Anda di halaman 1dari 53

Rinosinusitis

Sinus Paranasal

4 SINUS PARANASAL
1. Sinus Frontal
2. Sinus Sphenoid
3. Sinus Ethmoid
4. Sinus Maksila
Fungsi sinus

 Conditioning
 Keseimbangan kepala

 Menjaga suhu

 Resonansi

Fungsi normal sinus tergantung pd


ventilasi & drainase yg baik
Sinus Maksila
Sinus frontal

 Sempurna usia > 8 tahun


 Batas dengan orbita tipis
 Muara di meatus medius
( bersama dg sinus maksila &
sinus ethmoid )
Sinus ethmoid
 Sel-sel  sarang lebah
 Letak : bula ethmoid, diantara
konka media & dinding medial
orbita
 Jumlah : 2 kelompok
 S. E. anterior  meatus
media
 S. E. posterior  meatus
superior
Sinus sphenoid
 Letak : di dalam os sphenoid
 Batas – batas :
 Superior : fosa cerebri media
 Inferior : atap nasofaring

 Lateral : sinus cavernosus &

a. carotis interna
 Posterior : Pons / fosa cerebri

posterior
RINOSINUSITIS

 Inflamasi mukosa hidung dan sinus


 infeksi dan non infeksi
 Morbiditas tinggi
AS : 30 juta penderita ( 1989 )
90 % ke pelayanan primer
Indonesia :
 data epidemiologik :(-)
 dx dasar : x – foto
 therapi tidak adekuat  kronik
PATOGENESIS
Kelainan komplek ostiomeatal
Bakteri dalam rongga sinus
Faktor predisposisi ( + )

SIKLUS RINOSINUSITIS
SIKLUS RINOSINUSITIS
Sekret kental
Sekret terbendung
Perubahan met. gas mukosa

Kongesti mukosa / obstruksi Silia & epitel rusak


anatomik hentikan aliran
udara dan drainase
Perubahan lingk.  baik utk
pertumb bakteri di rgg tertutup
Ostium tertutup

Sekret yg tertimbun 
Penebalan mukosa  inflamasi jaringan
sumbatan lebih lanjut
Infeksi bakteri dalam
rongga sinus
Konfirmasi diagnosis
 X – foto sinus para nasal
 Pungsi sinus
 CT – Scan
CT Scan
Metode Pemeriksaan Variasi
Sinus Paranasal
Foto Polos SPN
 Sinus maksila & sinus frontal
 Water’s, Towne’s, lateral & submentovertex
 Kekurangan
 1/3 bawah sinus frontal & sinus etmoid anterior/
posterior sulit diidentifikasikan
 Gambaran
 Penebalan mukosa lebih dari 4 mm

 Radioopak seluruh rongga sinus maksila


 Air fluid level

 Pajanan radiasi : 40 – 60 mV 13
Tomografi Komputer
 Penatalaksanaan rinosinusitis kronik
 mengembalikan fungsi normal aliran
mukosiliar
 mempertahankan aliran alamiah melalui KOM

 Gambaran TK sinus paranasal


 Peta bagi klinisi dalam pelaksanaan BSEF

 Potongan koronal TK
 gambaran endoskopi

 struktur anatomi yang tdk tampak melalui

endoskopi 14
MRI

 Membedakan :
 jaringan lunak & cairan dengan baik

 neoplasma & jaringan inflamasi

 Kekurangan MRI dari TK


 kurang dapat mengevaluasi trauma
& rangkaian tulang pada KOM

15
KAPAN
Tomografi Komputer dilakukan?
setelah terapi medikamentosa
 Untuk mengurangi efek kongesti sinus yg
reversibel
 Tidak4-6 minggu dilakukan pada saat infeksi
akut. Kecuali kasus berat dan komplikasi

Beberapa bagian radiologi memberikan


 Obat semprot hidung dekongestan atau
antihistamin
 Mengurangi edema mukosa yg reversibel

sebelum dilakukan CT scan


16
Bagaimana Permintaan TK ?
Syarat Tomografi komputer
TK sinus paranasal

TK dengan potongan koronal


irisan 3 mm, soft tissue
setting, tanpa kontras

Window width antara 1200


sampai 2000
17
18
Gradasi Rinosinusitis Sesuai TK
(Lund Mackay) Perselubungan Perselubungan
parsial total
Etmoid Kanan 0 1 2
anterior
Kiri 0 1 2
Etmoid Kanan 0 1 2
posterior
Kiri 0 1 2
Maksila Kanan 0 1 2
Kiri 0 1 2
Frontal Kanan 0 1 2
Kiri 0 1 2
Sfenoid Kanan 0 1 2
Kiri 0 1 2
Tidak Obstruksi
Obstruksi
Kompleks Kanan 0 2
ostiomeatal
Kiri 0 2
Nilai total :
19
Faktor Mempengaruhi Anatomi SPN

Umur
Ras
Jenis kelamin
Gangguan kongenital
perkembangan maksilofasial
genetik
Sindroma Apert & Crouzon, Pierre Robin,
Treacher Collins
20
Perkembangan Sinus Paranasal
Sinus Umur Gambaran Terbentuk
terbentuk radiologi sempurna
Etmoid Intra uterin Segera Umur 12
setelah lahir
Maksila Intra uterin Segera Umur 12
setelah lahir
Frontal Umur 1-2 Umur 3-6 Umur 18
Sfenoid Umur 3-4 Umur 8/9 Dewasa muda

21
AREA SISTEMATIK PEMBACAAN TOMOGRAFI
KOMPUTER

I II III IV

22
Kompleks
Ostiomeata
Prosesus Unsinatus l Sinus Maksila

Infundibulum Etmoid Ostium Sinus Frontal

Sel Etmoid Anterior Ostium Sin Etmoid Ant


23
Variasi Anatomi Sinus Paranasal

Daerah Sumbatan
Sumbatan Struktur Sinus etmoid
Bahaya pada Drainase Sinus sfenoid
KOM Lainnya ant & post
BSEF Sinus

24
AREA I

25
Sinus Frontal

26
Sel Frontal

27
Resesus Frontal

28
Sel Agger Nasi

N.infraor
bitalis

29
AREA II

30
Kompleks Osteomeatal

31
Konka Media

Konka Bulosa
Konka Paradoksal
32
Klasifikasi Konka Bulosa

Tipe lamelar

Tipe bulbous

Tipe ekstensif

33
Konka Media Sekunder

34
Prosesus Unsinatus

35
Prosesus Unsinatus (PU)

Defleksi ke medial 
double middle
turbinate

Defleksi ke lateral 
menutup
infundibulum etmoid

36
Infundibulum Etmoid

37
Sinus Maksila
 Lokasi ostium maksila
 1/3 posteroinferior infundibulum
 Perhatian klinisi:
 dasar sinus sangat dekat dgn akar gigi rahang atas
 sinusitis maksila  komplikasi orbita
 ostium sinus maksila terletak lebih tinggi dari dasar sinus
 drenase hanya tergantung dari gerak silia
 Variasi anatomi sinus maksila
 sel Haller
 hipoplasia/atelektasis
 ostium asesorius

38
Sel Haller

39
Bula Etmoid

40
Sinus Lateral

41
Sinus Etmoid

42
Atap Sinus Etmoid

Keros 1 : 1-3 mm
Keros 2 : 4-7 mm
Keros 3 : 8-16 mm

43
Arteri Etmoid Anterior
Derajat I :
AEA terdapat pada atap etmoid

Derajat II :
AEA di bawah atap etmoid

Derajat III : 44
Arteri berada di luar atap etmoid
Lamina Basalis

45
AREA III

46
Sinus Etmoid Posterior

47
Sel Onodi

48
AREA IV

49
Sinus Sfenoid

 Penonjolan nervus optikus (Optic nerve protution=ONP)


 penonjolan nervus optikus ke dalam sinus sfenoid

 ratio penonjolan nervus optikus kedlm sinus sfenoid >= 0,5 mm

 Lekukan nervus optikus (Optic nerve indentation=ONI)


 penonjolan nervus optikus ke dalam sinus sfenoid dgn ratio
penonjolan < 1 mm atau > 0,5 mm
50
Sel Sfenoid

 Alur nervus optikus (Optic nerve coursing=ONC).


 nervus optikus terpapar dan menonjol ke dalam sinus
sfenoid dengan ratio sama dengan 1 mm.
 Pneumanisasi pada prosesus klinoid anterior (Anterior
clinoid process pneumanization=ACPP)
Septum Deviasi

52
Septum Deviasi
 Ringan  I kemiringan 0-10o
• Sedang  II kemiringan 11-20o
 Berat  III kemiringan >21o
Grade III

Grade I Rinosinusitis

Yasan H, Dogru H, Baikal B, Doner F, Tuz M.What Is The Relationship Between


Chronic Sinus Desease And Isolated Nasal Septal Deviation.Otolaryngol Head Neck
Surg.2005;133:190-3 53

Anda mungkin juga menyukai