Anda di halaman 1dari 50

Laporan Kerja Praktek di PT.

Telkom Area Network Surabaya Timur Divisi INFRATEL

BAB I
PENDAHULUAN

!.1 Latar Belakang


Dalam proses pendidikan diperguruan tinggi ada dua hal yang mendapatkan
penekanan, yaitu pelajaran di bangku kuliah dan pengamatan langsung di lapangan.
Pengamatan di lapangan dilakukan karena mahasiswa belumlah cukup menerima ilmu
yang bersifat teoritis. Pengamatan dilapangan diperlukan sebagai proses aplikasi ilmu yang
diperoleh mahasiswa di bangku kuliah.
Kerja praktek merupakan salah satu mata kuliah daari kurikulum juruasn Teknik
Telekomunikasi fakultas Politeknik Elektronika Negeri Surabaya - ITS (PENS - ITS) yang
dapat dijadikan penerapan ilmu yang diperoleh mahasiswa dibangku kuliah. Kerja praktek
dilakukan dilapangan pada perangkat yang telah ada atau proyek fisik yang sedang
berlangsung. Obyek pengamatan dalam kerja praktek ini diharapkan sesuai dengan disipiln
ilmu jurusan Teknik Telekomunikasi Politeknik Elektronika Negeri Surabaya – ITS (PENS
- ITS).
Dalam pelaksanaan kerja praktek diharapkan mahasiswa mendapatkan pengalaman
kerja tentang teknis kerja dilapangan dan sosialisasi kerja teamwork. Selain itu dengan
adanya kerja praktek ini mahasiswa akan memperoleh pengalaman cara mengatasi masalah
yang timbul pada pelaksanaan pekerjaan secara cepat dan tepat. Hal itu merupakan tujuan
dari pelaksanaan kerja praktek dimana faktor efektifitas dan efisiensi menjadi dasar utama
untuk menunjang pelaksanaan suatu pekerjaan.

I.2 Tujuan Kerja Praktek


Dengan tujuan yang jelas, maka mahasiswa dituntut dapat melaksanakannya sesuai
dengan apa yang diharapkan, yaitu :
a. Memenuhi kurikulum yang ada di PENS – ITS
b. Menerapkan ilmu Sistem Komunikasi Serat Optik (SKSO) pada perusahaan yang
sebenarnya.

1
Laporan Kerja Praktek di PT. Telkom Area Network Surabaya Timur Divisi INFRATEL

c. Membandingkan antara teori dan praktek yaitu penerapan teori dan mengetahui
relevansi materi sistem SKSO yang diberikan sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
d. Menambah wawasan SKSO, dan gambaran kerja yang sesungguhnya serta pengalaman
kerja.
e. Membiasakan diri sejak dini tentang suasana di dunia kerja yang sesunguhnya.
f. Mencari ilmu pengetahuan baru yang mungkin tidak didapatkan dibangku kuliah.

I.3 Waktu dan Tempat Kerja Praktek


Kerja praktek dilaksanakan di PT. TELKOM AREA NETWORK SURABAYA
TIMUR, dan dilakukan di bagian INFRATEL Transmisi SKSO/SKKL, serta dilaksanakan
pada tanggal 1Februari – 1 Maret 2007.

I.4 Sasaran Kerja Praktek


Sasaran kerja praktek yang diambil adalah mempelajari Sistem Komunikasi Serat
Optik (SKSO) yang ada di PT. TELKOM AREA NETWORK SURABAYA TIMUR yang
meliputi :
1. Mengetahui tentang PT. TELKOM meliputi sejarah keberadaan, struktur organisasi,
fungsi, sasaran, dan produk-produk PT. TELKOM yang disediakan dalam rangka
memenuhi kebutuhan konsumen.
2. Mempelajari dasar-dasar komunikasi serat opik yang meliputi jenis serat optik, sejarah
dan perkembangan serat optik, perangkat yang digunakan, dan pemeliharaan jaringan.
3. Mempraktekkan penyambungan serat optik, melakukan troubleshooting terhadap
perangkat dan jaringan serta pengukuran serat optik.

I.5 Metode Penulisan Laporan


Dalam penulisan laporan kerja praktek ini, pengumpulan data kami lakukan dengan cara :
1. Metode kepustakaan, yaitu melakukan studi kepustakaan dari buku dan literatur yang
ada di AREA NETWORK SURABAYA TIMUR.

2
Laporan Kerja Praktek di PT. Telkom Area Network Surabaya Timur Divisi INFRATEL

2. Metode lapangan, yaitu dengan mengadakan praktek langsung dan dibantu para
pembimbing secara langsung pada perangkat yang digunakan dalam operasional dan
pemeliharaan SKSO di PT. TELKOM AREA NETWORK SURABAYA TIMUR.
3. Metode analisa, yaitu menganalisa hasil kegiatan yang berupa pengukuran pada
perangkat yang digunakan dalam kerja praktek.

I.6 Sistematika Penulisan Laporan


Adapun sistematika penulisan yang digunakan dalam menyusun laporan kerja
praktek ini adalah :

1. BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan latar belakang dan tujuan kerja praktek serta sasaran kerja praktek
dan sistematika penulisan laporan.

2. BAB II : PROFIL PT. TELKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk


Bab ini menjelaskan tentang sejarah dan kedudukan serta fungsi PT.
TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk sebagai BUMN dan juga tentang produk
serta struktur organisasi dari PT. TELKOM ARNET SURABAYA TIMUR sebagai
salah satu dari PT. TELKOM REGIONAL NETWORK JAWA TIMUR DIVISI
INFRATEL.

3. BAB III : SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK


Bab ini meliputi kosep dasar SKSO, sejarah dan perkembangan SKSO, rugi-rugi serat
optik, dan jenis-jenis serat optik.

4. BAB IV : SISTEM KONFIGURASI SERAT OPTIK


Bab ini menjelaskan tentang sistem konfigurasi kabel serat optik, termasuk fungsi
masing-masing bagian dari perangkat OLTE, dan juga perhitungan Link Budget.

3
Laporan Kerja Praktek di PT. Telkom Area Network Surabaya Timur Divisi INFRATEL

5. BAB V : PENGUKURAN DAN PENYAMBUNGAN SERAT OPTIK


Bab ini meliputi alat ukur yang digunakan untuk troubleshooting, penggunaan OTDR
(Optical Time Domain Reflectometer), prosedur penyambungan serat optic

6. BAB VI : PEMELIHARAAN PERANGKAT DAN JARINGAN KABEL OPTIK


Bab ini membahas tentang Standart Opersional Procedure (SOP) dan Standart
Maintenance Procedure (SMP).

7. BAB VII : PENUTUP


Bab ini meliputi kesimpulan dari apa yang dijelaskan pada bab-bab sebelumnya dan
juga laporan kerja praktek serta saran yang dapat dijadikan masukan.

4
Laporan Kerja Praktek di PT. Telkom Area Network Surabaya Timur Divisi INFRATEL

BAB II
PROFIL PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk

II.1 Pendahuluan
Seiring berjalannya waktu aktifitas manusia sejak zaman dahulu sampai sekarang
semakin bertambah banyak. Semua aktifitas manusia tersebut menimbulkan berbagai
macam kebutuhan, termasuk kebutuhan untuk berhubungan dan berkomunikasi dengan
manusia lainnya. Karena dengan berkomunikasi, manusia akan mendapatkan berbagai
informasi yang bermanfaat bagi perkembangan pengetahuan dan kemajuan peradabannya.
Informasi-informasi tersebut meliputi ilmu pengetahuan, teknologi, kebijaksanaan, dan
strategi yang sesuai dengan perkembangan zaman, dimana informasi-informasi tersebut
tidak berada pada satu tempat sehingga dibutuhkan adanya komunikasi jarak jauh antar
tempat-tempat tersebut. Untuk itulah dibutuhkan sarana komunikasi yang dapat membuat
perbedaan jarak itu bukan menjadi suatu penghalang untuk mendapatkan informasi. Sarana
komunikasi tersebut antara lain telepon, teleks, faksimile, internet, telegram dan sarana
komunikasi lainnya.

II.2.1 Sejarah PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk


Perkembangan dunia telekomunikasi di Indonesia dimulai pada zaman penjajahan
Belanda, dimana pada saat itu, komuikasi dilakukan dengan menggunakan telegraf, mulai
tahun 1856 yang digunakan untuk mengirimkan berita atau informasi antar gubernur-
gubernur Belanda yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia. Di masa Belanda tersebut
pengiriman telegraf dilakukan oleh dinas telegraf yang bernama Ir. Grole. Seiring dengan
hal tersebut Belanda akhirnya membangun jaringan telegraf internasional melalui kabel
dari Jawa ke Singapura dan dari Jawa ke Australia (Banyuwangi-Port Darwin).
Pembangunan jaringan telegraf tersebut dilakukan oleh perusahaan telegraf British
Australian yang dilaksanakan pada tahun 1870.

5
Laporan Kerja Praktek di PT. Telkom Area Network Surabaya Timur Divisi INFRATEL

Setelah penemuan telepon oleh Alexander Graham Bell maka pihak Belanda yang
berkedudukan di Indonesia juga merasa perlu mengadakan perkembangan dari telegraf
menuju ke telepon yang dilaksanakan pada tahun 1880. Pada masa itu sekitar tahun 1882,
pelayanan jasa telepon diselenggarakan oleh pihak swasta didaerah Jakarta, Jatinegara,
Semarang, dan Surabaya dimana di daerah-daerah yang lain belum mendapatkan pelayanan
jasa telepon.
Pada tahun 1906 sampai pada perkembangan pos dan telegraf diubah menjadi dinas
PTT (POS TELEGRAF dan TELEFOONDIENST) yang kemudian pada tahun 1907
pemerintah Belanda mengambil alih jaringan telepon dari pihak swasta yang ada di
Bandung, Garut, Sukabumi, Tasikmalaya, Madiun, dan Jakarta. Karena merasa perlu maka
pemerintah Belanda pada tahun 1910 mendirikan jaringan telepon lagi di Jambi dan
Palembang, kemudian pada tanggal 1 Agustus 1921 pemerintah Belanda mengambil alih
jaringan dari pihak swasta yaitu yang ada di Makasar. Sehingga hampir semua jaringan
telepon dikuasai oleh pemerintah Belanda kecuali jaringan telepon pihak PJKA.

II.2.2 Pembentukan PTT


Dinas PTT merupakan suatu bentuk baru dari stasiun pos dan telegraf yang dididirikan
pada tahun 1906. Dinas PTT ini merupakan departemen perusahaan pemerintah Belanda
yang berkantor di Gambir pada tahun 1907 dan dikepalai oleh Chep Van de PTT Dienst.
Pada tahun 1923 kantor pusat PTT dipindahkan ke Bandung dengan pembagian wilayah
PTT sebanyak tujuh daerah inspeksi pos dan telegraf serta tujuh distrik telegraf dan
telepon. Pada tiap daerah inspeksi dipimpin oleh inspektur dan tiap distrik dipimpin oleh
kepala distrik yang bertugas mengawasi seluruh dinas pos dan operasi telegraf serta
mengawasi teknik telegraf. Tahun 1931 dinas PTT dijadikan perusahaan milik Negara
berdasarkan Indische Berdrijvan Wet (IBW) dan mulai berlaku sejak 1 Januari 1932.

II.2.3 PTT menjadi PN. POSTEL


Setelah Indonesia merdeka maka seluruh perusahaan Belanda diambil alih oleh
pemerintah Indonesia. Kemudian dengan adanya koferensi dinas di PTT di Bandung pada
tahun 1956, Dirjen PTT mengusulkan perubahan status PTT dari perusahaan jawatan.

6
Laporan Kerja Praktek di PT. Telkom Area Network Surabaya Timur Divisi INFRATEL

Menjadi perushaan milik Negara. Sehingga pada tahun 1960 pemerintah mengeluarkan
Perpu pengganti UU No. 19/1960 yang mengatur bentuk Perusahaan Negara. Tanggal 21
desember 1961 berdasarkan PP NO. 240/1961 yang dikeluarakan pemerintah maka PTT
diubah menjadi PN. POSTEL dan tahun1965 PN. POSTEL menjadi PN. POS dan GIRO
(PP No. 29/1965) dan PN.TELKOM (PP No. 30/1965). Hal tersebut dikarenakan
perusahaan Negara yang dibentuk berdasarkan Perpu No. 19/1965 dipandang sudah tidak
efisien lagi

II.2.4 PN. TELKOM menjadi PERUMTEL


Sejak diterapkan TAP MPRS No. XXIII/1965 semua peranan pemerintah dibidang
ekonomi ditekankan pada pengawasan dan pengarahan kegiatan ekonomi dan ditambah
dengan UU No. 09/1969, pemerintah menggolongkan perusahaan-perusahaan Negara ke
dalam tiga bentuk yaitu :
1. Perusahaan Negara Jawatan (PERJAN).
2. Perusahaan Negara Umum (PERUM).
3. Perusahaan Negara Perseroan (PT. PERSEROAN).
Dan sejak itu pula PN. TELKOM diubah menjadi PERUMTEL berdasarkan PP No.
35/1974 sejak tanggal 11 Oktober 1974. PP ini memperkokoh kelangsungan PERUMTEL
yaitu membangun, mengembangkan dan mengusahakan telekomunikasi umtuk umum guna
mempertinggi kelancaran hubungan masyarakat dalam menunjang pembangunan nasional.

II.2.5 PERUMTEL menjadi PT. TELKOM


PERUMTEL yang selama ini telah membangun dan mengembangkan dunia
pertelekomunikasian di Indonesia serta telah melayani masyarakat dengan profesionalisme
yang tinggi, sehingga dapat memajukan negara terutama di bidang pertelekomunikasian
nasional. Dan hasil-hasilnya dapat dilihat diseluruh wilayah Indonesia dan sesuai dengan
tuntutan kemajuan di abad informasi ini. Karena PERUMTEL selama ini telah mampu
menyediakan sarana komunikasi yang telah dipakai oleh masyarakat maka pemerintah.

7
Laporan Kerja Praktek di PT. Telkom Area Network Surabaya Timur Divisi INFRATEL

Melalui Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi pada tanggal 24 September


1991,PERUMTEL beralih status menjadi PT (PERSERO) TELEKOMUNIKASI Indonesia
yang disingkat PT. TELKOM, dimana akte pendiriannya yaitu No. 28 ditandatangani pada
tanggal 24 September 1991 yang merupakan lanjutan dari PP No. 25/1991.

II.3 Misi PT TELKOM


PT.TELKOM mempunyai misi untuk beberapa tahun ke depan, yaitu :
“ To become aleading Solution Provider of Infocom Industry in the region by providing ‘
one stop service ‘, whilest guaranteening the best quality of service and competitive
prising, thru utilization of ‘ state of the art ‘ technology and partnership “.

II.4 Tujuan PT. TELKOM


PT. TELKOM mempunyai tujuan membangun, mengembangkan dan mengusahakan
telekomunikasi untuk umum baik dalam dan luar negeri dalam artian yang seluas-luasnya
guna mempertinggi kelancaran hubungan masyarakat, untuk melaksanakan pembangunan
nasional serta hubungan internasional.

II.5 Bidang Usaha


PT. TELKOM bergerak dalam bidang penyelenggaraan serta pelayanan telekomunikasi
untuk umum dalam negeri meliputi telepon, teleteks, telegambar dan pelayanan lainnya.

8
Laporan Kerja Praktek di PT. Telkom Area Network Surabaya Timur Divisi INFRATEL

BAB III
SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

III.1 Pendahuluan
Perkembangan Teknologi dalam bidang Telekomunikasi memungkinkan penyediaan
sarana Telekomunikasi dalam biaya relatif rendah, mutu pelayanan yang tinggi, cepat,
aman, mempunyai kapasitas yang besar dalam menyalurkjan informasi.
Seiring dengan perkembangan Telekomunikasi digital maka kemampuan sistem
transmisi dengan menggunakan Teknologi serat optik semakin dikembangkan dengan
cepat, sehingga dapat menggeser penggunaan sistem transmisi konvensional dimasa
mendatang, terutama untuk media transmisi jarak jauh (long distance circuit).
Dampak dari perkembangann Teknologi digital adalah perubahan jaringan analog
menjadi jaringan digital baik dalam sistem Switching maupun dalam sistem Transmisinya.
Katerpaduan ini akan meningkatkan kualitas dan kuantitas informasi yang dikirim, serta
biaya operasi dan pemeliharaan lebih ekonomis. Sebagai sarana transmisi dalam jaringan
digital, Serat Optik berperan sebagai pemandu gelombang cahaya serat optik dari bahan
gelas atau silika dengan ukuran kecil dan sangat ringan, dapat melakukan informasi dalam
jumlah besar dengan rugi-rugi relatif rendah.
Dalam sistem komunikasi serat optik, informasi diubah menjadi sinyal optik (cahaya)
dengan menggunakan sumber cahaya LED atau Diode Laser.
Kemudian dengan dasar hukum pemantulan sempurna, sinyal optik yang berisi
informasi dilewatkan sepanjang serat sampai pada penerima, selanjutnya Detektor Optik
akan mengubah sinyal optik tersebut menjadi sinyal listrik kembali.

III.2 Sejarah dan Perkembangan Teknologi Serat Optik


Dari teori telekomunikasi diketahui bahwa dengan menggunakan frekuensi yang lebih
tinggi akan didapat lebar band yang lebih besar sehingga kapasitas penyaluran akan lebih
besar pula. Berdasarkan teori ini dilakukan penelitian penggunaan cahaya untuk
komunikasi.

9
Laporan Kerja Praktek di PT. Telkom Area Network Surabaya Timur Divisi INFRATEL

a. Pada tahun 1960, Maiman dari Hunges Airecraft menemukan LASER (Light
Amplication by Stimulated Emission of Radiotion), kemudian timbul pemikiran untuk
menggunakan cahaya sebagai alat komunikasi.
b. Sinar LASER karena karaakteristiknya, dapat diperlukan sama dengan seperti
gelombang elektromagnetik dan cukup baik digunakan untuk menyalurkan informasi.
c. Laser pertama kali dicoba sebagai alat komunikasi dengan cara memancarkan sinar
tersebut ke udara, namun percobaan ini gagal karena banyaknya gangguan seperti
hujan, angin, salju dan lain-lain sehingga percobaan serupa tidak pernah dilakukan lagi.
d. Percobaan selanjutnya dilakukan dengan memancarkan sinar Laser ke dalam BEAM
GUIDE (pipa) yang didalamnya dipasang lensa pada jarak tertentu, lensa tersebut
berfungsi untuk memfokuskan sinar Laser yang datang.
Dari hasil percobaan ini ternyata, rugi-rugi transmisi seperti pada butir 3 diatas dapat
diperkecil, namun akurasi letak lensa sepanjang BEAM GUIDE harus dijaga tetap,
karena bila ada perubahan atau pergeseran letak lensa (akibat benturan atau goncangan)
akan mengganggu perambatan sinar Laser tersebut.
Komunikasi dengan cara ini, tidak dipergunakan lagi karena tidak praktis serta
membutuhkan biaya mahal.
e. Dari bermacam-macam jenis Laser (Laser solid, liquid dan semikoduktor) maka
jenis Laser semikonduktor yang terbaik, meskipun umur operasionalnya pendek.
f. Pada tahun 1966, DR KAO melakukan percobaan dengan merambatkan sinar Laser
ke dalam Transparan Fiber. Namun cara tersebut hanya berhasil untuk jarak relatif
pendek. Hal tersebut disebabkan karena kurang sempurna proses pembuatan
Transparan Fiber, sehingga timbul rugi-rugi bahan yang dapat menghambat proses
perambatan cahaya didalamnya.
g. Pada tahun 1970, pabrik gelas Cording di Amerika Serikat berhasil membuat fiber
dengan bahan dasar silica yang mempunyai rugi-rugi bahan relatif kecil (± 20 dB/km),
sehingga sangat baik digunakan untuk komunikasi cahaya.
h. Bersamaan waktu dengan ditemukan silica sebagai bahan dasar fiber, umur
operasional Laser semikonduktorpun berhasil ditingkatkan menjadi 10.000 jam (oleh
Hayashi dan Panish).

10
Laporan Kerja Praktek di PT. Telkom Area Network Surabaya Timur Divisi INFRATEL

i. Selain Laser semikonduktor, dikembangkan sumber optik lainnya yang dinamakan


LED. Sama halnya dengan Laser dapat memancarkan cahaya dengan baik, namun
karena tidak adanya umpan balik pada cahaya yang dipancarkannya atau dimasukkan
pada fiber, maka LED menghasilkan cahaya yang tidak koheren.
Sinar LED dapat memancarkan dalam beberapa mode yang berbeda sehingga hanya
sesuai untuk serat optik multimode dengan diameter besar.
j. Pada sisi penerima (Detektor), Johnson menemukan Photo Diode yang dapat
menguatkan sinyal datang dan Avalanche Photo Diode (APD) sampai saat ini masih
merupakan Detektor optik yang diunggulkan.
k. Pada tahun 1976, dilakukan uji coba penggunaan kabel optik untuk jaringan
penghubung (junction) ternyata hasilnya cukup baik, sehingga pada tahun-tahun
berikutnya penggunaannya mulai dipromosikan secara meluas.
l. Pada tahun 1980, Amerika dan Spanyol telah menggunakan kabel optik sebagai
sarana Telekomunikasi pedesaan (Rural Telecommunication).
m.Pada tahun 1983, setelah serat optik dikembangkan dan diproduksi oleh banyak
negara dan penggunaannya secara luas mulai dilakukan, Jepang dan Amerika bekerja
sama membangun sistem transmisi yang menghubungkan Jepang-Hawaii (sepanjang
7000 km) dengan menggunakan kabel optik.
n. Indonesia sendiri sejak tahun 1986 telah menggunakan kabel serat optik sebagai
jaringan penghubung antar sentral lokal di wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta,
sedang yang terjauh adalah pembangunan kabel opitk Jakarta- Surabaya oleh NKF.
o. Pada tahun 1996 dimulai penggunaan secara massal tipe serat optik single mode di
Indonesia oleh PT Telkom dan Indosat. Untuk menggantikan Tipe Multimode, karena
pertimbangan redaman pada tipe singlemode lebih kecil daripada tipe multimode.
p. Pada tahun 1999 di Indonesia dibangun Sistem Komunikasi Kabel Laut yang
menghubungkan Surabaya – Banjarmasin, Surabaya – Makassar, Banjarmasin –
Makassar menggunakan topologi SDH.

11
Laporan Kerja Praktek di PT. Telkom Area Network Surabaya Timur Divisi INFRATEL

III.3 KARAKTERISTIK SERAT OPTIK


Untuk mengetahui lebih jauh mengapa teknologi serat optik mendapat perhatian dari
negara-negara maju maupun yang sedang bekrembang di dunia ini, sehingga negara-negara
pabrikan berlomba-lomba mengadakan penggunaan teknologi serat optik sebagai alat
komunikasi. Maka ada baiknya diketahui karakteristik serat optik dibandingkan dengan
kabel-kabel telekomunikasi yang ada sekarang ini, yaitu :
a.Ukuran kecil
Diameter luar serat optik berkisar antara 100-250 µm. diameter maksimum setelah
dilapisi/dibungkus dengan plastick/nilon sebagai jaket menjadi ± 1 mm. Ukuran ini
masih sangat kecil dibandingkan dengan konduktor kabel coaxial (1-10 mm).
b. Ringan
Dibandingkan dengan kabel transmisi biasa (Spesifigravity 9.8) maka specifigravity
bahan silica sebagai serat optik yaitu 2.2, sehingga beratnya menjadi 1/2 – 1/3 berat
kabel transmisi biasa.
c.Lentur
Pada umumnya serat optik tidak akan patah bila dilengkungkan dengan radius 5mm.
Oleh karenanya kabel serat optik mempunyai kelenturan yang sama dengan kabel
transmisi biasa, sehingga teknis pemasangannya tidak jauh berbeda dengan teknik
pemasangan kabel biasa.
d. Tidak berkarat
Bahan silica sebagai bahan dasar serat optik mempunyai sifat kimia yang sangat stabil
oleh karenanya tidak mungkin berkarat.
e.Rugi-rugi rendah
Serat optik dengan bahan silica mempunyai rugi-rugi transmisi rendah, besarnya
berkisar 2-8 dB/km dengan panjang gelombang 830 nm. Dibandingkan dengan kabel
coaksial yang mempunyai rugi-rugi transmisi sebesar 19 dB/km pada frekuensi 60
Mhz.

12
Laporan Kerja Praktek di PT. Telkom Area Network Surabaya Timur Divisi INFRATEL

f. Kapasitas tinggi
Kapasitas dalam menyalurkan informasi per cross section area sangat besar disamping
mempunyai bandwidth yang lebar (Broadband).
Sebagai contoh :
Kapasitas penyaluran per cross section area 100 x dibandngkan dengan multi pair cable
dan 10 x dibandingkan dengan coaxial cable.
g. Bebas induksi
Serat optik menggunakan bahan dasar silica yang pada dasarnya merupakan bahan
dielektrik yang sangat baik dan kebal terhadap induksi elektromagnet dan juga terhadap
kilat/petir.
h. Cross Talk rendah
Kemungkinan terjadinya kebocoran sinar antar serat optik sangat kecil, demikian pula
kebocoran akibat masuknya sinar dari luar kemudian ikut merambat dalam serat optik.
i. Tahan temperatur tinggi
Bahan silica mempuyai titik leleh ± 1900º C dan ini sangat jauh diatas titik leleh capper
dan plastik. Sangat ideal bila dipergunakakn sebagai sarana komunikasi pada daerah
yang rawan terhadap tenperatur tinggi.
j. Tidak menimbulkan bunga api
Pada titik sambung tidak mungkin terjadi bunga api (discharge), oleh karenanya sangat
ideal bila digunakan pada tempat-tempat yang peka terhadap ledakan/kebakaran.
k. Tidak dapat dicabangkan
Serat optik mempunyai ukuran sangat kecil/sangat tipis. Oleh karenanya sangat sulit
bahkan tidak mungkin untuk dicabangkan. Bila harus dicabangkan maka harus
dilakukan perubahan terlebih dahulu dari sinyal optik ke sinyal elektrik.
l. Tidak menggunakan bahan tembaga
Serat optik menggunakan bahan silica yang tidak mengandung unsur logam bahkan
serat optik yang menggunakan Multicomponent Glass, unsur campuran logam (copper)
sangat kecil. Tembaga hanya digunakan sebagai pelapis pelidung pada kabel fiber optic
untuk komunikasi kabel laut dan sebagai lewatnya arus DC untuk mencatu tegangan
pada repeater-repeater di bawah laut.

13
Laporan Kerja Praktek di PT. Telkom Area Network Surabaya Timur Divisi INFRATEL

m. Rapuh
Meskipun rapuh, namun masih mempunyai daya peregangan kurang lebih sebesar 5%
untuk menghindarkan kerusakan serat optik pada waktu pemasangan/penarikan, maka
pada waktu disusun menjadi kabel optik diberi penguat.

III.4 Pengertian dan Blok Diagram Sistem Komunikasi Serat Optik


Sistem komunikasi serat optik menggunakan sinyal-sinyal informasi dalam bentuk
energi cahaya yang disalurkan melalui serat optik. Sinyal informasi yang dikirirmkan
tersebut, dapat berupa sinyal audio, video ataupun data dalam bentuk sinyal elektrik dan
kemudian diubah menjadi sinyal optik sebelum ditransmisikan melalui serat optik. Untuk
mengubah sinyal listrik menjadi sinyal optik diperlukan suatu sumber optik yang dapat
menghasilkan cahaya yang intensitasnya dapat diatur sesuai dengan sinyal elektrik yang
mengendalikannya. Begitu pula pada sisi penerima, diperlukan Detektor optik yang dapat
mengubah sinyal optik menjadi sinyal elektrik sesuai dengan aslinya. Blok diagram
sederhana dari sistem komunikasi serat optik tersebut adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Prinsip Dasar Sistem Komunikasi Serat Optik

14
Laporan Kerja Praktek di PT. Telkom Area Network Surabaya Timur Divisi INFRATEL

Fungsi dari masing-masing blok adalah :


1. Rangkaian Driver
Berfungsi mengendalikan sumber cahaya berdasarkan sinyal elektrik yang diterima dan
mengubah sinyal tersebut menjadi sinyal optik.
2. Sumber Optik (Cahaya)
Dapat menggunakan LED atau LASER.
LED merupakan perangkat yang memancarkan cahaya dengan arah menyebar. Pada
umumnya digunakan untuk serat optik dengan diameter core berukuran besar
(multimode step indeks).
LASER merupakan perangkat yang lebih kompleks dan dapat memancarkan cahaya
lebih terang dengan daya 10-100 kali lebih besar dibandingkan dengan LED. Pada
umumnya digunakan untuk serat optik dengan diameter core berukuran kecil
(singlemode step indeks). Untuk transmisi jarak jauh, penggunaan LASER sebagai
sumber cahaya lebih menguntungkan dibandingkan menggunakan LED.
3. Detektor Optik
Berfungsi untuk mengubah kembali sinyal optic menjadi sinyal elektrik sesuai dengan
intensitas cahaya yang diterimanya. Detector optik dapat menghasilkan gelombang
sesuai aslinya, dengan meminimalisasi losses yang timbul selama perambatan,
sehingga dapat juga menghasilkan sinyal elektrik yang maksimum dengan daya optic
yang kecil.
Detektor optik yang sering digunakan ada 2, yaitu :
a.Detector Optic PIN (Positive Intrinsic Negative) Photodiode
Diode PIN adalah sebuah semikonduktor dengan bagian yang didop P, sebuah
intrinsik dan bagian yang didop N,sehingga sebagai berikut apat menimbulkan satu
pasang elektron tunggal yang diabsorbsi
Detektor ini bekerja menurut fungsi modulasi arus oleh cahaya yang diserap,
dimana daya optik yang masuk selama sebuah pulsa da[pat dianggap sebagai
penerimaan dari sejumlah foton yang masin-masing mempunyai energi sebesar :

15
Laporan Kerja Praktek di PT. Telkom Area Network Surabaya Timur Divisi INFRATEL

E = H/V
Dimana : H = konstanta Planck (6,0625. 10-34)
V = kecepatan Foton (C/λ)
E = energi Foton
Susunan dan prinsip dari dsebuah photodiode adalah :
b. Detector Optic APD (Avalanche Photodiode)
Dapat menghasilkan lebih dari satu pasang elektron tunggal melalui ionisasi. APD
biasa digunakan untuk sistem yang memerlukan sensitifitas tinggi, sedangkan PIN
digunakan untuk sistem yang memerlukan sensitifitas rendah.
4. Rangkaian Penguat
Berfungsi untuk menguatkan sinyal elektrik sesuai dengan sinyal elektrik yang
ditransmisikan.

III.4 Struktur Dasar Serat Optik


Struktur dasar dari serat optik sebenarnya tersusun atas coating, cladding dan core.
Namun demi alasan keamanan. Maka ditambahkan pengaman setelah lapisan coating.
Lapisan tersebut bisa berupa plastik, seng, atau anyaman kawat besi. Pada serat oprtik
yang digunakan untuk SKKL (Sistem Komunikasi Kabel Laut). Lapisan pelindung bisa
berlapis-lapis. Berikut adalah gambar susunan dari fiber optik.

Gambar . Susunan Serat Optik

16
Laporan Kerja Praktek di PT. Telkom Area Network Surabaya Timur Divisi INFRATEL

Keterangan :
1. Core (inti)
Core berfungsi untuk menentukan cahaya merambat dari satu ujung ke ujung lainnya.
Core terbuat dari bahan kuarsa dengan kualitas sangat tinggi. Ada juga yang terbuat
dari hasil campuran silica dan glass. Sebagai inti, core juga tempat merambatnya
cahaya pada serat optik. Memiliki diameter 10 µm - 50 µm. Ukuran core
mempengaruhi karakteristik dari serat optik.
2. Cladding (lapisan)
Cladding berfungsi sebagai cermin yaitu memantulkan cahaya agar dapat merambat ke
ujung lainnya. Dengan adanya cladding ini cahaya dapat merambat dalam core serata
optic. Cladding terbuat dari bahan gelas. Dengan indeks bias yang lebih kecil dari
core.Cladding merupakan selubung dari core. Diameter cladding antara 5 µm – 250
µm. Hubungan indeks bias antara core dan cladding akan mempengaruhi perambatan
cahaya pada core (mempengaruhi besarnya sudut kritis).
3. Coating (jaket)
Coating berfungsi sebagai pelindung mekanis pada serat optik dan identitas kode
warna.Terbuat dari bahan plastic. Berfungsi untuk melindungi serat optik dari
kerusakan.

Gambar . Susunan Fiber Optik setelah dikupas

17
Laporan Kerja Praktek di PT. Telkom Area Network Surabaya Timur Divisi INFRATEL

III.5 Jenis-jenis Serat Optik :


Serat optik terdiri dari beberapa jenis, yaitu :
1. Multimode Step Index
Pada jenis multimode step index ini, diameter core lebih besar dari diameter cladding.
Dampak dari besarnya diameter core menyebakan rugi-rugi dispersi waktu transmitnya
besar. Penambahan prosentase bahan silica pada waktu pembuatan. Tidak terlalu
berpengaruh dalam menekan rugi-rugi dispersi waktu transmit. Berikut adalah gambar dari
perambatan gelombang dalam serat optik multimode step index.

Gambar . Perambatan Gelombang pada Multimode Step Index


Jenis serat optik ini mempunyai perubahan index bias yang mendadak seperti ditunjukkan
oleh gambar berikut.

Gambar index bias dari multimode step index

Multimode Step Index mempunyai karakteristik sebagai berikut :


• Indeks bias core konstan.
• Ukuran core besar (50mm) dan dilapisi cladding yang sangat tipis.
• Penyambungan kabel lebih mudah karena memiliki core yang besar.
• Sering terjadi dispersi.
• Hanya digunakan untuk jarak pendek dan transmisi data bit rate rendah.

18
Laporan Kerja Praktek di PT. Telkom Area Network Surabaya Timur Divisi INFRATEL

2. Multimode Graded Index


Pada jenis serat optik multimode graded index ini. Core terdiri dari sejumlah lapisan gelas
yang memiliki indeks bias yang berbeda, indeks bias tertinggi terdapat pada pusat core dan
berangsur-angsur turun sampai ke batas core-cladding. Akibatnya dispersi waktu berbagai
mode cahaya yang merambat berkurang sehingga cahaya akan tiba pada waktu yang
bersamaaan. Berikut adalah gambar perambatan gelombang dalam multimode graded index.

Gambar . Perambatan Gelombang pada Multimode Graded Index


Index bias yang berubah secara perlahan ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar perubahan index bias pada multimode graded index

Multimode Graded Index mempunyai karakteristik sebagai berikut :


• Cahaya merambat karena difraksi yang terjadi pada core sehingga rambatan
cahaya sejajar dengan sumbu serat.
• Dispersi minimum sehingga baik jika digunakan untuk jarak menengah
• Ukuran diameter core antara 30 µm – 60 µm. lebih kecil dari multimode step
index. Dan dibuat dari bahan silica glass.

19
Laporan Kerja Praktek di PT. Telkom Area Network Surabaya Timur Divisi INFRATEL

• Harganya lebih mahal dari serat optik Multimode Step Index karena proses
pembuatannya lebih sulit.

3. Single mode Step Index


Pada jenis single mode step index. Baik core maupun claddingnya dibuat dari bahan silica
glass. Ukuran core yang jauh lebih kecil dari cladding dibuat demikian agar rugi-rugi
transmisi berkurang akibat fading. Seperti ditunjukan gambar berikut.

Gambar . Perambatan Gelombang pada Singlemode Step Index


Pada single mode step index ini. Index biasnya berubah secara mendadak seperti pada
multimode step index. Seperti ditunjukan gambar berikut.

gambar index bias untuk single mode step index


Singlemode Step Index mempunyai karakteristik sebagai berikut :
• Serat optik Singlemode Step Index memiliki diameter core yang sangat kecil
dibandingkan ukuran claddingnya.
• Ukuran diameter core antara 2 µm – 10µm.
• Cahaya hanya merambat dalam satu mode saja yaitu sejajar dengan sumbu
serat optik.
• Memiliki redaman yang sangat kecil.
• Memiliki bandwidth yang lebar.
• Digunakan untuk transmisi data dengan bit rate tinggi.
• Dapat digunakan untuk transmisi jarak dekat, menengah dan jauh.

20
Laporan Kerja Praktek di PT. Telkom Area Network Surabaya Timur Divisi INFRATEL

Untuk jenis single mode ini ada beberapa spesifikasi yang umum digunakan. Yaitu
G652, G653, G665, G662.

III.6 Parameter Serat Optik


Parameter serat optic antara lain :
a.. Kecepatan Propagasi
b. Numerical Aperture (NA)
c. Dispersi
d. Penghamburan Rayleigh
e. Pemantulan Fresnel
f. Pemantulan dan Pembiasan
Keterangan :
a. Kecepatan Propagasi
Propagasi dalam serat optik disebabkan oleh adanya suatu refleksi (pantulan),
sedangkan refleksi terjadi akibatnya adanya perbedaan indeks bias antara core dengan
clading. Bila berkas cahaya datang dari suatu media yang lebih padat (n1) ke media
yang kurang padat (n2) dimana n1>n2 maka pada bidang batas antara kedua media
terjadi pantulan. Bila sudut datang melebihi sudut kritis maka diperoleh pantulan total
dan bila sudut datang lebih kecil dari sudut kritis akan terjadi pembiasan dan
pemantulan sebagian.
Kecepatan perambatan cahaya pada medium memiliki kecepatan rambat yang lebih
kecil dari kecepatan rambat cahaya pada ruang hampa, kecepatan tersebut dapat
dirumuskan sebagai berikut :

V=C/n

dimana :
V = kecepatan rambat cahaya pada media
C = kecepatan rambat cahaya pada ruang hampa
n = indeks bias media yang dilalui berkas cahaya
b. Numerical Aperture (NA)

21
Laporan Kerja Praktek di PT. Telkom Area Network Surabaya Timur Divisi INFRATEL

Numerical Aperture adalah ukuran atau besarnya sinus sudut pancaran maksimum
dari sumber optik yang merambat pada inti serat yang cahayanya masih dapat

dipantulkan secara total, dimana nilai NA juga dipengaruhi oleh indeks bias core
dan cladding. Besarnya nilai NA dapat diperoleh dengan rumus :

dimana :
NA = Numerical Aperture
θ = sudut cahaya yang masuk dalam serat optik
n1 = indeks bias core
n2 = indeks bias cladding

Gambar . Numerical Aperture

c. Dispersi
Dispersi adalah suatu berkas cahaya yang melintas didalam serat optik dengan
mode, kecepatan atau panjang gelombang yang berbeda. Dispersi dapat menyebabkan
pelebaran pulsa pada pulsa cahaya yang ditransmisikan pada serat optik sehingga
mengakibatkan jumlah pulsa/satuan waktu (bit rate) dan jarak menjadi terbatas.
Dispersi dibedakan menjadi 2, yaitu :
a. Dispersi Intermodal
Bila pada suatu serat step indaks dimasukkan impulse cahaya monokromatis dan hanya
dua mode yang ditransmisikan, menyebabkan perbedaan jalur yang dilewati impulse

22
Laporan Kerja Praktek di PT. Telkom Area Network Surabaya Timur Divisi INFRATEL

tersebut akan sampai diujung serat pada saat yang berbeda. Jika kedua impulse tersebut
digabungkan, akan terlihat adanya suatu pelebaran pulsa yang dikenal sebagai dispersi

modal/multimode. Pada serat multimode step indeks, cahaya yang masuk terbagi dalam
beberapa mode yang merambat dengan kecepatan yang berbeda. Sedangkan pada graded
indeks, perbedaan kecepatan rambat antar mode relatif kecil. Hal ini disebabkan adanya
peningkatan kecepatan dari mode orde yang mempunyai sudut datang yang lebih besar
sehingga dapat mengkompensasi perbedaan lintasan. Hal tersebut dapat menyebabkan
penurunan pulsa, sehingga berpengaruh pada bandwidth (semakin mengecil).
b. Dispersi Kromatik
Impulse cahaya yang melintas diserat optik terdiri atas berbagai macam warna
yang merambat dengan kecepatan yang berbeda sehingga menyebabkan terjadinya
pelebaran pulsa cahaya pada ujung serat. Jadi pelebaran impulse tersebut dipengaruhi
oleh lebar spektrum cahaya dari sumber optik. Efek tersebut disebut dengan dispersi
kromatik. Jika kecepatan data bertambah, durasi T (periode) berkurang maka impulse
akan saling tumpang tindih (overlap) sehingga tidak bisa dikenali lagi (cacat). Hal
tersebut mengakibatkan kecepatan sinyal cahaya yang ditransmisikan menjadi
terbatas.
Dispersi kromatik dibagi menjadi 2 macam, yaitu :
a. Dispersi Material
Dispersi ini disebabkan adanya perbedaan kecepatan rambat cahaya (indeks
bias suatu material merupakan fungsi dari panjang gelombang).
b. Dispersi Waveguide
Dispersi ini trejadi karena variasi waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke
ujung serat optik dan disebabkan oleh perbedaan panjang gelombang. Dispersi ini
nilainya relatif lebih kecil dibandingkan dispersi jenis lain.
c. Penghamburan Rayleigh (Rayleigh Scattering)
Peristiwa ini terjadi karena adanya berkas cahaya yang meengenai suatu materi
dalam serat optik yang kemudian menghamburkan\memancarkan berkas-berkas
cahaya tersebut ke segala arah. Hal ini disebabkan ketidak homogenan materi yang

23
Laporan Kerja Praktek di PT. Telkom Area Network Surabaya Timur Divisi INFRATEL

terdapat dalam serat optik tersebut yang mempunyai sifat menghamburkan suatu
berkas cahaya.

d. Pemantulan dan Pembiasan


- Pemantulan
Pemantukan adalah suatu keadaan dimana berkas cahaya dari suatu media yang rapat
ke media yang kurang rapat. Bila sudut datang dari suat berkas cahaya lebih besa dari
sudut kritisnya maka akan terjadi pemantulan sempurna.
- Pembiasan
Pembiasan terjadi apabila sudut datang lebih kecil daripada sudut kritis. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa proses pemantulan akan terjadi apabila sudut datang sama
dengan sudut pantul (<i=<r) maka pembiasan akan berlaku bila :

n1 sin θ1 = n2 sin θ2

Rumus di atas dikenal dengan hukum Snellius.

Gambar . Pantulan Cahaya Snellius

e. Pemantulan Fresnel (Fresnel Refraction)

24
Laporan Kerja Praktek di PT. Telkom Area Network Surabaya Timur Divisi INFRATEL

Berkas cahaya yang datang tegak lurus pada suatu bidang permukaan yang
merupakan batas antara udara (n 0 = 1) dengan inti serat optik. Untuk lebih jelasnya
perhatikan gambar berikut :

Gambar Pantulan Fresnel antara Udara-Inti


Pantulan di atas merupakan Fresnel Refraction pada pemancar yang besarnya adalah :

Gambar . Pantulan Fresnel antara Inti - Udara

25
Laporan Kerja Praktek di PT. Telkom Area Network Surabaya Timur Divisi INFRATEL

BAB IV
SISTEM KONFIGURASI SERAT OPTIK

IV.1 Perangkat OLTE (Optical Line Terminal Equipment )


Perangkat OLTE (Optical Line Terminal Equipment ) terdiri dari :
1. Unit CMI DECODER, yang berfungsi :
a. Sebagai amplifier, equalizer, dan regenerator sinyal input CMI 139.264 Kbps
yang diterima dari perangkat multiplex.
b. Mengubah sinyal CMI 139.264 Kbps menjadi bentuk biner 139.264 KHz.
c. Membandingkan sinyal clock 139.264 KHz yang mempunyai phase sama
dengan sinyal data input dengan bantuan PLL.
d. Memberikan indikasi alarm apabila :
• Terjadi kecacatan sinyal pada input dengan menyalakan lampu LED
Alarm “CMI”
• Terjadi gangguan pada rangkaian PLL dengan menyalakan lampu
LED Alarm CLOCK
2. Unit 5B/6B Coder yang berfungsi :
a. Mengubah sinyal biner 139.264 Kbps menjadi sinyal 167.117 KBd.
b. Mengirim sinyal 139.264 Kbps AIS, untuk menggantikan sinyal data input
apabila terjadi alarm pada CMI decoder.
c. Memberikan indikasi alarm 5B/6B ditandai dengan menyalanya LED apabila
terjadi gangguan pada unit 5B/6B coder dan mengirimkan sinyal alarm tersebut ke
SAU.
3. Transmit Unit berfungsi :
a. Mengubah sinyal data elektrik 167.117 KBd ke dalam sinyal optik 167.117
KBd.

26
Laporan Kerja Praktek di PT. Telkom Area Network Surabaya Timur Divisi INFRATEL

b. Memodulasi sinyal FL 1000 Bd yang di terima dari perangkat ANCILLARY


FAULT LOCATING 8TR680 secara amplitude modulasi pada sinyal 167.117 KBd
(envelope ‘+‘).

c. Memantau kondisi operasi laser dioda dengan menggunakan pilot frekuensi


7.8 KHz yang di modulasikan secara AM pada sinyal data 167.117 KBd (envelope
‘+‘).
d. Memberi indikasi alarm apabila :
• Power output laser turun > 1,5 dB dengan menyalakan lampu LED
alarm “1 Bias“.
• Arus bias (1b) laser naik > 50 % dengan menyalakan lampu LED
alarm “1 Bias“.
• BER > 10-6 dengan menyalakan lampu LED “EBER“ > 10-6 .
Ketiga alarm sinyal tersebut dikirim ke sistem alarm unit.
• Mengirim FLEC (Fault Location Emergency Carrier)
e. Mengirimkan FLEC (Fault Locating Emergency Carrier) 11,94 MHz sebagai
pengganti sinyal data 167.117 Kbit/s, apabila sinyal data tersebut tidak diterima,
sehingga proses pengiriman sinyal F1 1000 Bd, sinyal Optical Service Line Order
Wire 32 KHz dan frekunsi Pilot 7,8 KHz tetap dapat dilaksanakan.
f. Mengirimkan sinyal Optical Line Service Equipment melalui proses super
impose pada sinyal FL 1.000 Bd.
4. Receive Unit berfungsi :
a. Mengubah sinyal optik 167.117 KBd menjadi sinyal elektrik 167.117 KBd.
b. Memperkuat dan meregenerasi sinyal elektrik 167.117 KBd.
c. Membangkitkan sinyal clock 167.117 KBd yang mempunyai fase sama
dengan sinyal data input dengan bantuan rangkaian PLL.
d. Mendeteksi sinyal FL 1.000 Bd.
e. Memberikan indikasi alarm apabila :

27
Laporan Kerja Praktek di PT. Telkom Area Network Surabaya Timur Divisi INFRATEL

• Receive Unit tidak menerima sinyal input (misalnya kabel putus) dan atau
terjadi gangguan pada rangkaian PLL (Pembangkit Sinyal Clock 167.117 KHz)
dengan menyalakan lampu LED alarm “REC”.

• Receive Unit tidak menerima sinyal input (misalnya kabel putus) dengan
menyalakan lampu LED alarm “LIS”. Kedua sinyal alarm tersebut dikirim ke
Sistem Alarm Unit (SAU), sedangkan sinyal alarm “LIS” selain dikirim ke
SAU juga diteruskan ke Multiplexer.
• FL-IC pada Unit 5B/6B DECODER sebagai sinyal LIS-GO direction (LIS-
G).
• FL-IC pada Unit TRANSMIT sebagai sinyal LIS return direction (LIS-R)
yang membuat LASER Switch Off (mati).
f. Mendeteksi sinyal Optical Service Line Order Wire.
5. Unit 5B/6B Decoder berfungsi :
a. Mengubah sinyal 167.117 Kbit/s menjadi sinyal CMI 139.264 Kbit/s.
b. Mendeteksi error rate dari sinyal input.
c. Memproses sinyal FL 1.000 Bd yang diterima dari Unit Receive untuk
diteruskan ke perangkat FAULT LOCATING 8TR680/FL.
d. Memberikan indikasi alarm apabila :
• Terjadinya gangguan pada Unit 5B/6B DECODER dengan menyalanya
lampu LED Alarm ”5B/6B”.
• Nilai EBER > 106 dengan menyalanya lampu LED Alarm “EBER > 106 “.
• Nilai EBER > 103 dengan menyalanya lampu LED Alarm “EBER > 103 “.
Ketiga alarm tersebut dikirim ke Sistem Alarm Unit (SAU).
6. Unit AIS Generator berfungsi :
a. Membangkitkan sinyal clock 46.421,23 KHz yang dicatukan ke CMI
DECODER.

28
Laporan Kerja Praktek di PT. Telkom Area Network Surabaya Timur Divisi INFRATEL

b. Membangkitkan sinyal clock 139.264 KHz yang dicatukan ke CMI


DECODER.
c. Memberikan indikasi alarm apabila terjadi gangguan Unit AIS
GENERATOR dengan menyalanya lampu LED Alarm “139.264”.
7. Unit Power Supply berfungsi :
a. Mengubah tegangan primer -48 VDC menjadi tegangan catuan perangkat
yang terdiri dari 8V, 7V, 5V dan -5,2 VDC yang dilengkapi dengan detektor pada
tegangan optiknya.

b. Memberikan indikasi alarm apabila salah satu atau lebih tegangan outputnya
tidak ada, dengan menyalanya lampu LED Alarm dan mengirimkan sinyal alarm ke
SAU.
8. Sistem Alarm Unit (SAU) berfungsi :
• Menerima sinyal-sinyal alarm dari masing-masing sinyal alarm OLTE
8TR648 apabil terjadi gangguan, memproises sinyal-sinyal alarm tersebut untuk
diteruskan ke perangkat Supervisory dan menginstruksikan Unit CMI CODER dan
5B/6B CODER untuk mengirimkan sinyal AIS 139.264 Kbit/s.
• Untuk menginstruksikan lokasi gangguan dengan memproses 10 jenis alarm
kedalam “8 bit alarm word” dan mengirimkan ke FL-IC 5B/6B DECODER.
• Membangkitkan test sinyal “Fault Locating” atau “Outside FL Test Signal”
dan mengirimkan ke Unit 5B/6B CODER berdasarkan instruksi “Remote FL Test
Command” yang diterima dari perangkat ANCILLARY 8TR680 atau secara
manual dengan memindahkan U-Link dari X4 ke X3 yang ada pada bagian depan
unit.

29
Laporan Kerja Praktek di PT. Telkom Area Network Surabaya Timur Divisi INFRATEL

BAB V
PENGUKURAN DAN PENYAMBUNGAN SERAT OPTIK

V.1 Pengukuran Serat Optik


Alat ukur serat optik digunakan untuk proses pemeliharaan perangkat transmisi serat
optik, baik pemeliharaan rutin (preventive maintenance) maupun dadakan (corrective
maintenance). Adapun beberapa jenis alat ukur yang biasa digunakan antara lain :
1. OTDR (Optical Time Domain Reflectometer)
2. Laser source
3. Optical power meter
4. Attenuator (fixed & variable)
5. Splicer dan aksesorisnya

V.1.1 OTDR (Optical Time Domain Reflectometer)


 OTDR merupakan salah satu peralatan utama baik untuk instalasi maupun
pemeliharaan link serat optik
 OTDR memungkinkan sebuah link diukur dari satu ujung
 OTDR dipakai untuk mendapatkan gambaran visual dari redaman serat
optik sepanjang sebuah link yang diplot pada sebuah layar dengan jarak
digambarkan pada sumbu X dan redaman pada sumbu Y.

30
Laporan Kerja Praktek di PT. Telkom Area Network Surabaya Timur Divisi INFRATEL

 OTDR berfungsi juga untuk mengetahui redaman serat, loss sambungan, loss
konektor dan lokasi gangguan / letak titik putus serat optik seperti pada
gambar/display.

V.1.1.1 Pemakaian OTDR :


 Saat instalasi :
OTDR dipakai untuk memastikan loss sambungan, konektor dan loss karena
tekukan atau tekanan terhadap kabel.

 Dalam pemeliharaan :
• Pengecekan periodik untuk memastikan tidak ada degradasi serat
• Melokalisir gangguan dengan tahap-tahap sebagai berikut :
 OTDR memancarkan pulsa-pulsa cahaya dari sebuah sumber dioda laser
kedalam sebuah Serat Optik.
 Sebagian sinyal-sinyal dibalikan ke OTDR, sinyal diarahkan melalui
sebuah coupler ke Detektor Optik dimana sinyal tersebut diubah menjadi
sinyal listrik dan ditampilkan pada layar CRT.
 OTDR mengukur sinyal balik terhadap waktu.
• Waktu tempuh dikalikan dengan kecepatan cahaya dalam serat
digunakan untuk menghitung jarak atau l = v x t/2
• Tampilan OTDR menggambarkan daya relatif dari sinyal balik
terhadap jarak.

V.1.1.2Backscattering : pemantulan yang kembali ke sisi pengirim yang disebabkan adanya


bending ataupun connector loss. Gambar dibawah ini menjelaskan penyebab-penyebab
terjadinya backscattering.

31
Laporan Kerja Praktek di PT. Telkom Area Network Surabaya Timur Divisi INFRATEL

Gambar . Faktor-faktor penyebab Backscattering

V.1.1.3 Dead Zone :


• Dead Zone menentukan sampai berapa dekat OTDR dapat mengukur.
• Dead Zone adalah “blind spots” yang terjadi karena refleksi.

Attenuation Dead Zone :


• Jarak dari awal refleksi ke titik dimana penerima dapat menerima pada 0,5 dB
dari backscatter linier.
• Ini merupakan titik dimana OTDR dapat mengukur lagi redaman dan loss.
• Event dead zone adalah jarak dari awal refleksi ke titik dimana OTDR dapat
menerima 1,5 dibawah puncak refleksi.

32
Laporan Kerja Praktek di PT. Telkom Area Network Surabaya Timur Divisi INFRATEL

V.1.1.4 Agar OTDR dapat bekerja dengan baik, harus dihindari lokasi sebagai berikut :
• Vibrasi yang kuat.
• Kelembaban yang tinggi atau kotor (debu).
• Dihadapkan langsung ke matahari.
• Daerah gas reaktif.
V.1.1.5 Sebelum bekerja dengan OTDR :
• Perhatikan spesifikasi teknik yang dimiliki perangkat.

• Lakukan pembersihan terhadap konektor (jumper cord).

Gambar . Cara membersihkan konektor

V.1.1.6 Dalam mempergunakan OTDR perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :


• Jangan melihat langsung laser ke mata, karena berbahaya bagi mata.
• Konektor harus bersih, agar didapat hasil yang benar.
• Tegangan catuan yang diijinkan.

33
Laporan Kerja Praktek di PT. Telkom Area Network Surabaya Timur Divisi INFRATEL

• Penanganan kabel konektor.


• Kondisi lingkungan alat.
• Kemampuan spesifik dari peralatan.
V.1.1.7 Pengukuran kabel serat optic dengan menggunakan OTDR
A. Alat-alat yang digunak an antara lain :
1. OTDR
2. Printer
3. Adaptor
4. Power supply
5. Patch Cord
6. Kabel penghubung
B. Gambar rangkaian pengukuran
C. Prosedur pengukuran

a. Rangkailah seperti pada gambar.


b. Nyalakan OTDR (tekan switch power).
c. Settinglah parameter-parameter berikut ini :
- panjang gelombang (λ ) =1310 nm
- scatter coefficient = 48,5 dB
- refractive index = 1,47180
- set pada kondisi real time
d. Hubungkan terminal input dari OTDR ke idle core (core yang tidak beroperasi)
dari OTB.
e. Tekan tombol RUN/STOP untuk menembakkna laser ke idle core.
f. Setelah mencapai ujung core yang dimaksud, teksan kembali tombol
RUN/STOP untuk mematikan laser.
g. Maka pada layar OTDR akan muncul grafik seperti dibawah ini :

Dari grafik diatas dapat diketahui keterangan-keterangan sebagai berikut :


• Jarak antara dua terminal (dua titik pengukuran), rugi-rugi pada setiap titik
penyambungan, serta total estimasi loss antara dua terminal tersebut.

34
Laporan Kerja Praktek di PT. Telkom Area Network Surabaya Timur Divisi INFRATEL

• Untuk menganalisa rugi-rugi tersebut, tekan tombol ENTER dan pilih menu
SCAN → ANALYSIS.
• Simbol-simbol diatas sumbu horisontal menunjukkan jenis-jenis losses
yang terjadi disepanjang saluran.
h. Untuk memberi keterangan hasil pengukuran, tekan tombol ENTER dan pilih
menu file → trace info, kemudian beri identitas pada masing-masing point
dengasn menekan tombol enter, misal :
1. Cable ID : JALUR TIMUR
2. Fiber ID : 25
3. Orig. Loc : RUNGKUT
4. Term. Loc : CERME
5. Operator : TEGUH

i. Untuk menyimpan hasil pengukuran, tekan tombol ENTER, pilih menu file →
Save As.
j. Untuk mencetak hasil pengukuran tekan tombol ENTER, pilih menu file →
print.

D. Hasil Pengukuran di Lapangan


Data pengukuran jarak, melokalisir gangguan dan mengestimasi total loss dengan
menggunakan OTDR :
Tempat : PT. TELKOM ARNET SURABAYATIMUR (RUNGKUT)
Hari/tanggal : Kamis / 15 Februari 2007
Waktu : 14.00-15.00 WIB
Tujuan : Dapat mengukur jarak, melokalisir gangguan dan
mengestimasi total loss sepanjang link
Spesifikasi Alat : OTDR (HP type E6000A)
Pembimbing : Bpk. Azrial
Hasil : OK
Kesimpulan :

35
Laporan Kerja Praktek di PT. Telkom Area Network Surabaya Timur Divisi INFRATEL

• Jarak terminal A – B adalah 36,881 km.


• Total loss sepanjang saluran adalah 9,630 dB.
• Besarnya masing-masing loss dapat dilihat pada keterangan dibawah
grafik.
• Simbol-simbol diatas sumbu horisontal menunjukkan jenis-
jenis losses yang terjadi disepanjang saluran dan juga untuk melokalisir
gangguan.

V.1.2 Power Meter Test & Laser Source


Dipakai untuk mengukur total loss dalam sebuah link optik baik saat instalasi (uji akhir)
atau pemeliharaan dan juga untuk kelurusan core optik.
• Laser Source : Sebagai sumber laser ( Signal Optik )

• Power Meter : Meter untuk mengetahui besarnya signal optik


yang datang pada sisi penerima ( Rx ).
Redaman : Diukur dalam satuan Decibel (dB)

• Loss atau redaman dinyatakan :


L (dB) = Pin (dBm) - Pout (dBm)
L (dB) = 10 Log (Pin / Pout) dB

36
Laporan Kerja Praktek di PT. Telkom Area Network Surabaya Timur Divisi INFRATEL

Contoh Pengukuran Serat Optik :

V.1.2.1 Pengukuran kabel serat optic dengan menggunakan Laser Source dan Power
Meter.
A. Alat-alat yang digunakan :

1. Laser Source (sebagai sumber sinyal optik).


2. Power Meter (untuk mengetahui besarnya sinyal optik yang datang
pada sisi receiver/ Rx).
3. Optical Varible Attenuator.
4. patch cord (FC to FC).
B. Prosedur Percobaan :
1. Sebelum melakukan pengukuran dilakukan kalibrasi trelebih dahulu
untuk mengetahui besar daya laser yang dipancarkan oleh Laser Source.
Langkah-langkah pengkalibrasian adalah sebagi berikut :
a. Hubungkan Laser Source dengan Power Meter seperti pada gambar
berikut :
b. Nyalakan Laser Source untuk menembakkan laser ke Power Meter.
c.Lihatlah tampilan pada layar Power Meter untuk melihat besarnya daya
laser yang dipancarkan oleh Laser Source.

37
Laporan Kerja Praktek di PT. Telkom Area Network Surabaya Timur Divisi INFRATEL

2. Hubungkan Laser sorce dengan Optical Variable Attenuator pada sisi


input dan Power Meter pada sisi output.
3. Optical Varible Attenuator dipakai sebagai pengganti rugi-rugi yang
terjadi di sepanjang saluran karena pengukuran tidak dilakukan di lapangan,
sehingga dapat diatur intensitas rugi-ruginya.
4. Nyalakan Laser Source untuk menembakkan laser ke Power Meter.
5. Lihatlah tampilan pada layar Power Meter untuk mengetahui total
losses di sepanjang saluran.
C. Gambar Rangkaian
D. Hasil Pengukuran di Lapangan
Data pengukuran total loss dengan menggunakan Lser Source dan Power Meter :
Tempat : PT. TELKOM RO SURABAYA TIMUR (RUNGKUT)
Hari/tanggal : Kamis / 01 Maret 2006
Waktu : 14.00 – 15.00 WIB
Tujuan : Dapat mengukur besarnya total loss link
Spesifikasi Alat : Power Meter (WG OLP - 15)

Laser Source (HP 81554 SM)


Optical Varible Attenuator (Anritsu MN924C)
Pembimbing : Bpk. Azrial
Hasil : OK
Kesimpulan :
• Optical Varible Attenuator dipakai sebagai pengganti rugi-rugi yang terjadi di
sepanjang saluran karena pengukuran tidak dilakukan di lapangan, sehingga
dapat diatur intensitas rugi-ruginya. Laser Source dapat disimulasikan sebagai
terminal A (transmitter) dan Power Meter sebagai treminal B (receiver).
• Pada saat laser ditembakkan oleh Laser Source sampai menuju teminal B, maka
Power Meter akan menampilkan besarnya total loss di sepanjang saluran antara
treminal A sampai terminal B.
• Misal pada layar Power Meter menunjukkan nilai -20 dBm dengan cara
mengatur Optical Varible Attenuator, maka besarnya total loss di sepanjang

38
Laporan Kerja Praktek di PT. Telkom Area Network Surabaya Timur Divisi INFRATEL

saluran antara terminal A dan terminal B adalah sebesar -20 dBm, sehingga
dapat dihitung jarak dari terminal A sampai terminal terminal B, yaitu sebesar ±
66,67 km.

V.2 Penyambungan Kabel Serat Optik


V.2.1 Hal-hal yang harus diperhatikan :
a. Sambungan kabel merupakan titik rawan terjadinya gangguan.
b. Hal tersebut disebabkan karena saat penanganannya tidak mengikuti prosedur
yang ditentukan.
V.2.2 Prosedur Penyambungan Kabel Serat Optik
a. Penyambungan kabel serat optik harus sesuai prosedur.
b. Penggunaan peralatan dan material harus benar.
c. Pengetesan harus dilaksanakan setelah selesai penyambungan.
V.2.3 Penyambungan Kabel Serat Optik
Penyambungan kabel serat optik terdiri dari :
⇒ Penyambungan kabel.

⇒ Penyambungan serat.
Pertama yang harus dilakukan adalah penanganan sarana sambung kabel ( SSK ) lalu
penyambungan serat.
• PENYAMBUNGAN KABEL (PENANGANAN CLOSURE)
- Jenis penyambungan (Sarana Sambung Kabel) kabel :
UCSO 4-6 ( Universal Closure Serat Optik ).
- Fungsi sarana sambung kabel (closure) adalah untuk melindungi dan
menempatkan tray agar terhindar dari pengaruh mekanis.
• SARANA SAMBUNG KABEL
Syarat yang harus dipenuhi, yaitu harus mampu melindungi fiber dari gangguan
alam dan mekanis seperti :
* Air * Tension
* Panas * Bending / Tekukan
* Getaran * Reaksi kimia

39
Laporan Kerja Praktek di PT. Telkom Area Network Surabaya Timur Divisi INFRATEL

• PENANGANAN SARANA SAMBUNG KABEL (CLOSURE) :


Prosedur penanganan sarana sambung kabel harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
- Tangan, kabel dan SSK harus bersih.
- Sealing cord, sealing tape atau sealing ring harus bersih.
- Ikuti prosedur yang ada.
• MATERIAL :
Material penyambungan kabel serat optik klarifikasikan menjadi dua bagian yaitu
:
- Material khusus
- Material umum.
• PENYAMBUNGAN SERAT OPTIK
Dalam penyambungan serat ada 2 cara :
Secara fusion

Gambar 1. Penyambungan secara fusion

⇔ Secara mekanik (sementara )

40
Laporan Kerja Praktek di PT. Telkom Area Network Surabaya Timur Divisi INFRATEL

Gambar 2. Penyambungan secara mekanik.

• RUGI RUGI PENYAMBUNGAN


1. Rugi-rugi penyambungan dpat terjadi karena :
⇒ Perbedaan struktur fiber.

Gambar 3. Diameter core tidak sama Gambar 4. Diameter core tidak center

⇒ Kualitas penyambungan.

Gambar 5. Permukaan fiber tidak rata Gambar 6. Sumbu fiber tidak


sejajar

Gambar 7. Penyimpangan sudut Gambar 8. Ujung fiber jauh

41
Laporan Kerja Praktek di PT. Telkom Area Network Surabaya Timur Divisi INFRATEL

2. Kualitas penyambungan
Untuk mendapatkan hasil penyambungan yang baik harus diperhatikan :
⇔ Kualitas kabel sesuai spesifikasi.
⇔ Alat sambung yang baik.
⇔ Lingkungan harus bersih.
⇔ Jointer harus berpengalaman.

BAB VI
PEMELIHARAAN PERANGKAT DAN JARINGAN KABEL OPTIK

I. PEMELIHARAAN RUTIN
Pemeliharaan rutin dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Pemeliharaan Rutin Perangkat SKSO / OLTE, meliputi :
Pemeliharaan Harian : Check-list Perangkat OLTE.
Pemeliharaan Mingguan :
Agar peralatan dan material kerja siap pakai, perlu dilakukan pemeliharaan
setiap minggu satu kali yang meliputi pengecekan, pengetesan dan pembersihan
fisik antara lain sebagai berikut :
a.Alat sambung kabel serat optik (splicer).
b. Alat ukur kabel serat optik (OTDR).

42
Laporan Kerja Praktek di PT. Telkom Area Network Surabaya Timur Divisi INFRATEL

c.Generator Set.
d. Mobil SKSO.
e.Alat komunikasi (Talk Set).
f. Power Meter.
g. Sarana penunjang lainnya.
Pemeliharaan Bulanan :
1. Pengecekan Manhole/Handhole
Untuk menghindari gangguan pada titik sambung (joint closure) akibat
masuknya air/lumpur pada Manhole/Handhole dan menghilangnya tanda-tanda
yang terdapat pada kabel pada Manhole/Handhole perlu dilakukan hal-hal
sebagai berikut :
a. Bersihkan/kuras Manhole/Handhole yang terdapat pda titik sambung
kabel optik secara rutin sesuai jadwal pemeliharaan.
b. Cek kondisi stopper yang menutupi lubang-lubang polongan, bila
terjadi penyimpangan segera diadakan perbaikan untuk mencapai kondisi
seharusnya.

c. Cek kondisi kabel dan penyangga kabel beserta aksesorisnya, bila ada
yang kurang/terlepas segera diperbaiki/diganti.
d. Mengganti tanda pada kabel jika tanda pada kabel yang sebelumnya
hilang, untuk mempermudah mengetahui jenis kabel yang ada pada
Manhole/Handhole tersebut.
e. Cek kondisi tutup Manhole/Handhole bila ada yang rusak atau catnya
kusam segera diganti/dicat ulang.
f. Sehabis bekerja pada Manhole/Handhole jangan kupa menutup
kembali tutup Manhole/Handhole dengan rapat dan sempurna.
g. Memberi tanda berupa patok pada Manhole/Handhole yang berada
pada posisi rawan, persawahan dan perbukitan.
2. Patroli Kabel Serat Optik Tanah (Buried Cable)

43
Laporan Kerja Praktek di PT. Telkom Area Network Surabaya Timur Divisi INFRATEL

Pelaksanaan patroli dengan menelusuri rute kabel sejauh 6 km/hari, agar


situasi dan kondisi kabel optik dapat diketahui sedini mungkin perlu dilakukan
hal-hal sebagai berikut :
a. Cek pipa besi galvanis jembatan kabel pada penyeberangan sungai.
b. Cek tiang beserta aksesorisnya, pondasi dan kawat duri sebagai
pengaman, bila terjadi kerusakan segera dilaksanakan perbaikan.
c. Cek rute dan tanda rute (rambu-rambu) untuk mengetahui kondisi
lingkungan disekitar rute kabel, apabila terdapat hal-hal yang
membahayakan kabel serat optik, misalnya longsor, rumput tinggi dan
pepohonan, kegiatan penduduk karena adanya pemukiman baru serta proyek
PU/PERUMKA maka segera diambil langkah-langkah pengamanan
maupun perbaikan.
d. Cek lokasi Manhole/Handhole tempat sambungan, untuk mengetahui
kondisi lingkungan sekitar, bila terjadi hal-hal yang membahayakan segera
dilaksanakan langkah pengamanan.
e. Mengganti tanda rute kabel yang berupa patok apabila patok yang
lama hilang/rusak oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

3. Patroli Kabel Serat Optik Udara (Aireal Cable)


a. Cek pepohonan dan rerumputan sekitar rute yang dilewati kabel serat
optik, bila membahayakan perlu dilakukan perambahan dan pemotongan.
b. Cek kondisi joint closure yang berada di tiang atau di Handhole, bila
membahayakan perlu dilakukan pengamanan.
c. Patroli dilaksanakan dengan jalan kaki menelusuri rute kabel sejauh 7
km/hari, agar situasi kabel dapat diketahui sedini mungkin.
4. Pengecatan Tiang, Jembatan Kabel dan Rambu-rambu Rute
Untuk menghindari warna yang kusam/kotor maupun berlumut pada tiang,
jembatan dan rambu-rambu dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Bersihkan tiang, jembatan dan rambu-rambu rute kabel dari rumput
ilalang dan pepohonan.

44
Laporan Kerja Praktek di PT. Telkom Area Network Surabaya Timur Divisi INFRATEL

b. Pengecatan tiang menggunakan cat warna hitam dengan strip putih 0,5
m dan berjarak 1,5 m dari tanah.
c.Memperbaiki posisi tiang yang miring agar kembali tegak.
d. Pengecatan jembatan kabel dengan warna silver dan diberi pengaman
kawat berduri yang melingkar disepanjang pipa jembatan.
e.Pengecatan rambu-rambu rute kabel.
f. Kencangkan/ganti tembarang.
 Pemeliharaan 6-Bulanan :
Pengukuran core yang kosong dilakukan dua kali dalam setahun yang meliputi :
a. Mendeteksi penigkatan loss kabel (dB/km).
b. Mendeteksi peningkatan loss pada titk sambung.
c. Mendeteksi kerusakan fisik serat optik (lokalisir gangguan).
• Pemeliharaan Tahunan :
a.Pengukuran Optical Output Power.
b. Pengukuran BER (Bit Error Rate).
c.Alarm test.
d. Pengukuran Sensitivitas dan Margin Receiver.
e.

2. Pemeliharaan Rutin Jaringan Kabel Optik :


 Pemeliharaan 2 - Mingguan :
1. Patroli Jarkab Optik Kabel Udara.
2. Patroli Jarkab Optik Kabel Tanah.
3. Patroli Jarkab Optik Kabel Duct.
 Pemeliharaan 6 - Bulanan :
Pengukuran Core Optik yang Idle meliputi;
a. Kontinuitas Fiber Optik ( OTDR )
b. Redaman total antar terminal ( Laser Source dan Power meter ).

II. Pemeliharaan Dadakan


Pemeliharaan dadakan juga dibagi menjadi dua, yaitu :

45
Laporan Kerja Praktek di PT. Telkom Area Network Surabaya Timur Divisi INFRATEL

1. Pemeliharaan Dadakan Perangkat SKSO / OLTE.


Pada kondisi operasi normal (tidak terjadi ganguan sistem). Padsa waktu terjadi
gangguan pada sistem maupun perngkat, unutk mengatasi hal ini maka modul yang
mengalami alarm segera diganti.
2. Pemeliharaan Dadakan Jaringan Kabel Optik.
Pemeliharaan dadakan pada kabel serat optik terjadi apabila kabel serat optikyang
digunakan sebagai media transmisi terputus. Putusnya kabel serat optik ini dapat terjadi
karena beberapa factor, yaitu terkena senapan angina, gesekan benang layang-layang,
proyek pemerintah dan kegiatan masyarakat.

III. Pemeliharaan Power Feeding Equipment (untuk SKKL)


1. Pemeliharaan harian
Visual check semua perangkat
• Pembacaan tegangan dan arus output
• Tegangan dan arus output pada kertas recorder
• Pengaturan kesetimbangan tegangan converter
• Pengaturan kesetimbangan dan arus pada control arus

2. Pemeliharaan mingguan
Pembersihan perangkat luar
• Tegangan dan arus output CTE
3. Pemeliharaan 2 mingguan
• Penggantian kertas recorder
4. Pemeliharaan 3 bulanan
• Pengukuran tegengan input output power supply
• Pemeriksaan fungsi alarm
• Pengaturan level alarm
5. Pemeliharaan tahunan
• Karakteristik tegengan dan arus output

46
Laporan Kerja Praktek di PT. Telkom Area Network Surabaya Timur Divisi INFRATEL

• Pemeriksaan fungsi elektroding


Pada pemeliharaan power feeding tahunan, juga dilakukan pengukuran tegangan
PFE secara berikut :
1. Pengukuran Both Feeding
Yaitu pengukuran yang dilakukan oleh 2 stasiun landing point untuk
mengetahui apakah catuan repeater bawah laut baik.
2. Pengukuran Single Feeding
Yaitu pengukuran yang dilakukan oleh 1 stasiun landing point untuk
mengetahui apakah dengan menggunakan satu perangkat PFE bisa mencatu
semua repeater. Operasi Single Feeding dilakukan bila ada salah satu perangkat
PFE yang jatuh.

IV. Pemeliharaan Rutin Repeater Supervisory Equipment


• Pemeliharaan Harian
Visual check semua parangkat
• Pemeliharaan Mingguan
Pemeliharaan perangkat tampak luar
• Pemeliharaan Bulanan
Penyimpanan dari hardisk ke kaset atau pita

• Pemeliharaan 3 Bulanan
- Pengukuran tegangan output power supply
- Pemeriksaan fungsi alarm
- Pemeriksaan fungsi perangkat RSE
Pemeliharaan 6 Bulanan
- Pemeliharaan panel SIG / SV-1
- Pemeliharaan panel BER / SIV-1
• Pemeliharaan Tahunan
- Penggantian kertas printer
- Penggantian pita printer

47
Laporan Kerja Praktek di PT. Telkom Area Network Surabaya Timur Divisi INFRATEL

BAB VII
PENUTUP

7.1 Kesimpulan
Selama melakukan Kerja Praktek di PT.Telkom Area Network Surabaya Timur, kami
mendapatkan banyak pengetahuan dan pengalaman baru yang sebelumnya belum pernah kami
dapat di bangku perkuliahan. Tentunya pengetahuan yang kami dapatkan berkaitan dengan
Sistem Komunikasi Serat Optik yang dewasa ini merupakan salah satu teknologi komunikasi
yang berkembang sangat pesat, bahkan akan menjadi trend sebagai media penyalur data untuk
komunikasi yang akan datang.

48
Laporan Kerja Praktek di PT. Telkom Area Network Surabaya Timur Divisi INFRATEL

Tidak salah kiranya apabila kami mengambil Sistem Komunikasi Serat Optik (SKSO)
sebagai objek Kerja Praktek., karena SKSO mempunyai banyak kelebihan dibandingkan
dengan sistem komunikasi lainnya, seperti Komunikasi Satelit (KOMSAT), Sistem Radio
GMD, dan sistem-sistem komunikasi lainnya.
Hal inilah yang perlu dikaji dan dilakukan terobosan baru dalam Sistem Komunikasi
Serat Optik. Setelah kami menyelesaikan laporan Kerja praktek ini, selanjutnya kami dapat
mengambil kesimpulan, yaitu :
1. Serat Optik terdiri dari Core, Cladding,, dan Coating.
2. Sumber cahaya yang biasa digunakan dalam Serat Optik adalah LD (Laser Diode) dan
LED (Light Emithing Diode).
3. Kelebihan penggunaan Serat Optik dibandingkan dengan media transmisi yang lainnya
antara lain :
• Redaman transmisi sangat kecil.
• Mempunyai bidang frekuensi yang lebar yaitu 1013 sampai 1016.
• Ukuran fisiknya kecil dan ringan.
• Kebal terhadap gangguan gelombang Elektromagnetik.
• Dapat menyalurkan informasi Digital dengan kecepatan yang sangat tinggi yaitu
sama dengan kacepatan cahaya (3.108 m/s).
• Kerahasiaan informasi terjaga dengan baik.
• Tidak berkarat dan tidak memiliki Crosstalk.

4. Kerugian penggunaan Serat Optik dibandingkan dengan media transmisi yang lainnya
antara lain:
• Konstruksi Serat Optik cukup lemah, maka dalam pemakaiannya diperlukan lapisan
penguat sebagai proteksi.
• Karakteristik transmisi dapat berubah jika terjadi tekanan dari luar yang berlebihan.
• Tidak dapat dilewati arus listrik sehingga tidak dapat memberi catuan pada
pemasangan repeater.
• Relatif sulit pada saat instalasi Kabel Serat Optik.
5. Perawatan jaringan Serat Optik dapat dikategorikan sebagai berikut :

49
Laporan Kerja Praktek di PT. Telkom Area Network Surabaya Timur Divisi INFRATEL

• Perawatan rutin, yaitu perawatan yang dilakukan setiap jangka waktu tertentu secara
rutin. Perawatan ini meliputi pengecekan semua perangkat pada tiap Terminal dan
Repeater.
• Perawatan dadakan, yaitu perawatan yang dilakukan apabila ada Kabel Optik yang
putus, perawatan ini meliputi penyambungan kabel dan pengetesan pada terminal
terdekat.
6. Pada saat proses Splicing sangat dibutuhkan kesabaran dan ketelitian karena proses ini
membutuhkan waktu yang lama dan Core yang telah dikupas harus dibersihkan sampai
nilai lossnya mencapai nilai Loss maksimum yang diizinkan.
7.2 Saran
1. Praktek kerja sebaiknya tidak hanya dilakukan di lingkungan kantor saja, tetapi juga
dilakukan di lapangan.
2. Jika melaksanakan Trouble Shooting di lapangan, sebaiknya praktikan yang melaksanakan
Kerja Praktek diikutsertakan., sehingga para praktikan tersebut bisa mendapatkan
pengalaman tentang cara mengatasi Trouble Shooting secara langsung.
3. PT. TELKOM sebaiknya lebih mempererat hubungan kerjasama dengan pihak sekolah
atau instansi terkait, terutama dalam pembinaan pendidikan (Education).
Demikian kesimpulan dan saran yang dapat kami sampaikan, semoga berkenan dan
dapat menjadi masukan yang bermanfaat, khususnya dalam upaya meningkatkan mutu dan
kualitas pelayanan PT.TELKOM kepada masyarakat, serta agar Sistem Komunikasi Serat
Optik bisa berkembang lebih pesat dalam memudahkan komunikasi di dunia global pada
umumnya.

50

Anda mungkin juga menyukai