Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN KERJA PRAKTEK

MEDIA TRANSMISI PADA


PT.TELKOM CABANG BANTAENG

Diajukan sebagai salah satu syarat perkuliahan


pada Program Pendidikan Diploma III
Politeknik Negeri Ujung Pandang

Disusun Oleh :

NAMA : WENI SRI YUNITA


KELAS : 3A
NIM : 06 36 021

PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2009

1
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menerangkan bahwa :


1. Nur Rahmah : 06 36 010
2. Rezki Amaliah : 06 36 001
3. Heni Susanti : 06 36 018
4. Rabiah Al Adawiah : 06 36 006
5. Weni Sri Yunita : 06 36 021
6. Anto Nobertus T : 06 36 003
7. Amran Syuhas : 06 36 017
8. Nobert Hizkia : 06 36 023
9. Fachrycal Syamsul : 05 36 042
10. Mika : 06 36 020
Selaku mahasiswa Politeknik Negeri Ujung Pandang, telah melaksanakan Praktek
Kerja Lapangan (PKL) selama 1 (satu) bulan mulai tanggal 18 Agustus 2008
sampai dengan tanggal 15 September 2008 pada PT. TELKOM Cabang Bantaeng.
Demikian keterangan ini kami buat dengan sebenarnya untuk digunakan
sebagaimana mestinya.

Makassar, Januari 2009

Pembimbing

2
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan bahwa :

WENI SRI YUNITA : 06 36 021

Selaku mahasiswa Politeknik Negeri Ujung Pandang, telah melaksanakan Praktek


Kerja Lapangan (PKL) selama 1 (satu) bulan mulai tanggal 18 Agustus 2008
sampai dengan tanggal 15 September 2008 pada PT. TELKOM Cabang Bantaeng.
Demikian keterangan ini kami buat dengan sebenarnya untuk digunakan
sebagaimana mestinya.

Makassar, Januari 2009


Pembimbing,

Irawati Razak
NIP.
Mengetahui,

Ketua Jurusan Ketua Program Studi


Teknik Elektro Teknik Telekomunikasi

Ir. Hafsah Nirwana, M.T Ibrahim Abduh S.ST MT


NIP.131 884 835 NIP. 132 062 372

3
KATA PENGANTAR
Bissmillahirahhmanirrahim
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
yang merupakan salah satu mata kuliah pada smester VI sebagai salah satu syarat
kelulusan. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus sampai
dengan 15 September 2008.
Dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh mahasiwa Politeknik Negeri
Ujung Pandang, Jurusan Teknik Elektro, Program Studi Teknik Telekomunikasi,
kami diwajibkan membuat laporan tertulis yang merupakan bentuk
pertanggungjawaban dari apa yang telah kami dapat dari tempat Kerja Praktek
kami (PT.TELKOM Cabang Bantaeng).
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam Laporan ini,
namun kiranya isi yang tersaji dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya.
Kritik dan saran dalam penyusunan laporan ini ke arah yang lebih baik dari
berbagai pihak sangat kami harapkan.
Dalam penyusunan Laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
oleh karena itu melalui kesempatan ini dengan segala kerendahan hati kami
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak DR. Pirman, M.Si sebagai Direktur Politeknik Negeri Ujung Pandang.

2. Ibu Ir. Hafsah Nirwana, M.T sebagai Ketua Jurusan Teknik Elektro
Politeknik Negeri Ujung Pandang.

3. Bapak Ibrahim Abduh S.ST.MT sebagai Ketua Program Studi Teknik


Telekomunikasi Politeknik Negeri Ujung Pandang.

4. Ibu Irawati Razak sebagai Pembimbing yang telah banyak membantu dalam
menyelesaikan laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL).

5. Kedua Orang Tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan moril,
material dan spiritual.

4
6. Terima Kasih yang tulus buat bapak/ibu keluarga teman kami yang telah
banyak membantu selama kami menjalani kegiatan ini utamanya tempat
tinggal yang disediakan. Semoga kebaikan bapak/ibu dibalas oleh Allah
SWT.

7. Terima Kasih buat Pak Syamsuddin selaku pegawai PT Telkom cabang


Bantaeng yang telah banyak membimbing kami selama kegiatan PKL
berjalan.

8. Teman-teman Teknik Telkom kelas 3A yang telah bersama sama


menyelesaikan kegiatan PKL ini selama sebulan serta segala pihak yang telah
membantu yang tidak dapat disebutkan semuanya.

Dengan segala hormat, kami mengucapkan terima kasih dan permohonan


maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam pelaksanaan kegiatan ini terjadi hal-hal
yang kurang berkenan di hati.
Demikian Laporan ini kami buat, semoga dapat memberikan kontribusi
dan manfaat bagi kemajuan bagi ilmu pengetahuan. Akhir kata Wassalamu
Alaikum Wr.Wb

5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Transmisi merupakan sarana yang mampu menciptakan suatu hubungan
komunikasi baik antara komunikasi jarak dekat maupun jarak jauh. Di dalam
kehidupan sehari-hari seringkali manusia melakukan aktivitasnya dengan
berkomunikasi dengan orang lain. Adanya jarak yang cukup jauh membuat
komunikasi terkadang terhambat sehingga kepentingan manusia tidak terpenuhi.
Dahulu, untuk berkomunikasi dengan orang lain dapat menggunakan surat
maupun telegram namun cara seperti ini membutuhkan waktu yang cukup lama
sehingga dinilai tidak efektif dan tidak efisien. Adanya kebutuhan seperti ini
membuat manusia mencari dan akhirnya menemukan transmisi baik dengan
menggunakan kabel maupun pemanfaatan gelombang mikro sebagai media
transmisi.
Melihat perkembangan teknologi saat sekarang, media transmisi menjadi
salah satu hal sangat penting dalam melakukan telekomunikasi, bukan hanya
dalam komunikasi dengan suara melainkan berbagai komunikasi data dapat
dilakukan seperti pengiriman data berupa gambar, multimedia dan lain-lain.
Dengan adanya kondisi seperti itu sehingga berbagai sitem transmisi ditemukan
manusia seperti transmisi dengan radio gelombang mikro, transmisi dengan kabel
tembaga maupun transmisi dengan optic.
Banyaknya sistem transmisi yang digunakan membuat manusia
dimanjakan dalam hal pengiriman data. Dahulu pengiriman informasi yang
biasanya membutuhkan waktu yang cukup lama, sekarang dapat lebih cepat.
Disamping itu komunikasi yang biasanya hanya lewat surat sekarang dapat
berbicara langsung hanya dengan menggunakan alat tertentu.
Adanya media transmisi yang ditemukan membuat berbagai pekerjaan
manusia dapat menjadi lebih mudah.

6
I.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana prinsip kerja beberapa media transmisi pada PT
TELKOM Cabang Bantaeng?
2. Bagaimana kelebihan dan kekurangan suatu media transmisi yang
digunakan pada PT Telkom Cabang Bantaeng?

I.3 Ruang lingkup


1. Sistem transmisi pada PT.TELKOM INDONESIA CABANG
BANTAENG (KANCATEL BANTAENG) dan sekitarnya.

I.4 Tujuan dan Manfaat Kerja Praktek


Tujuan terdiri dari :
1. Untuk mengetahui prinsip kerja beberapa media transmisi
2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan beberapa media
transmisi pada PT.TELKOM INDONESIA CABANG
BANTAENG (KANCATEL BANTAENG)
Manfaat Terdiri dari :
1. Dapat mengetahui secara langsung aplikasi dari tiap-tiap sistem
transmisi yang digunakan
2. Dapat membantu karyawan PT.TELKOM sehingga dapat
meringankan pekerjaan mereka
3. Mendapatkan pengetahuan serta pengalaman kerja sebagai dasar
sesuai dengan disiplin ilmu yang diperoleh.

I.5 Metode penulisan


1. Metode observasi , yakni metode penelitian dengan melakukan
pengawasan dan pengamatan terhadap objek yang diteliti.

2. Praktek Lapangan, yaitu mengadakan kerja dan terjun langsung


dilapangan guna mencari informasi dan data secara langsung pada
objek-objek penelitian serta faktor-faktor yang berhubungan
dengan laporan.

7
3. Diskusi yaitu suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan
tanya jawab yang besifat bebas dengan beberapa orang yang
mempunyai pengetahuan dan keahlian yang berhubungan dengan
penulisan.

I.6 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam pembahasan laporan, maka penulis menyajikan


dalam beberapa bagian yang terdiri dari :

BAB I : PENDAHULUAN

Terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, ruang lingkup, tujuan dan
manfaat, metode penulisan serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Terdiri dari sejarah dan restrukturisasi PT.TELKOM

BAB III : MEDIA TRANSMISI SERAT OPTIK DAN KABEL


TEMBAGA

Terdiri atas isi laporan dan hasil pengamatan kerja lapangan

BAB IV : PENUTUP

Terdiri atas simpulan dan kesimpulan

8
BAB II

BIDANG UMUM

2.1 Sejarah Perundang-Undangan

PT.TELKOM adalah salah satu badan usaha bernama Post dan


Telegrafdients yang didirikan dengan Staatblad No.52 Tahun 1884.
Penyelenggaraan Telekomunikasi di Hindia Belanda pada tahun itu mulanya
diselenggarakan oleh swasta. Sampai tahun 1905 tercatat 38 perusahaan
telekomunikasi dan pada tahun 1906 diambil oleh pemerintah Hindia Belanda
berdasarkan Staatblad No.395 tahun 1906. Sejak itu berdirilah Post, Telegraaf,
dan Telefoondienties atau disebut PTT-Dients ditetapkan sebagai perusahaan
negara berdasarkan Staatsblad No.419 tahun 1927 tentang Indonesische
Bedrijvenwet (I.B.W Undang-undang Perusahaan Negara).

Jawatan PTT berlangsung sampai dikeluarkannya Peraturan Pemerintah


Pengganti Undang-undang (PERPU) No.19 Tahun 1960 oleh Pemerintah RI,
tentang persyaratan Perusahaan Negara (PN). Berdasarkan Peraturan Pemerintah
No.240 Tahun 1961, tentang pendirian Perusahaan Negara sebagaimana dimaksud
dalam pasal 21 B.W. dimasukkan kedalam Perusahaan Negara Post dan
Telekomunikasi. Dalam perkembangannya selanjutnya Pemerintah memandang
perlu untuk untuk membagi Perusahaan Negara Post dan Telekomunikasi menjadi
dua Perusahaan Negara yang berdiri-sendiri. Berdasarkan Peraturan Pemerintah
No.29 Tahun 1965 berdirilah perusahaan Post dan Giro (P.N Post dan Giro) dan
pendirian Perusahaan Negara Telelkomunikasi (P.N. Telekomunikasi) yang diatur
dalam Peraturan Pemerintah No.30 tahun 1965.

Bentuk PN dikembangkan menjadi Perusahaan Umum Telekomunikasi


(PERUMTEL) melalui Peraturan Pemerintah No.36 tahun 1974. Peraturan
tersebut menyatakan bahwa Perusahaan Umum Telekomunikasi (PERUMTEL)
sebagai badan usaha tunggal penyelenggara jasa telekomunikasi untuk umum,
baik hubungan telekomunikasi dalam maupun luar negeri. Hubungan

9
Telelkomunikasi luar negeri pada saat itu diselenggarakan oleh PT. Indonesian
Satelite Corporation (PT. INDOSAT) yang masih berstatus perusahaan asing dari
American Cable and Radio Corporation, yaitu suatu perusahaan yang didirikan
berdasarkan peraturan negara Bagian Delaware, Amerika Serikat.

Seluruh saham PT INDOSAT pada akhir tahun 1980 dibeli oleh negara RI
dari Amercan Cable and Radio Coorporation. Untuk meningkatkan peleyanan jasa
telekomunikasi untuk umum Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No.
53 tahun 1980 tentang telekomunikasi untuk umum yang berisi tentang perubahan
peraturan N0.22 tahun1974, berdasarkan Peraturan Pemerintah No.53 tahun 1980
PERUMTEL ditetapkan sebagai badan usaha yang mempunyai wewenang
menyelenggarakan Telekomunikasi untuk umum dalam negeri sedangkan
INDOSAT untuk umum internasional.

Memasuki Repelita V Pemerintah merasa perlu mempercepat membangun


Telekomunikasi sebagai infrastruktur diharapkan dapat memacu pembangunan
disektor yang lainnya. Penyelenggaraan telekomunikasi memerlukan manajemen
yang lebih profesional, oleh sebab itu perlu meningkatkan mutu pelayanan
perusahaan.

Hal ini berdasarkan Peraturan Pemerintah No.25 tahun 1991, perusahaan


Umum (PERUM) dialihkan menjadi Perusahaan Perseorangan (PERSERO)
sebagaimana tercantum dalam Undang-undang No.9 tahun1989. Sejak itu
berdirilah Perusahaan Perseorangan (PERSERO) Telekomunikasi Indonesia atau
PT.TELKOM.

2.2 Restrukturisasi Internal TELKOM

Dalam mengantisipasi era perdagangan bebas internasional maupun


regional maka PT.TELKOM pada tahun 1995 melaksanakan 3 program besar
secara simultan. Program-program tersebut meliputi restrukturisasi internal
penerapan Kerja Sama Operasi (KSO) dan persiapan Go Publik/Internasional atau
dengan kata lain Initial Public Offering.

10
Rekstrukturisasi internal meliputi bidang usaha sekaligus
pengorganisasiannya. Bidang usaha TELKOM dibagi menjadi 3 yaitu :

1. Bidang Usaha Utama

Bidang usaha utama TELKOM adalah proses penyelenggaraan jasa


telepon lokal dan jarak jauh serta dalam negeri.

2. Bidang Usaha Terkait

Bidang usaha terkait terdiri dari Sistem Telpon Bergerak


Seluler(STBS). Sirkit langganan Telelx, penyewaan transporder satelit,
V-SAT dan jasa nilai tambah tertentu. Bidang usaha terkait ini
diselenggarakan bekerjasama dengan pihak ketiga melalui perusahaan
patungan.

3. Bidang Usaha Pendukung

Bidang usaha pendukung adalah bidang usaha yang tidak langsung


berhubungan dengan pelayanan jasa telekomunikasi namun
keberadaannya mendukung kelancaran bidang utama dan bidang
terkait atelir, properti, riset teknologi informasi.

Untuk menampung bidang-bidang usaha tersebut maka sejak 1 JULI 1955


TELKOM telah menghapuskan struktur Wilayah Usaha Telekomunikasi
(WITEL) dan secara de facto meresmikan dimulainya era divisi.

Divisi Regional TELKOM mencakup 7 wilayah yang terbagi atas :

1. Divisi Regional I, Sumatera

2. Divisi Regional II, Jakarta dan Sekitarnya

3. Divisi Regional III, Jawa Barat

4. Divisi Regional IV, Jawa Tengah dan D.I Yogyakarta

5. Divisi Regional V, Jawa Timur

6. Divisi Regional VI, Kalimantan

11
7. Divisi Regional VII, Kawasan Indonesia Timur yang meliputi
Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, dan Irian Jaya.

Divisi-divisi tersebut dikelola oleh suatu tum manajemen yang terpisah


berdasarkan prinsip disentralisasi serta bertindak sebagai pusat investasi (Divisi
Regional) dan pusat peruntugan (Divisi Network) dan Divisi lainnya serta
mempunyai laporan keuangan internal yang terpisah. Sedangkan divisi-divisi
pendukung terdiri atas Divisi Pelatihan, Divisi Properti, Divisi Sistem Informasi,
Divisi Atelir, dan Divisi Riset Teknologi Informasi.

Sejak kebijakan sentralisasi beralih ke kebijakan desentrasi dan


desentralisasi kewenangan, maka struktur dan fungsi kantor pusat juga mengalami
perubahan. Berdasarkan pada organisasi Divisional maka kantor pusat berubah
menjadi kantor Perusahaan, dan yang semula menjadi Pusat investasi
disederhanakan menjadi pusat biaya (Cost Centre).

Sejak kebijakan deskonsentrasi dan desentalisasi diberlakukan,


menjadikan jumlah SDM kantor Perusahaan juga menjadi lebih sedikit.

Kantor TELKOM berdasarkan akta perubahan yang terakhir


berkedudukan di jalan Merpati No. 1 Bandung, bertanggungjawab atas
pengeloaan perusahaan melalui kegiatan unit kerja perusahaan secara
keseluruhan. Dalam kaitannya dengan Divisi, perusahaan hanya menetapkan hal-
hal yang strategis sedangkan penjabaran operasionalnya dilaksanakan oleh
masing-masing Divisi.

Struktur manajemen, secara garis besar meliputi kantor Perusahaan, divisi


regional I sampai Divisi regional VII, Divisi Network dan pendukung. Kantor
perusahaan strukturnya sangat sederhana hanya terdiri dari dewan direksi yang
dibantu oleh pengembangan bisnis, sekretaris perusahaan kepala Audit internal
dan beberapa VICE Presiden

12
BAB III

MEDIA TRANSMISI

SERAT OPTIK DAN KABEL TEMBAGA

3.1 Serat Optik


Serat optik adalah salah satu media transmisi yang dapat menyalurkan
informasi dengan kapasitas besar dan dengan keandalan yang tinggi. Berlainan
dengan media transmisi lainnya, pada transmisi serat optik gelombang
pembawanya tidak berupa gelombang elektromagnet atau listrik, akan tetapi
berupa sinar/cahaya laser. Sehingga dalam pentransmisiannya data yang akan
diproses terlebih dahulu diubah ke dalam bentuk cahaya.
Pada umumnya transmisi pada serat optik memiliki prinsip kerja yakni:
pertama-tama microphone akan merubah sinyal suara menjadi sinyal listrik,
kemudian sinyal listrik ini dibawa oleh gelombang pembawa cahaya melalui serat
optik dari pengirim (transmitter) menuju alat penerima (receiver) yang terletak
pada ujung lainnya dari serat. Modulasi gelombang cahaya ini dapat dilakukan
dengan merubah sinyal listrik termodulasi menjadi gelombang cahaya pada
transmitter dan kemudian merubahnya kembali menjadi sinyal listrik pada
receiver. Pada receiver sinyal listrik dapat dirubah kembali menjadi gelombang
suara.
Tugas untuk merubah sinyal listrik ke gelombang cahaya atau
kebalikannya dapat dilakukan oleh komponen elektronik yang dikenal dengan
nama komponen optoelectronic pada setiap ujung serat optik. Dalam
perjalanannya dari transmitter menuju ke receiver akan terjadi redaman cahaya di
sepanjang kabel serat optik dan konektor-konektornya (sambungan). Karena itu
bila jarak ini terlalu jauh akan diperlukan sebuah atau beberapa repeater yang
bertugas untuk memperkuat gelombang cahaya yang telah mengalami redaman.

1. Titik terminasi utama dari sistem kabel optik ini adalah di Makassar yang
terhubung mulai dari Makassar – Gowa – Takalar – Jeneponto – Bantaeng –
Bulukumba – Sinjai – Bone – Maros – Makassar. Seperti halnya dengan sistem

13
transmisi yang umum digunakan, sistem kabel optik juga harus melalui
perangkat-perangkat OLT (Optical Line Terminal) dan ONU (Optical Network
Unit) yang dikontrol menggunakan sistem remote dari sentral Makassar. Kedua
perangkat ini sama-sama merupakan titik terminasi akhir dari serat optik dan
merupakan titik terminasi awal dari kabel tembaga, sedangkan perbedaannya
yaitu ONU merupakan titik sambung (junction point) yang perannya sama
seperti RK, sedangkan OLT merupakan tempat penghubung cort-cort masukan
dan keluaran.

Gambar 4.Perangkat OLT pada KANCATEL Bantaeng yaitu :


modul dan serat optik

Apabila terjadi kerusakan pada serat optik maka proses


pentransmisian informasi tidak dapat terlaksana, sehingga perlu dilakukan
perbaikan/ penyambungan pada serat optik yang mengalami gangguan.
Berdasarkan sifatnya penyambungan serat optik dibedakan menjadi dua (2)
yaitu penyambungan yang bersifat sementara dengan menggunakan
konektor dan penyambungan yang bersifat permanen dengan menggunakan
fusion splice.

14
Gambar 5. Serat Optik

Adapun langkah-langkah penyambungan serat optik yaitu :


a. Mengukur jarak untuk mengetahui lokasi titik penyambungan/kerusakan
serat dengan menggunakan alat OTDR, dengan menggunakan alat ini kita
juga dapat mengetahui jenis gangguan yang terjadi pada serat apakah berupa
patahan atau redaman dan jenis sambungan yang digunakan pada serat
tersebut.

Gambar 6. Alat OTDR


b. Setelah mengetahui lokasi dan jenis kerusakan serat, maka langkah
selanjutnya yaitu melakukan penyambungan serat. Pertama-tama lepaskan
coating serat dengan menggunakan alat

15
Gambar 7. Pelepasan
Coating Serat

c. Lalu membersihkan bagian clading serat menggunakan cairan alkohol dan


tissue.

Gambar 8. Pembersihan Clading Serat

d. Kemudian melepaskan bagian clading dengan menggunakan alat

Gambar 9. Pengupasan Bagian Cladding

e. Tahap akhir dari proses ini adalah menyambung serat dengan menggunakan
alat fusion splice machine.

16
f.

Gambar 10. Penyambungan Serat

g. Untuk mengetahui apakah proses penyambungan telah berhasil


dilakukan, maka dapat dilihat pada layar fusion splice machine.

Gambar 11. Sambungan yang telah berhasil

III.3 Kabel Tembaga


Kabel tembaga merupakan salah satu media yang dapat
menghantarkan sinyal listrik dari suatu tempat ke tempat lain. Oleh karena
itu kabel tembaga dapat dijadikan sebagai salah satu media transmisi dalam
telekomunikasi. Salah satu kelebihan dari pada kabel tembaga yakni selain
mudah dalam pemasangannya juga sinyal tidak lagi terhambat oleh
berbagai penghalang lewat udara karena sinyal yang dikirim hanya

17
melewati urat-urat tembaga yang terbungkus dalam kabel. Jenis-jenis kabel
tembaga pun dapat dibedakan atas kabel primer dan kabel sekunder.

1. Kabel Primer
Kabel primer adalah kabel yang menghubungkan MDF (Main
Distribution Frame) dengan RK (Rumah Kabel), kabel ini berkapasitas 3600
sst (yang terpasang di STO Bulukumba)

1.a. MDF (Main Distribution Frame)


MDF atau rangka pembagi utama adalah tempat penyambungan
saluran dari sentral ke saluran yang akan menuju RK (Rumah Kabel). MDF
ini berfungsi sebagai penghubung antara VDF (Voice Distribution Frame)
dengan sentral telepon bulukumba, dan merupakan tempat pemisahan semua
data-data yang berasal dari pelanggan sehingga data-data yang masuk pada
sentral telepon.

18
Gambar 13. MDF

19
Tabel 1. Siklus Pemeliharaan MDF (Main Distribution Frame)pon
dapat dikirim secara terpisah / satu per satu.

No Kegiatan Siklus
1. Pembersihan Air, Membersihkan Lumpur dan Kotoran Dari 3 bulan
Dalam Kabel Chamber
2. Pembersihan Rangka Kabel di Cable Chamber 3 bulan
3. Penataan Kabel Primer dan Kabel Junction Pada Rangka 3 bulan
Kabel di Cable Chamber
4. Pengecekan, Pengencangan, dan Pemasangan Stopper & 1 bulan
Duct Seal
5. Penggantian Label Kabel yang Rusak 1 tahun
6. Pembersihan Instalansi MDF Harian
7. Perapihan Jumper Wire Harian
8. Penggantian Jumper Wire 5 tahun
9. Penyolderan Ulang Ujung Urat Kawat Pada Terminal 1 bulan
Solder
10. Pengencangan Baut Pada terminal Sekrup 1 bulan
11. Pembersihan filter 1 bulan
12 Penggantian Elemen Filter 3 bulan
13. Penggantian Suku Cadang Saat kerusakan
14. Uji Fungsi Unit Perangkat 3 bulan

1.b RK (Rumah Kabel)


Rumah kabel (RK) adalah sebuah unit terminal kabel yang merupakan
terminasi titik akhir dari kabel primer dan terminasi titik awal dari kabel
sekunder.
Fungsi rumah kabel yaitu :

20
a. Sebagai titik terminasi akhir dari kabel primer dan merupakan titik
terminasi awal kabel sekunder.
b. Sebagai titik penyambungan yang fleksibel antara kabel primer dan
kabel sekunder di dalam satu jaringan kabel lokal.
c. Sebagai titik pemeriksaan sekaligus berguna dalam perawatan.
Agar rumah kabel ini dapat terus bekerja dengan baik, maka diadakan
pemeliharaan rutin terhadap rumah kabel tersebut. Adapun siklus
pemeliharaan rutin terhadap rumah kabel ini yaitu :
Tabel 2

NO KEGIATAN SIKLUS
1. Pembersihan box luar dan dalam 3 Bulan
2. Pembersihan blok terminal 3 Bulan
3. Perapihan Jumper wire 3 Bulan
4. Penggantian Jumper Wire 5 Tahun
5. Pembersihan dan pengencangan klem 6 Bulan
pentanahan
6. Pelumasan engsel pintu dan kunci 3 Bulan
7. Penggantian label kabel yang rusak 6 Bulan
8. Penomoran /pelabelan 1 Tahun
9. Pemeriksaan patok pengaman 3 Bulan
10. Pengecatan 2 Tahun

Gambar 14. RK (Rumah Kabel)

21
Berdasarkan pemasangannya kabel primer dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Kabel tanah
Kabel tanah adalah kabel yang ditanam di dalam tanah, kabel ini berwarna
hitam polos. Pada bagian luar kabel ini diolesi dengan jelly, hal ini
bertujuan agar air tidak mudah masuk ke dalam kabel.

Gambar 15. Kabel Tanah


b. Kabel Udara
Kabel udara yaitu kabel yang direntangkan dari tiang ke tiang. Pada bagian
luar dari kabel ini ada tembaga yang dibungkus.

22
Gambar 16. Kabel Udara

2. Kabel Sekunder
Kabel sekunder adalah kabel yang menghubungkan RK (Rumah Kabel )
dengan DP (Distribution Point), dimana kabel ini berkapasitas 5200 sst
untuk saluran yang terpasang pada daerah Bulukumba.

2.a. DP (Distribution Point)


Distribution point merupakan sebuah unit terminal kabel yang
menghubungkan titik akhir dari kabel sekunder. Di dalam sebuah DP
terdapat urat-urat kabel yang nantinya akan disambungkan ke rumah-
rumah pelanggan.

Fungsi DP (Distribution Point) yaitu :


1. Sebagai tempat penyambungan antara kabel sekunder dengan kabel
penanggal.
2. Sebagai tempat mutasi jaringan yang menuju ke rumah-rumah
pelanggan.
3. Sebagai tempat pengetesan dalam melokalisir gangguan.
Gambar kabel sekunder yang terhubung dari RK ke DP

23
Gambar 17. Distribution Point (DP)
2.b Kabel Penanggal
Kabel penanggal merupakan kabel tembaga (DW) yang
menghubungkan antara DP dengan rumah pelanggan, dimana kabel ini
terdiri dari 3 urat. Dua urat berupa tembaga sedangkan urat yang lain
berupa kawat baja yang berfungsi sebagai tulang / pengikat kabel.

3.4 Beberapa faktor pendukung pada PT.Telekomunikasi cabang Bantaeng


1. SENTRAL
Sentral telepon adalah perangkat yang menyambungkan nomor
pelanggan yang satu dengan lainnya, dimana segala sesuatu mengenai
proses panggil memanggil dijalankan oleh switching. Sentral disini
berfungsi untuk membangun hubungan antar pelanggan yang satu dengan
pelanggan yang lain dan sebagai pusat pengatur hubungan antar pelanggan
telepon, serta sebagai terminasi awal dalam penyaluran informasi karena
semua data yang berasal dan yang akan dikirim ke pelanggan terlebih dahulu
melalui sentral telepon ini. Sehingga dengan adanya sentral telepon
pelanggan maka antara pelanggan telepon yang satu dengan yang lain dapat
saling berhubungan.

24
Sentral telepon yang terdapat pada KANCATEL Bulukumba ,
yaitu : Sentral STDI EWSD yang di Remote dari sentral Induk STO
Balaikota yang disebut dengan Remote DLU.

Gambar 18. STDI ( Sentral Telepon Digital Indonesia )

2. DLU (Digital Line Unit)


DLU adalah sentral remote kontrol dengan kapasitas maksimun per
DLU sebesar 976 pelanggan telepon , terhubung dengan sentral induknya
EWSD. DLU berfungsi sebagai parangkat interface dengan pelanggan
digital atau pelanggan analog, sebelumnya pelanggan terpasang pada LTGA,
sekarang fungsi LTGA digantikan dengan DLU karena lebih efisien.
DLU dapat ditempatkan dimana saja jauh maupun dekat dengan
sentral induknya , tapi tergantung pada media transmisi yang tersedia.
Rincian kapasitas DLU :
1. 1 DLU terdiri dari 8 shelf ( hitungan dari 0 s/d 7 )
2. 1 sell terdiri dari 16 modul ( 0 s/d 15 )
3. 1 modul terdiri dari 8 pelaggan ( 0 s/d 7
4. 1 DLU mencakup kurang lebih 976 pelanggan

25
DLU dapat juga dijadikan sebagai sentral PABX, sentral satelit
ataupun sentral rural untuk daerah terpencil yang dihubungkan pada sentral
induk di pusat kota asal tersedia jalur transmisi lewat satelit atau sarana
lainnya.
Selain DLU sekarang ini telah diproduksi Sentral Telepon Kecil
(STDIK) yang berkapasitas 128 s/d 976 pelanggan. Bedanya dengan DLU
adalah sentral ini berdiri sendiri atau mempunyai perangkat processor
control dengan menggunakan personal computer sebagai terminalnya.

3. Pair Gain
Pair Gain adalah perangkat yang digunakan untuk menggandakan
saluran telepon dari pelanggan, maksud dari penggandaan disini adalah
nomor telepon pelanggan dengan satu input dari primer yang berfungsi
sebagai induk dari saluran tersebut akan digandakan oleh pair gain menjadi
4 cabang dengan satu induk yang berfungsi sebagai master.
Kelemahan dari penggunaan pair gain ini adalah jika kabel primer
yang menjadi master mengalami kerusakan maka percabangan dari master
tersebut akan ikut mengalami kerusakan. Karena output dari Pair Gain
menjadi 4 Cabang maka tegangan di master tersebut menjadi lebih tinggi
yaitu 4 kali tegangan pada cabang-cabangnya.

Gambar 19. Pair Gain

26
4. Sistem Catu Daya
Catu daya merupakan suatu alat yang berfungsi untuk menghasilkan
tegangan, baik yang berupa tegangan AC maupun tegangan DC. Tegangan
yang dihasilkan ini akan memberikan catuan pada perangkat-perangkat yang
digunakan dalam proses pentransmisian informasi. Catu daya yang
digunakan jika sumber listrik utama (PLN) padam dapat berupa genset,
batteray, ataupun rectifier.

4.1 Sumber-Sumber Catu Daya


4.1.1 PLN
PLN merupakan sumber catuan utama bagi Telkom, PLN
berfungsi untuk mensuplai energi listrik keseluruh rangkaian
peralatan agar peralatan-perlatan tersebut dapat bekerja.

4.1.2 GENSET
Genset (Generator Set) adalah salah satu perangkat yang
digunakan untuk memberikan catuan pada perangkat apabila sumber
catuan utama (PLN) padam. Besar tegangan yang mampu dihasilkan
oleh genset ini mencapai 2,33 v/cel.

Gambar 20. Genset

27
4.1.3 Batteray
Batteray merupakan catuan cadangan yang dinyalakan sebelum
genset diaktifkan, battre ini digunakan untuk mencegah adanya tenggang
waktu yang mungkin bisa terjadi jika sumber catuan utama / PLN mati.
Batteray ini berkapasitas 600 AH x 2 dengan kapasitas yang terpakai 17
A dan memiliki berat jenis rata-rata 1,260 per cellnya

Gambar 21. Batteray


4.1.4 Rectifier
Rectifier adalah alat yang digunakan untuk mengubah arus AC
ke dalam bentuk DC, masukannya berupa arus AC sebesar 220 V dan
keluarannya berupa arus DC sebesar -48 V. Rectifier ini berkapasitas
100 A x 3 yang bekerja dengan sistem floating charge. Floating charge
ini berfungsi untuk menjaga batteray agar tetap berada dalam keadaan
full charge.

28
Gambar 22. Salah satu bagian Rectifier

4.2 Prinsip Kerja Catu Daya


Pada saat PLN dalam keadaan on maka akan menghasilkan tegangan
catu / arus yang berupa arus AC atau arus bolak balik, kemudian arus ini akan
masuk ke MDB ( Main Distribution Board ). Keluaran dari MDB tersebut
kemudian digunakan untuk penerangan, dan selanjutnya akan menuju ke
perangkat rectifier. Rectifier disini berfungsi untuk mengubah sinyal AC
menjadi sinyal DC dengan menghasilkan tegangan sebesar 48 V DC. Keluaran
dari rectifier akan digunakan untuk mencatu perangkat yang berupa sentral,
transmisi dan selanjutnya akan menuju ke perangkat inverter.
Selain itu output dari rectifier tersebut digunakan pula untuk
memberikan pengisian ke Batteray yang disebut dengan sistem floating.
Sehingga sistem ini berfungsi untuk menjaga agar Batteray dalam keadaan
full charge, sebab apabila tanpa adanya sistem floating ini maka Batteray akan
mengalami discharge / pengosongan sendiri.
Sedangkan apabila PLN dalam keadaan off, maka pada saat itu
batteray akan bekerja secara otomatis untuk mencatu ketiga perangkat di atas
yaitu berupa sentral, transmisi, dan inverter. Adapun fungsi Inverter yaitu untuk
mengubah sinyal DC menjadi sinyal AC dan memberikan catuan pada computer
serta penerangan pada ruangan sentral. Disamping Batteray bekerja maka pada
saat itu genset juga dinyalakan. Kemudian Genset akan mencatu dan
menghasilkan arus seperti halnya pada saat PLN on.
Selain disaat genset bekerja output pada rectifier juga berfungsi
memberikan atau mempercepat pengisian kembali pada batteray yang disebut
sebagai sistem equalizing.
6. SISTEM JARINGAN
6.1 Pengertian Sistem Jaringan

29
Sistem jaringan merupakan suatu sistem yang mengatur hubungan
antara terminal dengan sentral, maupun antara sentral dengan sentral
yang lain melalui media transmisi, baik yang berupa media transmisi
fisik / on wire (coaxial dan optik) maupun media transmisi non fisik /
wireless (radio link dan GMD), dimana di dalamnya terdapat banyak
percabangan yang saling berinteraksi untuk membentuk suatu jaringan.

6.2 Klasifikasi Sistem Jaringan


Secara garis besar sistem jaringan dapat digolongkan menjadi :
6.2.1 Jaringan kabel lokal
Kabel lokal adalah jaringan kabel yang menghubungkan sentral
telepon dengan pesawat telepon pelanggan. Berdasarkan cara
pencatuan saluran dari sentral ke pesawat - pesawat telepon
pelanggan, maka jaringan kabel lokal ini dikelompokkan menjadi
:
a. Jaringan catu langsung adalah jaringan yang menghubungkan
RPU dengan DP tanpa melalui RK , tetapi langsung
disambungkan ke KTB pelanggan. Sistem jaringan ini digunakan
di daerah yang sempit tetapi mempunyai demand yang tinggi dan
mencatu daerah yang letaknya dekat dengan sentral.
Keuntungan jaringan catu langsung yaitu :
1. Biayanya rendah karena tidak menggunakan RK.
2. Administrasi kabel lebih sederhana.
3. Tidak rawan terhadap gangguan kecil.
Kerugian jaringan catu langsung yaitu :
1 Tidak fleksibel karena tidak mempunyai titik jumper
(RK).
2. Sulit melokalisir gangguan.
3. Perhitungan demand telepon yang harus benar-benar
akurat.
b. Jaringan catu tak langsung adalah salah satu kelompok kabel
lokal dimana saluran pelanggan-pelanggan dicatu dari KP/DP

30
terdekat, yang terlebih dahulu telah dihubungkan denagn RK,
kemudian diteruskan ke RPU/MDF. Penyambungan saluran dari
KP/DP ke RK sama seperti penyambungan pada jaringan
langsung (tetap), tetapi untuk penyambungan seterusnya ke MDF
di RK dilakukan dengan jumper wire. Sistem jaringan ini dipakai
di kota-kota sedang dan besar yang jaraknya cukup jauh dari
sentral.
Keuntungan jaringan catu tak langsung yaitu :
1. Mudah dalam melokalisir gangguan.
2. Dapat mencatu pelanggan yang letaknya menyebar dan jauh dari
sentral.
Kerugian jaringan catu tak langsung yaitu :
a. Membutuhkan biaya yang cukup besar karena harus menggunakan
RK.
b. Sumber gangguannya banyak (terminal di RPU / MDF, RK).
c. Sukar mencari tempat RK yang betul-betul aman.

c. Jaringan catu kombinasi adalah jaringan kabel lokal dimana


catuan saluran ke pesawat pelanggan melalui dua jalur yaitu
sebagian dengan catuan langsung dan sebagiannya lagi dengan
catuan tak langsung. Sistem jaringan ini digunakan hampir di
semua kota besar, karena letak sentral telepon biasanya pada
pusat kota sehingga lokasi pelanggan menyebar mulai dari yang
dekat dengan sentral sampai yang letaknya jauh dari sentral
tersebut.
Tabel 3. Siklus Pemeliharaan Jaringan Kabel

NO KEGIATAN SIKLUS
1. Pemeriksaan Titik Terminal Kosong di MDF
a. Pemeriksaan Fisik Titik Terminal 6 bulan
b. Pengukuran Titik Terminal 6 bulan

31
2. Meregel Kabel Udara 4 tahun
3. Mengecat Tiang Telepon 3 tahun
4. Penggantian Tiang Telepon 15 tahun
5. Meregel Drop Wire 4 tahun
6. Menggati Drop Wire 5 tahun
7. Test Rutin Kabel Sekunder 6 bulan
8. Test Rutin Kabel Primer 6 bulan
9. Pemeliharaan Duct dan MH 6 bulan
10. Pemeliharaan dan Pengukuran Grounding 6 bulan
11. Penggantian Instalasi Rumah Pelanggan 5 tahun
12. RK
a. Pemeriksaan Fisik Titik Terminal 6 bulan
b. Pengukuran Titik Terminal 6 bulan
13. Pemeliharaan RK 6 bulan
14. Pengecetan RK 2 tahun
15. DP 6 bulan
a. Pemeriksaan Fisik Titik Terminal
b. Pengukuran Titik Terminal 6 bulan
16. Pemeliharaan DP 6 bulan
17. Pengecetan DP 2 tahun
18. Pemeliharaan Cable Chamber 3 bulan
19. Meregel Saluran Kawat Telanjang 1 tahun
20. Penggantian Saluran Kawat Besi dan kawat tembaga 15 tahun
21. Patroli Rutin harian
22. Pemeliharaan Sambungan Kabel Tanah 3 bulan
23. Penggantian KPLL ( Kotak Pembagi Luar Logam ) 7 tahun
24. Penggantian KPLP ( Kotak Pembagi Luar Plastik ) 15 tahun
25. Penggantian KPDL ( Kotak Pembagi Dalam Logam ) 10 tahun
26. Penggantian RK 15 tahun
27. Penggantian Kabel Udara 15 tahun
28. Penggantian Kabel Tanah 20 tahun

32
6.2.2 Jaringan penghubung
Jaringan penghubung adalah jaringan penghubung yang
menghubungkan antar sentral yang berada dalam satu kota. Pada kota-
kota besar biasanya memiliki lebih dari satu (1) telepon lokal, namun
sentral yang satu dengan yang lain tetap dihubungkan dengan kabel
penghubung (junction).

Macam-macam jaringan penghubung yaitu :


a. Jaringan bintang (Star network)

Gambar 25. Jaringan Bintang


b. Jaringan mata jala (Mesh network)

Gambar 26. Jaringan Mata Jala


c. Jaringan Kombinasi
Model jaringan seperti ini sangat cocok diterapkan pada kota-kota besar
dimana ada lebih besar dari satu sentral dalam suatu lokal area.
T T
E E
T T
A E
T T
E E T
A T
T T E
E T
E
E
T
A T
33
T E
E
Gambar 27. Jaringan Kombinasi
d. Jaringan Trunk
Jaringan trunk adalah jaringan yang menghubungkan sentral-sentral antar kota.
Jaringan trunk
Kota A Kota B
Sentral Sentral

Gambar 28. Jaringan Trunk

HASIL PRAKTEK KERJA LAPANGAN

Selama kurang lebih satu bulan PKL di PT. Telkom Cabang Bantaeng,
sebelumnya kami dibagi menjadi beberapa 3 kelompok yang akan secara bergulir
ditempatkan pada bidang pekerjaan yang berbeda diantaranya yakni
1. Bidang Infratel
Kami diberikan pengetahuan tentang bagaimana merawat dan menjaga
infrastruktur yang ada pada PT. Telkom diantanya yakni batteray, genset, ruang
Central Telkom Bantaeng, MDF.
2. Bidang Lapangan
Kami diajarkan bagaimana menganalisa suatu kerusakan dilapangan misalnya,
putusnya kabel pelanggan, rusaknya telpon pelanggan, merawat dan mengganti
batteray RK/FRF, pemasangan telpon baru, pemutusan jaringan telepon dengan
alasan tertentu.
3. Bidang Administrasi
Kami diajarkan bagaimana melayani pelanggan diantaranya pengaduan
gangguan telepon dan pengecekan rekening telepon.

34
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan
Dengan melihat beberapa sistem transmisi yang dipaparkan pada bab
sebelumnya dapat dijelaskan bahwa masing-masing media transmisi
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Diantara ketiga sistem transmisi
tersebut serat optik lah yang memiliki kanal yang paling besar serta
pengiriman data yang paling cepat sehingga sistem transmisi ini efektif
digunakan untuk jarak jauh. Setelah serat optik, kabel tembaga merupakan
transmisi kedua tercepat. Karena kabel tembaga mudah dalam penyambungan
maka sangat efektif digunakan untuk komunikasi jarak dekat dalam
aplikasinya kebanyakan dimanfaatkan untuk komunikasi lokal (daerah
tertentu) sedang untuk hubungan antar sentral digunakan serat optik. Hal yang
berbeda pada sistem transmisi dengan gelombang radio selain karena kanal
yang tersedia sangat terbatas juga karena pengiriman data yang sangat lambat,
oleh karena itu sistem ini biasanya pada daerah tertentu yang cukup sulit
terjangkau dengan kabel tembaga maupun serat optik.

4.2 Saran
Dalam membangun sebuah sistem transmisi ada beberapa hal yang harus
diperhatikan yakni :
4. Media transmisi yang digunakan
5. Penempatan sebuah sentral harus berada pada posisi yang strategis
6. Penggunaan media transmisi harus benar-benar tepat sasaran artinya dapat
mengetahui bahwa kapan baik digunakan transmisi serat optic atau kabel
tembaga
7. Pengirim maupun penerima harus berfungsi secara optimal.

35
36
37

Anda mungkin juga menyukai