMA )
Gambaran CT-Scan ICH ( Intra Cerebral Hematoma )
ICH (INTRACEREBRAL HEMATOMA )
Gambaran CT-Scan ICH ( Intra Cerebral Hematoma )
ICH (INTRACEREBRAL HEMATOMA )
Gambaran CT-Scan ICH ( Intra Cerebral Hematoma )
HIDROCEPHALUS
Pada prinsipnya hidrosefalus terjadi sebagai akibat
dari ketidakseimbangan antara produksi, obstruksi
dan absorpsi dari CSS ( Cairan Serebrospinalis ).

Adapun keadaan-keadaan yang dapat mengakibatkan


terjadinya ketidakseimbangan tersebut adalah:
1. Produksi CSS yang berlebihan.
2. Obstruksi aliran CSS
3. Absorpsi CSS berkurang.
Produksi CSS Yang Berlebihan.
Ini merupakan penyebab hidrosefalus yang jarang
terjadi.

Penyebab tersering adalah papiloma pleksus


khoroideus, hidrosefalus jenis ini dapat disembuhkan
Obstruksi Aliran CSS
Sebagian besar kasus hidrosefalus termasuk dalam
kategori ini.
Obstruksi dapat terjadi di dalam atau di luar sistem
ventrikel.
Obstruksi dapat disebabkan beberapa kelainan seperti:
perdarahan subarakhnoid post trauma atau meningitis,
dimana pada kedua proses tersebut terjadi inflamasi
dan eksudasi yang mengakibatkan sumbatan pada
akuaduktus Sylvius atau foramina pada ventrikel IV.
Stenosis pada aquaductus merupakan manifestasi
anomali kongenital yang paling sering.
Obstruksi Aliran CSS ( Lanjutan )
Stenosis pada aquaductus silvii juga bisa terjadi setelah
lahir akibat infeksi atau perdarahan sehingga dapat pula
dikategorikan kelainan yang didapat.
Sisterna basalis juga dapat tersumbat oleh proses
arakhnoiditis yang mengakibatkan hambatan dari aliran
CSS.
Tumor fossa posterior juga dapat menekan dari arah
belakang yang mengakibatkan arteri basiliaris dapat
menimbulkan obstruksi secara intermiten, dimana
obstruksi tersebut berhubungan dengan pulsasi arteri
yang bersangkutan.
Absorbsi CSS berkurang.
Kerusakan vili arakhnoidalis dapat mengakibatkan
gangguan absorpsi CSS, yang selanjutnya
menyebabkan penimbunan CSS.

Keadaan-keadaan yang dapat menimbulkan kejadian


tersebut adalah: post meningitis, post perdarahan
subarachnoid, kadar protein CSS yang sangat tinggi
KLINIS HIDROSEPHALUS
Bayi:
Pada bayi, kepala dengan mudah membesar sehingga akan didapatkan
gejala :
Kepala makin membesar
Veba-vena kepala prominen
Ubun-ubun melebar dan tegang
Sutura melebar
Cracked-pot sign, yaitu bunyi seperti pot kembang yang retak atau buah
semangka pada perkusi kepala
Perkembangan motorik terlambat
Perkembangan mental terlambat
Tonus otot meningkat, hiperrefleksi (refleks lutut/akiles)
Cerebral cry, yaitu tangisan pendek, bernada tinggi dan bergetar
Nistagmus horisontal
Sunset phenomena, yaitu bola mata terdorong ke bawah oleh tekanan dan
penipisan tulang tulang supraorbita, sklera tampak di atas iris, sehingga iris
seakan-akan seperti matahari yang akan terbenam.
KLINIS HIDROSEPHALUS
Anak:
Bila sutura kranialis sudah menutup, terjadi tanda-tanda
kenaikan tekanan intrakranial
Muntah proyektil
Nyeri kepala
Kejang
Kesadaran menurun
Papiledema

Pada dewasa gejala yang paling sering dijumpai adalah nyeri


kepala. Sementara itu gangguan visus, gangguan
motorik/berjalan, dan kejang terjadi pada 1/3 kasus
hidrosefalus pada usia dewasa. Pemeriksaan neurologik pada
umumnya tidak menunjukkan kelainan, kecuali adanya
edema papil dan/atau adanya paralisis n.abdusens.
HIDROCEPHALUS
Gambaran CT Scan Hidrocephalus
HIDROCEPHALUS
Gambaran CT Scan Hidrocephalus
HIDROCEPHALUS
TUMOR OTAK
Tumor disebabkan oleh mutasi DNA di dalam sel.
Akumulasi dari mutasi-mutasi tersebut menyebabkan
munculnya tumor. Sebenarnya sel kita memiliki
mekanisme perbaikan DNA (DNA repair) dan mekanisme
lainnya yang menyebabkan sel merusak dirinya dengan
apoptosis jika kerusakan DNA sudah terlalu berat.
Apoptosis adalah proses aktif kematian sel yang ditandai
dengan pembelahan DNA kromosom, kondensasi
kromatin, serta fragmentasi nukleus dan sel itu sendiri.
Mutasi yang menekan gen untuk mekanisme tersebut
biasanya dapat memicu terjadinya kanker.
GEJALA TUMOR OTAK
Di kalangan medis pada umumnya sudah dikenal trias
gejala tumor otak yaitu nyeri kepala, muntah dan
ditemukannya edema papil pada pemeriksaan fundus.
Tetapi sebenarnya gejala klinis tumor otak sering
tidak sejelas itu, apalagi pada fase dini.
Tumor otak bisa memberikan gejala klinis beragam
tergantung kepada lokasi dan ukurannya.
Gejala itu bisa khas, tapi bisa pula kabur, sehingga bila
kita tidak waspada bisa terkecoh dengan dugaan yang
keliru.
GEJALA TUMOR OTAK
Tumor otak bisa mengenai segala.usia, tapi umumnya pada
usia dewasa muda atau pertengahan, jarang di bawah usia
10 tahun atau di alas 70 tahun.
Gejala umum yang terjadi disebabkan karena gangguan
fungsi serebral akibat edema otak dan tekanan intrakranial
yang meningkat.
Gejala spesifik terjadi akibat destruksi dan kompresi
jaringan saraf, bisa berupa nyeri kepala, muntah,
kejang, penurunan kesadaran, gangguan mental, gangguan
visual dan sebagainya. Edema papil dan defisit neurologis
lain biasanya ditemukan pada stadium yang lebih lanjut.
TUMOR OTAK
TUMOR OTAK
Gambaran CT Scan Tumor Otak
TUMOR OTAK
Gambaran CT Scan Tumor Otak
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai