Thermodinamika
Thermodinamika
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I :
PENDAHULUAN
1.1 Pengertian
termodinamika ......
...............................
................. 1
1.2 Bentuk –
bentuk
energi.....................
...............................
....... 1
1.3 Sistem satuan
dalam
termodinamika ......
...............................
.. 3
BAB II : KONSEP
DASAR
TERMODINAMIKA
Page 11
Nilai W dapat berharga positif atau negatif bergantung pada ketentuan berikut.
a.Jika gas memuai sehingga perubahan volumenya berharga positif, gas (sistem) tersebut
dikatakan melakukan usaha yang menyebabkan volumenya bertambah. Dengan demikian,
usaha W sistem berharga positif.
b. Jika gas dimampatkan atau ditekan sehingga perubahan volumenya berharga negatif, pada
gas (sistem) diberikan usaha yang menyebabkan volume sistem berkurang. Dengan demikian,
usaha W pada tersebut sistem ini bernilai negatif.
Usaha yang dilakukan oleh sistem dapat ditentukan melalui metode grafik. Pada Gambar
4a dapat dilihat bahwa proses bergerak ke arah kanan (gas memuai). Hal ini berarti V2 > V1
atau ΔV > 0 sehingga W bernilai positif (gas melakukan usaha terhadap lingkungan). W sama
dengan luas daerah di bawah kurva yang diarsir (luas daerah di bawah kurva p –V dengan
batas volume awal dan volume akhir)
Gambar 3. (a) Grafik P–V suatu gas yang mengalami pemuaian (melakukan ekspansi) (b)
Grafik P–V suatu gas yang mengalami pemampatan (diberi kompresi).
2. Sistem Tertutup
Dalam sistem tertutup masa dari sistem yang dianalisis tetap dan tidak ada masa keluar
dari sistem atau masuk kedalam sistem, tetapi volumenya bisa berubah. Yang dapat-
keluar masuk sistem tertutup adalah energi dalam bentuk panas atau kerja.Sistem
tertutup
ditunjukkan oleh gambar 7. Gas di dalam silinder dianggap sebagai suatu sistem. Jika
panas diberikan ke silinder dari sumber luar, temperatur gas akan naik dan piston bergerak ke
atas.
3. Sistem Terisolasi
Adalah sebuah sistem yang sama sekali tidak dipengaruhi oleh lingkungannya. Sistem
ini massanya tetap dan tidak ada panas atau kerja yang melewati batas sistem.
Kesetimbangan Termal
Misalkan dua benda yang berasal dari material yang sama atau berbeda, yang satu
panas, dan lainnya dingin. Ketika benda ini ditemukan, benda yang panas menjadi lebih
dingin dan benda yang dingin menjadi lebih panas. Jika kedua benda ini dibiarkan
bersinggungan untuk beberapa lama, akan tercapai keadaan dimana tidak ada perubahan yang
bisa diamati terhadap sifat-sifat kedua benda tersebut. Keadaan ini disebut keadaan
kesetimbangan termal, dan kedua benda akan mempunyai temperatur yang sama. Perubahan
sistem thermodinamika dari keadaan seimbang satu menjadi keadaan seimbang lain
disebut proses, dan rangkaian keadaan diantara keadaan awal dan akhir disebut linasan proses
seperti terlihat pada Gambar 8
Dalam proses ini, tekanan dan volume sistem berubah sehingga persamaan W = p ΔV tidak
dapat langsung digunakan. Untuk menghitung usaha sistem dalam proses isotermal ini
digunakan cara integral. Misalkan, pada sistem terjadi perubahan yang sangat kecil sehingga
persamaan usahanya dapat dituliskan sebagai berikut :
dW = pdV
Jika Persamaan diatas diintegralkan maka dapat dituliskan :
dW = pdV
Dari persamaan keadaan gas ideal diketahui bahwa p = nRT/V. Oleh karena itu, integral dari
Persamaan diatas dapat dituliskan menjadi :
dW = (nRT / V)
W = nR T (lnV2 – lnV1)
W = n RT ln (V2/V1)
atau
W = n RT ln (p2/p1)
2. Isobarik
Proses isobarik adalah suatu proses perubahan keadaan gas pada tekanan tetap. Hukum
ini dirumuskan oleh warga negara Perancis bernama Jacques A.C. Charles pada tahun 1787.
Hukum ini berbunyi :
“Volume suatu massa gas sempurna berubah dengan berbanding langsung dengan
temperatur mutlak, jika tekanan mutlaknya konstan”
V/T = konstan
atau
V1/T1 = V2/T2
3. Isokhorik
Proses isokhorik adalah suatu proses perubahan keadaan gas pada volume tetap.
Hukum ini dirumuskan oleh Gay-Lusac, Hukum ini berbunyi :
”Tekanan mutlak dari suatu massa gas sempurna berubah berbanding langsung dengan
temperatur, jika volumenya konstan”.
p/T = konstan
atau
p1/T1 = p2/T2
4. Adiabatik
Proses adiabatik adalah suatu proses perubahan keadaan gas di mana tidak ada kalor (Q) yang
masuk atau keluar dari sistem (gas). Proses ini dapat dilakukan dengan cara mengisolasi
sistem menggunakan bahan yang tidak mudah menghantarkan kalor atau disebut juga bahan
adiabatik. Adapun, bahan-bahan yang bersifat mudah menghantarkan kalor disebut bahan
diatermik
p Vγ = konstan
Oleh karena persamaan gas ideal dinyatakan sebagai pV = nRT maka Persamaan (9–4) dapat
ditulis :
dengan γ = CP/CV = konstanta Laplace, dan CP/CV > 1. CP adalah kapasitas kalor gas pada
tekanan tetap dan CV adalah kalor gas pada volume tetap. Perhatikan diagram p – V pada
Gambar 12.
Oleh karena sistem tidak melepaskan atau menerima kalor, pada kalor sistem proses
adiabatik Q sama dengan nol. Dengan demikian, usaha yang dilakukan oleh sistem hanya
mengubah energi dalam sistem tersebut. Besarnya usaha pada proses adiabatik tersebut
dinyatakan dengan persamaan berikut.
Pada bagian sebelumnya, telah dibicarakan tentang hukum gas dimana memberikan kita
hubungan antara dua variabel, ketika variabel ketiga konstan. Dalam kondisi sebenarnya,
ketiga variabel yaitu: tekanan, volume dan temperatur, berubah secara bersamaan. Untuk
menyatakan kondisi ini, kedua hukum Boyle dan Charles digabung, dan memberikan
persamaan gas umum.
1
𝑝=
𝑣
dan berdasarkan hukum Charles:
v∝T
Terlihat bahwa
𝑇
V∝ MAKA : pv ∝ T
𝑃
Bentuk yang lebih berguna dari persamaan di atas adalah:
𝑝1𝑣1 𝑝2𝑣2
= = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛
𝑇1
𝑇2 notasi 1, 2 dan 3 mengacu kepada kondisi yang berbeda.
dimana
Adalah modifikasi dari persamaan gas umum. Jika volume (v) pada persamaan gas
umum dinyatakan dalam per 1 kg gas (disebut dengan volume spesifik, dan
dilambangkan dengan v ) maka konstanta C (pada persamaan gas umum) bisa diwakili dengan
konstanta lain s
R ( pada persamaan karakteristik gas). Sehingga persamaan gas umum bisa ditulis ulang
sebagai:
p.v = RT
s
disini R disebut konstanta gas karakteristik atau secara sederhana disebut konstanta gas.
m.p.v = mRT
s
Catatan:
3
Hukum Avogadro
Maka, sesuai dengan hukum Avogadro, 1 m oksigen (O ) akan mempunyai jumlah
2
3
Hukum
molekul yang ini
samaberbunyi:
dengan ‖volume yang sama
1 m hidrogen (H ) dari
jika gas-gas, pada
temperatur
2
dantemperatur dansama.
tekanannya tekanan yang
sama, mengandung
Pembuktian jumlah bahwa
menunjukkan molekulkarena
yang sama‖.
berat molekul hidrogen adalah 2 dan oksigen adalah
16, sehingga molekul oksigen mempunyai berat 32/2 = 16 kali berat molekul hidrogen.
3
Karena 1 m kedua gas ini mempunyai jumlah molekul yang sama, dan berat molekul oksigen
16 kali dari berat molekul hidrogen, kerapatan (atau berat spesifik) oksigen adalah 16 kali dari
kerapatan hidrogen. Maka, hukum Avogadro menunjukkan bahwa kerapatan dua gas
berbanding lurus dengan berat molekulnya, jika gas berada pada temperatur dan tekanan yang
sama.
Berat spesifik oksigen pada Normal Temperature and Pressure (disingkat N.T.P) yaitu
0 2
pada 03C dan 1,0332 kg/cm absolut adalah 1,429 kg/m .
1
𝑉𝑠 = 𝑚 3 /𝑘
1,429
𝑔
dan volume 32 kg (atau 1 kg molekul,1 kg mol) :
1
𝑉𝑠 = 𝑥32 = 22,4
1,429 3
𝑚
Dengan cara yang sama bisa dibuktikan bahwa volume 1 kg mol sembarang gas pada
3
NTP adalah 22,4 m .
Konstanta gas universal atau konstanta molar dari gas (biasanya dilambangkan dengan
R ) adalah produk konstanta gas dan berat molekul gas. Secara matematik:
u
R=MR
u
Dimana, M = berat molekul gas yang dinyatakan dengan gm (yaitu gm-mol) atau kg (yaitu kg-
mol)*
R = konstanta gas
Secara umum, jika M , M , M dst, adalah berat molekul dari gas yang berbeda dan R ,
1 2 3
1
M R = M R = M R ... = R
1 1 2 2 3 3 u
1. Harganya 848 kg-m/kg mol/K dalam MKS atau 8314 J/kg mol/K dalam SI.
2.Persamaan karakteristik gas (yaitu: pv = RT) bisa ditulis dalam bentuk berat
molekul yaitu:
pv = MRT
Rasio dua kalor spesifik (yaitu 𝛾 =C /C ) dari gas adalah konstanta penting di dalam
p v
termodinamika dan dilambangkan dengan γ. Rasio ini dikenal juga dengan indeks adiabatis.
Karena C selalu lebih besar dari C , harga γ selalu lebih besar dari satu.
p v
𝛾= 1+ 𝑅
𝐶𝑣
Atau :
𝐶𝑣 = 𝑅
𝛾− 1
γ = konstanta laplace
Siklus Termodinamika
2. Diagram Fasa
Zat murni dapat mengalami perubahan fasa pada keadaan yang berbeda-beda,
tergantung kepada kondisi property nya. Air berubah fasa menjadi gas pada temperatur sekitar
100 oC apabila tekanannya 1 atm, tetapi pada tekanan lebih tinggi maka
temperatur
perubahan fasa nya lebih tinggi pula. Gambar 14. menunjukkan diagram perubahan
IWANUDDIN
fasa cair- // DIKTAT TERMODNAMIKA I Page 24
gas pada suatu zat murni, dengan koordinat tekanan dan temperatur. Dari sifat tersebut diatas
dapat digambarkan diagram perubahan fasa dari suatu zat murni secara lengkap, yaitu pada
semua lingkup keadaan untuk zat murni tersebut. Contoh diagram perubahan fasa lengkap
tersebut diperlihatkan pada Gambar 15 (a) dengan koordinat Tv dan Gambar 15 (b) untuk
koordinat P-v. Garis fasa berbentuk lengkungan tajam pada bagian atasnya, garis disebelah kiri
adalah garis liquid jenuh dan garis disebelah kanan adalah garis uap jenuh. Titik puncaknya
merupakan titik kritis, dimana diatas titik tersebut kondisi fasa.
kondisi liquid dan gas bersamaan. Keadaan titik kritis untuk zat murni air terjadi pada
tekanan Pcr = 22,09 MPa, dan temperatur Tcr = 374,14oC. Daerah diantara garis liquid jenuh
dengan garis uap jenuh adalah daerah terjadinya campuran antara fasa cair dan fasa gas. Garis
putus-putus pada diagram Gambar 15 (a) menunjukkan lintasan proses penguapan zat murni
pada tekanan konstan P1 dan P2 (dengan P2 > P1), dan terlihat bahwa lintasan proses
penguapan pada tekanan P2 terjadi pada temperatur lebih tinggi daripada lintasan pada
temperatur P1. Garis a-b menunjukkan pemanasan pada fasa liquid sampai mencapai titik cair
jenuh di b. Sedang pada garis b-c terjadi proses penguapan yang terjadi pada temperatur
1. Gas Ideal
Gas ideal adalah gas teoritis terdiri
dari partikel-partikel titik yang bergerak
secara
acak dan tidak saling berinteraksi. Molekul-molekul gas didalam suatu ruangan yang
dibatasi dinding bergerak kesegala arah dengan tidak beraturan (chaotic motion ). Karena
gerakan
tidak beraturan tersebut kemungkinan sering terjadi tumbukan antar molekul, sebelum
menabrak dinding batas ruangan. Tabrakan molekul ke dinding ruangan tersebut terjadi secara
terusmenerus, yang menimbulkan efek tekanan gas didalam ruangan tersebut. Semakin tinggi
temperature gas, maka semakin besar kecepatan geraknya sehingga menyebabkan momentum
tumbukan terhadap dinding semakin besar. Akibatnya tekanan yang terjadi dida lam ruangan
akan semakin besar pula.
Persamaan Van der Waals mempunyai ketelitian yang kurang baik, tetapi apabila konstanta a
dan b dihitung menurut perilaku gas sebenarnya pada lingkup yang luas maka ketelitiannya
menjadi lebih naik.
𝐴 = 𝐴0 (1 −𝑣 𝑎 ) dan 𝐵 = 𝐵 (1 −
𝑣
𝑏 0
)