Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN KERJA PRAKTEK MEDIA TRANSMISI PADA PT.

TELKOM CABANG BANTAENG

Diajukan sebagai salah satu syarat perkuliahan pada Program Pendidikan Diploma III Politeknik Negeri Ujung Pandang

Disusun Oleh : NAMA : WENI SRI YUNITA KELAS : 3A NIM : 06 36 021

PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG 2009

LEMBAR PENGESAHAN Yang bertanda tangan dibawah ini menerangkan bahwa : 1. Nur Rahmah 2. Rezki Amaliah 3. Heni Susanti 4. Rabiah Al Adawiah 5. Weni Sri Yunita 6. Anto Nobertus T 7. Amran Syuhas 8. Nobert Hizkia 9. Fachrycal Syamsul 10. Mika : 06 36 010 : 06 36 001 : 06 36 018 : 06 36 006 : 06 36 021 : 06 36 003 : 06 36 017 : 06 36 023 : 05 36 042 : 06 36 020

Selaku mahasiswa Politeknik Negeri Ujung Pandang, telah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) selama 1 (satu) bulan mulai tanggal 18 Agustus 2008 sampai dengan tanggal 15 September 2008 pada PT. TELKOM Cabang Bantaeng. Demikian keterangan ini kami buat dengan sebenarnya untuk digunakan sebagaimana mestinya. Makassar, Januari 2009 Pembimbing

LEMBAR PENGESAHAN Yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan bahwa : WENI SRI YUNITA : 06 36 021 Selaku mahasiswa Politeknik Negeri Ujung Pandang, telah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) selama 1 (satu) bulan mulai tanggal 18 Agustus 2008 sampai dengan tanggal 15 September 2008 pada PT. TELKOM Cabang Bantaeng. Demikian keterangan ini kami buat dengan sebenarnya untuk digunakan sebagaimana mestinya. Makassar, Pembimbing, Januari 2009

Irawati Razak NIP. Mengetahui, Ketua Jurusan Teknik Elektro Ketua Program Studi Teknik Telekomunikasi

Ir. Hafsah Nirwana, M.T NIP.131 884 835

Ibrahim Abduh S.ST MT NIP. 132 062 372

KATA PENGANTAR
Bissmillahirahhmanirrahim Assalamualaikum Wr. Wb. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang merupakan salah satu mata kuliah pada smester VI sebagai salah satu syarat kelulusan. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus sampai dengan 15 September 2008. Dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh mahasiwa Politeknik Negeri Ujung Pandang, Jurusan Teknik Elektro, Program Studi Teknik Telekomunikasi, kami diwajibkan membuat laporan tertulis yang merupakan bentuk pertanggungjawaban dari apa yang telah kami dapat dari tempat Kerja Praktek kami (PT.TELKOM Cabang Bantaeng). Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam Laporan ini, namun kiranya isi yang tersaji dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya. Kritik dan saran dalam penyusunan laporan ini ke arah yang lebih baik dari berbagai pihak sangat kami harapkan. Dalam penyusunan Laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu melalui kesempatan ini dengan segala kerendahan hati kami menyampaikan terima kasih kepada : 1. Bapak DR. Pirman, M.Si sebagai Direktur Politeknik Negeri Ujung Pandang. 2. Ibu Ir. Hafsah Nirwana, M.T sebagai Ketua Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Ujung Pandang. 3. Bapak Ibrahim Abduh S.ST.MT sebagai Ketua Program Studi Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Ujung Pandang. 4. Ibu Irawati Razak sebagai Pembimbing yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL). 5. Kedua Orang Tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan moril, material dan spiritual.

6.

Terima Kasih yang tulus buat bapak/ibu keluarga teman kami yang telah banyak membantu selama kami menjalani kegiatan ini utamanya tempat tinggal yang disediakan. Semoga kebaikan bapak/ibu dibalas oleh Allah SWT.

7.

Terima Kasih buat Pak Syamsuddin selaku pegawai PT Telkom cabang Bantaeng yang telah banyak membimbing kami selama kegiatan PKL berjalan.

8.

Teman-teman Teknik Telkom kelas 3A yang telah bersama sama menyelesaikan kegiatan PKL ini selama sebulan serta segala pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan semuanya. Dengan segala hormat, kami mengucapkan terima kasih dan permohonan

maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam pelaksanaan kegiatan ini terjadi hal-hal yang kurang berkenan di hati. Demikian Laporan ini kami buat, semoga dapat memberikan kontribusi dan manfaat bagi kemajuan bagi ilmu pengetahuan. Akhir kata Wassalamu Alaikum Wr.Wb

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transmisi merupakan sarana yang mampu menciptakan suatu hubungan komunikasi baik antara komunikasi jarak dekat maupun jarak jauh. Di dalam kehidupan sehari-hari seringkali manusia melakukan aktivitasnya dengan berkomunikasi dengan orang lain. Adanya jarak yang cukup jauh membuat komunikasi terkadang terhambat sehingga kepentingan manusia tidak terpenuhi. Dahulu, untuk berkomunikasi dengan orang lain dapat menggunakan surat maupun telegram namun cara seperti ini membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga dinilai tidak efektif dan tidak efisien. Adanya kebutuhan seperti ini membuat manusia mencari dan akhirnya menemukan transmisi baik dengan menggunakan kabel maupun pemanfaatan gelombang mikro sebagai media transmisi. Melihat perkembangan teknologi saat sekarang, media transmisi menjadi salah satu hal sangat penting dalam melakukan telekomunikasi, bukan hanya dalam komunikasi dengan suara melainkan berbagai komunikasi data dapat dilakukan seperti pengiriman data berupa gambar, multimedia dan lain-lain. Dengan adanya kondisi seperti itu sehingga berbagai sitem transmisi ditemukan manusia seperti transmisi dengan radio gelombang mikro, transmisi dengan kabel tembaga maupun transmisi dengan optic. Banyaknya sistem transmisi yang digunakan membuat manusia dimanjakan dalam hal pengiriman data. Dahulu pengiriman informasi yang biasanya membutuhkan waktu yang cukup lama, sekarang dapat lebih cepat. Disamping itu komunikasi yang biasanya hanya lewat surat sekarang dapat berbicara langsung hanya dengan menggunakan alat tertentu. Adanya media transmisi yang ditemukan membuat berbagai pekerjaan manusia dapat menjadi lebih mudah.

I.2 Rumusan Masalah 1. 2. Bagaimana prinsip kerja beberapa media transmisi pada PT TELKOM Cabang Bantaeng? Bagaimana kelebihan dan kekurangan suatu media transmisi yang digunakan pada PT Telkom Cabang Bantaeng? I.3 Ruang lingkup 1. Sistem transmisi pada PT.TELKOM INDONESIA CABANG BANTAENG (KANCATEL BANTAENG) dan sekitarnya. I.4 Tujuan dan Manfaat Kerja Praktek Tujuan terdiri dari : 1. 2. Untuk mengetahui prinsip kerja beberapa media transmisi Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan beberapa media transmisi pada PT.TELKOM INDONESIA CABANG BANTAENG (KANCATEL BANTAENG) Manfaat Terdiri dari : 1. 2. 3. Dapat mengetahui secara langsung aplikasi dari tiap-tiap sistem transmisi yang digunakan Dapat membantu karyawan PT.TELKOM sehingga dapat meringankan pekerjaan mereka Mendapatkan pengetahuan serta pengalaman kerja sebagai dasar sesuai dengan disiplin ilmu yang diperoleh. I.5 Metode penulisan 1. Metode observasi , yakni metode penelitian dengan melakukan pengawasan dan pengamatan terhadap objek yang diteliti. 2. Praktek Lapangan, yaitu mengadakan kerja dan terjun langsung dilapangan guna mencari informasi dan data secara langsung pada objek-objek penelitian serta faktor-faktor yang berhubungan dengan laporan.

3.

Diskusi yaitu suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab yang besifat bebas dengan beberapa orang yang mempunyai pengetahuan dan keahlian yang berhubungan dengan penulisan.

I.6 Sistematika Penulisan Untuk memudahkan dalam pembahasan laporan, maka penulis menyajikan dalam beberapa bagian yang terdiri dari : BAB I : PENDAHULUAN Terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, ruang lingkup, tujuan dan manfaat, metode penulisan serta sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Terdiri dari sejarah dan restrukturisasi PT.TELKOM BAB III : MEDIA TRANSMISI SERAT OPTIK DAN KABEL TEMBAGA Terdiri atas isi laporan dan hasil pengamatan kerja lapangan BAB IV : PENUTUP Terdiri atas simpulan dan kesimpulan

BAB II BIDANG UMUM

2.1

Sejarah Perundang-Undangan PT.TELKOM adalah salah satu badan usaha bernama Post dan

Telegrafdients

yang

didirikan

dengan

Staatblad

No.52

Tahun

1884.

Penyelenggaraan Telekomunikasi di Hindia Belanda pada tahun itu mulanya diselenggarakan oleh swasta. Sampai tahun 1905 tercatat 38 perusahaan telekomunikasi dan pada tahun 1906 diambil oleh pemerintah Hindia Belanda berdasarkan Staatblad No.395 tahun 1906. Sejak itu berdirilah Post, Telegraaf, dan Telefoondienties atau disebut PTT-Dients ditetapkan sebagai perusahaan negara berdasarkan Staatsblad No.419 tahun 1927 tentang Indonesische Bedrijvenwet (I.B.W Undang-undang Perusahaan Negara). Jawatan PTT berlangsung sampai dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (PERPU) No.19 Tahun 1960 oleh Pemerintah RI, tentang persyaratan Perusahaan Negara (PN). Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.240 Tahun 1961, tentang pendirian Perusahaan Negara sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 B.W. dimasukkan kedalam Perusahaan Negara Post dan Telekomunikasi. Dalam perkembangannya selanjutnya Pemerintah memandang perlu untuk untuk membagi Perusahaan Negara Post dan Telekomunikasi menjadi dua Perusahaan Negara yang berdiri-sendiri. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.29 Tahun 1965 berdirilah perusahaan Post dan Giro (P.N Post dan Giro) dan pendirian Perusahaan Negara Telelkomunikasi (P.N. Telekomunikasi) yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No.30 tahun 1965. Bentuk PN dikembangkan menjadi Perusahaan Umum Telekomunikasi (PERUMTEL) melalui Peraturan Pemerintah No.36 tahun 1974. Peraturan tersebut menyatakan bahwa Perusahaan Umum Telekomunikasi (PERUMTEL) sebagai badan usaha tunggal penyelenggara jasa telekomunikasi untuk umum, baik hubungan telekomunikasi dalam maupun luar negeri. Hubungan

Telelkomunikasi luar negeri pada saat itu diselenggarakan oleh PT. Indonesian Satelite Corporation (PT. INDOSAT) yang masih berstatus perusahaan asing dari American Cable and Radio Corporation, yaitu suatu perusahaan yang didirikan berdasarkan peraturan negara Bagian Delaware, Amerika Serikat. Seluruh saham PT INDOSAT pada akhir tahun 1980 dibeli oleh negara RI dari Amercan Cable and Radio Coorporation. Untuk meningkatkan peleyanan jasa telekomunikasi untuk umum Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 53 tahun 1980 tentang telekomunikasi untuk umum yang berisi tentang perubahan peraturan N0.22 tahun1974, berdasarkan Peraturan Pemerintah No.53 tahun 1980 PERUMTEL ditetapkan sebagai badan usaha yang mempunyai wewenang menyelenggarakan Telekomunikasi untuk umum dalam negeri sedangkan INDOSAT untuk umum internasional. Memasuki Repelita V Pemerintah merasa perlu mempercepat membangun Telekomunikasi sebagai infrastruktur diharapkan dapat memacu pembangunan disektor yang lainnya. Penyelenggaraan telekomunikasi memerlukan manajemen yang lebih profesional, oleh sebab itu perlu meningkatkan mutu pelayanan perusahaan. Hal ini berdasarkan Peraturan Pemerintah No.25 tahun 1991, perusahaan Umum (PERUM) dialihkan menjadi Perusahaan Perseorangan (PERSERO) sebagaimana tercantum dalam Undang-undang No.9 tahun1989. Sejak itu berdirilah Perusahaan Perseorangan (PERSERO) Telekomunikasi Indonesia atau PT.TELKOM.

2.2

Restrukturisasi Internal TELKOM Dalam mengantisipasi era perdagangan bebas internasional maupun

regional maka PT.TELKOM pada tahun 1995 melaksanakan 3 program besar secara simultan. Program-program tersebut meliputi restrukturisasi internal penerapan Kerja Sama Operasi (KSO) dan persiapan Go Publik/Internasional atau dengan kata lain Initial Public Offering.

10

Rekstrukturisasi

internal

meliputi

bidang

usaha

sekaligus

pengorganisasiannya. Bidang usaha TELKOM dibagi menjadi 3 yaitu : 1. Bidang Usaha Utama Bidang usaha utama TELKOM adalah proses penyelenggaraan jasa telepon lokal dan jarak jauh serta dalam negeri. 2. Bidang Usaha Terkait Bidang usaha terkait terdiri dari Sistem Telpon Bergerak

Seluler(STBS). Sirkit langganan Telelx, penyewaan transporder satelit, V-SAT dan jasa nilai tambah tertentu. Bidang usaha terkait ini diselenggarakan bekerjasama dengan pihak ketiga melalui perusahaan patungan. 3. Bidang Usaha Pendukung Bidang usaha pendukung adalah bidang usaha yang tidak langsung berhubungan dengan pelayanan jasa telekomunikasi namun keberadaannya mendukung kelancaran bidang utama dan bidang terkait atelir, properti, riset teknologi informasi. Untuk menampung bidang-bidang usaha tersebut maka sejak 1 JULI 1955 TELKOM telah menghapuskan struktur Wilayah Usaha Telekomunikasi (WITEL) dan secara de facto meresmikan dimulainya era divisi. Divisi Regional TELKOM mencakup 7 wilayah yang terbagi atas : 1. Divisi Regional I, Sumatera 2. Divisi Regional II, Jakarta dan Sekitarnya 3. Divisi Regional III, Jawa Barat 4. Divisi Regional IV, Jawa Tengah dan D.I Yogyakarta 5. Divisi Regional V, Jawa Timur 6. Divisi Regional VI, Kalimantan

11

7. Divisi Regional VII, Kawasan Indonesia Timur yang meliputi Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, dan Irian Jaya. Divisi-divisi tersebut dikelola oleh suatu tum manajemen yang terpisah berdasarkan prinsip disentralisasi serta bertindak sebagai pusat investasi (Divisi Regional) dan pusat peruntugan (Divisi Network) dan Divisi lainnya serta mempunyai laporan keuangan internal yang terpisah. Sedangkan divisi-divisi pendukung terdiri atas Divisi Pelatihan, Divisi Properti, Divisi Sistem Informasi, Divisi Atelir, dan Divisi Riset Teknologi Informasi. Sejak kebijakan sentralisasi beralih ke kebijakan desentrasi dan desentralisasi kewenangan, maka struktur dan fungsi kantor pusat juga mengalami perubahan. Berdasarkan pada organisasi Divisional maka kantor pusat berubah menjadi kantor Perusahaan, dan yang semula menjadi Pusat investasi disederhanakan menjadi pusat biaya (Cost Centre). Sejak kebijakan deskonsentrasi dan desentalisasi diberlakukan,

menjadikan jumlah SDM kantor Perusahaan juga menjadi lebih sedikit. Kantor pengeloaan TELKOM berdasarkan kegiatan akta unit perubahan kerja yang terakhir secara

berkedudukan di jalan Merpati No. 1 Bandung, bertanggungjawab atas perusahaan melalui perusahaan keseluruhan. Dalam kaitannya dengan Divisi, perusahaan hanya menetapkan halhal yang strategis sedangkan penjabaran operasionalnya dilaksanakan oleh masing-masing Divisi. Struktur manajemen, secara garis besar meliputi kantor Perusahaan, divisi regional I sampai Divisi regional VII, Divisi Network dan pendukung. Kantor perusahaan strukturnya sangat sederhana hanya terdiri dari dewan direksi yang dibantu oleh pengembangan bisnis, sekretaris perusahaan kepala Audit internal dan beberapa VICE Presiden

12

BAB III MEDIA TRANSMISI SERAT OPTIK DAN KABEL TEMBAGA 3.1 Serat Optik Serat optik adalah salah satu media transmisi yang dapat menyalurkan informasi dengan kapasitas besar dan dengan keandalan yang tinggi. Berlainan dengan media transmisi lainnya, pada transmisi serat optik gelombang pembawanya tidak berupa gelombang elektromagnet atau listrik, akan tetapi berupa sinar/cahaya laser. Sehingga dalam pentransmisiannya data yang akan diproses terlebih dahulu diubah ke dalam bentuk cahaya. Pada umumnya transmisi pada serat optik memiliki prinsip kerja yakni: pertama-tama microphone akan merubah sinyal suara menjadi sinyal listrik, kemudian sinyal listrik ini dibawa oleh gelombang pembawa cahaya melalui serat optik dari pengirim (transmitter) menuju alat penerima (receiver) yang terletak pada ujung lainnya dari serat. Modulasi gelombang cahaya ini dapat dilakukan dengan merubah sinyal listrik termodulasi menjadi gelombang cahaya pada transmitter dan kemudian merubahnya kembali menjadi sinyal listrik pada receiver. Pada receiver sinyal listrik dapat dirubah kembali menjadi gelombang suara. Tugas untuk merubah sinyal listrik ke gelombang cahaya atau kebalikannya dapat dilakukan oleh komponen elektronik yang dikenal dengan nama komponen optoelectronic pada setiap ujung serat optik. Dalam perjalanannya dari transmitter menuju ke receiver akan terjadi redaman cahaya di sepanjang kabel serat optik dan konektor-konektornya (sambungan). Karena itu bila jarak ini terlalu jauh akan diperlukan sebuah atau beberapa repeater yang bertugas untuk memperkuat gelombang cahaya yang telah mengalami redaman. 1. Titik terminasi utama dari sistem kabel optik ini adalah di Makassar yang terhubung mulai dari Makassar Gowa Takalar Jeneponto Bantaeng Bulukumba Sinjai Bone Maros Makassar. Seperti halnya dengan sistem

13

transmisi yang umum digunakan, sistem kabel optik juga harus melalui perangkat-perangkat OLT (Optical Line Terminal) dan ONU (Optical Network Unit) yang dikontrol menggunakan sistem remote dari sentral Makassar. Kedua perangkat ini sama-sama merupakan titik terminasi akhir dari serat optik dan merupakan titik terminasi awal dari kabel tembaga, sedangkan perbedaannya yaitu ONU merupakan titik sambung (junction point) yang perannya sama seperti RK, sedangkan OLT merupakan tempat penghubung cort-cort masukan dan keluaran. Gambar 4.Perangkat OLT pada KANCATEL Bantaeng yaitu : modul dan serat optik

Apabila

terjadi

kerusakan

pada

serat

optik

maka

proses

pentransmisian informasi tidak dapat terlaksana, sehingga perlu dilakukan perbaikan/ penyambungan pada serat optik yang mengalami gangguan. Berdasarkan sifatnya penyambungan serat optik dibedakan menjadi dua (2) yaitu penyambungan yang bersifat sementara dengan menggunakan konektor dan penyambungan yang bersifat permanen dengan menggunakan fusion splice.

14

Gambar 5. Serat Optik Adapun langkah-langkah penyambungan serat optik yaitu : a. Mengukur jarak untuk mengetahui lokasi titik penyambungan/kerusakan serat dengan menggunakan alat OTDR, dengan menggunakan alat ini kita juga dapat mengetahui jenis gangguan yang terjadi pada serat apakah berupa patahan atau redaman dan jenis sambungan yang digunakan pada serat tersebut.

Gambar 6. Alat OTDR b. Setelah mengetahui lokasi dan jenis kerusakan serat, maka langkah selanjutnya yaitu melakukan penyambungan serat. Pertama-tama lepaskan coating serat dengan menggunakan alat

15

Gambar 7. Pelepasan Coating Serat c. Lalu membersihkan bagian clading serat menggunakan cairan alkohol dan tissue.

Gambar 8. Pembersihan Clading Serat d. Kemudian melepaskan bagian clading dengan menggunakan alat

Gambar 9. Pengupasan Bagian Cladding e. Tahap akhir dari proses ini adalah menyambung serat dengan menggunakan alat fusion splice machine.

16

f.

Gambar 10. Penyambungan Serat g. Untuk mengetahui apakah proses penyambungan telah berhasil dilakukan, maka dapat dilihat pada layar fusion splice machine.

Gambar 11. Sambungan yang telah berhasil

III.3

Kabel Tembaga Kabel tembaga merupakan salah satu media yang dapat menghantarkan sinyal listrik dari suatu tempat ke tempat lain. Oleh karena itu kabel tembaga dapat dijadikan sebagai salah satu media transmisi dalam telekomunikasi. Salah satu kelebihan dari pada kabel tembaga yakni selain mudah dalam pemasangannya juga sinyal tidak lagi terhambat oleh berbagai penghalang lewat udara karena sinyal yang dikirim hanya

17

melewati urat-urat tembaga yang terbungkus dalam kabel. Jenis-jenis kabel tembaga pun dapat dibedakan atas kabel primer dan kabel sekunder.

1. Kabel Primer Kabel primer adalah kabel yang menghubungkan MDF (Main Distribution Frame) dengan RK (Rumah Kabel), kabel ini berkapasitas 3600 sst (yang terpasang di STO Bulukumba) 1.a. MDF (Main Distribution Frame) MDF atau rangka pembagi utama adalah tempat penyambungan saluran dari sentral ke saluran yang akan menuju RK (Rumah Kabel). MDF ini berfungsi sebagai penghubung antara VDF (Voice Distribution Frame) dengan sentral telepon bulukumba, dan merupakan tempat pemisahan semua data-data yang berasal dari pelanggan sehingga data-data yang masuk pada sentral telepon.

18

Gambar 13. MDF

19

Tabel 1. Siklus Pemeliharaan MDF (Main Distribution Frame)pon dapat dikirim secara terpisah / satu per satu. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12 13. 14. Kegiatan Siklus Pembersihan Air, Membersihkan Lumpur dan Kotoran Dari 3 bulan Dalam Kabel Chamber Pembersihan Rangka Kabel di Cable Chamber Kabel di Cable Chamber Pengecekan, Pengencangan, dan Pemasangan Stopper & 1 bulan Duct Seal Penggantian Label Kabel yang Rusak Pembersihan Instalansi MDF Perapihan Jumper Wire Penggantian Jumper Wire Solder Pengencangan Baut Pada terminal Sekrup Pembersihan filter Penggantian Elemen Filter Penggantian Suku Cadang Uji Fungsi Unit Perangkat 1 bulan 1 bulan 3 bulan Saat kerusakan 3 bulan 1 tahun Harian Harian 5 tahun 3 bulan Penataan Kabel Primer dan Kabel Junction Pada Rangka 3 bulan

Penyolderan Ulang Ujung Urat Kawat Pada Terminal 1 bulan

1.b RK (Rumah Kabel) Rumah kabel (RK) adalah sebuah unit terminal kabel yang merupakan terminasi titik akhir dari kabel primer dan terminasi titik awal dari kabel sekunder. Fungsi rumah kabel yaitu :

20

a. Sebagai titik terminasi akhir dari kabel primer dan merupakan titik terminasi awal kabel sekunder. b. Sebagai titik penyambungan yang fleksibel antara kabel primer dan kabel sekunder di dalam satu jaringan kabel lokal. c. Sebagai titik pemeriksaan sekaligus berguna dalam perawatan. Agar rumah kabel ini dapat terus bekerja dengan baik, maka diadakan pemeliharaan rutin terhadap rumah kabel tersebut. Adapun siklus pemeliharaan rutin terhadap rumah kabel ini yaitu : Tabel 2 NO KEGIATAN 1. Pembersihan box luar dan dalam 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Pembersihan blok terminal Perapihan Jumper wire Penggantian Jumper Wire Pembersihan pentanahan Pelumasan engsel pintu dan kunci Penggantian label kabel yang rusak Penomoran /pelabelan Pemeriksaan patok pengaman Pengecatan 3 Bulan 6 Bulan 1 Tahun 3 Bulan 2 Tahun dan pengencangan SIKLUS 3 Bulan 3 Bulan 3 Bulan 5 Tahun klem 6 Bulan

Gambar 14. RK (Rumah Kabel)

21

Berdasarkan pemasangannya kabel primer dibedakan menjadi 2 yaitu : a. Kabel tanah Kabel tanah adalah kabel yang ditanam di dalam tanah, kabel ini berwarna hitam polos. Pada bagian luar kabel ini diolesi dengan jelly, hal ini bertujuan agar air tidak mudah masuk ke dalam kabel.

Gambar 15. Kabel Tanah b. Kabel Udara Kabel udara yaitu kabel yang direntangkan dari tiang ke tiang. Pada bagian luar dari kabel ini ada tembaga yang dibungkus.

22

Gambar 16. Kabel Udara 2. Kabel Sekunder Kabel sekunder adalah kabel yang menghubungkan RK (Rumah Kabel ) dengan DP (Distribution Point), dimana kabel ini berkapasitas 5200 sst untuk saluran yang terpasang pada daerah Bulukumba. 2.a. DP (Distribution Point) Distribution point merupakan sebuah unit terminal kabel yang menghubungkan titik akhir dari kabel sekunder. Di dalam sebuah DP terdapat urat-urat kabel yang nantinya akan disambungkan ke rumahrumah pelanggan. Fungsi DP (Distribution Point) yaitu : 1. 2. 3. Sebagai tempat penyambungan antara kabel sekunder dengan kabel penanggal. Sebagai tempat mutasi jaringan yang menuju ke rumah-rumah pelanggan. Sebagai tempat pengetesan dalam melokalisir gangguan. Gambar kabel sekunder yang terhubung dari RK ke DP

23

Gambar 17. Distribution Point (DP) 2.b Kabel Penanggal Kabel penanggal merupakan kabel tembaga (DW) yang menghubungkan antara DP dengan rumah pelanggan, dimana kabel ini terdiri dari 3 urat. Dua urat berupa tembaga sedangkan urat yang lain berupa kawat baja yang berfungsi sebagai tulang / pengikat kabel. 3.4 Beberapa faktor pendukung pada PT.Telekomunikasi cabang Bantaeng 1. SENTRAL Sentral telepon adalah perangkat yang menyambungkan nomor pelanggan yang satu dengan lainnya, dimana segala sesuatu mengenai proses panggil memanggil dijalankan oleh switching. Sentral disini berfungsi untuk membangun hubungan antar pelanggan yang satu dengan pelanggan yang lain dan sebagai pusat pengatur hubungan antar pelanggan telepon, serta sebagai terminasi awal dalam penyaluran informasi karena semua data yang berasal dan yang akan dikirim ke pelanggan terlebih dahulu melalui sentral telepon ini. Sehingga dengan adanya sentral telepon pelanggan maka antara pelanggan telepon yang satu dengan yang lain dapat saling berhubungan.

24

Sentral telepon yang terdapat pada KANCATEL Bulukumba , yaitu : Sentral STDI EWSD yang di Remote dari sentral Induk STO Balaikota yang disebut dengan Remote DLU.

Gambar 18. STDI ( Sentral Telepon Digital Indonesia ) 2. DLU (Digital Line Unit) DLU adalah sentral remote kontrol dengan kapasitas maksimun per DLU sebesar 976 pelanggan telepon , terhubung dengan sentral induknya EWSD. DLU berfungsi sebagai parangkat interface dengan pelanggan digital atau pelanggan analog, sebelumnya pelanggan terpasang pada LTGA, sekarang fungsi LTGA digantikan dengan DLU karena lebih efisien. DLU dapat ditempatkan dimana saja jauh maupun dekat dengan sentral induknya , tapi tergantung pada media transmisi yang tersedia. Rincian kapasitas DLU : 1. 1 DLU terdiri dari 8 shelf ( hitungan dari 0 s/d 7 ) 2. 1 sell terdiri dari 16 modul ( 0 s/d 15 ) 3. 1 modul terdiri dari 8 pelaggan ( 0 s/d 7 4. 1 DLU mencakup kurang lebih 976 pelanggan

25

DLU dapat juga dijadikan sebagai sentral PABX, sentral satelit ataupun sentral rural untuk daerah terpencil yang dihubungkan pada sentral induk di pusat kota asal tersedia jalur transmisi lewat satelit atau sarana lainnya. Selain DLU sekarang ini telah diproduksi Sentral Telepon Kecil (STDIK) yang berkapasitas 128 s/d 976 pelanggan. Bedanya dengan DLU adalah sentral ini berdiri sendiri atau mempunyai perangkat processor control dengan menggunakan personal computer sebagai terminalnya. 3. Pair Gain Pair Gain adalah perangkat yang digunakan untuk menggandakan

saluran telepon dari pelanggan, maksud dari penggandaan disini adalah nomor telepon pelanggan dengan satu input dari primer yang berfungsi sebagai induk dari saluran tersebut akan digandakan oleh pair gain menjadi 4 cabang dengan satu induk yang berfungsi sebagai master. Kelemahan dari penggunaan pair gain ini adalah jika kabel primer yang menjadi master mengalami kerusakan maka percabangan dari master tersebut akan ikut mengalami kerusakan. Karena output dari Pair Gain menjadi 4 Cabang maka tegangan di master tersebut menjadi lebih tinggi yaitu 4 kali tegangan pada cabang-cabangnya.

Gambar 19. Pair Gain

26

4.

Sistem Catu Daya Catu daya merupakan suatu alat yang berfungsi untuk menghasilkan

tegangan, baik yang berupa tegangan AC maupun tegangan DC. Tegangan yang dihasilkan ini akan memberikan catuan pada perangkat-perangkat yang digunakan dalam proses pentransmisian informasi. Catu daya yang digunakan jika sumber listrik utama (PLN) padam dapat berupa genset, batteray, ataupun rectifier. 4.1 Sumber-Sumber Catu Daya 4.1.1 PLN PLN merupakan sumber catuan utama bagi Telkom, PLN berfungsi untuk mensuplai energi listrik keseluruh rangkaian peralatan agar peralatan-perlatan tersebut dapat bekerja. 4.1.2 GENSET Genset (Generator Set) adalah salah satu perangkat yang digunakan untuk memberikan catuan pada perangkat apabila sumber catuan utama (PLN) padam. Besar tegangan yang mampu dihasilkan oleh genset ini mencapai 2,33 v/cel.

Gambar 20. Genset

27

4.1.3 Batteray Batteray merupakan catuan cadangan yang dinyalakan sebelum genset diaktifkan, battre ini digunakan untuk mencegah adanya tenggang waktu yang mungkin bisa terjadi jika sumber catuan utama / PLN mati. Batteray ini berkapasitas 600 AH x 2 dengan kapasitas yang terpakai 17 A dan memiliki berat jenis rata-rata 1,260 per cellnya

Gambar 21. Batteray 4.1.4 Rectifier Rectifier adalah alat yang digunakan untuk mengubah arus AC ke dalam bentuk DC, masukannya berupa arus AC sebesar 220 V dan keluarannya berupa arus DC sebesar -48 V. Rectifier ini berkapasitas 100 A x 3 yang bekerja dengan sistem floating charge. Floating charge ini berfungsi untuk menjaga batteray agar tetap berada dalam keadaan full charge.

28

Gambar 22. Salah satu bagian Rectifier 4.2 Prinsip Kerja Catu Daya Pada saat PLN dalam keadaan on maka akan menghasilkan tegangan catu / arus yang berupa arus AC atau arus bolak balik, kemudian arus ini akan masuk ke MDB ( Main Distribution Board ). Keluaran dari MDB tersebut kemudian digunakan untuk penerangan, dan selanjutnya akan menuju ke perangkat rectifier. Rectifier disini berfungsi untuk mengubah sinyal AC menjadi sinyal DC dengan menghasilkan tegangan sebesar 48 V DC. Keluaran dari rectifier akan digunakan untuk mencatu perangkat yang berupa sentral, transmisi dan selanjutnya akan menuju ke perangkat inverter. Selain itu output dari rectifier tersebut digunakan pula untuk memberikan pengisian ke Batteray yang disebut dengan sistem floating. Sehingga sistem ini berfungsi untuk menjaga agar Batteray dalam keadaan full charge, sebab apabila tanpa adanya sistem floating ini maka Batteray akan mengalami discharge / pengosongan sendiri. Sedangkan apabila PLN dalam keadaan off, maka pada saat itu batteray akan bekerja secara otomatis untuk mencatu ketiga perangkat di atas yaitu berupa sentral, transmisi, dan inverter. Adapun fungsi Inverter yaitu untuk mengubah sinyal DC menjadi sinyal AC dan memberikan catuan pada computer serta penerangan pada ruangan sentral. Disamping Batteray bekerja maka pada saat itu genset juga dinyalakan. Kemudian Genset akan mencatu dan menghasilkan arus seperti halnya pada saat PLN on. Selain disaat genset bekerja output pada rectifier juga berfungsi memberikan atau mempercepat pengisian kembali pada batteray yang disebut sebagai sistem equalizing. 6. SISTEM JARINGAN 6.1 Pengertian Sistem Jaringan 29

Sistem jaringan merupakan suatu sistem yang mengatur hubungan antara terminal dengan sentral, maupun antara sentral dengan sentral yang lain melalui media transmisi, baik yang berupa media transmisi fisik / on wire (coaxial dan optik) maupun media transmisi non fisik / wireless (radio link dan GMD), dimana di dalamnya terdapat banyak percabangan yang saling berinteraksi untuk membentuk suatu jaringan. 6.2 Klasifikasi Sistem Jaringan Secara garis besar sistem jaringan dapat digolongkan menjadi : 6.2.1 Jaringan kabel lokal Kabel lokal adalah jaringan kabel yang menghubungkan sentral telepon dengan pesawat telepon pelanggan. Berdasarkan cara pencatuan saluran dari sentral ke pesawat - pesawat telepon pelanggan, maka jaringan kabel lokal ini dikelompokkan menjadi : a. Jaringan catu langsung adalah jaringan yang menghubungkan RPU dengan DP tanpa melalui RK , tetapi langsung disambungkan ke KTB pelanggan. Sistem jaringan ini digunakan di daerah yang sempit tetapi mempunyai demand yang tinggi dan mencatu daerah yang letaknya dekat dengan sentral. Keuntungan jaringan catu langsung yaitu : 1. 2. 3. 1 (RK). 2. 3. akurat. b. Jaringan catu tak langsung adalah salah satu kelompok kabel lokal dimana saluran pelanggan-pelanggan dicatu dari KP/DP 30 Sulit melokalisir gangguan. Perhitungan demand telepon yang harus benar-benar Biayanya rendah karena tidak menggunakan RK. Administrasi kabel lebih sederhana. Tidak rawan terhadap gangguan kecil. Tidak fleksibel karena tidak mempunyai titik jumper

Kerugian jaringan catu langsung yaitu :

terdekat, yang terlebih dahulu telah dihubungkan denagn RK, kemudian diteruskan ke RPU/MDF. Penyambungan saluran dari KP/DP ke RK sama seperti penyambungan pada jaringan langsung (tetap), tetapi untuk penyambungan seterusnya ke MDF di RK dilakukan dengan jumper wire. Sistem jaringan ini dipakai di kota-kota sedang dan besar yang jaraknya cukup jauh dari sentral. Keuntungan jaringan catu tak langsung yaitu : 1. Mudah dalam melokalisir gangguan. 2. Dapat mencatu pelanggan yang letaknya menyebar dan jauh dari sentral. Kerugian jaringan catu tak langsung yaitu : a. Membutuhkan biaya yang cukup besar karena harus menggunakan RK. b. Sumber gangguannya banyak (terminal di RPU / MDF, RK). c. Sukar mencari tempat RK yang betul-betul aman. c. Jaringan catu kombinasi adalah jaringan kabel lokal dimana catuan saluran ke pesawat pelanggan melalui dua jalur yaitu sebagian dengan catuan langsung dan sebagiannya lagi dengan catuan tak langsung. Sistem jaringan ini digunakan hampir di semua kota besar, karena letak sentral telepon biasanya pada pusat kota sehingga lokasi pelanggan menyebar mulai dari yang dekat dengan sentral sampai yang letaknya jauh dari sentral tersebut. Tabel 3. Siklus Pemeliharaan Jaringan Kabel

NO 1.

KEGIATAN Pemeriksaan Titik Terminal Kosong di MDF a. Pemeriksaan Fisik Titik Terminal b. Pengukuran Titik Terminal

SIKLUS 6 bulan 6 bulan

31

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.

Meregel Kabel Udara Mengecat Tiang Telepon Penggantian Tiang Telepon Meregel Drop Wire Menggati Drop Wire Test Rutin Kabel Sekunder Test Rutin Kabel Primer Pemeliharaan Duct dan MH Pemeliharaan dan Pengukuran Grounding Penggantian Instalasi Rumah Pelanggan RK a. Pemeriksaan Fisik Titik Terminal b. Pengukuran Titik Terminal

4 tahun 3 tahun 15 tahun 4 tahun 5 tahun 6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 5 tahun 6 bulan 6 bulan 6 bulan 2 tahun 6 bulan 6 bulan 6 bulan 2 tahun 3 bulan 1 tahun 15 tahun harian 3 bulan 7 tahun 15 tahun 10 tahun 15 tahun 15 tahun 20 tahun

13. 14. 15.

Pemeliharaan RK Pengecetan RK DP a. Pemeriksaan Fisik Titik Terminal b. Pengukuran Titik Terminal

16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28.

Pemeliharaan DP Pengecetan DP Pemeliharaan Cable Chamber Meregel Saluran Kawat Telanjang Penggantian Saluran Kawat Besi dan kawat tembaga Patroli Rutin Pemeliharaan Sambungan Kabel Tanah Penggantian KPLL ( Kotak Pembagi Luar Logam ) Penggantian KPLP ( Kotak Pembagi Luar Plastik ) Penggantian KPDL ( Kotak Pembagi Dalam Logam ) Penggantian RK Penggantian Kabel Udara Penggantian Kabel Tanah

32

6.2.2

Jaringan penghubung Jaringan penghubung adalah jaringan penghubung yang

menghubungkan antar sentral yang berada dalam satu kota. Pada kotakota besar biasanya memiliki lebih dari satu (1) telepon lokal, namun sentral yang satu dengan yang lain tetap dihubungkan dengan kabel penghubung (junction). Macam-macam jaringan penghubung yaitu : a. Jaringan bintang (Star network)

Gambar 25. Jaringan Bintang b. Jaringan mata jala (Mesh network)

Gambar 26. Jaringan Mata Jala c. Jaringan Kombinasi Model jaringan seperti ini sangat cocok diterapkan pada kota-kota besar dimana ada lebih besar dari satu sentral dalam suatu lokal area.
T E T E T E T E T E

T E T E

T A

T A
T E T E

T E

T E

T A

33

Gambar 27. Jaringan Kombinasi d. Jaringan Trunk Jaringan trunk adalah jaringan yang menghubungkan sentral-sentral antar kota. Jaringan trunk Kota A Sentral Kota B Sentral

Gambar 28. Jaringan Trunk HASIL PRAKTEK KERJA LAPANGAN Selama kurang lebih satu bulan PKL di PT. Telkom Cabang Bantaeng, sebelumnya kami dibagi menjadi beberapa 3 kelompok yang akan secara bergulir ditempatkan pada bidang pekerjaan yang berbeda diantaranya yakni 1. Bidang Infratel Kami diberikan pengetahuan tentang bagaimana merawat dan menjaga infrastruktur yang ada pada PT. Telkom diantanya yakni batteray, genset, ruang Central Telkom Bantaeng, MDF. 2. Bidang Lapangan Kami diajarkan bagaimana menganalisa suatu kerusakan dilapangan misalnya, putusnya kabel pelanggan, rusaknya telpon pelanggan, merawat dan mengganti batteray RK/FRF, pemasangan telpon baru, pemutusan jaringan telepon dengan alasan tertentu. 3. Bidang Administrasi Kami diajarkan bagaimana melayani pelanggan diantaranya pengaduan gangguan telepon dan pengecekan rekening telepon.

34

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Dengan melihat beberapa sistem transmisi yang dipaparkan pada bab sebelumnya dapat dijelaskan bahwa masing-masing media transmisi mempunyai kelebihan dan kekurangan. Diantara ketiga sistem transmisi tersebut serat optik lah yang memiliki kanal yang paling besar serta pengiriman data yang paling cepat sehingga sistem transmisi ini efektif digunakan untuk jarak jauh. Setelah serat optik, kabel tembaga merupakan transmisi kedua tercepat. Karena kabel tembaga mudah dalam penyambungan maka sangat efektif digunakan untuk komunikasi jarak dekat dalam aplikasinya kebanyakan dimanfaatkan untuk komunikasi lokal (daerah tertentu) sedang untuk hubungan antar sentral digunakan serat optik. Hal yang berbeda pada sistem transmisi dengan gelombang radio selain karena kanal yang tersedia sangat terbatas juga karena pengiriman data yang sangat lambat, oleh karena itu sistem ini biasanya pada daerah tertentu yang cukup sulit terjangkau dengan kabel tembaga maupun serat optik. 4.2 Saran Dalam membangun sebuah sistem transmisi ada beberapa hal yang harus diperhatikan yakni : 4. Media transmisi yang digunakan 5. Penempatan sebuah sentral harus berada pada posisi yang strategis 6. Penggunaan media transmisi harus benar-benar tepat sasaran artinya dapat mengetahui bahwa kapan baik digunakan transmisi serat optic atau kabel tembaga 7. Pengirim maupun penerima harus berfungsi secara optimal. 35

36

37

Anda mungkin juga menyukai