Anda di halaman 1dari 24

SISTEM TRANSMISI FIBER OPTIK PADA

JARINGAN LOKAL AKSESS FIBER DI PT


TELEKOM KANDATEL MALANG
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Komunikasi adalah hal mutlak yang dibutuhkan manusia serta pasti dilakukannya dalam
berbagai aktivitas yang dilakukan. Ada 2 faktor penting yang menjadi peran utama dalam hal ini
yakni bahasa serta target atau tujuan yang hendak dicapai dalam berkomunikasi (Kee, dkk.
2007). Begitu juga dalam media yang digunakan sebagai jembatan untuk berkomunikasi menjadi
hal yang tidak kalah penting, karena komunikasi merupakan sarana manusia untuk berinterkasi
dan berhubungan dengan manusia lainnya. Adanya komunikasi yang efektif maka arus informasi
akan berjalan lancar dan memudahkan dalam segala hal salah satunya dalam dinamika kerja
(Lestari, dkk. 2006). Namun seringkali jarak menjadi alasan untuk tak tersampaikan sebuah
informasi penting yang seharusnya segera didapat. Seiring perkembangan global serta ilmu
pengetahuan dan teknologi, hal ini bukan menjadi sebuah masalah lagi karena telah berkembang
media-media yang tak terbatas ruang dan waktu (Suraya, 2003). Banyak sekali media-media
informasi dan komunikasi berbasis teknologi yang merebak, seperti internet, telepon, televisi.
Salah satu perusahaan jasa di Indonesia yang menyediakan layanan jasa informasi dan
komunikasi adalah PT TELKOM INODONESIA. Dengan memahami berbagai modal
komunikasi yang dimiliki manusia seperi modal visual, auditorial serta kinestetik sebagai modal
komunikasi efektif (Rambe, dkk. 2002). PT TELKOM hadir dengan berbagai fasilitasnya untuk
menunjang kebutuhan manusia akan komunikasi. Berbagai inovasi pun dilakukan untuk menarik
pelanggan dengan layanan yang semakin beragam, mulai dari layanan berupa voice (telepon),
data, dan cable TV. Kehadiran jaringan internet di Indonesia tak lagi hanya mengandalkan sistem

dialup menggunakan Modem yang terhubungkan melalui pesawat telepon, tetapi mulai menuju
ke akses berkecepatan tinggi seperti menggunakan teknologi Asymmetric Digital Subscribe Line
(ADSL) yang sudah banyak digelar PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (PT. TELKOM) sebagai
bagian dari perluasan usahanya dengan menawarkan salah satu produknya, Speedy menuju ke era
jaringan pita lebar (broadband). (Nugroho, 2011). Dengan adanya perkembangan dalam berbagai
bidang yang merambah ke media penyalur data atau kabel menjadikan kawat tembaga yang dulu
dipakai telah beralih ke media serat optik. Tak ketinggalan PT. TELKOM saat ini sedang
membangun infrastruktur sehingga ke depannya PT. TELKOM memiliki jaringan kabel fiber
optik sampai ke pelanggan. (Suherman, 2006).
Dalam dunia perkuliahan serat optik hanya dipelajari sambil lalu dalam mata kuliah optik
nonlinier karena bukan pokok bahasan dalam mata kuliah tersebut. walaupun penguasaan materi
sempat dibahas secara mendetail dengan analisa dan teori yang rumit namun hal ini belum
mencukupi karena hal ini bukan menjadi jaminan mahasiswa akan benar-benar menguasainya.
Karena mahasiswa hanya tahu lewat penjelasan dosen dikelas serta buku penunjang yang ada.
Sangat relevan jika mahasiswa tahu diatas kertas, mahir dalam penyelesaian soal serta vokal
dalam penyampaian materi namun nol besar dalam praktek di lapangan. Terutama bagaimana
aplikasi teori yang dipunyai dengan realitas dunia kerja yang ada. Karena itulah kami melakukan
Praktek Kerja Lapangan di PT TELKOM KANDATEL MALANG yang berfungsi sebagai
jembatan yang menghubungkan bagaimana teori yang pernah didapat khususnya tentang serat
optik dengan aplikasi dalam dunia kerja. Praktek kerja lapangan inilah yang selanjutnya akan
memberi bekal untuk menambah wawasan, serta pengalaman untuk mahasiswa serta memberi
kesempatan mahasiswa untuk keluar dari cangkangnya menuju dunia kerja diluar sana.
1.2. Tujuan Praktek Kerja Lapangan
Adapun tujuan dari Praktek Kerja Lapangan ini adalah:
1. Menambah wawasan dan pengalaman secara langsung pada dunia kerja terutama dalam bidang
teknologi dan informasi,
2. Membandingkan korelasi antara teori yang telah diperoleh dalam bangku perkuliahan dengan
pelaksanaan teknis dilapangan,
3. Untuk memenuhi syarat kelulusan oleh mahasiswa strata 1 Universitas Negeri Malang Jurusan
Fisika Program Studi Fisika.
1.3. Manfaat Praktek Kerja Lapangan

Manfaat yang diperoleh dari Praktek Kerja Lapangan di PT.TELKOM KANDATEL,


Malang antara lain:
1. Berperan aktif dalam berinteraksi antara dunia kerja dan pendidikan,
2. Meningkatkan kemampuan yang sudah diperoleh di bangku kuliah dengan praktek langsung ke
lapangan,
3. Mengetahui kinerja dan pengoperasian secara langsung di PT.TELKOM
1.4. Ruang Lingkup
Pada laporan ini ruang lingkup yang akan dibahas dalam laporan ini adalah akan
dikhususkan mengenai segala kegitan selama Praktek Kerja Lapangan meliputi Jaringan Lokal
Fiber Optik, teknik penyambungan pada fiber optik (spicing), dan pengaruh lebar pita frekuensi
(bandwidth) terhadap redaman pada fiber optik.
1.5. Metodologi
Metodologi yang digunakan dalam pelaksanaan dan penyusunan Laporan Praktek Kerja
Lapangan ini adalah sebagai berikut:
a.

Wawancara
Pada metode wawancara ini penulis mengumpulkan informasi dan data dengan melakukan tanya
jawab kepada Pembimbing Lapangan dan pihak-pihak dari PT.TELKOM yang terkait saat

Praktek Kerja Lapangan berlangsung,


b. Pengamatan
Pengumpulan data dan informasi dengan mengamati hal-hal sekeliling yang terjadi dikeliling dan
observasi lapangan pada saat tim diva area harus turun menangani,
c. Metode Literatur
Metode literature ini digunakan sebagai sumber penyusunan laporan Praktek Kerja Lapangan
dengan berpedoman pada buku dan artikel yang terkait dengan Jaringan Lokal Acces Fiber
(Jarlokaf).
1.6. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada laporan ini adalah sebagai berikut:
BAB 1

PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang, Tujuan, Manfaat, ruang lingkup, metodologi, dan sistematika
penulisan.
BAB 11

TINJAUAN UMUM PT.TELKOM INDONESIA tbk.

Membahas tentang tinjauan umum, sekilas tentang PT.TELKOM, sejarah singkat perusahaan,
struktur organisasi, serta visi dan misi perusahaan.
BAB III

DASAR TEORI

Membahas teori fiber optik dan cara penyambungan dengan teknik spicing
BAB IV

ANALISIS HASSIL KEGIATAN PKL

Membahas tentang kegitan selama Praktek Kerja Lapangan berlangsung.


BAB V

PENUTUP

Berisi kesimpulan dan saran yang diperoleh saat Praktek Kerja Lapangan.

BAB II
TINJAUAN UMUM PT.TELKOM INDONESIA, Tbk
2.1. Sejarah PT.TELKOM
PT. TELKOM, Tbk adalah Suatu Badan Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam
bidang jasa Telekomunikasi. PT TELKOM menyediakan sarana dan jasa layanan
Telekomunikasi dan informasi kepada masyarakat luas sampai kepelosok daerah di seluruh

Indonesia. Sejarah PT. TELKOM di Indonesia pertama kali berawal dari sebuah badan usaha
swasta penyediaan layanan pos dan telegrap yang didirikan kolonial Belanda pada tahun 1882.
Pada tahun 1905 pemerintah kolonial Belanda mendirikan perusahaan Telekomunikasi sebanyak
tiga puluh delapan perusahaan. Kemudian Pada tahun 1906 pemerintah Hindia Belanda
membentuk suatu jawatan Pos, Telegrap dan Telepon (Post, Telegraph en Telephone Dienst/
PTT).
Pada tahun 1961 status jawatan diubah menjadi perusahaan Negara Pos dan
Telekomunikasi (PN Postel). Kemudian pada tahun 1965 pemerintah memisahkannyamenjadi
perusahan Negara Pos dan Giro (PN Pos dan Giro) danperusahaan Negara Telekomunikasi (PN
Telekomunikasi). Pada tahun 1974 Perusahaan Negara Telekomunikasi disesuaikan menjadi
perusahaan Umum Telekomunikasi (PERUMTEL) yang menyelenggarakan jasa Telekomunikasi
Nasional dan Internasional.
Pada tahun 1980 Indonesia mendirikan suatu badan usaha untuk jasa Telekomunikasi
Internasional yang bernama PT. Indonesian Satelite Corporation (INDOSAT) yang terpisah dari
PERUMTEL. Pada tahun 1989 pemerintah Indonesia mengeluarkan UU No.3/ 1989 mengenai
Telekomunikasi, yang isinya tentang peran swasta dalam penyelenggaraan Telekomunikasi. Pada
tahun 1991 PERUMTEL berubah bentuk menjadi perusahaan perseroan (Persero)
Telekomunikasi Indonesia berdasarkan PP No.25/ 1991 sampai sekarang.
Perubahan di lingkungan PT. TELKOM Indonesia, Tbk terus berlanjut mulai dari
perusahan jawatan sampai perusahaan public. Perubahan-perubahan besar terjadi pada tahun
1995 meliputi
(1) Restrukturisasi Internal;
(2) Kerjasama Internal;
(3) Intial Publik Offering (IPO).
Jenis usaha PT. TELKOM Indonesia, Tbk adalah penyelenggara jasa Telekomunikasi
dalam negeri dan bidang usaha terkait seperti jasa sistem Telepon Bergerak (STBS) sirkuit
pelanggan, teleks, penyewaan transpoder satelit, VSAT (Verry Small Apenture Terminal) dan jasa
nilai tambah tertentu.
Jasa Telekomunikasi yang disediakan oleh TELKOM terbagi atas dua kelompok, yaitu
jasa Telekomunikasi dasar dan non dasar. Pelaksanaan dari pembagian kelompok ini belum
maksimal dan tegas, karena perkembangan teknologi dan informasi yang sangat pesat. Bisnis

TELKOM sampai sekarang bergerak dalam jasa Telekomunikasi. Jenis Telekomunikasi yang
bergerak sampai tahun 1995 adalah:
a)
b)
c)
d)
e)

Jasa Interkoneksi kepada penyelenggara Telekomunikasi lain,


Jasa telepon bergerak seluler,
Jasa telepon dalam negeri,
Jasa satelit,
Jasa lainnya..
Pada tanggal 1 Juli 1995 organisasi PT. TELKOM Indonesia, Tbk berhasil
menrekstruktur jenis jasa Telekomunikasi menjadi tujuh divisi regional dan satu divisi network
yang keduanya mengelola bidang usaha utama. Divisi regional sebagai pengganti struktur
WITEL yang memiliki daerah teritorial tertentu, namun hanya menyelenggarakan jasa telepon
lokal dan mendapat bagian dari jasa SLJJ dan SLI. Divisi network menyelenggarakan jasa
Telekomunikasi jarak jauh.
Unit-unit bisnis PT. TELKOM Indonesia, Tbk terdiri dari Divisi, Centre, Yayasan dan
Anak Perusahaan. Adapun divisi yang tersedia di PT. TELKOM yaitu:
1. Divisi Long Distance
2. Carrier dan Interconnection Service
3. Divisi Multimedia
4. Divisi Fixed Wireless Network
5. Enterprise Service
6. Divisi Regional I Sumatera
7. Divisi Regional II Jakarta
8. Divisi Regional III Jawa Barat
9. Divisi Regional IV Jawa Tengah dan Yogyakarta
10. Divisi Regional V- Jawa Timur
11. Divisi Regional VI - Kalimantan
12. Divisi Regional VII Kawasan Timur Indonesia
13. Maintenance Service Centre
14. Training Centre
15. Carrier Development Support Centre
16. Management Consulting Centre
17. Construction Centre

18. I/ S Centre
19. R and D Centre
20. Community Development Centre (CDC)
Divisi Multimedia dan Divisi Pembangunan ditetapkan 31 Dsember 1996 berdasarkan
keputusan direksi PT. TELKOM Indonesia, Tbk. Seiring dengan diberlakukannya pasar bebas
maka PT. TELKOM Indonesia, Tbk membentuk kerja sama dengan para investor dan operator
kelas dunia yang disebut dengan Pola Kerja Sama Operasi (KSO).
Tujuan dibentuknya KSO adalah :
1. Mempercepat pembangunan Telekomunikasi, karena pendanaan disediakan oleh mitra KSO.
2. Memperoleh ahli teknologi kelas dunia yang bergabung dalam mitra KSO.
3. Meningkatkan kemampuan berkompetensi dalam era pasar bebas.
2.2 DIVA (Divisi Acces) Area Malang PT. TELKOM Malang
2.2.1 VISI dan MISI DIVA (Divisi Acces) PT. TELKOM KANDATEL
Adapun Visi dan Misi yang ingin dicapai oleh DIVA area Malang PT. TELKOM
KANDATEL yaitu:

1. VISI
To Become a Leading InfoCom Player In The Region. TELKOM berusaha menempatkan diri
sebagai perusahaan InfoCom terkemuka dikawasan Asia Tenggara, Asia yang akan dilanjutkan
ke Asia Pasifik.
2. MISI
One Stop InfoCom Services with Excellent Quality and Competitiev Price and To Be
the Role Model as the Best Managed Indonesian Corporation. Memberikan pelayanan terbaik
untuk pelanggan dengan harga yang kompetitif , pelayanan terbaik, produk dan jaringan yang
berkualitas, dan bekerjasama dengan para pemegang saham yang saling menguntungkan dan
sinergi.
2.2.2

DIVA (Divisi Acces) dan Struktur Organisasinya

DIVA adalah unit organisasi TELKOM yang focus pada fungsi pengelolaan
jaringan akses untuk mendukung penyelenggaraan dan jasa T.I.M.E (Telecomunication,
Information, Media & Edutainment) yang bertanggung jawab kepada direktur network dan
solution. Setiap keputusan, perencanaan strategis untuk perkembangan perusahaan, senantiasa
selalu bekerja sama dengan devisi yang terkait dengan fungsi dan peranannya.
2.2.3 Peta Proses Bisnis DIVA
Terdapat dua proses utama DIVA yaitu:
1. Pengembangan infrastruktur jaringan akses (infrastruktur development) yang meliputi acces
planning & design dan acces development & optimalitation,
2. Acces operation, pengelolaan jaringan akses yang meliputi fulfillment (pelayanan dan
pemenuhan produk) dan assurance.Untuk mendukung kelancaran core process DIVA di atas,
maka dikelola fingsi pendukung operasional (access operation support), meliputi logistik,
kesekretariatan, legal, pengadaan, pengelolaan kinerja, pengelolaan mutu, pengelolaan inovasi,
dan lain-lain.
DIVA memiliki peran untuk memenuhi permintaan pelanggan yang diwakili oleh unit
Distribution Chanel (close order). Adapun unit Distribution Channel yang dilayani oleh DIVA
adalah :
1.

DIVES (Divisi Enterprise Service), pemenuhan layanan pelanggan segmen enterprise.

2.

DBS (Divisi Business Service), pemenuhan layanan pelanggan segmen small and medium
enterprise.

3.

DCS (Divisi Consumer Service), pemenuhan layanan pelanggan segmen retail.

4.

DIVCIS (Divisi Carrer and Interconection Service) pemenuhan layanan pelanggan segmen OLO
(Other Licence Operator)
DIVA berhubungan langsung dengan pelanggan dalam memberikan layanan pasang baru
(provisioning) dan penyelesaian gangguan (fault handling). Dalam menjalankan perannya DIVA
berkoordinasi dan saling mendukung dengan unit lainnya antara lain DIV INFRATEL, DIV
MULTIMEDIA, DTF, MSC, ISC, RDC, LC, HRC, FC dan unit lainnya di Kantor Perusahaan.
2.3.4 Infrastruktur Jaringan Akses dan Teknologi Akses
A. Infrastruktur Jaringan Akses

Infrastruktur jaringan akses yang dikelola DIVA meliputi :


1.
2.
3.
1.

Jaringan Lokal Akses Tembaga (Jarlokat).


Jaringan Lokal Akses Fiber (Jarlokaf).
Jaringan Lokal Akses Radio (Jarlokar).
Jaringan Akses Tembaga
Struktur jaringan akses tembaga untuk POTS dapat dijabarkan komponennya sebagai berikut:
(1) Sentral Telepon.
(2) Kabel primer (KAT, KAF, KAR).
(3) Rumah Kabel.
(4) Kabel Sekunder (KAT, KAF).
(5) Kotak Pembagi.
(6) Kabel/Saluran Penanggal.
(7) Terminal Pembatas/Splitter.
(8) Kabel Rumah.
(9) Daerah Catuan Langsung (DCL).
(10) MDF.
(11) Terminal Pelanggan

2. Jaringan Lokal Akses Fiber


Konfigurasi dasar Jarlokaf terdiri dari empat bagian yaitu :
1) Perangkat di sisi Service Node
2) Perangkat di sisi User Node
3) Jaringan kabel serat optik
4) Sistem Manajemen jaringan akses
3. Jaringan Lokal Akses Radio (Jarlokar)
Konfigurasi dasar teknologi Jarlokar terdiri dari lima elemen dasar , yaitu :
1. Service Node (SN).
2. Controller sebagai pengendali sistem Jarlokar .
3. Radio Base Station yang berfungsi sebagai pengirim dan penerima radio ke dan dari radio
termination.
4. Network management System (NMS).
5. User Node.

B. Teknologi Jaringan Akses


Rincian teknologi secara umum sebagai berkut :
1. Multi Service Optical Access Network (MSOAN) CB/V51, merupakan teknologi yang sudah
obsolute di mana layanan broadband dapat dilayani melalui DSLAM.
2. MSOAN V52 (Non upgradable), merupakan teknologi masih di-support vendor, narrowband
dan untuk broadband melalui DSLAM.
3. MSOAN V52 (updradable), merupakan teknologi yang masih di-support vendor, layanan
Speedy card broadband, dapat di-up grade ke Multi Service Access Network (MSAN).
4. Multi Service Access Network (MSAN) yang merupakan teknologi yang telah disiapkan dengan
multi layanan.
Teknologi tersebut sedang diproses untuk dilakukan migrasi ke MSAN dan Gigabit Passive
Optical Network (GPON) untuk menuju bisnis TIME.

BAB III
DASAR TEORI
3.1. Pengenalan Sistem Komunikasi Serat Optik
Pada abad 30, telah dikembangkan sebuah teknologi baru yang menawarkan kecepatan
data yang lebih besar, dengan jarak yang lebih jauh, harga yang lebih rendah dibanding sistem
dengan kawat tembaga. Teknologi baru ini dikenal dengan serat optik. Serat optik adalah saluran
transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik yang digunakan untuk mentransmisikan sinyal
cahaya dari tempat yang satu ke lainnya. Kemudian cahaya digunakan untuk mengirimkan data
(informasi). Cahaya yang membawa ini dipandu dengan fenomena fisika yang disebut dengan
total internal reflection (pemantulan sempurna). Cahaya yang digunakan adalah laser, karena
laser mempunyai spektrum yang sangat sempit. Informasi dibawa sebagai kumpulan gelombanggelombang elektromagnetik terpadu yang disebut dengan mode. Serat optik terdiri dari 2 bagian,
yaitu cladding dan core. Cladding adalah selubung dari core. Cladding mempunyai indek bias
lebih rendah dari pada core akan memantulkan kembali cahaya yang mengarah keluar dari core
kembali kedalam core lagi (Prasetya, 2009).
Gambar 3.1 Bagian-bagian serat optik

3.1.1 Pembagian Serat Optik


Pembagian serat Optik dapat dilihat dari dua perbedaan (Fadillah, 2008):
3.1.1.1 Berdasarkan sifat karakteristiknya maka jenis serat optik secara garis besar dapat
dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Multimode
Serat optik multimode merambatkan lebih dari satu mode, dapat merambatkan lebih dari
100 mode. Jumlah mode yang merambat bergantung pada ukuran inti dan numerical aperture
(NA). Jika ukuran inti dan NA bertambah maka jumlah mode bertambah. Ukuran inti dan NA
biasanya sekitar 50 100 m dan 0,20 0,229. Ukuran inti dan NA yang lebih besar
memberikan beberapa keuntungan, cahaya yang diumpankan ke serat optik multimode menjadi
lebih mudah, koneksi antara serat juga lebih mudah. Penjalaran cahaya dari satu ujung ke ujung
lainnya terjadi melalui beberapa lintasan cahaya. Diameter inti (core) sesuai dengan rekomendasi
dari CCITT G.651 sebesar 50 mm dan diameter cladding-nya sebesar 125 mm. Gambar 3.2
menunjukan transmisi multimode.

Gambar 3.2 Serat Optik multimode

2. Single Mode
Serat optik single mode/monomode mempunyai diameter inti (core) yang sangat kecil 3
10 mikron atau berdiameter 0.00035 inchi, sehingga hanya satu berkas cahaya saja yang dapat
melaluinya. Oleh karena hanya satu berkas cahaya maka tidak ada pengaruh indek bias terhadap
perjalanan cahaya atau pengaruh perbedaan waktu sampainya cahaya dari ujung satu sampai ke
ujung yang lainnya (tidak terjadi dispersi). Fungsi dari singlemode itu sendiri sebagai
pengirimkan sinar laser inframerah (panjang gelombang 1300-1550 nanometer). Serat mode
tunggal hanya merambatakan satu mode karena ukuran inti mendekati ukuran panjang
gelombang.
Nilai normalized frequency parameter (V) menghubungkan ukuran inti dan propagasi
mode. Pada mode tunggal, V lebih kecil atau sama dengan 2,405. Ketika V = 2,405, serat optik
mode tunggal merambatkan fundamental mode pada inti serat, sedangkan orde-orde yang lebih
tinggi akan hilang di kulit. Untuk V rendah (1,0), kebanyakan daya dirambatkan pada kulit,
power yang ditransmisikan oleh kulit akan dengan mudah hilang pada lengkungan serat, maka
nilai V dibuat sekitar 2.405. Serat optik mode tunggal memiliki sinyal hilang yang rendah dan
kapasitas informasi yang lebih besar (bandwidth) daripada serat optik multi mode. Serat optik

mode tunggal dapat mentransmisikan data yang lebih besar karena dispersi yang lebih rendah.
Gambar 2.1 menunjukan transmisi single mode.
Dengan demikian serat optik singlemode sering dipergunakan pada sistem transmisi serat
optik jarak jauh atau luar kota (long haul transmission system). Sedangkan graded index
dipergunakan untuk jaringan telekomunikasi lokal (local network).

Gambar 3.3 a) single mode, b) Singlemode Step Index

Singlemode step index memiliki keuntungan yaitu dispersi minimum, BW lebar, dan sangat
efisien. Selain itu juga mempunyai kekurangan diantaranya yaitu NA kecil, butuh terminasi dan
mahal.
3.1.1.2 Berdasarkan susunan indeks biasnya serat optik multimode memiliki dua profil
yaitu:
a)

Graded index
Pada jenis serat optik multimode graded index ini. Core terdiri dari sejumlah lapisan
gelas yang memiliki indeks bias yang berbeda, indeks bias tertinggi terdapat pada pusat core dan
berangsur-angsur turun sampai ke batas core-cladding. Akibatnya dispersi waktu berbagai mode
cahaya yang merambat berkurang sehingga cahaya akan tiba pada waktu yang bersamaaan.
Multimode graded index juga mempunyai kelebihan yaitu Dispersi lebih kecil dibanding
dengan Multimode Step Index, Digunakan untuk jarak menengah dan lebar pita frekuensi besar
dan juga mempunyai kekurangan diantaranya yaitu Harga relatif mahal dari SI, karena faktor
pembuatannya lebih sulit.

b) Step index
Serat optik mempunyai index bias cahaya sama. Sinar yang menjalar pada sumbu akan
sampai pada ujung lainnya dahulu (dispersi). Hal ini dapat terjadi karena lintasan yang melalui
poros lebih pendek dibandingkan sinar yang mengalami pemantulan pada dinding serat optik,
sehingga terjadi pelebaran pulsa atau dengan kata lain mengurangi lebar bidang frekuensi. Oleh
karena hak ini, maka yang sering dipergunakan sebagai transmisi serat optik multimode adalah
graded index.

Multimode Step Index memiliki kelebihan yaitu mudah terminasi, kopling efisien, tidak
mahal. Tetapi disamping kelebihan, multimodde step index ini juga mempunyai kekurangan
yaitu dispersi lebar, BW minimum.
3.1.2 Struktur Dasar Serat Optik
Mulia (2003) menjelaskan bahwa struktur dasar dari sebuah serat optik yang terdiri dari 3
bagian : core (inti) ,cladding (kulit), dan coating (mantel) atau buffer (pelindung).

Gambar 3.4 Serat Optik

Bagian - bagian serat optik antara lain :


a.

Inti (core), bagian yang paling utama


Terbuat dari kaca (bahan silica, SiO2). Inti (core) mempunyai diameter yang bervariasi antara 8
62,5 mikron tergantung jenis serat optiknya. Indeks bias lebih besar daripada cladding, Pada inti

inilah tempat perambatannya cahaya.


b. Lapisan selimut / selubung (cladding ), bagian kedua
Bagian ini mengelilingi bagian inti dan mempunyai indeks bias lebih kecil dibanding dengan
bagian inti agar cahaya tetap berada dalam core, dan terbuat dari kaca. Cladding mempunyai
diameter yang bervariasi antara 125 mm (untuk siglemode dan multimode step index) dan 250
mm (untuk multimode gradeindex),
c. Jaket (Coating), bagian ketiga
Bagian ini merupakan pelindung lapisan inti dan selimut yang terbuat dari bahan plastik elastik
(PVC). Walaupun pada dasarnya cahaya merambat sepanjang inti serat, namun kulit memiliki
beberapa fungsi
a.

Mengurangi loss hamburan pada permukaan inti.

b. Melindungi serat dari kontaminasi penyerapan permukaan.


c. Mengurangi cahaya yang loss dari inti ke udara sekitar.
d. Menambah kekuatan mekanis.
3.1.3 Prinsip Kerja Serat Optik

Prinsip kerja dari serat optik yaitu sinyal awal yang berbentuk sinyal listrik pada
transmitter diubah oleh transducer elektrooptik (Dioda / Laser Dioda) menjadi gelombang
cahaya yang kemudian ditransmisikan melalui kabel serat optik menuju penerima / receiver yang
terletak pada ujung lainnya dari serat optik, pada penerima sinyal optik ini diubah oleh
transducer Optoelektronik (Photo Dioda / Avalanche Photo Dioda) menjadi sinyal elektris
kembali (Prasetya, 2009).
Dalam perjalanan sinyal optik dari transmitter menuju receiver akan terjadi redaman
cahaya di sepanjang kabel optik, sambungan-sambungan kabel dan konektor-konektor di
perangkatnya, oleh karena itu jika jarak transmisinya jauh maka diperlukan sebuah atau beberapa
repeater yang berfungsi untuk memperkuat gelombang cahaya yang telah mengalami redaman
sepanjang perjalanannya.

Gambar 3.5 Prinsip Kerja Serat Optik untuk komunikasi

Gambar 3.6 Komponen dalam transmisi serat optik

3.1.3.1 Komponen komponen yang diperlukan dalam transmisi serat optik antara lain :
a. Optical Transmitter
Light Emitting Diode (LED), Laser Diode (LD), Injection Laser (IL), laser.

b. Optical Receiver
APD (Avalanche Photo Diode), PIN-diode (P intrinsic N Diode).
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Fiber Optik Cable


Step atau Graded Index, Single atau Multi mode Glass, Plastic Clad Silica, plastik.
Connector
SC, DIN, ST (Straight Tail), SMA, FOC (Fibre Optik Connector), Bionic .
Sambungan
Mekanik, Thermal, perekat
Accecories
T connector, star connector, through connector, copling
Coupler and Branches
Alat untuk mencabangkan cahaya ke dalam dua jalur atau lebih (wavelength multiplexer)
Repeater
Terdiri atas optical receiver, elektronik, dan opticel transmitter
Optical Amplifier
Gain 20-30 dB
Dalam pentransmisian melalui serat optik ada beberapa hal yang menjadi karakteristik atau
komponennya,yaitu:

Sambungan (Connection)
Coupler
MRP Spesification (Minimum Required Power)
Ada 2 jenis koneksi pada serat optik, yaitu:

a. Connector
diperlukan apabila fiber dalam pentransmisiannya harus disambung/diputus. Beberapa jenis
connector antara lain : Fiber to fiber; Fiber to source ; Fiber to detector ; Multiport coupler
connection.
b. Splices
diperlukan pada sistem fiber optik bila ada 2 fiber yang akan dihubungkan secara permanen.
Bentuknya ada 2 macam antara lain : Outside plant splice dan Pigtail splice.
3.1.4 Transmisi Cahaya pada Serat Optik
Serat optik mengirmkan data dengan media cahaya yang merambat melalui serat kaca.
Lintasan cahaya yang merambat di dalam serat :

Sinar merambat lurus sepanjang sumbu serat tanpa mengalami gangguan.


Sinar mengalami refleksi, karena memiliki sudut datang yang lebih besar dari sudut kritis dan

akan merambat sepanjang serat melalui pantulan-pantulan.


Sinar akan mengalami refraksi dan tidak akan dirambatkan sepanjang serat karena memiliki
sudut datang yang lebih kecil dari sudut kritis.

Gambar 3.7 Lintasan cahaya dalam serat optik

Pemanduan cahaya dalam serat optik menggunakan pantulan internal total yang terjadi
pada bidang batas antara 2 media dengan indek bias yang berbeda yaitu n1 dan n2. Bila indek bias
n1 dari medium pertama lebih kecil dari indek bias medium kedua, maka sinar akan dibiaskan
pada media berindeks bias besar dengan sudut i2 terhadap garis normal, hubungan antara sudut
datang i1 dan sudut bias i2 terhadap indeks bias dielektrik dinyatakan oleh hukum Snell:
sinI1sinI2 = n2n1

.(1)

Gambar 3.7 Sinar cahaya datang pada antar muka indek bias

Dari gambar terlihat bahwa cahaya dibiaskan menjauhi garis normal.Jika sudut datang
terus diperbesar sehingga sudut bias sejajar dengan bidang batas (sudut bias 90) maka apabila
sudut datang terus diperbesar setelah sudut bias 90, maka tidak ada lagi cahaya yang dibiaskan
tetapi dipantulkan sempurna. Sudut datang pada saat sudut biasnya 90 disebut sudut kritis dan
pada saat ini pemantulan yang terjadi adalah pemantulan total (sempurna). Dari persamaan (2.1)
nilai sudut kritis diberikan oleh :
I1 lim = arc sin n2n1

3.1.5 Karakteristik Serat Optik


a. Numerical Aperture (NA)

(2)

Numerical Aperture merupakan parameter yang merepresentasikan sudut penerimaan


maksimum dimana berkas cahaya masih bisa diterima dan merambat didalam inti serat. Sudut
penerimaan ini dapat beraneka macam tergantung kepada karakteristik indeks bias inti dan
selubung serat optik (Joseph, 2009).

Gambar 3.8 Prose masuknya cahaya kedalam serat optik

Jika sudut datang berkas cahaya lebih besar dari NA atau sudut kritis maka berkas tidak
akan dipantulkan kembali ke dalam serat melainkan akan menembus cladding dan akan keluar
dari serat (loss). Semakin besar NA maka semakin banyak jumlah cahaya yang diterima oleh
serat. Akan tetapi sebanding dengan kenaikan NA menyebabkan lebar pita berkurang, dan rugi
penyebaran serta penyerapan akan bertambah. Oleh karena itu, nilai NA besar hanya baik untuk
aplikasi jarak-pendek dengan kecepatan rendah. Besarnya Numerical Aperture (NA) dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
(3)
Dimana:

n1 = Indeks bias inti


n2 =Indeks bias cladding
= Beda indeks bias relative

b. Redaman
Redaman atau atenuasi adalah besaran pelemahan energi sinyal informasi dari fiber optik
yang dinyatakan dalam dB. Redaman/atenuasi serat optik merupakan karakteristik penting yang
harus diperhatikan mengingat kaitannya dalam menentukan jarak pengulang (repeater), jenis
pemancar dan penerima optik yang harus digunakan. Besarnya atenuasi atau rugi-rugi daya
dinyatakan oleh persamaan berikut :
..(4)
Dimana:

L = Panjang serat optik (km)


P =Daya yang masuk kedalam serat

P out =Daya yang keluar dari serat


Redaman serat biasanya disebabkan oleh karena absorpsi, hamburan
(scattering) dan mikro-bending. Semakin besar atenuasi berarti semakin sedikit cahaya yang
dapat mencapai detektor dan dengan demikian semakin pendek kemungkinan jarak span antar
pengulang.
Absorpsi.
Absorpsi merupakan sifat alami suatu gelas. Pada daerah-daerah tertentu gelas dapat me
ngabsorpsi sebagian besar cahaya seperti pada daerah ultraviolet. Hal ini disebabkan oleh adanya
gerakan elektron yang kuat. Demikian pula untuk daerah inframerah, terjadi absorpsi yang besar.
Ini disebabkan adanya getaran ikatan kimia. Oleh karena itu sebaiknya penggunaan fiber optik
harus menjauhi daerah ultraviolet dan inframerah. Penyebab absorpsi lain adanya transmisi ionion logam dan ion OH. Ion OH ini ternyata memberikan sumbangan absorpsi yang cukup besar.
Semakin lama usia suatu fiber maka bisa diduga akan semakin banyak ion OH di dalamnya yang
menyebabkan kualitas fiber menurun.
Hamburan
Seberkas cahaya yang melalui suatu gelas dengan variasi indeks bias di sepanjang gelas
tadi, sebagian energinya akan hilang dihamburkan oleh benda benda kecil yang ada di dalam
gelas. Hamburan yang disebabkan oleh tumbukan cahaya dengan partikel tersebut dinamakan
hamburan Rayleigh. Besarnya hamburan Rayleigh ini berbanding terbalik dengan pangkat empat
dari pangjang gelombang cahaya yaitu : 1/ . Sehingga dapat disimpulkan untuk lamda kecil,
hamburan Rayleigh besar dan sebaliknya.
Mikro-bending
Atenuasi lainya adalah atenuasi yang disebabkan mikro-bending yaitu Pembengkokan
fiber optik untuk memenuhi persyaratan ruangan. Namun pembengkokan dapat pula terjadi
secara tidak sengaja seperti misalnya fiber optik yang mendapat tekanan cukup keras sehingga
cahaya yang merambat di dalamnya akan berbelok dari arah transmisi dan hilang. Hal ini tentu
saja menyebabkan atenuasi.
c. Dispersi
Dispersi adalah pelebaran pulsa yang terjadi ketika sinyal merambat sepanjang serat
optik. Dispersi akan membatasi lebar pita (bandwidth) dari serat. Dispersi yang terjadi pada serat

secara garis besar ada dua yaitu dispersi intermodal dan dispersi intramodal dikenal dengan nama
lain dispersi kromatik disebabkan oleh dispersi material dan dispersi wavegiude.
3.2. Praktek Penyambungan dan Pemeliharaan Fiber Optik
3.3.1 Cara Pengukuran dan Penyambungan Kabel Fiber Optik
Cara Pengukuran Kabel Fiber Optik
Kabel dari serat optik cenderung memiliki panjang berkilo-kilo meter, jadi untuk
pengukurannya diperlukan alat yang efisien, mudah, dan menjangkau semua kawat. Alat yang
digunakan adalah OTDR (Optical Time Domain Reflectometer) dalam satuan decibel (dB) dan
power meter (dBm).
3.2.2 Cara Pengoperasian OTDR (Optical Time Domain Reflectometer)
OTDR memiliki dua prosedur pengoperasian baik secara manual maupun otomatis,
tetapi secara umum cara pengoperasiannya adalah sebagai berikut:
1. Memilih mode SETUP
2. Memilih menu MEASUREMENT (Putar tombol rotary untuk memilih menu)
3. Window pengaturan pengukuran akan ditampilkan. Pilih Auto setup untuk mengatur cara
pengoperasian. Untuk pengukuran otomatis pilih AUTO RANGE (AUT), untuk pengukuran
manual pilih OFF.
4. Untuk Pengukuran manual, atur range jarak (DISTANCE RANGE), lebar pulsa (PULSE WIDTH),
dan menekannya pada item yang dipilih
5. Akhiri Setup Kondiri pengukuran dengan memilih item CLOSE dan
Menekan tombol rotary pada item tersebut.
6. Mulai averaging atau pendeteksian saluran dengan menekan tombol
AVERAGING [START/STOP].
7. Untuk melihat daftar kondisi saluran, tekan tombol AUTO SEARCH. Akan segera ditampilkan
table kejadian pada saluran yang dideteksi.
3.2.3 Cara Pengukuran Panjang jarak serat optik 10 km
Akhir
Awal

Panjang fiber 10 Km
Gambar 3.8 Set up pengukuran Serat Optik

1. Menghubungkan kedua fiber, 10 km/5 km kepada titik awal.


2. Memilih range jarak 20 km pada SETUP mode / MEASUREMENT.
3. Memilih 500 ns untuk PULSE WIDTH.
4. Tekan AVERAGING [START/STOP]
5. Pada layar akan muncul gelombang,
6. Buka menu MARKER pada mode DISPLAY.
7. Fungsi dari knob Rotary akan terhubung dengan cursor.
8. Putar Knob Rotary sesuai dengan arah jarum jam untuk menggerakan kursor ke arah kanan.
9. Gerakan kursor ke konektor titik point koneksi.
10. Tekan MARKER 2 pada software.. 4 marker akan muncul di sekitar kursor. (1,2,Y,3) tekan
MARKER 2 lagi dan 1 serta 3 akan mendekati kursor dengan kursor terletak ditengah.
11. Ukur data yang muncul antara MARKER 1 dan MARKER 2 serta MARKER 2 dan 3 di bawah dari
layar utama gelombang. Loss dari splice dan Loss Return akan ditampilkan di sebelah kanan
tampilan jarak.
12. Tekan MARKER 2 sehingga loss dari jarak perunit antara MARKER 1 dan 2 akan
approximated.
13. dB antara MARKER 1 dan 2 merepresentasikan Loss (redaman) 1 dan 2 Km menunjukkan
jarak antara 1 dan 2. dB/km antar 1 dan 2 merepresentasikan loss per unit jarak antara 1 dan 2.
Hasil dari pengukuran dapat di save langsung, dan dilihat lagi recall, dan diprint out
langsung, dengan cara sebagai berikut:
1. Cara nge-Save
Pilih Mode File, kemudian Menu Save
a. Setting DRIVE
Pilih DRIVE dengan meggunakan tombol dan
Tekan tombol rotary pada DRIVE yang dipilih.
b. Setting DIRECTORY
c. Setting FILETYPE
d. Setting FILE No
e. Membatalkan SAVE
f. Mengeksekusi SAVE

2. Cara Recall
Pilih Mode File, kemudian Menu Recall
a. Setting DRIVE
Tekan tombol
Pilih DRIVE yang dituju dengan rotary, tekan tombol pada DRIVE yang dituju Pilih CANCEL
untuk menggagalkan pemilihan DRIVE
b. Setting DIRECTORY
c. Setting FILETYPE
Jika langkah 1 sampai dengan 3 telah dikerjakan, tekan tombol
3. Cara Print out
a. Tentukan format printout pada Menu SYSTEM dalam mode SETUP
b. Tentukan Port interface untuk printout pada Menu SYSTEM dalam
mode SETUP
c. Yakinkan hubungan antara kabel dan printer terpasang dengan baik
dan printer dalam keadaan online
d. Panggil file yang akan diprint
e. Tekan tombol untuk mendapatkan hasil printout.
3.3.Praktek Penyambungan Dan Pemeliharaan Fiber Optik
Sistem penyambungan yang kita pelajari selama pelaksanaan PKL di PT. TELKOM
Kandatel ini adalah sistem penyambungan Fusion Splicing. Metode ini merupakan salah satu
metode sederhana untuk penyambungan serat optik, tetpi juga memiliki banyak kendala bila
pada saat pemotongan tidak rata dan hati-hati, karena inti dalam serat optik mudah patah.
Dengan demikian penyambungan kabel serat optik harus mengikuti prosedur yang sesuai dengan
petunjuk pelaksanaannya.
1.
a.
b.
c.
d.

Peralatan yang dibutuhkan:


Fiber stipper. Alat untuk mengupas pelindung serat optik (clading).
Fiber cleaver. Alat untuk memotong serat optik.
Fusion splicer. Alat untuk penyambungan jika menggunakan teknik peleburan.
Re opening tool. Alat untuk membuka mot apabila terjadi kerusakan sehingga sambungan harus

diperbaiki.
2. Peralatan umum
a. Kabel serat optik

b.
c.
d.
e.
f.

Alkohol kadar minimal 95 %


Tissue
Sleve/conector
Penyambung Kabel Optik
PVC tape

3.3.1. Langkah-langkah Fusion Splicing


1. Terlebih dahulu masukkan plastic khusus (protection sleeve).
2. Kupas core dari jaketnya dengan menggunakan tang pengupas (fiber stripper) dengan cara
memposisikan tang agak miring agar core tidak patah pada saat coating ditarik, tahan lalu tarik
keujung core secara perlahan.
3. Setelah terkupas bersihkan core dengan tissue yang sudah dibasahi dengan alkohol sampai
gesekannya mengeluarkan bunyi, yang menandakan bahwa core sudah steril.
4. Lalu masukkan ke dalam pemotong core (fiber cleaver) dimana kita menempatkan ujung jaket
pada skala antara 15 dan 20 mm, lalu potong. Pemotongan diusahakan core tidak terbentur agar
core terhindar dari kepatahan atau dapat menyebabkan ujungna tidak rata yaitu dengan menjepit
core menggunakan ibu jari.

Gambar 3.9 pemotongan core dengan fiber clever

5. Setelah itu kita masukkan ke dalam splicer yang berfungsi menyambung core dengan teknik
fusion. Penyambungan spilcer dengan cara memasukkan masing-masing ujung core yang akan
disambungkan secara perlahan agar ujung core tidak terbentur dengan menjepitkan masingmasing core berhadapan dengan jarak sekitar 1 cm, Kemudian tutup splicer

Anda mungkin juga menyukai