KELAS I MEDAN
Disusun oleh :
HERNISAH NAINGGOLAN
(1705062041)
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
Laporan ini dibuat dengan maksud dan tujuan untuk memenuhi salah satu
Telekomunikasi Politeknik Negeri Medan yang telah dijalani selama genap tiga tahun.
Medan.
Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Medan, yang telah membimbing dan
6. Ir. Muhamad Saleh, selaku Kepala Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas I
Medan.
penulis selama berada di Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas I Medan.
9. Teristimewa untuk Orang Tua dan seluruh saudara penulis, yang selalu memberikan
dukungan moril dan materil serta doa untuk penyelesaian laporan ini.
10. Teman-teman seperjuangan PKL Ammaya Hutauruk, Andre Tamba, Fitriani Bancin,
Akhir kata, penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik yang bersifat
membangun demi menyempurnakan laporan ini. Penulis berharap semoga tulisan ini
Penulis
Hernisah Nainggolan
1705062041
BAB I
PENDAHULUAN
1.6 Metodologi
Dalam rangka melaksanakan kerja praktek, dilakukan kegiatan yang meliputi:
1. Tahap persiapan, yaitu mempersiapkan hal-hal yang perlu seperti pengenalan
perusahaan dan membuat permohonan kerja praktek.
2. Studi literatur, yaitu mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang
dihadapi di lapangan.
3. Survei, yaitu mengadakan peninjauan langsung ke lapangan yang berhubungan
dengan tugas atau kegiatan kerja praktek dan menyusunnya dalam bentuk laporan.
4. Analisa dan evaluasi, yaitu berupa penulisan laporan kerja praktek
Pada tanggal 23 Maret 1988 hingga 17 Maret 1993, kabinet Pemerintahan Presiden
Soeharto dan Wakil Presiden Sudharmono membentuk Kabinet Pembangunan V, pada
periode ini Menteri Pawisata, Pos dan Telekomunikasi dipimpin oleh Soesilo Soedarman.
Dan pada masa Pemerintahan Presiden Soeharto dan Wakil Presiden Try Sutrisno dibentuk
Kabinet Pembangunan VI dimana Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi dijabat oleh
Joop Ave yang dibentuk pada tanggal 17 Maret 1993 dan diselesaikan pada tanggal 14 Mei
1998. Pada tanggal 16 Maret 1998 hingga 21 Mei 1998 kabinet pemerintahan Indonesia
membentuk Kabinet Pembangunan VII di masa Pemerintahan Presiden Soeharto dan Wakil
Presiden Baharuddin Jusuf Habibie yang masa jabatannya paling singkat. Masa bakti kabinet
ini seharusnya berakhir pada tahun 2003, namun karena terjadi demonstrasi mahasiswa
dan kerusuhan massal 1998 akibat krisis ekonomi yang melanda Indonesia yang berujung
pada pengunduran diri Soeharto dari jabatannya pada tanggal 21 Mei 1998 dan diangkatnya
B.J. Habibie sebagai pejabat presiden dalam situasi darurat, mengakibatkan kabinet ini
menjadi demisioner. Sebagai penggantinya, pemerintahan Indonesia dilanjutkan oleh Kabinet
Reformasi Pembangunan. Pada tahun 1998, Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi
dibubarkan dimana Pariwisata menjadi dibawah Menteri Pariwisata, Seni, dan Budaya dan
Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi kembali ke Departemen Perhubungan. Pada
tahun 1998, Era Reformasi Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi membentuk Balai
Monitor Spektrum Frekuensi Radio sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) untuk melakukan
tugas Pengawasan dan Pengendalian Penggunaan Spekrum Frekuensi Radio sebagai
reinkarnasi dari Bidang Pengendalian Frekuensi Radio pada masa Kantor Wilayah
Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi.
Pada tanggal 23 Mei 1998 hingga tanggal 20 Oktober 1999, kabinet pemerintahan
Presiden ke-3 Republik Indonesia BJ Habibie membentuk Kabinet Reformasi Pembangunan.
Kabinet ini terdiri dari sejumlah Menteri Koordinator, sejumlah Menteri Pimpinan
Departemen, sejumlah Menteri Negara, Sekretaris Negara, dan Jaksa Agung. Pada tanggal
26 Oktober 1999 hingga 09 Agustus 2001, kabinet pemerintahan Indonesia yang dipimpin
Presiden Abdurrahman Wahid dan Wakil Presiden Megawati Sukarnoputri membentuk
Kabinet Persatuan Indonesia. Ketika Abdurrahman Wahid menjadi Presiden RI pada tahun
1999, Departemen Penerangan dan Departemen Sosial dibubarkan. Dalam penjelasan yang
diberikan secara terbuka pada sidang paripurna DPR, pada pertengahan November 1999,
Abdurrahman Wahid menegaskan bahwa pembubaran itu dilakukan semata-mata untuk
efisiensi dan perampingan kabinet pemerintahan, sekaligus dalam rangka implementasi
sepenuhnya UU No. 22/1999 tentang otonomi daerah. Selain itu juga pada tahun tersebut,
Lembaga Sensor Film yang tadinya dikelola oleh Departemen Penerangan dialihkan ke
lingkungan Departemen Pendidikan, yang nantinya setahun kemudian dialihkan kembali ke
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.
Abdurrahman Wahid pun membentuk Badan Informasi Komunikasi Nasional (BIKN)
sebagai lembaga pengganti Departemen Penerangan (Keppres 153 tahun 1999), dengan
Keapal BIKN setara Eseleon 1a. Dengan ditetapkannya Keputusan Presiden tersebut, seluruh
aset dan personil eks Dep. Penerangan Tingkat Pusat dialihkan kepada Badan Informasi dan
Komunikasi Nasional, kecuali aset dan personil Direktorat Televisi, TVRI Stasiun Pusat
Jakarta, Balai Pendidikan dan Pelatihan Televisi Jakarta, Direktorat Radio, Stasiun Raido
Republik Indonesia Nasional Jakarta, Balai Pendidikan dan Pelatihan Radio Jakarta, Balai
Elekronika dan Laboratorium Radio Jakarta, dan Maintenance Center Jakarta. Dalam rangka
pelaksanaan Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, eks instansi
vertikal Dep. Penerangan termasuk seluruh aset dan personilnya dialihkan menjadi
Perangkat/Dinas Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota, kecuali TVRI Stasiun Daerah, TVRI
Stasiun Produksi, TVRI Sektro dan Satuan Transmisi, Stasiun Radio RI Regional I dan II,
Multimedia Training Center Yogyakarta, serta Maintenance Center Medan dan Ujung
Pandang.
Pada tanggal 10 Agustus 2001 hingga 20 Oktober 2004, kabinet pemerintahan Indonesia
pimpinan Presiden Megawati Sukarnoputri dan Wakil Presiden Hamzah Haz membentuk
Kabinet Gotong Royong. Kabinet ini diumumkan pada 9 Agustus 2001. Pada masa
kepemimpinan Presiden Magawati, dibentuk Kementerian Negara Komunikasi dan Informasi
pada tahun 2001. Saat itu yang ditunjuk sebagai Menteri Negara adalah Syamsul Mu’arif.
Selain itu juga dibentukalah Lembaga Informasi Nasional (LIN). LIN mempunyai tugas
melaksanakan tugas pemerintahan dibidang pelayanan informasi nasional. Selain itu, saat itu
wewenang Kominfo dalam hal konten penyiaran dialihkan ke lembaga independen baru
bernama Komisi Penyiaran Indonesia yang didirikan melalui UU No. 32 tahun 2002 tentang
Penyiaran. Berdasarkan UU tersebut juga, status TVRI serta RRI diubah menjadi Lembaga
Penyiaran Publik yang bersifat independen, netral, tidak komersial dan melayani masyarakat.
Kantor Berita Antara diubah juga menjadi Perusahaan Umum (Perum).
Pada tanggal 21 Oktober 2004 hingga 20 Oktober 2009, kabinet pemerintahan Indonesia
pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla
membentuk Kabinet Indonesia Bersatu I. Ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
menjabat pertama kali sebagia Presiden, ia menggabungkan Kementerian Negara Komunikasi
dan Informasi, Lembaga Informasi Nasional, dan Direktorat Jenderal Pos dan
Telekomunikasi yang berasal dari Departemen Perhubungan dan ditambahkannya Direktorat
Jenderal baru yaitu Direktorat Jenderal Aplikasi Telematika. Lembaga Informasi Nasional
dipecahnya menjadi dua yaitu Dijen Sarana Komunikasi dan Diseminasi Informasi dan
Badan Informasi Publik. Hasil seluruh penggabungan ini bernama Departemen Komunikasi
dan Informatika (Depkominfo). Pada tahun 2008 juga dibentuk mitra baru Kominfo yaitu
Komisi Informasi yang dibentuk berdasarkan UU No. 14 tahun 2008 mengenai Keterbukaan
Informasi Publik. Undang-undang baru untuk Internet yaitu UU No. 11 tahun 2008 mengenai
Informasi dan Transaksi Elektronik dan amanah untuk penyehatan PT. Pos Indonesia melalui
UU No. 38 tahun 2009 tentang Pos juga mewarnai Depkominfo tahun-tahun ini.
Pada tahun 2009 ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memimpin kabinet
Indonesia Bersatu II, Depkominfo diubah menjadi Kementerian Komunikasi dan Infomartika,
dengan dipecahnya Ditjen Pos dan Telekomunikasi menjadi Ditjen Penyelenggaraan Pos dan
Informatika serta Ditjen Sumber Daya Perangkat Pos dan Informatika. Ditjen Aplikasi
Telematika berubah nama menjadi Ditjen Aplikasi Informatika. Sedangkan Ditjen Sarana
Komunikasi dan Diseminasi dan Badan Informasi Publik dilebur kembali menjadi Direktorat
Jenderal Informasi Komunikasi Publik. Struktur ini masih berlaku sampai saat ini.
Pada awal tahun 2018, Unit Pelaksana Teknis (UPT) atau balai Monitor Spektrum
Frekuensi Radio Kelas II Medan berubah menjadi Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio
Kelas I Medan sebagai perpanjangan tangan Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi
telah berubah menjadi Direkorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika
sampai sekarang.
2.2.2 Misi
1. Meningkatkan pemerataan pelayanan penggunaan frekuensi radio keseluruh
pelosok pedesaan.
2. Meningkatkan iklim usaha dan peran serta masyarakat.
3. Meningkatkan pelayanan jasa telekomunikasi kepada masyarakat.
4. Mendorong optimalisasi kemajuan Iptek yang tepat guna.
2.2 Logo Balmon Medan
Kelompok Jabatan
Regional
Franciscus Sitorus,S.T
Gambar 2.3 Struktur organisasi Balai Monitoring Spektrum Frekuensi Kelas I
Medan
c
λ=
f
Dimana:
λ : panjang gelombang
c : cepat rambat gelombang (300.000km/s atau 3x108 m/s)
f : frekuensi gelombang
2. Gelombang Elektromagnetik
Gelombang Elektromagnetik adalah gelombang yang dalam proses
perambatannya tidak memerlukan medium (zat perantara). Artinya gelombang ini
bisa merambat dalam keadaan bagaimanapun tanpa memerlukan medium.
Contohnya adalah gelombang cahaya yang terus ada dan tidak memerlukan zat
perantara.
a. Gelombang Longitudinal
Gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah rambatnya sejajar
dengan arah getarannya. Bentuk getarannya berupa rapatan dan renggangan
(Dapat dilihat pada gambar di bawah).
Kedua adalah sinyal digital, dimana setelah informasi diubah menjadi sinyal
analog kemudian diubah lagi menjadi sinyal yang terputus-putus (discrete).
Sinyal yang terputus-putus dikodekan dalam sinyal digital yaitu sinyal "0" dan
"1".
Rambatan pada jalur-jalur VHF dan UHF diantara 30 MHz dan 3GHz
terjadi dalam ragam troposferik. Penggunaan utama dari komunikasi dua arah
pada jalur-jalur VHF dan UHF adalah komunikasi antara sebuah stasiun induk
(base stasion) dan beberapa unit mobil yang ditempatkan pada
kendaraankendaraan, kapal-kapal atau pesawat terbang pada jalur frekuensi 30-
470 kHz.
4 HF 3 – 30 MHz 100-10 m
Frekuensi ultra tinggi dalam bahasa inggris disebut Ultra High Frequency
(UHF) merupakan gelombang elektromagnetik dengan frekuensi antara 300 MHz
sampai dengan 3 GHz (3.000 MHz). Panjang gelombang berkisar dari satu
sampai 10 desimeter atau sekitar 10 cm sampai 1 meter, sehingga UHF juga
dikenal sebagai gelombang desimeter. Pada umumnya yang menggunakan UHF
adalah siaran televisi, pemancar telepon genggam darat (darurat, bisnis, dan
militer), komunikasi data jarak jauh dengan modem radio, Radio Amatir,
komunikasi laut, komunikasi kendali lalu lintas udara dan sistem navigasi udara.
TV Digital
Dari pengertian keduanya antara TV Digital dan TV Analog, disisi lain terdapat
perbedaan mendasar dikeduanya, yaitu :
- Perbedaan yang paling mendasar antara sistem penyiaran televisi analog dan
digital terletak pada penerimaan gambar lewat pemancar. Pada sistem analog,
semakin jauh dari stasiun pemancar televisi, sinyal yang akan ditimbulkan
akan melemah dan penerimaan gambar dari stasiun menjadi buruk dan
berbayang. Sedangkan pada sistem digital, kebalikan dari analog. Siaran
gambar yang jernih akan dapat dinikmati sampai pada titik dimana sinyal tidak
dapat diterima lagi.
- Pada sistem transmisi pancarannya, kebanyakan TV di Indonesia masih
menggunakan sistim analog dengan cara memodulasikannya langsung pada
Frekwensi Carrier, Sedangkan pada sistim digital, data gambar atau suara
dikodekan dalam mode digital (diskret) baru di pancarkan.
Mulai awal tahun 2012, Indonesia melalui Peraturan Menteri Kominfo No. 05
tahun 2012, mengadopsi standar penyiaran televisi digital terestrial Digital Video
Broadcasting – Terrestrial second generation (DVB-T2) yang merupakan
pengembangan dari standar digital DVB-T yang sebelumnya ditetapkan pada tahun
2007. Dalam hal ini, pemerintah berusaha untuk beradaptasi dengan perkembangan
teknologi yang begitu pesat dan menganggapnya sebagai suatu peluang bagi
pengembangan industri penyiaran nasional ke depan. Sebelum menetapkan standar
digital tersebut, pemerintah terlebih dahulu melakukan kajian dan konsultasi publik
dengan melibatkan para stakeholders terkait.
Penyiaran televisi digital terrestrial adalah penyiaran yang menggunakan
frekuensi radio VHF / UHF seperti halnya penyiaran analog, akan tetapi dengan
format konten yang digital. Dalam penyiaran televisi analog, semakin jauh dari
stasiun pemancar televisi signal akan makin melemah dan penerimaan gambar
menjadi buruk dan berbayang. Lain halnya dengan penyiaran televisi digital yang
terus menyampaikan gambar dan suara dengan jernih sampai pada titik dimana signal
tidak dapat diterima lagi. Singkat kata, penyiaran TV digital hanya mengenal dua
status: Terima (1) atau Tidak (0). Artinya, apabila perangkat penerima siaran digital
dapat menangkap sinyal, maka program siaran akan diterima. Sebaliknya, jika sinyal
tidak diterima maka gambar-suara tidak muncul.
3.3.3.1 Terestrial
3.3.3.2 Satelit
Televisi satelit telah tersedia di Indonesia sejak Indovision yang didirikan pada
8 Agustus 1988 dan secara resmi diluncurkan pada 16 Januari 1994. Pada tanggal 12
Desember 2017 nama perusahaan Indovision berubah nama menjadi MNC Vision.[15]
Sejak teknologi untuk televisi satelit telah berubah dari analog ke digital. Televisi
satelit di Indonesia menggunakan format DVB-S. Hingga saat ini, ada lebih dari
lima operator televisi satelit berbayar seperti Indovision, Transvision, TOP TV,
YesTV, Aora TV. BiG TV dan OkeVision. Televisi satelit gratis tersedia secara
nasional melalui berbagai satelit, seperti satelit Palapa-D dan Telkom-4.
3.3.3.3 Kabel
3.3.3.4 Mobile
Mobile TV telah dua kategori, free-to-air dan Pay TV. Free-to-air TV tersedia
selama bertahun-tahun di Indonesia. Free-to-air adalah dengan menggunakan
teknologi seperti analog UHF/VHF. Sekarang free-to-air TV telah mengadopsi
teknologi digital. Di Indonesia, free-to-air TV ini menggunakan format DVB-H.
Hanya ada satu operator Mobile Pay TV di Indonesia. Mobile TV saat ini hanya
tersedia di Jakarta.
Software Scorpio Client berfungsi untuk memonitor seluruh frekuensi yang ada
di wilayah Medan. Software tersebut terhubung langsung dengan 3 antena stasiun
tetap yang berfungsi menerima sinyal yang menggunakan jaringan Interkoneksi.
Antena penerima stasiun tetap tersebut terletak pada 3 titik yaitu Tanjung Morawa,
Percut, dan Binjai. Selain frekuensi, software tersebut juga dapat mengatur level daya,
modulasi dan bandwidth. Parameter yang dihasilkan adalah gambar spectrum
frekuensi, audio dan koordinat/lokasi pemancar.
Cara menggunakan software tersebut yaitu :
1. Memilih/mengaktifkan titik pemancar yang diinginkan.
2. Menginput frekuensi yang akan dimonitor atau observasi.
3. Mencocokkan dengan data yang dimiliki Balmon.
Dari hasil monitoring spektrum frekuensi televisi di kota Medan didapatkan data berupa
gambar dan tabel. Adapun hasilnya seperti dibawah ini :
Gambar 4.2 bentuk spektrum frekuensi televisi
Mulai Aplikasi
Input lokasi
antena penerima
Input frekuensi
Radio
Selesai
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan