Anda di halaman 1dari 19

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I :
PENDAHULUAN

1.1 Pengertian
termodinamika ......
...............................
................. 1
1.2 Bentuk –
bentuk
energi.....................
...............................
....... 1
1.3 Sistem satuan
dalam
termodinamika ......
...............................
.. 3

BAB II : KONSEP
DASAR
TERMODINAMIKA

2.1 Usaha dalam


termodinamika ......
...............................
........... 11
1. Sistem, proses,
dan siklus
termodinamika .
.........................
... 13
2. Properti zat
murni dan
karateristik gas
ideal .................
........ 24

BAB III : HUKUM


DALAM
TERMODINAMIKA
BAB II
KONSEP DASAR TERMODINAMIKA

2.1 Usaha Dalam Termodinamika


Usaha merupakan gaya yang diberikan kepada suatu benda sehingga benda berpindah
posisi atau kedudukan, dari kedudukan awal menuju kedudukan akhir.
W=Fxs
Bagaimanakah cara menghitung usaha pada gas? Tinjaulah suatu gas yang berada
dalam tabung dengan penutup berbentuk piston yang dapat bergerak bebas, seperti terlihat
pada
Gambar 3.

Page 11
Nilai W dapat berharga positif atau negatif bergantung pada ketentuan berikut.
a.Jika gas memuai sehingga perubahan volumenya berharga positif, gas (sistem) tersebut
dikatakan melakukan usaha yang menyebabkan volumenya bertambah. Dengan demikian,
usaha W sistem berharga positif.
b. Jika gas dimampatkan atau ditekan sehingga perubahan volumenya berharga negatif, pada
gas (sistem) diberikan usaha yang menyebabkan volume sistem berkurang. Dengan demikian,
usaha W pada tersebut sistem ini bernilai negatif.

Usaha yang dilakukan oleh sistem dapat ditentukan melalui metode grafik. Pada Gambar
4a dapat dilihat bahwa proses bergerak ke arah kanan (gas memuai). Hal ini berarti V2 > V1
atau ΔV > 0 sehingga W bernilai positif (gas melakukan usaha terhadap lingkungan). W sama
dengan luas daerah di bawah kurva yang diarsir (luas daerah di bawah kurva p –V dengan
batas volume awal dan volume akhir)

Gambar 4a. gas memuai


Selanjutnya perhatikan Gambar 4b. Jika proses bergerak ke arah kiri (gas memampat),
V2 < V1 atau ΔV < 0 sehingga W bernilai negatif (lingkungan melakukan usaha terhadap
gas). W = – luas daerah di bawah kurva p–V yang diarsir.

Gambar 4b. gas memampat

Gambar 3. (a) Grafik P–V suatu gas yang mengalami pemuaian (melakukan ekspansi) (b)
Grafik P–V suatu gas yang mengalami pemampatan (diberi kompresi).

IWANUDDIN // DIKTAT TERMODNAMIKA I Page 12


2.2 Sistem, Proses, Dan Siklus Dalam Termodinamika
Sistem termodinamika secara luas bisa didefinisikan sebagai luas atau ruang tertentu
dimana proses termodinamika terjadi. Atau adalah suatu daerah dimana perhatian kita
difokuskan dalam mempelajari proses termodinamika. Sedikit observasi akan memperlihatkan
bahwa sistem termodinamika mempunyai batas sistem, dan segala sesuatu yang ada di luar
batas sistem disebut lingkungan. Batas sistem ini bisa saja berupa batas tetap seperti
pada tangki yang berisi gas yang terkompresi, atau batas bergerak seperti yang dijumpai pada
sejumlah volume cairan di dalam saluran pipa.

Gambar 5. skema system termodinamika

Klasifikasi Sistem Termodinamika

Sistem termodinamika bisa diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok:


1. Sistem terbuka;
2. Sistem tertutup; dan
3. Sistem terisolasi.
1. Sistem Terbuka
Dalam sistem terbuka, energi dan masa dapat keluar sistem atau masuk kedalam
sistem melewati batas sistem. Panas dan kerja bisa juga melewati batas sistem. Gambar 6
menunjukkan diagram sebuah kompresor udara yang menggambarkan sistem terbuka ini.

Gambar 6. sistem termodinamika terbuka

IWANUDDIN // DIKTAT TERMODNAMIKA I Page 13


Zat yang melewati batas sistem adalah udara bertekanan rendah (L.P) yang memasuki
kompresor dan udara bertekanan tinggi (H.P) yang meninggalkan kompresor. Kerja melewati
batas sistem melalui poros penggerak dan panas ditransfer melewati batas sistem melalui
dinding silinder. Sebagian besar mesinmesin konversi energi adalah sistem terbuka. Sistem
mesin motor bakar adalah ruang didalam silinder mesin, dimana campuran bahan bahan bakar
dan udara masuk kedalam silinder, dan gas buang keluar sistem melalui knalpot. Turbin gas,
turbin uap, pesawat jet dan lain-lain adalah merupakan sistem thermodinamika terbuka,
karena secara simultan ada energi dan masa keluar-masuk sistem tersebut.

2. Sistem Tertutup
Dalam sistem tertutup masa dari sistem yang dianalisis tetap dan tidak ada masa keluar
dari sistem atau masuk kedalam sistem, tetapi volumenya bisa berubah. Yang dapat-
keluar masuk sistem tertutup adalah energi dalam bentuk panas atau kerja.Sistem
tertutup
ditunjukkan oleh gambar 7. Gas di dalam silinder dianggap sebagai suatu sistem. Jika
panas diberikan ke silinder dari sumber luar, temperatur gas akan naik dan piston bergerak ke
atas.

Gambar 7. sistem termodinamika tertutup


Ketika piston naik, batas sistem bergerak. Dengan kata lain, panas dan kerja melewati
batas sistem selama proses, tetapi tidak ada terjadi penambahan atau pengurangan
massa zat. Contoh sistem tertutup adalah suatu balon udara yang dipanaskan, dimana
masa udara
didalam balon tetap, tetapi volumenya berubah, dan energi panas masuk kedalam masa
udara didalam balon.

3. Sistem Terisolasi

Adalah sebuah sistem yang sama sekali tidak dipengaruhi oleh lingkungannya. Sistem
ini massanya tetap dan tidak ada panas atau kerja yang melewati batas sistem.

IWANUDDIN // DIKTAT TERMODNAMIKA I Page 14


Sifat-sifat Sistem
Karakteristik yang menentukan sifat dari sistem disebut property dari sistem, seperti
tekanan P, temperatur T, volume V, masa m, viskositas, konduksi panas, dan lain-lain. Selain
itu ada juga property yang disefinisikan dari property yang lainnya seperti, berat jenis, volume
spesifik, panas jenis, dan lain-lain.

Kesetimbangan Termal
Misalkan dua benda yang berasal dari material yang sama atau berbeda, yang satu
panas, dan lainnya dingin. Ketika benda ini ditemukan, benda yang panas menjadi lebih
dingin dan benda yang dingin menjadi lebih panas. Jika kedua benda ini dibiarkan
bersinggungan untuk beberapa lama, akan tercapai keadaan dimana tidak ada perubahan yang
bisa diamati terhadap sifat-sifat kedua benda tersebut. Keadaan ini disebut keadaan
kesetimbangan termal, dan kedua benda akan mempunyai temperatur yang sama. Perubahan
sistem thermodinamika dari keadaan seimbang satu menjadi keadaan seimbang lain
disebut proses, dan rangkaian keadaan diantara keadaan awal dan akhir disebut linasan proses
seperti terlihat pada Gambar 8

Gambar 8. proses dari keadaan 1 ke keadaan 2


Tergantung dari jenis prosesnya, maka keadaan 2 dapat dicapai dari keadaan 1 melalui
berbagai lintasan yang berbeda. Proses thermodinamika biasanya digambarkan dalam sistem
koordinat 2 dua property, yaitu P-V diagram, P-v diagram, atau T-S diagram. Proses yang
berjalan pada satu jenis property tetap, disebut proses iso - diikuti nama
property nya,
misalnya proses isobaris (tekanan konstan), proses isochoris (volume konstan), proses
isothermis (temperatur konstan) dan la in-lain.

IWANUDDIN // DIKTAT TERMODNAMIKA I Page 15


Proses Termodinamika
Terdapat empat proses dalam bahasan termodinamika yaitu proses isotermal, isobarik,
isokhorik, dan adiabatik.
1. Isotermal
Proses isotermal adalah suatu proses perubahan keadaan gas pada suhu tetap. Hukum
ini diformulasikan oleh Robert Boyle pada tahun 1662. Hukum ini berbunyi,
”Tekanan mutlak suatu massa dari gas sempurna berubah secara berbanding terbalik
terhadap volumenya, jika temperaturnya tetap”.

Gambar 9. proses isotermal

Menurut hukum boyle, Secara matematik dapat ditulis :


pV = konstan atau p1V1 = p2V2

Dalam proses ini, tekanan dan volume sistem berubah sehingga persamaan W = p ΔV tidak
dapat langsung digunakan. Untuk menghitung usaha sistem dalam proses isotermal ini
digunakan cara integral. Misalkan, pada sistem terjadi perubahan yang sangat kecil sehingga
persamaan usahanya dapat dituliskan sebagai berikut :
dW = pdV
Jika Persamaan diatas diintegralkan maka dapat dituliskan :

 dW =  pdV

Dari persamaan keadaan gas ideal diketahui bahwa p = nRT/V. Oleh karena itu, integral dari
Persamaan diatas dapat dituliskan menjadi :

 dW = (nRT / V)

IWANUDDIN // DIKTAT TERMODNAMIKA I Page 16


Jika konstanta n R, dan besaran suhu (T) yang nilainya tetap dikeluarkan dari integral, akan
diperoleh :

W = nR T (lnV2 – lnV1)

W = n RT ln (V2/V1)

atau

W = n RT ln (p2/p1)

2. Isobarik
Proses isobarik adalah suatu proses perubahan keadaan gas pada tekanan tetap. Hukum
ini dirumuskan oleh warga negara Perancis bernama Jacques A.C. Charles pada tahun 1787.
Hukum ini berbunyi :

“Volume suatu massa gas sempurna berubah dengan berbanding langsung dengan
temperatur mutlak, jika tekanan mutlaknya konstan”

Gambar 10. proses isobarik


Menurut Hukum Charles, persamaan keadaan gas pada proses isobarik dinyatakan dengan
persamaan :

V/T = konstan
atau

V1/T1 = V2/T2

IWANUDDIN // DIKTAT TERMODNAMIKA I Page 17


Oleh karena volume sistem berubah, sedangkan tekanannya tetap, usaha yang dilakukan oleh
sistem dinyatakan dengan persamaan

W = pΔV = p (V2 – V1)

3. Isokhorik
Proses isokhorik adalah suatu proses perubahan keadaan gas pada volume tetap.
Hukum ini dirumuskan oleh Gay-Lusac, Hukum ini berbunyi :
”Tekanan mutlak dari suatu massa gas sempurna berubah berbanding langsung dengan
temperatur, jika volumenya konstan”.

Gambar 11. proses isokhorik


Menurut Hukum Gay-Lussac proses isokhorik pada gas dapat dinyatakan dengan persamaan :

p/T = konstan

atau

p1/T1 = p2/T2

Oleh karena perubahan volume dalam proses isokhorik ΔV = 0 maka usahanya W = 0.

4. Adiabatik
Proses adiabatik adalah suatu proses perubahan keadaan gas di mana tidak ada kalor (Q) yang
masuk atau keluar dari sistem (gas). Proses ini dapat dilakukan dengan cara mengisolasi
sistem menggunakan bahan yang tidak mudah menghantarkan kalor atau disebut juga bahan
adiabatik. Adapun, bahan-bahan yang bersifat mudah menghantarkan kalor disebut bahan
diatermik

Proses adiabatik ini mengikuti persamaan Poisson sebagai berikut

p Vγ = konstan

IWANUDDIN // DIKTAT TERMODNAMIKA I Page 18


atau
p1 V1γ = p2 V γ
2

Oleh karena persamaan gas ideal dinyatakan sebagai pV = nRT maka Persamaan (9–4) dapat
ditulis :

T1V1(γ –1) = T2 V2(γ –1

dengan γ = CP/CV = konstanta Laplace, dan CP/CV > 1. CP adalah kapasitas kalor gas pada
tekanan tetap dan CV adalah kalor gas pada volume tetap. Perhatikan diagram p – V pada
Gambar 12.

Gambar 12. proses adiabatik

Dari kurva hubungan p – V tersebut, Anda dapat mengetahui bahwa:

1) Kurva proses adiabatik lebih curam daripada kurva proses isotermal.


2) Suhu, tekanan, maupun volume pada proses adiabatik tidak tetap.

Oleh karena sistem tidak melepaskan atau menerima kalor, pada kalor sistem proses
adiabatik Q sama dengan nol. Dengan demikian, usaha yang dilakukan oleh sistem hanya
mengubah energi dalam sistem tersebut. Besarnya usaha pada proses adiabatik tersebut
dinyatakan dengan persamaan berikut.

W= 3/2 nRT−T = 3/2 (p1 V1 − p2 V2)

IWANUDDIN // DIKTAT TERMODNAMIKA I Page 19


Persamaan Gas Umum

Pada bagian sebelumnya, telah dibicarakan tentang hukum gas dimana memberikan kita
hubungan antara dua variabel, ketika variabel ketiga konstan. Dalam kondisi sebenarnya,
ketiga variabel yaitu: tekanan, volume dan temperatur, berubah secara bersamaan. Untuk
menyatakan kondisi ini, kedua hukum Boyle dan Charles digabung, dan memberikan
persamaan gas umum.

Berdasarkan hukum Boyle:


1
𝑣=
𝑝
Atau :

1
𝑝=
𝑣
dan berdasarkan hukum Charles:
v∝T
Terlihat bahwa
𝑇
V∝ MAKA : pv ∝ T
𝑃
Bentuk yang lebih berguna dari persamaan di atas adalah:
𝑝1𝑣1 𝑝2𝑣2
= = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛
𝑇1
𝑇2 notasi 1, 2 dan 3 mengacu kepada kondisi yang berbeda.
dimana

Persamaan Karakteristik Gas

Adalah modifikasi dari persamaan gas umum. Jika volume (v) pada persamaan gas
umum dinyatakan dalam per 1 kg gas (disebut dengan volume spesifik, dan
dilambangkan dengan v ) maka konstanta C (pada persamaan gas umum) bisa diwakili dengan
konstanta lain s

R ( pada persamaan karakteristik gas). Sehingga persamaan gas umum bisa ditulis ulang
sebagai:
p.v = RT
s

disini R disebut konstanta gas karakteristik atau secara sederhana disebut konstanta gas.

Untuk sembarang massa m kg, persamaan gas karakteristik menjadi:

m.p.v = mRT
s

IWANUDDIN // DIKTAT TERMODNAMIKA I Page 20


p.v = mRT (Q m.v = v)
s

Catatan:

1. Harga konstanta gas (R) berbeda untuk gas yang berbeda.


Harganya pada udara
0
0
0
atmosfir diambil 29,27 kgm/kg K (atau 287 J/kg K atau
0,287 kJ/kg K).
2. Persamaan pv = mRT bisa juga dinyatakan dalam bentuk
lain, yaitu:
𝑃 = 𝑚𝑅𝑇 = 𝜌𝑅𝑇
𝑣

𝜌 = kerapatan gas yang bersangkutan

3
Hukum Avogadro
Maka, sesuai dengan hukum Avogadro, 1 m oksigen (O ) akan mempunyai jumlah
2
3
Hukum
molekul yang ini
samaberbunyi:
dengan ‖volume yang sama
1 m hidrogen (H ) dari
jika gas-gas, pada
temperatur
2
dantemperatur dansama.
tekanannya tekanan yang
sama, mengandung
Pembuktian jumlah bahwa
menunjukkan molekulkarena
yang sama‖.
berat molekul hidrogen adalah 2 dan oksigen adalah
16, sehingga molekul oksigen mempunyai berat 32/2 = 16 kali berat molekul hidrogen.
3
Karena 1 m kedua gas ini mempunyai jumlah molekul yang sama, dan berat molekul oksigen
16 kali dari berat molekul hidrogen, kerapatan (atau berat spesifik) oksigen adalah 16 kali dari
kerapatan hidrogen. Maka, hukum Avogadro menunjukkan bahwa kerapatan dua gas
berbanding lurus dengan berat molekulnya, jika gas berada pada temperatur dan tekanan yang
sama.
Berat spesifik oksigen pada Normal Temperature and Pressure (disingkat N.T.P) yaitu
0 2
pada 03C dan 1,0332 kg/cm absolut adalah 1,429 kg/m .

∴ Volume spesifik oksigen (pada 1 kg) pada NTP,

1
𝑉𝑠 = 𝑚 3 /𝑘
1,429
𝑔
dan volume 32 kg (atau 1 kg molekul,1 kg mol) :

1
𝑉𝑠 = 𝑥32 = 22,4
1,429 3
𝑚
Dengan cara yang sama bisa dibuktikan bahwa volume 1 kg mol sembarang gas pada
3
NTP adalah 22,4 m .

IWANUDDIN // DIKTAT TERMODNAMIKA I Page 21


Catatan: 1 gm mol (berat molekul dinyatakan dalam gm) dari semua gas akan menempati
volume 22,4 liter pada NTP.

Tabel 2 Harga berat molekul dari beberapa gas

Konstanta Gas Universal atau Konstanta Molar

Konstanta gas universal atau konstanta molar dari gas (biasanya dilambangkan dengan
R ) adalah produk konstanta gas dan berat molekul gas. Secara matematik:
u

R=MR
u

Dimana, M = berat molekul gas yang dinyatakan dengan gm (yaitu gm-mol) atau kg (yaitu kg-
mol)*

R = konstanta gas

Secara umum, jika M , M , M dst, adalah berat molekul dari gas yang berbeda dan R ,
1 2 3
1

R , R dst, masing-masing adalah konstanta gas tersebut, maka:


2 3

M R = M R = M R ... = R
1 1 2 2 3 3 u

Catatan: 1. Harga R sama untuk semua gas.


u

1. Harganya 848 kg-m/kg mol/K dalam MKS atau 8314 J/kg mol/K dalam SI.

2.Persamaan karakteristik gas (yaitu: pv = RT) bisa ditulis dalam bentuk berat
molekul yaitu:
pv = MRT

IWANUDDIN // DIKTAT TERMODNAMIKA I Page 22


Rasio Kalor Spesifik

Rasio dua kalor spesifik (yaitu 𝛾 =C /C ) dari gas adalah konstanta penting di dalam
p v
termodinamika dan dilambangkan dengan γ. Rasio ini dikenal juga dengan indeks adiabatis.
Karena C selalu lebih besar dari C , harga γ selalu lebih besar dari satu.
p v

Dalam satuan SI ditulis:

𝛾= 1+ 𝑅
𝐶𝑣

Atau :

𝐶𝑣 = 𝑅
𝛾− 1

γ = konstanta laplace

Untuk gas monoatomik: cv = 3/2 nR , cp = 5/2 nR

Untuk gas diatomik: cv = 5/2 nR , cp = 7/2 nR


0
Tabel 3 Harga C dan C untuk beberapa gas pada temperatur antara 15 sampai
0 20 diberikan
v p

oleh tabel berikut:

Siklus Termodinamika

IWANUDDIN // DIKTAT TERMODNAMIKA I Page 23


Suatu sistem disebut menjalani suatu siklus, apabila sistem tersebut menjalani
rangkaian beberapa proses, dengan keadaan akhir sistem kembali ke keadaan awalnya. Pada
Gambar 13 (a) terlihat suatu siklus terdiri dari 2 jenis proses, dan Gambar 13 (b) siklus lain
dengan 4 jenis proses.

Gambar 13. diagram siklus termodinamika

1. Property Zat Murni Dan Karateristik Gas Ideal


1. Zat Murni
Zat murni adalah zat yang mempunyai komposisi kimia yang tetap pada semua
bagiannya. Contoh zat murni misalnya, air, nitrogin, helium, CO2, udara, dan lain -lain.
Persyaratan sebagai zat murni tidak perlu hanya satu jenis saja, tetapi dapat berupa campuran
zat asal campurannya homogin pada seluruh bagiannya. Udara merupakan campuran dari
beberapa jenis zat tetapi masih bersifat zat murni, tetapi campuran antara minyak dengan air
bukan merupakan zat murni karena tidak dapat bercampur secara homogin. Zat murni dapat
terwujud dalam fasa padat, fasa cair, atau fasa gas. Fasa padat mempunyai struktur molekul
dengan jarak antar molekul paling kecil dan gaya ikat antar molekul paling besar, fasa cair
mempunyai gaya ikat yang lebih kecil, dan fasa gas gaya ikat antar molekul paling kecil. Posisi
molekul pada fasa padat relatif tetap, pada fasa cair molekul bergerak secara oscilasi, dan pada
fasa gas molekulmolekul bergerak bebas tidak beraturan dan saling bertabrakan satu sama
lainnya.

2. Diagram Fasa
Zat murni dapat mengalami perubahan fasa pada keadaan yang berbeda-beda,
tergantung kepada kondisi property nya. Air berubah fasa menjadi gas pada temperatur sekitar
100 oC apabila tekanannya 1 atm, tetapi pada tekanan lebih tinggi maka
temperatur
perubahan fasa nya lebih tinggi pula. Gambar 14. menunjukkan diagram perubahan
IWANUDDIN
fasa cair- // DIKTAT TERMODNAMIKA I Page 24
gas pada suatu zat murni, dengan koordinat tekanan dan temperatur. Dari sifat tersebut diatas
dapat digambarkan diagram perubahan fasa dari suatu zat murni secara lengkap, yaitu pada
semua lingkup keadaan untuk zat murni tersebut. Contoh diagram perubahan fasa lengkap
tersebut diperlihatkan pada Gambar 15 (a) dengan koordinat Tv dan Gambar 15 (b) untuk
koordinat P-v. Garis fasa berbentuk lengkungan tajam pada bagian atasnya, garis disebelah kiri
adalah garis liquid jenuh dan garis disebelah kanan adalah garis uap jenuh. Titik puncaknya
merupakan titik kritis, dimana diatas titik tersebut kondisi fasa.

Gambar 14. diagram perubahan fasa cair-gas pada zat murni

a). Koordinat P-v b). Koordinat T – v


Gambar 15. Diagram perubahan fasa suatu zat murni

kondisi liquid dan gas bersamaan. Keadaan titik kritis untuk zat murni air terjadi pada
tekanan Pcr = 22,09 MPa, dan temperatur Tcr = 374,14oC. Daerah diantara garis liquid jenuh
dengan garis uap jenuh adalah daerah terjadinya campuran antara fasa cair dan fasa gas. Garis
putus-putus pada diagram Gambar 15 (a) menunjukkan lintasan proses penguapan zat murni
pada tekanan konstan P1 dan P2 (dengan P2 > P1), dan terlihat bahwa lintasan proses
penguapan pada tekanan P2 terjadi pada temperatur lebih tinggi daripada lintasan pada
temperatur P1. Garis a-b menunjukkan pemanasan pada fasa liquid sampai mencapai titik cair
jenuh di b. Sedang pada garis b-c terjadi proses penguapan yang terjadi pada temperatur

IWANUDDIN // DIKTAT TERMODNAMIKA I Page 25


konstan dan tekanan konstan, dengan fasa diantara titik b dan titik c adalah kondisi campuran
antara liquid dan gas. Pada titik b adalah 100% liquid, sedang pada titik d adalah 100% fasa
gas.
Selanjutnya garis c-d menunjukkan pemanasan lanjutan dari uap, sehingga kondisi
uapnya disebut uap panas lanjut (superheated steam). Panas yang dibutuhkan untuk
pemanasan air pada garis a-b dan pemanasan uap pada garis c-d disebut panas sensibel,
sedang panas yang diperlukan untuk proses penguapan pada garis b-c disebut panas laten.
Terlihat pada Gambar 14 bahwa semakin tinggi tekanan fluida (juga temperaturnya), semakin
pendek garis penguapan (garis b-c untuk tekanan P1) sehingga semakin kecil panas laten yang
dibutuhkan. Garis putus-putus pada Gambar 15 (b) adalah garis isothermis pada diagram
penguapan dengan koordinat P-v.

2.3.3 Tabel Property


Dalam analisis thermodinamika selalu dibutuhkan data nilai property dari suatu zat,
pada semua lingkup keadaan untuk masingmasing zat yang diteliti. Nilai property dapat
diprediksi dengan mengembangkan suatu persamaan matematis hubungan antar property dari
zat yang bersangkutan. Namun biasanya bentuk hubungan antar property untuk semua zat
sangat kompleks, srhingga sangat sulit untuk direpresentasikan dalam suatu persamaan
yang sederhana. Karena itu data property biasanya dipresentasikan dalam bentuk Tabel
Thermodinamika, yang berisi data property dari beberapa zat yang sering digunakan dalam
aplikasi thermodinamika. Tabel tersebut membutuhkan data property yang sangat banyak,
yang dikumpulkan dari hasil pengukuran yang membutuhkan waktu yang lama. Jenis property
yang biasanya ada dalam Tabel Thermodinamika adalah tekanan, temperatur, volume spesifik,
energy internal, panas laten, dan dua property baru yaitu enthalpy (h) dan entropy (s) yang
akan dibahas dalam bab selan jutnya. Data property untuk keadaan fasa campuran tidak dapat
dilihat secara langsung dalam Tabel Thermodinamika, tetapi dapat dihitung dengan
menggunakan parameter kualitas campuran (x) yaitu:
𝑚g
𝑥=
𝑚𝑡𝑜𝑡
dimana : masa total campuran (mtotal)= masa liquid + masa uap
= mf + m g
Parameter x mempunyai nilai nol yaitu apabila mg = 0 atau pada
kondisi liquid jenuh, sedang
x = 1 apabila mf = 0 atau mg = mtotal, yaitu pada keadaan uap jenuh. Hubungan antara
parameter x dengan nilai propertytertentu, misalnya enthalpy (h) adalah:
IWANUDDIN // DIKTAT TERMODNAMIKA I Page 26
h = hf + x . hfg
dimana: h = enthapy pada kondisi campuran
hf = enthalpy pada keadaan liquid jenuh
hfg = pana laten

1. Gas Ideal
Gas ideal adalah gas teoritis terdiri
dari partikel-partikel titik yang bergerak
secara
acak dan tidak saling berinteraksi. Molekul-molekul gas didalam suatu ruangan yang
dibatasi dinding bergerak kesegala arah dengan tidak beraturan (chaotic motion ). Karena
gerakan
tidak beraturan tersebut kemungkinan sering terjadi tumbukan antar molekul, sebelum
menabrak dinding batas ruangan. Tabrakan molekul ke dinding ruangan tersebut terjadi secara
terusmenerus, yang menimbulkan efek tekanan gas didalam ruangan tersebut. Semakin tinggi
temperature gas, maka semakin besar kecepatan geraknya sehingga menyebabkan momentum
tumbukan terhadap dinding semakin besar. Akibatnya tekanan yang terjadi dida lam ruangan
akan semakin besar pula.

2. Persamaan Keadaan Gas


Persamaan gas ideal cukup sederhana, namun seperti telah dibahas sebelumnya
lingkup pemakaiannya terbatas. Banyak usaha dilakukan untuk mengembangkan persamaan
keadaan gas, dengan lingkup pemaka ian yang lebih luas. Namun persamaan yang didapatkan
umumnya lebih kompleks dibandingkan dengan persamaan gas ideal, seperti pada persamaan
1. Persamaan Van del Waals.
Van der Waals dan persamaan Beattie- Bridgeman sebagai berikut:
Pada tahun 1873, Van der Waals mengajukan persamaan keadaan gas dengan
tambahan dua konstanta a dan b sebagai berikut,
𝑎
( P +𝑣2 ) 𝑣 − 𝑏 = 𝑅𝑇

dengan nilai konstanta a dan b sebagai berikut.


𝑅 2 𝑇2 𝑅
𝑐𝑟 𝑇𝑐𝑟
𝑎 = 64𝑃𝑐𝑟 𝑏= 8𝑃𝑐𝑟

Persamaan Van der Waals mempunyai ketelitian yang kurang baik, tetapi apabila konstanta a
dan b dihitung menurut perilaku gas sebenarnya pada lingkup yang luas maka ketelitiannya
menjadi lebih naik.

IWANUDDIN // DIKTAT TERMODNAMIKA I Page 27


2. Persamaan Beattie-Bridgeman
Persamaan Beattie – Bridgeman diajukan pada tahun 1928, dengan menggunakan lima
konstanta sebagai berikut,
𝑅𝜇 𝑇 𝑐
𝐴
𝑃= 𝑣2 1 − 𝑣𝑇 3 𝑣 − 𝐵 − 𝑣2
dengan konstanta A dan B dihitung dengan persamaan sebagai berikut,

𝐴 = 𝐴0 (1 −𝑣 𝑎 ) dan 𝐵 = 𝐵 (1 −
𝑣
𝑏 0
)

IWANUDDIN // DIKTAT TERMODNAMIKA I Page 28

Anda mungkin juga menyukai