Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kerja Praktek (KP) ini adalah mata kuliah wajib mahasiswa Program Studi Teknik
Elektro Universitas Nusa Cendana Kupang. Dengan adanya KP mahasiswa akan
mendapatkan pengetahuan yang lebih tentang dunia kerja. KP juga menuntut mahasiswa
untuk belajar dan melihat secara langsung pekerjaan yang ada di lapangan, untuk memperluas
wawasan dan bagaimana menyelesaikan masalah pada dunia kerja nantinya. Untuk itu
diharapkan dapat menunjang pengetahuan mahasiswa sehingga dapat menjadi sumber daya
manusia yang siap menghadapi tantangan di era modern.
Dalam era yang serba modern ini semua ide/pikiran manusia digerakan untuk
mewujudkan teknologi-teknologi yang bisa membantu manusia dalam tugas dan
pekerjaannya. Semua teknologi tersebut berkembang dengan sangat cepat dimana media
komunikasi yang dulu dilakukan menggunakan gerak tangan sekarang sudah menggunakan
teknologi Selular, data dan internet. Dimana dulunya analog sekarang digital dan semua itu
tidak terlepas dari yang namanya saluran transmisi. Saluran transmisi adalah saluran yang
menghubungkan antara pengirim dan penerima informasi. Serat optik adalah saluran
transmisi atau sejenis kabel yang terbuat dari kaca atau plastik yang sangat halus dan lebih
kecil dari sehelai rambut, dan dapat digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari
suatu tempat ke tempat lain. Sumber cahaya yang digunakan biasanya adalah Laser atau Light
Emitting Diode (LED).
Serat optik merupakan saluran transmisi dengan pilihan bandwidth yang besar dan
bervariasi mulai dari 10Mbps-100Mbps untuk internet, telepon dan TV. Biaya yang relatif
rendah, mutu pelayanan yang tinggi, cepat, dan aman. Dalam mentransmisikan saluran
layanan jaringan serat optik dari Metro sampai ke pelanggan, tidak terlepas dari sebuah
gangguan yang dapat menghambat dan juga merugikan penggunanya, adapun gangguan-
gangguan baik secara sengaja maupun tidak sengaja, yang diakibatkan oleh manusia atau
benda-benda disekelilingnya. Sehingga kami tertarik untuk melakukan penanganan gangguan
jaringan serat optik di PT. Telkom NTT.

1
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana cara penanganan gangguan jaringan serat optik di PT. Telkom NTT Kupang

1.3 Tujuan Kerja Praktek

Untuk mengetahui gangguan jaringan serat optik yang sering terjadi di lapangan dan cara
penanganannya.

1.4 Manfaat Kerja Praktek

Manfaat dari Kerja Praktek ini adalah agar mahasiswa melihat secara langsung pekerjaan
yang ada dilapangan, untuk memperluas wawasan dan bagaimana menyelesaikan masalah
pada dunia kerja nantinya. Kemudian menerapkan teori-teori yang di pelajari saat kuliah.

1.5 Metode Penulisan

Ada beberapa metode yang digunakan dalam penulisan yaitu :

1. Metode literatur yaitu menggunakan buku-buku bacaan dan internet yang


berkaitan dengan Penanganan Gangguan Jaringan Serat Optik.
2. Metode Observasi langsung yaitu dengan melakukan pengamatan perangkat,
gangguan-gangguan yang terjadi dan penanganan.
3. Metode interview yaitu dengan cara melakukan wawancara dengan teknisi dan
pembimbing lapangan.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan kerja praktek ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, ruang lingkup, tujuan, metode
penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II GAMBARAN UMUM PT. TELKOM INDONESIA


Bab ini menggambarkan tentang PT Telkom Indonesia, visi dan misi, tujuan, jangka panjang
dan sejarah PT. Telkom NTT serta struktur organisasi PT. Telkom NTT.

2
BAB III DASAR TEORI
Bab ini berisi tentang teori penunjang yang memaparkan tentang dasar serat optik, teknologi
yang digunakan untuk penanganan gangguan pada serat optik.

BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini berisi gambaran tentang jaringan Serat optik di PT. Telkom NTT
konfigurasinya serta data-data hasil observasi yang telah diperoleh.

BAB V PENUTUP
Bab ini sebagai bab terakhir yang berisi tentang kesimpulan yang diambil berdasarkan hasil
pengamatan serta saran untuk kinerja yang lebih baik.

3
BAB II

GAMBARAN UMUM PT. TELKOM INDONESIA

2.1 Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk yang dikenal dengan TELKOM merupakan suatu
badan usaha yang memiliki sejarah panjang. Yang berawal dari posten Telegrafdients sebuah
perusahaan swasta yang menyelenggarakan jasa–jasa pos dan telekomunikasi yang didirikan
dengan staatsblad No.52 Tahun 1884. Penyelenggaraan oleh swasta ini berlangsung sampai
tahun 1906 dan sejak itu diambil alih oleh Pemerintah Hindia Belanda dengan berdasarkan
kepada staatslad No.395 Tahun 1906, sejak itu berdirilah post, Telegraaf en Telefoondients,
atau disebut PTT Dients yang pada Tahun 1927 diterapkan sebagai Perusahaan Negara
Pemerintah Hindia Belanda.

Jawatan PTT berlangsung sampai dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Pengganti


Undang–Undang (Perpu) No.19 Tahun 1960, yang menetapkan Jawatan PTT untuk tetap
menjadi Perusahaa Negara. Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No.240 Tahun 1961 Perusahaan Jawatan PTT. Berubah menjadi Perusahaan Negara (PN)
Post dan Telekomunikasi. Dalam perkembangan selanjutnya Pemerintah memandang perlu
untuk membagi PN Post dan Telekomunikasi menjadi 2 (dua). Perusahaan Negara yang
berdiri sendiri, yakni berdasarkan Peraturan No. 29 Tahun 1965 dibentuk PN Post dan Giro
dan dengan Peraturan Pemerintah No.30 Tahun 1965 didirikan PN Telekomunikasi.

Kemajuan Teknologi dan jasa Telekomunikasi mendorong Pemerintah untuk


meningkatkan bentuk perusahaan PN Telekomunikasi menjadi Perusahaan Umum (PERUM).
Untuk itu berdasarkan peraturan Peraturan Pemerintah No.36 Tahun 19764 resmi berdiri
Perusahaan Umum Telekomunikasi yang poluler dengan sebutan PERUMTEL. Dalam
Peraturan tersebut PERUMTEL dinyatakan sebagai penyelenggara Telekomunikasi untuk
umum, baik hubungan telekomunikasi dalam Negeri maupun luar Negeri. Pada saat itu
hubungan Telekomunikasi luar Negeri juga diselengarakan oleh PT. Indonesia Satelite
Coorporation (INDOSAT) yang saat itu berstatus Perusahaan asing, bagian dari American
Cable dan Radio Coorporation sebuah Perusahaan di Negara bagian Delaware, Amerika
Serikat. Seluruh saham PT. INDOSAT dengan modal asing tersebut, pada akhir Tahun 1980

4
dibeli oleh Negara Republik Indonesia dan untuk selanjutnya dikeluarkan Peraturan
Pemerintah No.53 Tahum 1980, yang isinya tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah
No. 22 Tahun 1974. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 1980 PERUMTEL
ditetapkan sebagai badan usaha penyelenggara Telekomunikasi dalam Negeri dan INDOSAT
sebagai penyelenggara Telekomunikasi jasa luar Negeri.

Memasuki Repalita V Pemerintah merasa perlunya percepatan pembangunan


Telekomunikasi, karena sebagai infrastruktur diharapkan dapat memacu pembangunan sektor
lainnya. Untuk itu berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1991, maka bentuk
Perusahaan Umum (PERUM) dialihkan menjadi Perseroan Terbatas Negara (PERSERO)
Telekomunikasi Indonesia (TELKOM).

Perubahan dilingkungan TELKOM juga terus berlangsung, seperti perubahan bentuk


sejak dari jawatan, Perusahaan Umum, Perseroan Terbatas Negara (PERSERO) sampai
menjadi Perusahaan Publik.Perusahaan secara besar-besaran terjadi pada Tahun meliputi :

(1) Restrukturisasi Internal

(2) Kerja Sama Operasi (KSO)

(3) Initial Public Offering (IPO)

Sebagai hasil restrukturisasi, sejak 1 Juli 1995 Organisasi TELKOM terdiri atas 7 (tujuh)
Divisi Regional dan 1 (satu) Divisi Network yang keduanya mengelolah Bidang usaha sama.
Divisi Regional ini menjadi pengganti struktur Usaha Wilayah Telekomunikasi (WITEL)
yang memiliki wilayah territorial tertentu, namun hanya menyelenggarakan jasa Telepon
local dan menjadi bagian dari jasa Telepon Sambungan Langsung Jarak Jauh (SLJJ) melalui
perhitungan interkoneksi. Divisi Network menyelenggarakan jasa Telekomunikasi jarak jauh
dalam negeri melalui pengoperasian jaringan transmisi jalur utama nasional.

Divisi Regional TELKOM memiliki wilayah sebagai berikut :

1. Divisi I, Sumatra
2. Divisi II, Jakarta Raya meliputi Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tanggerang, Bekasi,
ditambah Serang, Karawang, dan Purwakarta.
3. Divisi III, Jawa Barat, minus Serang, Bogor Karawang dan Purwakarta.
4. Divisi IV, Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
5. Divisi V, Jawa Timur.

5
6. Divisi VI, seluruh Kalimantan.
7. Divisi VII kawasan Timur Indonesia, yang terdiri dari seluruh Sulawesi, Bali Nusa
Tenggara, Maluku dan Irian Jaya.
Adapun Divisi yang termasuk Divisi Penunjang (support) adalah :
1. Divisi Riset Teknologi Informasi (RISTI).
2. Divisi Atelir (DIVAT).
3. Divisi Properti.
4. Divisi Pelatihan.
5. Divisi Sistem Informasi(SISFO)

Perkembangan terakhir berdasarkan Keputusan Direksi TELKOM, mulai Tanggal 31


Desember 1996, TELKOM menambah 2 (dua) Divisi Perkembangan. Divisi Multimedia
yang mengelola jasa Multimedia dan Network Provider. Dimasukan sebagai pengelola Bisnis
utama. Divisi pembangunan termasuk Divisi Penunjang.

Seiring akan diberlakukan pasar bebas, maka seluruh Negara yang didunia segera
menetapkan langkah–langkah strategis. Mengantisipasi kondisi tersebut, maka sangatlah tepat
jika pemerintah menetapkan strategi aliansi dengan membentuk kerjasama dengan para
investor dan operator telekomunikasi berkelas dunia. Jadilah Pola Kerjasama Operasi (KSO)
dalam pembangunan dan pengoperasian jasa telekomunikasi.

KSO merupakan pola kerjasama telekomunikasi di Divisi Regional atau disebut unit
KSO antara TELKOM dengan suatu konsorsium swasta atau mitra KSO yang terdiri dari
beberapa investor dalam negeri dan luar negeri dan penyelenggara jasa telekomunikasi
berkelas dunia. Mitra KSO bukan suatu Divisi dari TELKOM, namun berkewajiban
membangun sejumlah sarana telekomunikasi sesuai dengan perjanjian dan sebagai
konsepsinya berhak mengoperasikan sarana telekomunikasi dengan mendapatkan bagian
pendapatan selama waktu yang telah ditentukan, yakni 15 (lima belas) tahun sejak perjanjian
KSO ditandatangan. Divisi Regional yang di kelolah oleh mitra KSO adalah Divisi Reginal
I,II,1V,V1,dan VII. Pejanjian KSO dimulai pada tanggal 1 Januari 1996. Untuk Divisi
Regional V1 kalimantan perjanjian KSO ditandatangani pada tanggal 1 April 1996.

Adapun maksud dan tujuan KSO adalah :

1. Mempercepat pembangunan telekomunikasi untuk kurun waktu Repelita VI, karena


pendanaan disediakan oleh mitra KSO.

6
2. Memperoleh alih teknologi dan operator kelas dunia yang tergabung dalam mitra
KSO.
3. Meningkatkan kemampuan berkompetisi dalam era pasar bebas.

Dari penyelenggaraan KSO ini TELKOM menerima :

1. Biaya kompensasi kompensasi yang di terima sekaligus.


2. Pendapatan minimum TELKOM/minimum TELKOM revenue (MTR).
3. Bagian pendapatan TELKOM/Distribusi TELKOM revenue (DTR).
4. Khusus untuk Divisi Regional VII Kawasan Timur Indonesia Mitra usaha KSO
adalah PT. Bukaka Singtel Internasional.

2.2. Visi dan Misi

Visi

Menjadi perusahaan yang unggul dalam penyelenggaraan Telecommunication Information


Media Edutaiment and Sevices (TIMES) di kawasan regional.

Misi

 Menyediakan layanan TIMES yang berkualitas tinggi dengan harga yang kompetitif.
 Menjadi model pengelolan korporasi terbaik di Indonesia.

2.3. Tujuan

 Pusat Keunggulan.
 Menyelaraskan struktur Bisnis dan pengelolaan portofolio.
 cepatan Implementasi Broadband melalui layanan konvergen.
 Pengelolaan portofolio nirkabel.
 Mengintegrasikan solusi ekosistem Telkom Group.
 Berinvestasi di layanan teknologi informasi.
 Berinvestasi di bisnis media dan Edutainment.
 Berinvestasi di bisnis wholesale dan peluang bisnis internasional yang strategis.
 Memaksimalkan nilai asset di bisnis yang saling terkait.
 Mengintegrasikan Next Generation Network (NGN) dan Operational Support
System, Business Support System, Costumer Support System and Enterprise
relations management (OBCE) untuk mencapai penyempurnaan beban biaya.

7
Struktur Organisasi PT. Telkom Kupang

Adapun 3 tugas pokok Telkom WITEL NTT adalah sebagai berikut:

1. Komando :

• Terlaksananya Interelasi Proses (Lateral Procces) antar program eksekusi dari


berbagai Unit / Divisi Fungsional.

• Terlaksananya Operasi.

• Pergerakan dan Pemberdayaan SDM (task force).

• Memastikan pelaksanaan operasi selaras dengan kebijakan / bisnis proses yang


telah ditentukan perusahaan.

2. Koordinasi :

• Penyediaan dan optimalisasi penggunaan sarana / sumberdaya pendukung


aktivitas eksekusi layanan customer, operasi infrastruktur / network / alat
produksi.

3. Supervisi :

Pembinaan operasional unit operasi tingkat Daerah. (PT.Telkom NTT .2015)

8
Berikut merupakan Struktur Organisasi PT. Telkom Kupang seperti pada gambar 2.1
dibawah :

Gambar 2.1 : Struktur Organisasi PT. Telkom Kupang (PT.Telkom NTT .2015)

9
BAB III
LANDASAN TEORI

3.1 Serat Optik

Serat optik adalah saluran transmisi atau sejenis kabel yang terbuat dari kaca atau
plastik yang sangat halus dan lebih kecil dari sehelai rambut dan dapat digunakan untuk
mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ketempat lain. Sumber cahaya yang
digunakan biasanya adalah Laser atau Light Emitting Diode (LED). Kabel ini berdiameter
kurang lebih 120 mikrometer. Cahaya yang ada didalam serat optik tidak keluar karena
indeks bias dari kaca lebih besar dari pada indeks bias dari udara, karena laser mempunyai
spektrum yang sangat sempit. Kecepatan transmisi serat optik sangat tinggi sehingga sangat
bagus digunakan sebagai saluran komunikasi.( http://telekomunikasi.poltekom.ac.id/URL)

Gambar 3.1: Serat Optik ( Bowakh F.M, 2017)

Keterangan :
1. Core (inti): Berfungsi untuk menentukan cahaya merambat dari satu ujung ke ujung
lainnya. Memiliki diameter 2 µm- 50 µm. Ukuran core mempengaruhi karakteristik dari serat
optik.
2. Cladding (lapisan): Berfungsi sebagai cermin yaitu memantulkan cahaya agar dapat
merambat ke ujung lainnya. Diameter cladding antara 5 µm–250 µm.
3. Coating (jaket): Berfungsi sebagai pelindung mekanis pada serat optik dan identitas kode
warna. Terbuat dari bahan plastik.
10
3.2 Jenis–jenis Serat optik
3.2.1 Single Mode Step Index
Pada jenis single mode step index baik core maupun claddingnya dibuat dari bahan Silica
Glass. Ukuran core yang jauh lebih kecil dari claddingnya dibuat demikian agar rugi-rugi
transmisi berkurang akibat fading seperti pada gambar 3.2 berikut.

Gambar 3.2 : Perambatan Gelombang Single Mode Step Index


( http://telekomunikasi.poltekom.ac.id/URL)

Single mode step index mempunyai karakteristik sebagai berikut :


1. Serat optik single mode step index memiliki diamater core yang sangat kecil jika
dibandingkan dengan claddingnya.
2. Ukuran diameter core antara 8 µm–12 µma.
a. Cahaya hanya merambat dalam satu mode saja yaitu sejajar dengan serat sumbu optik.
b. Memiliki redaman yang sangat kecil.
c. Memiliki bandwidth yang lebar.
d. Digunakan untuk transmisi data dengan bit rate tinggi.

3.2.2 Multi Mode Step Index


Pada Serat optik multi mode step index pulsa disisi terima akan lebih besar
dibandingkan dengan pulsa disisi kirim. Pelebaran pulsa mengakibatkan adanya perbedaan
bit-bit data yang ditransmisiskan. Pada jenis multi mode step index ini, diameter core lebih
besar diameter claddingnya. Dampak dari besarnya diameter core menyebabkan rugi-rugi
dispersi waktu transmitternya besar. Penambahan presentase bahan silica pada waktu
pembuatan tidak terlalu berpengaruh dalam menekan rugi-rugi dispersi waktu pengiriman.
serat optik multi mode graded index digunakan dalam transmisi jarak pendek dengan laju
data yang rendah dan memiliki loss yang besar.

11
Gambar 3.3 : Perambatan Gelombang Multi Mode Step Index

( http://telekomunikasi.poltekom.ac.id/URL)

3.2.3 Multi Mode Graded Index


Pada jenis serat Optik multi mode graded index ini core terdiri dari sejumlah lapisan gelas
yang memiliki indeks bias yang berbeda, indeks bias yang tertinggi terdapat pada pusat core
dan berangsur-angsur turun hingga yang terendah terdapat pada batas antar core cladding.
Akibatnya dispersi waktu berbagai mode cahaya yang merambat berkurang sehingga cahaya
akan tiba pada waktu yang bersamaan. Gambar dibawah ini menunjukan perambatan
gelombang dalam multi mode graded index.

Gambar 3.4 : Perambatan Gelombang Multi Mode Graded Index


( http://telekomunikasi.poltekom.ac.id/URL)

Multi mode graded index mempunya karakteristik sebagai berikut :


1. Cahaya merambat karena difraksi yang terjadi pada core sehingga rambatan cahaya sejajar
dengan sumbu serat.
2. Dispersi minimum sehingga baik untuk digunakan untuk jarak menengah.
3. Ukuran diameter core antara 50 µm–100µm, lebih kecil dari multi mode step index dan
dibuat dari bahan sillica glass.

12
3.3 SUMBER DAN DETEKTOR OPTIK

3.3.1 Sumber Optik

Secara umum, terdapat 2 jenis sumber optik yang digunakan yaitu :

a. Light Emitting Diode (LED)


LED adalah dioda semikonduktor yang memancarkan cahaya. Diode
semikonduktor LED dapat digunakan dalam dalam mode emisi pancaran muka
(surface-emitting mode) atau mode emisi pancaran samping (edge-emiting mode).
Daya cahaya yang tersambung ke dalam serat biasanya lebih kecil dari 100 µw untuk
serat optik mode jamak dan beberapa microwatt untuk serat optik mode tunggal. Laju
bit operasional terbatas sampai beberapa megabit per detik oleh kaasitansi parasitik
yang ditimbulkan pada LED. (Djami Novita. 2015)

b. Light Amplication by Stimulated Emmision of Raditional (LASER)

. Merupakan dioda semikonduktor yang memancarkan cahaya karena mekanisme


emisi terstimulasi. Lebar spektral yang lebih sempit (<4 nm) sehingga dapat
digunakan untuk mentransmisikan data yang memiliki bit rate tinggi dengan jarak
yang jauh

Dalam sistem komunikasi serat optik, informasi diubah menjadi sinyal optik
(cahaya) dengan menggunakan sumber cahaya LED atau Diode Laser. Kemuian
dengan dasar hukum pemantulan sempurna, sinyal optik dapat berisi informasi
dilewatkan sepanjang serat sampai pada penerima, selanjutnya detektor optik akan
mengubah sinyal optik tersebut menjadi sinyal listrik kembali.

3.3.2 Detektor Optik

Detektor cahaya dapat menghasilkan gelombang sesuai aslinya, dengan meminimalisasi


losses yang timbul selama perambatan, sehingga dapat juga menghasilkan sinyal
elektrik yang maksimum dengan daya optik yang kecil. Detektor optik memiliki tugas
untuk menangkap semua cahaya yang dikirimkan oleh optical transmitter, setelah
cahaya ditangkap dari media serat optik, maka sinyal ini akan didecode menjadi
informasi yang berupa sinyal listrik digital sehingga dapat dikirim ke sistem
pemprosesannya.

13
a. Detektor Optik Passive Intrinsic Negative Photodiode (PIN)

Merupakan semikonduktor yang diletakan antara lapisan tipe n dan tipe p sehingga
cahaya yang diterima jatuh pada suatu lapisan intrinsik dari material. Diode Junction
Yang dibentuk oleh lapisan – lapisan ini dibias mundur (reserve-bias) dan jumlah arus
yang melalui junctin ditentukan oleh intensitas cahaya (jumlah photon) yang masuk
dalam lapisan intrinsik. Variasi arus yang mengalir melalui Diode PIN sebagai hasil
dari variasi intensitas sinyal optik yang diterima sangat kecil sehingga memerlukan
penguat.

b. Detektor Optik Avalanche Photodiode (APD)

Memiliki konstruksi yang mirip dan beroperasi dengan cara yang sama dengan diode
PIN. Akan tetapi APD tidak memerlikan penguat efek di dalam modul penerima.
Internal gain yang membuat APD lebih sensitif, diperoleh melalui penggunaan
tegangan bias mundur yang tinggal pada diode junctionnya. Pada saat suatu elektron
dilepas karena adanya suatu photon yang masuk kelapisan intrinsik, medan lisrik akan
menyebabkan elektron tersebut bergerak sepanjang lapisan pada kecepatan tinggi dan
bertabrakan dengan molekul-molekul lain sehingga melepaskan lebih banyak
elektron-elektron yang selanjutnya akan bergerak sepanjang lapisan sepanjang lapisan
dengan kecepatan tinggi. Keuntungan penggunaan avalanche breakdown ini adalah
peningkatan sensivitas dibandingkan dengan diode PIN.

c. Rangkaian Penguat(Repeater)
Berfungsi untuk menguatkan sinyal elektrik sesuai dengan sinyal elektrik yang
ditransmisikan. Rangkaian penguat akan digunakan jika terjadi degradasi.

14
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bagian ini akan dijelaskan hasil Kerja Praktek (KP) yang telah dilakukan sejak
tanggal 21 Januari - 21 Februari 2019, Pada PT. Telkom NTT di bagian ACCESS SERVICE
OPERATION (ASO), yang dilakukan secara rutin kurang lebih 2 minggu.

4.1 GAMBARAN UMUM JARINGAN FTTH

Jaringan Fiber To The Home (FTTH) merupakan sistem pelayanan indiHome dari sentral
sampai ke pelanggan oleh PT. Telkom NTT Kupang. Jaringan FTTH ini teridiri dari 3
segmen yang bekerja pada panjang gelombang 1490-1310 nm, dengan batas redaman standar
yang diberikan oleh PT. Telkom dari Optical Line Transport (OLT) sampai ke pelanggan
minimal 24.dB. dan juga sumber cahaya yang digunakan adalah Light amplification by
stimulated emmission of radiation (LASER). Berikut Gambar 4.1 yang menggambarkan
elemen dan segmen jaringan FTTH.

Gambar 4.1 : Elemen dan Segmen jaringan FTTH


Elemen dan Segmen jaringan FTTH dan catuan kabel selain perangkat aktif seperti Optical
Line Terminal (OLT) dan Optical Network Terminal (ONT) sebagai berikut :

15
1. Optical Line Terminal (OLT)
OLT merupakan perangkat aktif yang mengubah sinyal elekrik menjadi cahaya
dengan menggunakan catuan kabel Feeder untuk masuk ke Optical Distribusi Cabinet
(ODC).

2. Optocal Distribusi Cabinet (ODC)


ODC merupakan suatu ruang yang umunnya berbentuk kotak, terbuat dari material
khusus, berfungsi sebagai tempat instalasi dan terminasi serat optik, yang dapat berisi
connector, splicing, splitter, dan ruang managemen. Serat optik yang akan
didistribusaikan kesetiap Optical Distribusi Point (ODP). Semua komponen dalam
perangkat ODC bersifat pasif atau tidak menggunakan daya. Dalam ODC
menggunakan connector pigtail. Pigtail merupakan seutas serat optik yang di
lengkapi satu connector pada ujungnya, yang dapat memisakan daya optik dari satu
input serat ke dua atau beberapa output serat.

3. Optical Distribusi Point (ODP)


ODP merupakan suatu perangkat pasif yang di instalasi di tiang penyangga sebelum
masuk ke instalasi kabel rumah pelanggan. ODP mempunyai fungsi sebagai berikut :
- Sebagai titik terminasi ujung kabel distribusi menjadi beberapa saluran penanggal.
- tempat spliter
- tempat penyambungan

4. Optical Network Terminal (ONT)


ONT merupakan perangkat aktif yang di tempatkan pada sisi pelanggan dimana
berfungsi mengubah sinyal optik menjadi sinyal elektrik. Pada ONT dilengkapi juga
dengan port-port layanan seperti RJ-11, RJ-45 dan RF, jenis ONT yang digunakan
adalah pabrikan ZTE buatan China.

16
4.2 GANGGUAN DAN CARA PENANGANAN
4.2.1 Gangguan Jaringan
Tabel 4.2 dibawah merupakan jenis-jenis gangguan yang sering terjadi di lapangan
yakni sebagai berikut :
Tabel 4.2 : Jenis-Jenis Gangguan Di Lapangan

No Gangguan
1 Jaringan loss/kabel putus
2 BRI Oesapa loss
3 ONT mati
4 Loss/kabel putus Gedung Keuangan
5 Loss/kabel putus POLDA NTT
6 Telepon Loss Bandara Eltari Kupang
CS Garuda Indonesia
7 Loss Redaman -33.01 dB SMP Santa
Maria ASUMTA
8 Loss/kabel putus Apotik Kimia Farma
Siloam
9 PSB SMA ADVEN
10 Loss/Kabel Putus Bapak Alfred Benu
11 PSB PT. ASKRINDO
12 Loss/ kabel putus Pengadilan Oelamasi

Berdasarkan gangguan diatas maka, pelanggan harus melakukan prosedur sebagai berikut :
 Pelanggan membuat laporan
 Input tiket / Open tiket oleh Customer
 Help Desk (HD) menelpon pelanggan untuk konfirmasi lokasi dan waktu pengerjaan
 Tiket di alirkan ke teknisi / user teknisi
 Pengerjaan oleh teknisi dan langsung di close tiket oleh teknisi melalui App My
IndiHome

17
4.2.2. Penanganan Gangguan Jaringan

a. Elemen dan Segmen Penanganan Gangguan

Pada pembahasan ini gangguan yang akan ditangani merupakan gangguan yang
terjadi pada ODP, ONT dan sampai ke pelanggan. ODP adalah segmen akhir untuk perangkat
pasif yang mendistribusikan sinyal optik melalui kabel drop core hingga masuk ke ONT,
dimana ONT merupakan segmen akhir untuk perangkat aktif yang merubah sinyal optik
menjadi sinyal elekrik. Tipe ODP yang digunakan adalah tipe Wall/On Pole karena di kota
Kupang jarak dekat dan menggunakan Kabel Udara (KU).
Berikut elemen dan segmen yang dilakukan penanganan gangguan seperti pada gambar 4.2
dibawah.

Gambar 4.2 : Segmen C jaringan FTTH

ODP dibagi atas 3 jenis yaitu :


 ODP tipe Wall / On Pole : ODP yang di-instalasi di dinding atau dipasang diatas
tiang, untuk instalasi distribusi kabel udara dan kabel drop optik atas tanah (aerial).
 ODP tipe Pedestal : ODP yang di-instalasi diatas permukaan tanah, untuk instalasi
distribusi kabel bawah tanah, kabel duct dan kabel drop bawah tanah dengan
perlindungan pipa PVC.

18
 ODP tipe Closure : ODP ini sangat fleksibel bisa dipasang dibawah tanah, diatas
tiang, bahkan bisa juga dipasang diantara dua tiang (pada kabel diatribusi aerial).

Gambar 4.3 : Jenis ODP (Modul Fiber Akademi Telkom NTT)


b. Cara Penanganan

Tabel 4.2 dibawah ini merupakan jenis-jenis gangguan pada jaringan serat optik yang
sering terjadi dan cara penanganan yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.2: Gangguan Yang Sering Terjadi dan Cara Penanaganan

NO. GANGGUAN AKIBAT dan CARA PENANGANAN STATUS


PELANGGAN
Pohon tumbang sehingga mengakibatkan kabel putus
1. Jaringan dan tidak bisa dilakukan penyambungan karena kabel Pelanggan indiHome 3P
loss/kabel putus pendek, sehingga kabel diganti baru sampai ke ONT.

Dilakukan pengecekan pada perangkat dan hasilnya


2. BRI Oesapa loss baik kemudian dilakukan pengecekan lagi ternyata Pelanggan 2P
ODP mati oleh karena itu dikembalikan pada bagian
maintenance untuk di tindak lanjut.
3. ONT meledak ONT meledak karena masuk air dan diganti ONT Pelanggan indiHome 2P

19
baru.
Loss/kabel putus core kabel udara patah karena adanya penekanan Pelanggan VPN
4. Gedung yang keras oleh karyawan Mitra kerja Yaitu
Keuangan SIPUMA dan di lakukan penyambungan.
Loss/kabel putus Adanya pencabutan charger Handpone sehingga Pelanggan indiHome 3P
5. POLDA NTT ONT jatuh dan mengakibatkan Patch core patah
kemudian dilakukan penyabungan.
Telepon Loss Kabel Udara (KU) putus karena perpindahan tiang Pelanggan Telepon
Bandara dan
6. Eltari Kupang dilakukan penyambungan
CS
Garuda Indonesia
Loss ONT di pindahkan dari tempat semula dan diurutkan Pelanggan indiHome 1P
7. Redaman -33.01 dB ulang kabel kemudian ganti patch core
SMP Santa Maria
ASUMTA
Loss/kabel putus Tikus menggigit kabel sehingga putus dan kabel Pelanggan indiHome 2P
8 Apotik Kimia Farma tersebut di sambung ulang.
Siloam
PSB Pemasangan ini ditarik dari ODP mengggunakan Pelanggan indiHome
9 SMA ADVEN kabel drop core menuju ke ONT 1P

Loss/Kabel Putus Akibat tumbangnya pohon sehingga membuat kabel Pelanggan IndiHome
10. Bapak Alfred Benu putus ganti kabel serat optik dari ODP ke pelanggan 3P
PSB Pemasangan ini ditarik dari ODP mengggunakan Pelanggan IndiHome
11 PT. ASKRINDO kabel drop core menuju ke ONT 2P
Loss/ kabel putus Akibat tumbangnya pohon sehingga membuat kabel
12 Pengadilan Oelamasi putus. Ganti kabel serat optik dari ODP ke pelanggan Pelanggan IndiHome
3P

Dari Tabel 4.2 diatas, gangguan yang sering terjadi setiap harinya adalah gangguan
seperti putus kabel, putus jaringan telefon, redaman tinggi itu gangguan yang di kategorikan
Loss. sedangkan gangguan seperti ONT mati dan Ip TV merupakan gangguan karena

20
kesalahan manusia dan juga karena termakan usia, sehingga tidak terlalu sulit untuk
dilakukan perbaikan dan tidak memakan waktu dalam penanganannya. Pada bagian
penanganan gangguan ini, jika tiket gangguannya sepi atau tidak banyak pekerjaan dalam
penanganan gangguan, para teknisi gangguan dialihkan untuk melakukan Pasang Baru (PSB),
sehingga dalam praktek yang dilakukan terdapat satu kali pasang baru yaitu di PT.
ASKRINDO Insurance Kota Kupang. Dari semua gangguan yang di tangani dari tabel 4.2
terdapat : 7 (tujuh) gangguan karena putus kabel, 1 (satu) redaman tinggi, 1 (satu) ganti ONT,
1 (satu) ODP mati dan 2 (dua) pasang baru.
Pada gangguan tersebut diatas (Tabel 4.2) yang paling banyak adalah terjadinya kabel putus,
sehingga yang akan dijelaskan disini yaitu langkah-langkah atau cara penyambungan kabel
SO yang baik dan benar, dalam penyambungan menggunakan alat yang namanya splicer.
Splicer merupakan alat untuk menyambungkan core serat optik dimana serat tersebut terbuat
/ berbasis kaca, dan mengimplementasikan suatu daya listrik yang telah dirubah menjadi
sebuah media sinar berbentuk laser.
Sinar laser tersebut berfungsi untuk memanasi kaca yang terputus pada core sehingga bisa
tersambung kembali dengan baik. Hal ini ditujukan untuk menghasilkan hasil penyambungan
yang sempurna, karena pada saat penyambungan tersebut akan terjadi proses pengelasan
media kaca serta peleburan kaca yang akan menghasilkan suatu media, dimana media
tersebut akan tersambung dengan utuh tanpa adanya celah-celah, hal ini dikarenakan media
tersebut memiliki senyawa yang sama.
Adapun cara penyambungan serat optik sebagai berikut :

Gambar 4.50 : Kupas jaket luar (coating) SO menggunakan gigi Striper nomor 2.

21
Gambar 4.51 : Mengupas cladding SO menggunakan gigi stripper nomor 3

Gambar 4.52 : Potong core menggunakan cleaver dengan ukuran core 2 cm.

Gambar 4.53 : Masukan Protection slip untuk melindungi core yang akan di
sambung.

22
Gambar 4.54 : Diletakan pada bentuk V splicer dengan tidak melewati jarum
penyambung.
- Langkah diatas berlaku untuk kedua ujung SO yang akan dilakukan penyambungan.
- Uji tarik hasil penyambungan.

Gambar 4.55 : Tarik Protection slip tepat di tengah core tersambung.

Gambar 4.56 : Letakan pada pemanas untuk melelekan Protection slip agar menyatu
dengan core SO.

23
- Selesai melakukan pemanasan kemudian didinginkan dan lanjutkans instalasi.
ODP adalah segmen akhir yang menyuplai layanan ke pelanggan, didalam ODP terdapat
Passive Splitter, dalam menggunakan Passive Splitter harus diingat bahwa redaman yang
cukup besar (terkait perhitungan Link Budget).

Alat dan bahan yang wajib disiapkan teknisi sebelum berangkat untuk melakukan
penanganan tersebut yaitu :
a. Splicer

Gambar 4.4 : Splicer

Splicer merupakan alat untuk menyambungkan core serat optik dimana serat tersebut terbuat /
berbasis kaca dan mengimplementasikan suatu daya listrik yang telah dirubah menjadi
sebuah media sinar berbentuk laser.
Sinar laser tersebut berfungsi untuk memanasi kaca yang terputus pada core sehingga bisa
tersambung kembali dengan baik. Hal ini ditujukan untuk menghasilkan hasil penyambungan
yang sempurna, karena pada saat penyambungan tersebut akan terjadi proses pengelasan
media kaca serta peleburan kaca yang akan menghasilkan suatu media, dimana media
tersebut akan tersambung dengan utuh tanpa adanya celah-celah, hal ini dikarenakan media
tersebut memiliki senyawa yang sama.

24
b. Cleaver

Gambar 4.5 : Cleaver

Cleaver ini mempunyai fungsi sebagai pemotong core kabel serat optik yang sudah
dikupas, cleaver wajib digunakan untuk memotong core serat optik, karena dengan alat
ini serat kacanya akan terpotong dengan rapih.

c. Stripper

Gambar 4.6 : Stripper

Stripper digunakan untuk mengupas kabel serat optik dimana stripper memiliki 3 lubang
gigi pengupas, lubang gigi pengupas pertama dan kedua digunakan untuk mengupas
jaket/kulit luar serat optik, lubang gigi ketiga untuk mengupas pelindung kaca yang
mementul cahaya.

25
d. Protection Slip (selongsong)

Gambar 4.7 : Protection slip (Selongsong)


Protection Slip (selongsong) sebagai pelindung serat optik yang sudah di sambung
agar aman, tidak patah atau kepanasan dan kehujanan.

e. Gunting

Gambar 4.8 : Gunting

Gunting sebagai pemotong pelindung luar dan pelindung fiber pada pigtail

26
f. Patch core

Gambar 4.9 : Patch core

Patch core merupakan utas penyambung / kabel interkoneksi dimana kedua ujungnya
terpasang konektor, digunakan untuk menghubungkan port dengan port di ODC, ODP
ONT dan lain sebagainya.

g. Tisu

Gambar 4.10 : Tisu

Tisu digunakan sebagai pembersih core serat optik yang telah di kupas oleh stripper.

27
h. Alkohol

Gambar 4.11 : Alkohol

Alkohol merupakan suatu cairan pembersih core serat optik yang telah di kupas.

i. Kabel serat optik

Gambar 4.12 : Kabel serat Optik


Kabel ini selalu dibawah dalam penanganan gangguan untuk mengantisipasi jika
adanya penggantian kabel putus yang tidak bisa digunakan lagi.

28
j. Lakban

Gambar 4.13 : Lakban

Lakban digunakan sebagai pembungkus kabel serat optik yang telah dilakukan
penyambungan.

k. Optical Power Meter (OPM)

Gambar 4.14 : Optical Power Meter (OPM)

Optikal Power Meter digunakan untuk daya rata-rata dalam sistem serat optik sesuai
standar PT. Telkom.

29
l. Laser / Senter Serat Optilk

Gambar 4.15 : Laser / Senter SO

Laser / senter serat optik digunakan untuk mengetes kaber serat optik apakah putus
atau tidak dengan melakukan senter dari ujung konektor yang masuk pada ONT dan
melihat hasil senternya pada ujung konektor pada ODP jika tembus maka kabel tidak
putus dan sebaliknya jika tidak tembus maka kaber tersebut terputus.

Redaman dari masing-masing Passive Splitter dapat dilihat pada Tabel 4.3 dibawah ini :
Tabel 4.3 : Standar Redaman Passive splitter
(Modul Fiber Akademi Telkom NTT)

Passive Splitter yang sering ditemukan atau digunaka pada ODP saat ini adalah Passive
Splitter 1:8, redaman dari Passive Splitter 1:8 adalah 12.8dB.

30
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Gangguan yang sering terjadi saat melakukan praktek berdasarkan pengaduan
pelanggan yang paling banyak adalah putusnya kabel serat optik dan adapun jumlahnya
yaitu, 7 (tujuh) gangguan karena putus kabel, 1 (satu) redaman tinggi, 1 (satu) ganti
ONT, 1 (satu) ODP mati dan 2 (dua) pasang baru. Sehingga cara penanganan yang
dilakukan dengan penyambungan ulang kabel, penggantian kabel dan penggantian alat.

5.1 Saran
Adapun saran untuk PT. Telkom NTT yaitu :
Perlu adanya sosialisasi tentang pemeliharaan jaringan serat optik dan pemangkasan
pohon yang tumbuh mengenai dan melewati kabel serat optik.

31
DAFTAR PUSTAKA

Bowakh F.M Johanis. 2017. Bahan ajar Sistem Komunikasi Serat Optik (semester VI).
http://telekomunikasi.poltekom.ac.id/wp-content/uploads/2015/08/ARTIKEL
PENYAMBUNGAN-FO-TeknikTelekomunikasi_POLTEKOM.pdf/URL
(diakses 2 Desember 2018 ).
Modul Fiber Akademi PT. Telkom NTT, 2008
PT.Telkom NTT .2015 Sejarah Singkat Dan Stuktur Organisasi
Djami Novita. 2015. Perangkat Konfigurasi FTTH Menggunakan Gigabit Passive Optical
Network Gpon Di PT. Telkom NTT/Laporan Kerja Praktek.

32
LAMPIRAN

Gambar 4.17 : Mobil Operasianal Untuk Penanganan Gangguan

Gambar 4.18 : Kelas Fiber Akademi Telkom Palapa

33
Gambar 4.19 : Box Alat dan Bahan Yang Selalu Dibawah Saat Penanganan

Gambar 4.20 : Proses Penyambungan Serat Optik Diatas

34
Gambar 4.21 : Tampilan Hasil penyambungan Dari gambar 2

Gambar 4.22 : Proses Pengecekan ODP Mati

35
Gambar 4.23 : Penggantian ONT Yang Meledak

Gambar 4.24 : Pengecekan ODP Untuk Penarikan Baru

36
Gambar 4.25 : Proses Mamasukan Kabel SO lewat Lubang Kabel Listrik

Gambar 4.26 : Pemotongan Pohon Yang Jatuh dan Menimpah Kabel SO

37
Gambar 4.27 : Penyambungan Kabel SO Diatas Gedung Bandara ELtari Kupang

Gambar 4.28 : Loss Pada ONT

38
Gambar 4.29 : Passive Splitter Patah

Gambar 4.30 : Sinar Laser Yang Tembus Ke ODP Jika SO Tidak Putus

39
Gambar 4.31 : Loss Tolal Karena ODP Mati

Gambar 4.32 : Pengupasan Patch Core Untuk Penyambungan

40
Gambar 4.33 : Core SO dan Jarum Penyambungan

Gambar 4.34 : Kedua ujung SO yang akan tersambung

41
Gambar 4.35 : Penyambungan SO menggunakan Splicer

Gambar 4.36 : Hasil Penyambungan SO yang di bungkus oleh kulit kabel UTP dan lakban

42
Gambar 4.37 : Ukur redaman dari ODP menggunakan OMP

Gambar 4.38 : Proses Senter Kabel SO

43
Gambar 4.39 : Sinar Laser Yang Tembus Di ODP

Gambar 4.40: Hasil Pemanasan sambungan SO

44
Gambar 4.41 : Mengisolasi Penutup sambungan SO

Gambar 4.42 : Merapikan Kabe SO

45
Gambar 4.43 : Foto Bersama Teknisi

46

Anda mungkin juga menyukai