Anda di halaman 1dari 44

Pajak Penghasilan Pasal 21

Pasal 21 adalah pajak penghasilan berupa gaji, upah, honorium, tunjangan dan
pembayaran lainnya dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan deng
an pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi
subjek pajak dalam negeri.

PTKP PPh pasal 21 ada 2 yaitu:


- TK : wajib pajak yang belum menikah dan untuk semua wanita yang sudah a
tau belum menikah.
- K : wajib pajak yang sudah menikah

Besarnya PTKP per tahun adalah sebagai berikut:


- Rp 54.000.000,00 untuk diri wajib pajak orang pribadi
- Rp 4.500.000,00 untuk wajib pajak yang kawin
- Rp 4.500.000,00 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluar
ga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tang
gungan sepenuhnya paling banyak 3 orang untuk setiap keluarga.
Subjek Pajak

Subjek pajak pasal 21: Warga negara Indonesia (orang p


ribadi sebagai karyawan) dan warga negara asing yang b
erniatan atau bertempat tinggal selama >183 hari.

Subjek pajak pasal 26 : warga negara asing atau orang y


ang tidak bertempat tinggal di Indonesia/ berada di Indo
nesia tidak lebih dari 183 hari dalam 12 bulan
Tarif Pajak

Tarif pasal 17
Lapisan penghasilan kena pajak Tarif pajak
Rp 0 - Rp 50.000.000,00 5%
Rp 50.000.000,00-Rp 15%
250.000.000,00
Rp 250.000.000,00-Rp 25%
500.000.000,00
Lebih dari Rp 300.000.000,00 30%

Tarif Pasal 26
20% X Penghasilan bruto
PPh pasal 21:
- Jika tidak memiliki NPWP dikenakan pemotongan PPh pasal 21 lebih tinggi
20%.
- Telat bayar adalah 10 hari setelah masa pajak dengan denda 2% perbulan ma
ksimal 48 bulan.
- Telat lapor adalah 20 hari setelah masa pajak dan dendanya Rp 100.000,00.
Pasal 26:
- Telat bayar adalah 10 hari setelah masa pajak dengan denda 2% perbulan ma
ksimal 48 bulan.
- Telat lapor adalah 20 hari setelah masa pajak dan dendanya Rp 100.000,00.
Perhitungan PPh pasal 21 atas gaji
(karyawan tetap)
a. Gaji pokok
b. Tunjangan yang bersifat uang
c. Premi : -kematian
-kecelakaan
d. Pengahasilan bruto
e. Biaya jabatan
5% * PB (maksimal 6.000.000/tahun)
f. Iuran yang dibayarkan pekerja:
-pensiun
- jaminan hari tua
g. Penghasilan netto sebulan = d-e-f
h. Penghasilan netto disetahunkan
i. PTKP
J. PKP = h-i
k. PKP dibulatkan (kedalam ribuan ke bawah)
l. PPh pasal 21 setahun :
Tarif pasal 17 * PKP
m. PPh pasal 21 sebulan
PPh pasal 21 atas bonus

Perhitungan PPh pasal 21 atas gaji da Perhitungan PPh pasal 21 atas gaji seta
n bonus setahun hun
a. Gaji setahun a. Gaji setahun
b. Bonus b. Premi jaminan kecelakaan kerja seta
c. Premi jaminan kecelakaan kerja set hun
ahun c. Premi jaminan kematian setahun
d. Premi jaminan kematian setahun d. Penghasilan bruto setahun = a+b+c
e. Pengahasilan bruto setahun = a+b+ e. Biaya jabatan
f. Iuran pensiun setahun
c+d g. Jaminan hari tua setahun
f. Biaya Jabatan h. Penghasilan netto setahun =d-e-f-g
g. Iuran pensiun setahun i. PTKP setahun
h. Jaminan hari tua j. Penghasilan kena pajak setahun =h-i
i. Penghasilan netto setahun=e-f-g-h h. PPh pasal 21 terutang
j. PTKP setahun
k. PKP setahun = i-j PPh pasal 21 atas bonus:
l. PPh pasal 21 terutang PPh pasal 21 atas gaji dan bonus - PPh
pasal 21 atas gaji
PPh pasal 21 atas Pegawai Harian
Pegawai harian dibedakan menjadi 2:
1. Pegawai harian tetap.
2. Pegawai harian lepas :
- kurang dari atau sama dengan Rp 450.0
00
( kalau kurang dari Rp 450.000 tidak di
kenai pajak kecuali akumulasi dalam masa
pajak Rp 4.500.000)
- lebih dari Rp 450.000
PPh pasal 21 atas tenaga ahli
DPP * tarif pasal 17
keterangan:
DPP = 50% * penghasilan bruto

Pesangon
Tarif pesangon:
1. 0% : 0 - Rp 50.000.000,00
2. 5% : Rp 50.000.000,00 - Rp 100.000.000,00
3. 15%: Rp 100.000.000,00 - Rp 500.000.000,00
4. 25% : lebih dari Rp 500.000.000,00
Pajak atas Hadiah
PPh pasal 4 ayat 3:
Hadiah langsung yang bukan pajak
PPh pasal 4 ayat 2:
Hadiah undian dikenakan tarif sebesar 25%
PPh pasal 26:
Hadiah adu ketangkasan yang dimenangkan oleh objek
pajak luar negeri dikenakan tarif sebesar 20%
PPh pasal 23:
Hadiah yang dimenangkan oleh subjek pajak dalam neg
eri bersifat badan dikenakan tarif sebesar 15%
PPh pasal 21:
Hadiah yang dimenangkan oleh orang pribadi subjek paj
ak dalam negeri dikenakan tarif pasal 17.
PPh pasal 23
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 adalah pajak yang dipotong ata
s penghasilan yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau hadi
ah dan penghargaan, selain yang telah dipotong PPh Pasal 21.

1. Pemotong PPh Pasal 23:


a. badan pemerintah;
b. Subjek Pajak badan dalam negeri;
c. penyelenggaraan kegiatan;
d. bentuk usaha tetap (BUT);
e. perwakilan perusahaan luar negeri lainnya;
f. Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri tertentu, yang ditunjuk
oleh Direktur Jenderal Pajak.

2. Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 23:


a. WP dalam negeri;
Tarif dan objek pajak pasal 23

Tarif dan Objek PPh Pasal 23


1. 15% dari jumlah bruto atas:
a. dividen kecuali pembagian dividen kepada orang pribadi dikenaka
n final, bunga, dan royalti;
b. hadiah dan penghargaan selain yang telah dipotong PPh pasal 21.
2. 2% dari jumlah bruto atas sewa dan penghasilan lain sehubungan
dengan penggunaan harta kecuali sewa tanah dan/atau bangunan.
3. 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa teknik, jasa manajemen, ja
sa konstruksi dan jasa konsultan.
Tarif dan Objek Pajak Pasal 23
4. 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa lainnya, yaitu:
a. Jasa penilai;
b. Jasa Aktuaris;
c. Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan;
d. Jasa perancang;
e. Jasa pengeboran di bidang migas kecuali yang dilakukan oleh BUT;
f. Jasa penunjang di bidang penambangan migas;
g. Jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang penambangan selain miga
s;
h. Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara;
i. Jasa penebangan hutan
j. Jasa pengolahan limbah
k. Jasa penyedia tenaga kerja
l. Jasa perantara dan/atau keagenan;
m. Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang dilakukan K
SEI dan KPEI;
n. Jasa kustodian/penyimpanan-/penitipan, kecuali yang dilakukan oleh KSEI;
o. Jasa pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara;
p. Jasa mixing film;
q. Jasa sehubungan dengan software komputer, termasuk perawatan, pe
meliharaan dan perbaikan;
r. Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, A
C, dan/atau TV kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang rua
ng lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertif
ikasi sebagai pengusaha konstruksi
s. Jasa perawatan / pemeliharaan / pemeliharaan mesin, peralatan, listri
k, telepon, air, gas, AC, dan/atau TV kabel, selain yang dilakukan oleh
Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempuny
ai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi
t. Jasa maklon
u. Jasa penyelidikan dan keamanan;
v. Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer;
w. Jasa pengepakan;
x. Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media massa, media lu
ar ruang atau media lain untuk penyampaian informasi;
y. Jasa pembasmian hama;
z. Jasa kebersihan atau cleaning service; aa. Jasa katering atau tata bog
a.
(Untuk yang tidak memiliki NPWP dipotong 100% lebih tinggi dari tari
f PPh pasal 23)
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 3
4/PMK.010/2017 Tentang pemungutan PPh pasal 23

 Bendaharawan

Tarif —> 1,5% X DPP (diluar PPN)

-Telat lapor 14 hari setelah masa pajak

-Telat bayar pada saat hari diserahkan barang

-Tidak Mempunyai NPWP dikenakan pajak 100% lebih tinggi


Barang Mewah
Tarif —> 5% X harga jual (diluar PPN)
-Telat bayar 10 hari setelah masa pajak dengan denda 2%.
-Telat lapor 20 hari setelah masa pajak dengan denda Rp 100.000,00.
Yang termasuk barang mewah yaitu:
- Mobil dengan kursi kurang dari 10, lebih atau sama dengan 3000 cc, den
gan harga lebih atau sama dengan Rp 2.000.000.000,00.
- Roda dua dengan harga lebih dari
Rp 300.000.000,00
-pesawat pribadi dan helikopter pribadi.
-kapal pesiar pribadi.
-Rumah dengan luas 400 m2 dengan harga lebih dari Rp 5.000.000.000,00
-Apartemen dengan luas 150m2 dengan harga Rp 4.500.000.000,00
•Impor
Tarif —> 10% X Nilai Impor
Nilai Impor= CIF + bea masuk + bea masuk tambahan
Telat bayar pada saat barang masuk dengan denda 2% d
an telat lapor 7 hari setelah barang masuk dengan denda
Rp 100.000,00.
Barang barang yang dikenakan impor yaitu:

a.Barang tertentu sebagaimana tercantum dalam lampiran 1 pada


PM Nomor 34/PMK.010/2017, sebesar 10% dari nilai impor de
ngan atau tanpa API.
b.Barang tertentu lainnya sebagaimana tercantum dalam lampiran
II pada PM nomor 34/PMK.010/2017, sebesar 7,5% dari nilai i
mpor dengan atau tanpa API.
c.Barang sebagaimana tercantum dalam lampiran III pada PM no
mor 34/PMK.010/2017, sebesar 0,5% dari nilai impor dengan
menggunakan API.
d.Barang selain pada huruf a, b, dan c yang menggunakan API, se
besar 2,5% dari nilai impor.
e.Barang sebagaimana huruf c dan d yang tidak menggunakan A
PI, sebesar 7,5% dari nilai impor.
f. Barang yang tidak dikuasai, sebesar 7,5% dari harga jual lelang
Bahan bakar minyak sebesar:

- SPBU Pertamina, sebesar 0,25% dari DPP tidak termasuk PPN.

- SPBU swasta, sebesar 0,3% dari DPP tidak termasuk PPN.

- SPBU non pertamina, sebesar 0,3% dari DPP tidak termasuk PP

N.

Bahan bakar gas sebesar 0,3% dari DPP tidak termasuk PPN.

Pelumas sebesar 0,3% dari DPP tidak termasuk PPN


•Atas penjualan industri tertentu:
1. semua jenis semen sebesar 0,25% dari DPP.
2. kertas sebesar 0,1% dari DPP.
3. baja sebesar 0,3% dari DPP.
4. Otomotif sebesar 0,45% dari DPP.
5. Farmasi sebesar 0,3% dari DPP.
6. Penjualan kendaraan oleh ATPM, APM dan importir
umum kendaraan bermotor, sebesar 0,45 dari DPP.
7. Pembelian dari hasil pertanian sebesar 0,25% dari har
ga pembelian diluar PPN.
8. pembelian batubara, mineral logam dan mineral buka
n logam, sebesar 1,5% dari haga pembelian diluar PPN.
8. Penjualan emas batangan sebesar 0,45% dari harga ju
al emas batangan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
46 Tahun 2013
Apabila wajib pajak badan atau orang pribadi yang memiliki
usaha yang tidak melakukan pembukuan hanya pencatatan y
ang penghasilan bruto kurang dari atau sama dengan Rp 4.8
00.000.000,00 maka diizinkan menggunakan pasal 46 selam
a usahanya tidak berpindah-pindah.
Tarif pajak —> 1% X penghasilan
Telat lapor dan telat bayar 3 bulan setelah tahun pajak, telat l
apor dikenakan Rp 100.000,00 dan telat bayar 2% untuk ora
ng pribadi.
Telat lapor dan telat bayar 4 bulan setelah tahun pajak, telat
lapor dikenakan Rp 100.000,00 dan telat bayar Rp 1.000.00
0,00 untuk subjek pajak badan.
Undang Undang Republik Indonesia
Nomor 36 Tahun 2008
Pasal 31E
- Wajib pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto kurang da
ri atau sama dengan Rp 4.800.000.000,00 akan mendapat potongan
50%.
Perhitungan —> 25% X 50% X PKP
- Lebih dari Rp 4.800.000.000,00 dan kurang dari atau sama dengan
Rp 50.000.000.000,00
Perhitungan
Yang mendapat potongan:
4,8 M: PB X PKP = a X 25% X 50%= c
Yang tidak mendapat potongan:
PKP - a = b X 25% = d
Pajak Terutang = c + d
Pasal 24

Pasal 24 : pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri atas pengh

asilan darilihat negeri yang diterima atau diperoleh wajib pajak dala

m negeri boleh dikreditkan terhadap pajak yang terutang.

Untuk menghitung pasal 24 wajib pajak diwajibkan memiliki NPW

P.
Cara menghitung Pasal 24:
1. Mencari laba diluar negeri.
2. Menghitung tarif yang sudah dipotong di luar negeri.
= Tarif X PKP
(Tarif tergantung negara yang dituju)
3. Menghitung pajak terhutang di Indonesia.
= Tarif X PKP
Tarif tergantung orang pribadi atau badan menggunakan
pasal 31 E atau atau pasal 17.
PKP: laba luar negeri + laba dalam negeri.
4. Menghitung batas maksimal.
= laba luar negeri negara x : total laba X PT
5. Menghitung pasal 24
Membandingkan mana yang paling kecil di No 2 dan 4.
Pasal 29
Untuk menghitung pasal 29 wajib pajak diwajibkan
memiliki NPWP.
Kurang bayar : PT lebih besar dari pada kredit paja
k.
Lebih bayar : PT lebih kecil dari pada kredit pajak
Nihil : PTdisana dengan kredit pajak.
Yang termasuk Kredit Pajak pasal 29 yaitu:
- PPh pasal 21 (kecuali pesangon)
- PPh pasal 22 (kecuali bahan bakar minyak, gas, pelum
as)
- PPh pasal 23
- PPh pasal 24
- PPh pasal 25
- PPh pasal 15
PPh pasal 29
Orang pribadi = PT - PPh pasal 21, 22, 23, 24,15
Badan = PT - PPh pasal 22, 23, 24, 25, 15
Depresiasi
Cara menghitung:
Garis lurus : Tarif X Harga Perolehan (HP)
Saldo menurun : tarif X nilai buku
Nilai buku —> HP - Akum depresiasi
Akum depresiasi : penjumlahan saat tahun berjalan + sebelumnya.
Tarif depresiasi
Kelompok harta Masa manfaat Tarif penyusutan
berwujud Garis lurus Saldo menurun

I. Bukan bangunan
Kelompok I 4 tahun 25% 50%
Kelompok II 8 tahun 12.5% 25%
Kelompok III 16 tahun 6,25% 12,5%
Kelompok IV 20 tahun 5% 10%
II. Bangunan
Permanen 20 tahun 5%
Tidak Permanen 10 tahun 10%
Revaluasi
Revaluasi yaitu menghitung ulang aset teta
p agar pajak semakin rendah.
Tarif
- 10 % X Harga Pasar ( dengan syarat tidak
dijual selama 5 tahun)
- 15% X Harga Pasar ( jika ingin dijual).
Rekonsiliasi Fiskal

Rekonsiliasi (koreksi) fiskal adalah proses penyesua


ian atas laba komersial yang berbeda dengan ketentu
an fiskal untuk menghasilkan penghasilan neto/laba
yang sesuai dengan ketentuan pajak.

Beban atau pendapatan yang boleh di fiskal yaitu se


mua yang ada di pasal 6, sedangkan yang tidak bole
h diakui yaitu Pasal 4 ayat 2, 4 ayat 3 dan pasal 9.
Koreksi Positif —> laba fiskal semakin tinggi.
Koreksi Negatof —> laba fiskal semakin rendah.
Beda tetap —> terjadi pada tahun yang bersangkuta
n.
Beda waktu —> masih bisa ditelusuri ditahun berik
utnya.
- kendaraan yang digunakan oleh manajer dan seting
katnya yang dibawa pulang hanya boleh dibebankan
50% termasuk biaya transport dan lainnya.
- handphone yang digunakan oleh staf, manajer/ dire
ksi selama bisa dibawa pulang maka beban depresia
si hanya 50% termasuk biaya lainnya.
Pajak Tangguhan

•Beban pajak tangguhan —> laba komersial lebih


besar dari laba fiskal dengan syarat total koreksi di
negatif dan beban komersial kurang dari beban fisk
al dibeda waktunya.
•Aktiva pajak tangguhan —> laba komersial denga
n syarat total koreksi dipositif atau beban komersia
l dan beban fiskal hanya di beda waktu.
Pajak Penghasilan Final
 Pengalihan Hak atas tanah dan bangunan :
penjualan, tukar menukar atau ruislag, per
janjian pemindahan hak, pelepasan hak, p
enyerahan hak, lelang, hibah atau cara lain
yang disepakati oleh pihak-pihak yang ber
sangkutan. Tarif : 5% dari nilai yang tertin
ggi antara nilai pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan dengan Nilai Jual Obje
k Pajak (NJOP) atas tanah dan atau bangu
nan.
•PPh atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi.
Tarif:
a. 2% untuk pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh pe
nyedia jasa yang memiliki kualifikasi usaha kecil.
b. 4% untuk pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh pe
nyedia jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha.
c. 3% untuk pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh pe
nyedia jasa selain penyedia jasa sebagaimana dimaksud dala
m huruf a dan b.
d. 4% untuk perencanaan konstruksi atau pengawasan konstr
uksi tang dilakukan oleh penyedia jasa yang memiliki kualif
ikasi usaha.
e. 6% untuk perencanaan konstruksi atau pengawasan konstr
uksi yang dilakukan oleh penyedia jasa yakuat isak memiliki
kualifikasi usaha.
PPh Final atas SewaTanaka dan / atau Bangu
nan
Objek :
Atas penghasilan dari sewa tanah dan / atau
bangunan berupa: tanah, rumah, rumah susu
n, apartemen, kondomonium, gedung perka
ntoran, pertokoan atau pertemuan termasuk
bagiannya.

Tarif :
10% dari jumlah bruto nilai persewaan.
PPh Final atas Bunga Deposito, Tabungan dan Sert
ifikat Bank Indonesia
Objek PPh: penghasilan berupa bunga dengan nam
a dan dalam bentuk apapun yang diterima / diperol
eh dari deposito, tabungan dan diskonto SBI.
Tarif:
- 20% dari jumlah bruto (bersifat final) terhadap w
ajib pajak dalam negeri dan BUT.
- 20% atau tarif sebagaimana P3B terhadap wajib
pajak luar negeri.
PPh atas Bungan dan Diskonto Obligasi yang diperdagangkan
dan/atau dilaporkan perdagangannya di Bursa Efek.

Tarif
- atas bunga obligasi dengan kupon:
- 20% bagi wajib pajak dalam negeri dan BUT.
- 20% atau tarif P3B bagi wajib pajak luar negeri
dari jumlah bruto bunga sesuai dengan masa kepemilikan obli
gasi.
- atas diskonto dengan kupon:
- 20% bagi wajib pajak dalam negeri dan BUT.
- 20% atau tarif P3B bagi wajib pajak luar negeri.
Dari selisih lebih harga jual pada saat transaksi atau nilai nominal
pada saat jatuh tempo obligasi diatas harga perolehan obligasi tid
ak termasuk bunga berjalan.
Tarif
- atas diskonto obligasi tanpa bunga:
- 20% bagi wajib pajak dalam negeri dan BUT.
- 20% atau P3B bagi wajib pajak luar negeri.
Dari selisih Harga jual pada pada saat transaksi ata
u nilai nominal pada saat jatuh tempo obligasi.
PPh atas Penghasilan dari Transaksi Penjualan Sah
am di Bursa Efek
Objek dan tarif PPh:
- atas penghasilan dari penjualan saham dibursa efek.
0,1% dari jumlah bruto nilai transaksi penjualan.
- atas penjualan saham pendiri.
- 0,5% dari nilai saham pada saat penutupan bursa diak
hir 1996, 31-12-1996 (jika telah diperdagangkan dalam
tahun 1996 atau sebelumnya).
- 0,5% dari nilai saham pada saat Initial Public Offerin
g (jika diperdagangkan pada atau setelah 01-01-1997)
PPh Final atas Bunga Simpanan yang dibayarkan
Koperasi Kepada Anggotanya.
Objek dan tarif PPh
Atas penghasilan dari bunga simpanan yang dibayar
kan oleh koperasi kepada anggotanya.
10% dari jumlah bruto bunga simpanan.
Pengecualian :
Untuk bunga simpanan sampai maksimal Rp 240.00
0,00 dikecualikan dari objek PPh Final.
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 42 tahun 2009
PPN adalah suatu barang atau jasa yang mengalami
pertambahan nilai.
Wilayah berikat adalah wilayah Indonesia yang tida
k di kenakan PPN yang kegiatan utamanya ekspor.
Syarat:
-wajib memiliki NPWP
-jika penghasilan lebih dari sama dengan Rp 4.800.0
00,00 diwajibkan memiliki PKP (Pengusaha Kena P
ajak)
Tarif PPN :10% X DPP
Utang PPN : Pajak Keluar (PK) - Pajak masuk (PM)
PM bisa dikreditkan selama 3 bulan.
Syarat PM:
- menggunakan fraktur
- Fraktur yang diterbitkan tidak boleh cacat.
Waktu bayar yaitu akhir bulan setelah masa pajak .
Telat bayar : 2%/bulan dari pajak terhutang
Telat lapor : Rp 500.000,00
Contoh soal:

1.Tuan Nurdin bekerja sebagai direktur di perusahaan X


dan beliau memiliki PT NCG. Pada tahun 2018 tuan N
urdin telah pensiun dari perusahaan X dan menerima p
esangon sebesar Rp 600.000.000,00.
2.PT NCG tahun 2018 memiliki kerjasama dengan luar
negeri untuk membuat jas hujan senilai Rp 500.000.00
0.000,00 untuk membeli barang bakunya PT NCG me
ngimpor dari jepang harga bahan baku senilai Rp 500.
000.000,00, beban angkut senilai 200.000.000,00 den
gan bea masuk atas barang tersebut 20% dan bea masu
k tambahan senilai 50.000.000,00.
2.PT NCG memiliki 1 perusahaan di Malaysia. Perusah
aan di Malaysia mengalami keuntungan senilai 200.00
0.000,00. Penghasilan bruto tahun ini sebesar 35.000.
000.000,00 dengan laba di dalam negeri senilai 5.000.
000.000,00.
3. PT NCG menggunakan jasa akuntansi dengan imbala
n jasa 10.000.000,00
4. Beban gaji tahun 2018 sebesar 300.000.000,00 tidak t
ermasuk natura.
5.Denda membayar pajak sebesar 50.000.000,00
6.Zakat sebesar 50.000.000 yang diberikan melalui bada
n yang diakui oleh pemerintah.
7.Pajak bumi dan bangunan 15.000.000 belum termasu
k pajak penghasilan
2. Cadangan kerugian piutang 50.000.000
3.Aset tetap yang dimiliki sebagai berikut:
 Mobil operasional dibeli 10 Januari 2017 500.000.
000 dengan UE 10 tahun
 Kursi kayu 10 Mei 2016 senilai 100.000.000 deng
an UE 5 tahun
 AC 10 Maret 2016 senilai 150.000.000 dengan UE
5 tahun
 Printer 10 Maret 2015 senilai 75.000.000 dengan U
E 5 tahun
 Tanah dan bangunan dibeli 15 Januari 2015 senilai
700.000.000 termasuk di dalamnya tanah 400.000.
000.
2. 1 Mei 2018 perusahaan membeli barang
kena pajak seharga 300.000.000 dan pada
tanggal 10 Mei menjual barang kena pajak
sebesar 400.000.000.

jika akuntansi menggunakan garis lurus dan


pajak menggunakan fiskal. Maka hitunglah
pajak terhutang soal tersebut.

Anda mungkin juga menyukai