Anda di halaman 1dari 23

Pembangunan

Agribisnis
Berkelanjutan

Oleh :
Rahma austin : 1706122847
Welly maulidya :1706122788
SCM (Supply Chain Management )
Pengertian SCM Tujuan SCM
Mekanisme yang menyelaraskan antara
menghubungkan semua pihak permintaan dan penawaran
yang bersangkutan dan kegiatan secara efektif dan efisien untuk
yang terlibat dalam memenangkan persaingan pasar
mengkonversikan bahan mentah
menjadi barang jadi. Pihak yang
bersangkutan bertanggung Proses Supply Chain Management
jawab untuk memberikan Proses manajemen rantai
barang-barang jadi hasil pasokan ini terbagi menjadi
produksi kepada pelanggan tiga macam tanggungjawab:
pada waktu dan tempat yang
tepat dengan cara yang paling 1. Arus Material
efisien. 2. Arus informasi
3. Arus finansial
Komponen Supply Chain Management
1. Upstream Supply Chain 2. Downstream Supply Chain 3. Internal Supply Chain

berkaitan dengan aktifitas


mengurus hubungan antara manajemen yang mengurusi
pemasukan barang. Dengan
perusahaan dengan pihak transfer barang dari
memperhatikan manajemen
lain dalam hal transfer perusahaan langsung ke
produksi,pabrikasi, dan juga
barang. konsumen.
kontrol ketersediaan bahan
baku.
Permasalahan di Dalam Supply Chain
Management
beberapa hal yang harus dikendalikan oleh menejemen suplai rantai yaitu harus
mengetahui wilayah jaringan distribusi mulai dari jumlah, lokasi suplier, fasilitas
produksi, pusat distribusi, gudang hingga pelanggan. Dalam hal ini, manajemen
suplai rantai akan membutuhkan sistem informasi yang nantinya bisa
diintegrasikan dengan cepat agar proses distribusi barang ini berjalan lancar.
Mereka harus membagi informasi harga, inventaris hingga urusan transportasi.
Tidak hanya itu, bidang ini juga diwajibkan mengatur syarat pembayaran dan
juga metodologinya.
3 Good
Pada Peningkatan produktivitas dan
efisiensi melalui penerapan teknologi
tang tepat

Good Agricultural Good Handling


Practices (GAP) Practices (GHP)

Good Manufacturing
Practices (GMP)
tujuan dari penerapan GAP diantaranya;

1. Good Agricultural (1) Meningkatkan produksi dan produktivitas,


Practices (GAP) (2) Meningkatkan mutu hasil termasuk keamanan konsumsi,

(3) Meningkatkan efisiensi produksi dan daya saing,


Adalah :
teknis penerapan sistem sertifikasi (4) Memperbaiki efisiensi penggunaan sumberdaya alam,
proses produksi pertanian yang
menggunakan teknologi maju ramah (5) Mempertahankan kesuburan lahan, kelestarian
lingkungan dan sistem produksi yang berkelanjutan,
lingkungan dan berkelanjutan, sehingga
produk panen aman dikonsumsi, (6) Mendorong petani dan kelompok tani untuk memiliki
kesejahteraan pekerja diperhatikan dan sikap mental yang bertanggung jawab terhadap kesehatan
usahatani memberikan keuntungan dan keamanan diri dan lingkungan,
ekonomi bagi petani.
(7) Meningkatkan peluang penerimaan oleh pasar
internasional,

(8) Memberi jaminan keamanan terhadap konsumen.


Penerapan strategi dasar pada Good Agricultural Practice (GAP) pada lahan pertanian
meliputi panduan umum yang terdiri dari :

• program perawatan
peralatan
01
•  program sanitasi
termasuk pada 09 • pengambilan
sampel
fasilitas pengepakan
02 mikrobia
•  pembersihan akhir
musim tanam
03 08
Content Here

• transportasi
• tempat penyucian
dan pengepakan 04 07
• program perawatan
Content Here
gudang

• pelatihan bagi
para karyawan 05 06 •  program penangan
hama dan penyakit
Dampak Penerapan Good Agricultural Practices

Sertifikat GAP dikeluarkan oleh otoritas keamanan


pangan pusat dan daerah. Apabila nanti sudah
produk hasil GAP memiliki harga yang lebih memiliki sertifikat GAP maka seorang produsen bisa
tinggi daripada produk hasil budidaya mendapatkan sertifikat prima untuk produk pangan
biasa.karena bersertifikat GAP dan memiliki segar dengan melengkapi SOP dan registrasi kebun.
jaminan tersendiri bagi konsumen yang Sertifikat ini bermanfaat untuk bersaing dengan
semuanya tercatat dan terdata sejak pemilihan produk dari luar negeri dalam perdagangan bebas.
lahan hingga produk dihasilkan. Apabila menghendaki produknya bisa menembus
perdagangan bebas, maka produk tersebut harus
sudah memiliki sertifikat GAP global.
2. Good Handling Practices (GHP)
Adalah :
pedoman umum dalam melaksanakan pasca panen hortikultura secara baik dan benar
sehingga kehilangan dan kerusakan hasil dapat ditekan seminimal mungkin untuk
menghasilkan produk yang bermutu atau memenuhi standar mutu yang berlaku
seperti standar nasional Indonesia (SNI).

GHP menitikberatkan pada proses pasca panen yang memiliki tujuan:

Mempertahankan mutu produk


segar agar tetap prima sampai
ke tangan konsumen.

Memperpanjang daya simpan


Menekan losses atau kehilangan
dan meningkatkan nilai
karena penyusutan dan
ekonomis hasil pertanian
kerusakan
Persyaratan Manajemen GHP

5.Lokasi pasca
2. Personil yang terlibat 3.Setiap produk 4.Petugas yang panen harus
1.Proses
dalam proses pasca panen yang siap dikirim melakukan sortasi terhindar dari
penanganan,
harus sehat, bebas luka harus diberi kode (pemilihan) dan tempat yang
pengemasan dan
atau penyakit yang dapat identitas dan grading kotor, bebas
penyimpanan harus
mengakibatkan catatan (tanggal (pengkelasan) sampah, tidak
dicatat. Produk yang
pencemaran. Setiap panen, identitas harus bersertifikat, ada
sudah sesuai dengan
personil sebelum lot, pengemasan staf pemanenan pencemaran
standar harus dicek
melakukan pekerjaannya dan tanggal kirim, harus dilatih dan hewan kebun,
terlebih dahulu oleh
harus mencuci tangan tujuan produk seluruh staf sudah bebas dari zat
supervisor, pemanen
terlebih dahulu, tidak dikirim, serta asal melaksanakan kimia dan
dan manager, baru
makan-minum, merokok produk dari blok prinsip hygiene terhindar dari
kemudian
atau meludah selama lahan tertentu. personil. bencana alam.
dikonfirmasi kepada
pelanggan. bekerja.
Ruang Lingkup Good Handling Practices
•Pengumpulan •Pemeraman/Ripening

•Sortasi •Penyimpanan
•Transportasi
•Pembersihan/Pencucian
•Standarisasi Mutu
•Grading
•Keamanan dan Keselamatan Kerja (K3) dan
•Pengemasan
Pengelolaan Lingkungan
•Pelabelan
Dan Pengawasan dan Pembinaan
Good Handling Practices merupakan salah satu proses penanganan dalam satu rangkaian
manajemen mutu sejak produk berada di lapangan hingga nanti melaui proses manufacturing.
Penerapan GHP sangat membantu dalam menekan losses (kehilangan) untuk menghasilkan
produk bermutu
Place Your Picture Here

3. Good Manufacturing
Practices (GMP)

Adalah :

adalah sistem yang memuat persyaratan


minimum yang harus dipenuhi oleh
industri makanan dan kemasan, terkait
dengan keamanan pangan, kualitas dan
persyaratan hukum. 
Manfaat GMP
diantaranya adalah
sebagai berikut :
• Meningkatkan kepercayaan pelanggan;
• Meningkatkan image dan kompetensi perusahaan/organisasi;
• Meningkatkan kesempatan perusahaan/organisasi untuk memasuki
pasar global melalui produk/kemasan yang bebas bahan beracun
(kimia, fisika dan biologi);
• Meningkatkan wawasan dan pengetahuan terhadap produk;
• Berpartisipasi dalam program keamanan pangan;
• Menjadi pendukung dari penerapan sistem manajemen mutu.

Your Text Here


Prinsip dasar GMP adalah mutu dan keamanan produk, yang tidak dapat dihasilkan hanya
dengan pengujian ( Inspection/ testing), namun harus menjadi satu kesatuan dari proses
produksi. Oleh karena itu cakupan secara umum dari penerapan standar GMP adalah:

• Desain dan fasilitas


• Produksi (Pengendalian Operasional)
Content Here
• Jaminan mutu
• Penyimpanan
• Pengendalian hama
•Content Here personil
Hygiene
• Pemeliharan, Pembersihan dan perawatan
• Pengaturan Penanganan limbah
•Content
Pelatihan
Here

• Consumer Information (education)


Pilihan referensi GMP yang akan digunakan oleh industri mempertimbankan berbagai
hal:

03
02
01
Penerapan GMP sebagai
standar tunggal, atau
produk yang dihasilkan merupakan bagian dari
akan di jual di penerapan standar yang
Bila penerapan GMP Di ( lokal atau ekspor), lain dan sertifikasi dari
lakukan sertiikasi maka maka standar GMP yang standar yang lainya
lembaga sSertifikasi digunakan sebagai tersebut seperti: ISO
GMP di Indonesia dapat referensi 22000;2005, HACCP,
dilakukan oleh BPOM, mempertimbangkan BRC, SQF, IFS dan lain-
atau lembaga sertifikasi standar GMP di negara lain.
independen lainnya. dimana produk tersebut
di jual.
Tiga Pola Pertanian masa Depan
Contoh : pada komoditi cabai
1. Pola konvensional.

Penggunaan input produksi dalam


jumlah yang banyak, seperti 3.Teknologi tinggi
penggunaan pupuk dan pestisida Contoh : sistem pot
yang berlebih pada tanaman cabai penyiraman dan pemupukan
yang mampu menghasilkan produksi otomatis pada tanaman
tinggi dan buah yang seragam cabe. Hasil nya produksi
tinggi dan juga ramah
lingkungan input lebih
sedikit, sehingga
2.Pola konservasi keuntungan lebih optimum.
. Proses budidaya dilakukan dengan
ramah lingkunngan,tujuannya untuk
memperoleh produksi yang tinngi
hingga 4 kali lebih tinggi dari pola
konvensional,namun produksi yang di
hasilkan kurang seragam
Contoh :inovasi atap plastik untuk cegah
hama tanaman
.
BIAYA PRODUKSI

Untuk biaya produksi pola konvensional lebih besar


biaya nya di bandingkan pola konservasi , karena
pola konvensional lebih banyak menggunakan
input seperti pupuk dan pestisida.
pendapatan dan Keuntungan Antara
Konvensional dan Konservasi (cabe)
“Tanaman cabe dengan pola konvensisonal pendapatan dan keuntungan
nya lebih besar dari pada pola konservasi”
Alasan:
Karena tanaman cabe sangat rentan dari gangguan hama dan penyakit,
sehingga sebagian besar petani lebih banyak menggunakan pestisida
ataupun insektisida yang berasal dari input luar (bahan kimia). Karena bagi
petani penggunaan input luar lebih cepat reaksinya ketimbang yang nabati,
selain itu juga mampu menghasilkan produksi yang lebih tinggi dan
permintaan juga tinggi.
LEISA
(Low External and Sustainable Agriculture)

 pertanian berkelanjutan dengan input yang rendah yang mengoptimalkan pemanfaatan


sumber daya alam (tanah, air, tumbuhan, tanaman, dan hewan). Dan manusia ( tenaga,
pengetahuan, dan keterampilan) yang tersedia di tempat dan layak secara ekonomis,
mantap secara ekologis, adil secara sosial dan sesuai dengan budaya
 Prinsip dasar LEISA adalah Agroteknologi dan Tradisional
 Sifat keberlanjutan dan keterpaduaan antara pengelolaan kesuburan tanah, pertanian,
pangan dan peternakan
 Memaksimalkan daur ulang ( Zero Waste)
 Perubahan ke LEISA ada 3 tahap :
1. Peningkatan effisiensi sarana produksi
2. Penyesuaian dengan pertanian berkelanjutan
3. Tata ulang sistem bertani
LEIA
(Low External Input Agriculture

 Upaya peningkatan produktifitas pertanian terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan manusia
 Revolusi industri di eropa berinbas di bidang pertanian
 Temuan paling fantastik dalah pupuk dan pestisida buatan yang kemudian menjadi external input (e) paling
penting
 Pada awalnya petani ragu dan sulit untuk mengadopsi penggunaan ei
 Melalui propaganda yang berlebihan, petani mulai dapat menerima ei
 Pengaruh ei yang fenomenal dalam peningkatan produktivitas menyebabkan petani mau mengadopsi teknologi
ei
 Mulailah sistem pertanian beralih ke LEIA
 Memanfaatkan sumber daya lokal ( sampah, kompos, limbah) yang sangat intensif
 Sedikit atau sama sekali tidak menggunakan masukan dari luar (menggunakan bahan kimia jika ada kekurangan
di tingkat loka)

Kelemahan :
HEIA
(High External Input Agriculture)

peningkatan kualitas hidup dan kebutuhan manusia juga menuntut infra struktur yang memerlukan lahan, yang menyebabkan
terjadinya ahli fungsi lahan
Disisi lain luas lahan pertanian tidak bertambah bahkan mengalami penurunan
Sebagai akibatnya lahan tersedia (tersisa) dimaksimalkan pemanfaatannya
Lahan/alam mengalami tekanan karena dieksploitasi secara berlebihan, melebihi kemampuan/ daya dukung lingkungan
Akibatnya lahan mengalami degradasi dan produktifitas menurun
Untuk meningkatkan produktifitas, manusia memasukkan berbagai materi dan energi (ei) dalam jumlah berlebihan
Penggunaan ei secara berlebihan berkembang pesat sejak revolusi industri (agrokimia) dengan bendera revolusi hijau.
Diberbagai negara, kebijakan pemerintah ikut membantu penerapan ei dlam sistem pertanian
Sifat HEIA :
• Penggunaan input luar (SAPRODI) secara besar besaran
• Berorientasi utama pada pasar
• Fokus pada komoditas unggulan
Dampak penerapan HEIA
• Ketergantungan terhadap bahan kimia dengan tingkat penggunaan yang semakin tinggi/ meningkat
• Agroekosistem rusak
• Produk pertanian yang mengandung residu bahan kimia (pestisida)
Thank You

Anda mungkin juga menyukai