Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

BALAI MONITOR SPEKTRUM FREKUENSI RADIO

KELAS I MEDAN

Jl. Williem Iskandar No.10 Medan - 20371

“ Analisis Okupansi Frekuensi Televisi UHF (478 – 806 MHz) ”

Disusun oleh :
HERNISAH NAINGGOLAN
(1705062041)

PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI MEDAN

MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan

rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktik kerja lapangan di

Balai Monitor Spektrum Frekuensi Kelas I Medan tepat pada waktunya.

Laporan ini dibuat dengan maksud dan tujuan untuk memenuhi salah satu

persyaratan menyelesaikan studi di Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik

Telekomunikasi Politeknik Negeri Medan yang telah dijalani selama genap tiga tahun.

Dalam menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan ini penulis menyadari,


bahwa laporan ini tidak dapat diselesaikan tanpa bimbingan, dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Abdul Rahman Dalimunthe,S.E.,M.Si., selaku Direktur Politeknik Negeri Medan.

2. Nobert Sitorus,S.T.,M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri

Medan.

3. Muhammad Rusdi,S.T.,M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik Telekomunikasi

Politeknik Negeri Medan.

4. Junaidi,S.T.,M.T., selaku Dosen Pembimbing.

5. Seluruh Dosen Pengajar dan Pegawai Program Studi Teknik Telekomunikasi,

Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Medan, yang telah membimbing dan

membantu penulis selama proses perkuliahan berlangsung.

6. Ir. Muhamad Saleh, selaku Kepala Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas I

Medan.

7. Franciscus Sitorus,S.T, selaku Pembimbing Praktik Kerja Lapangan Balai Monitor

Spektrum Frekuensi Radio Kelas I Medan.


8. Purwanto Simamora, S.T., M.M. dan Imelda Siburian, Amd.T., yang membimbing

penulis selama berada di Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas I Medan.

9. Teristimewa untuk Orang Tua dan seluruh saudara penulis, yang selalu memberikan

dukungan moril dan materil serta doa untuk penyelesaian laporan ini.

10. Teman-teman seperjuangan PKL Ammaya Hutauruk, Andre Tamba, Fitriani Bancin,

Mentari Aritonang, dan Ronauli Sitanggang yang memberikan dukungan dan

semangat untuk menyelesaikan laporan ini.

Akhir kata, penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik yang bersifat

membangun demi menyempurnakan laporan ini. Penulis berharap semoga tulisan ini

dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membaca dan memerlukannya.

Medan, Maret 2020

Penulis

Hernisah Nainggolan
1705062041
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kerja praktek adalah suatu kewajiban yang harus ditempuh dalam mengikuti suatu
program pendidikan dan bagian dari kurikulum pada jurusan Teknik Elektro Politeknik
Negeri Medan.
Pengetahuan yang bersifat praktis menjadi sesuatu hal penting dan bermaanfaat bagi
seorang mahasiswa, terutama pada saat terjun kedalam dunia kerja yang sesungguhnya.
Berbeda dengan pengetahuan teoritis yang dapat diperoleh mahasiswa melalui bangku kuliah,
pengetahuan yang bersifat praktis serta sesuai dengan perkembangan zaman tentunya hanya
dapat diperoleh dari luar lingkungan kampus, yaitu melalui suatu kegiatan kerja praktek
lapangan pada suatu instansi atau perusahaan. Dengan harapan mahasiswa dapat mengetahui
kondisi lapangan sesungguhnya dan mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan sehingga
tidak hanya berbekal pengetahuan yang bersumber dari buku pegangan dalam kegiatan
perkuliahan semata.
Melalui kerja praktek ini juga, mahasiswa diharapkan dapat menerapkan konsep dan
teori-teori yang diperoleh selama mengikuti masa perkuliahan di suatu perusahaan yang
dipilih untuk melaksanakan kerja praktek. Selain itu juga mahasiswa diharapkan memperoleh
pengalaman dan pengetahuan yang lebih luas yang akan menjadi bekal sebelum memasuki
dunia pekerjaan yang sesungguhnya.
Dalam melaksanakan kerja praktek ini, penulis memilih Balai Monitor Spektrum
Frekuensi Radio Kelas I Medan atau biasa disebut dengan Balmon Medan sebagai tempat
kerja praktek. Balmon merupakan sebuah UPT (Unit Pelaksana Teknis) yang ditugaskan
untuk melaksanakan pengawasan dan pengendalian di bidang penggunaan spektrum
frekuensi radio yang meliputi kegiatan pengamatan, deteksi sumber pancaran, monitoring,
penertiban, evaluasi dan pengujian ilmiah, pengukuran, koordinasi monitoring frekuensi
radio, penyusunan rencana dan program, penyediaan suku cadang, pemeliharaan dan
perbaikan perangkat, serta urusan ketatausahaan dan kerumahtanggaan.

1.2 Tujuan Kerja Praktek


Tujuan dari kerja praktek yang dilakukan pada kesempatan ini adalah :
1. Pemahaman terhadap ilmu di bidang telekomunikasi yang telah dimiliki selama masa
perkuliahan.
2. Mengenal ruang lingkup Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio
3. Mengenal, mengamati, dan mempelajari cara kerja sistem
monitoring spektrum frekuensi radio di Balai Monitoring Spektrum
Frekuensi Radio Kelas I Medan.
4. Menambah wawasan mengenai manajemen frekuensi, pengukuran
emisi, Bandwith, Radio Regulation, dan sistem monitoring
otomatis.
5. Memahami penggunaan perangkat elektronik yang mendukung
proses monitoring, serta pengenalan sistem penanganan kasus atau
penertiban di bidang pemancar dan sinyal frekuensi.
6. Mengetahui pengalokasian spektrum frekuensi radio.

1.3 Manfaat Kerja Praktek


Manfaat yang didapatkan dari kegiatan kerja praktek adalah sebagai berikut :
1.3.1 Bagi Mahasiswa
a. Dapat menambah wawasan mengenai dunia kerja dan memahami berbagai
aspek yang ada diperusahaan dalam kaitannya dengan teknologi dan
informasi.
b. Dapat membandingkan serta menerapkan konsep dan teori-teori yang di
peroleh di bangku kuliah dengan kenyataan di lapangan.
c. Memperoleh kesempatan untuk melatih dan meningkatkan keterampilan
dan melakukan pekerjaan sebagai bekal dalam memasuki dunia kerja.

1.3.2 Bagi Politeknik Negeri Medan


a. Meningkatkan hubungan kerja sama antara perusahaan dengan perguruan
tinggi khususnya Politeknik Negeri Medan.
b. Mendapat masukan dari laporan kerja praktek yang dilakukan mahasiswa
tentang penerapan konsep-konsep teknologi telekomunikasi yang ada di
perusahaan.
c. Mampu menerapkan dan membandingkan teori yang didapat di bangku
kuliah dan praktik pada dunia kerja nyata.
1.3.3 Bagi Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio
a. Sebagai bahan masukan bagi pimpinan untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia melalui pembangunan di bidang pendidikan.
b. Merupakan sumber masukan untuk perbaikan sistem kerja dan metode
yang ada di perusahaan.
c. Sebagai usaha sosial perusahaan untuk membantu mengenalkan dunia
kerja kepada lembaga pendidikan khususnya mahasiswa.

1.4 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam praktek kerja lapangan ini adalah :
1. Apa saja perangkat yang digunakan untuk memonitoring frekuensi televisi ?
2. Bagamanakah cara mengidentifikasi status pengguna frekuensi resmi atau ilegal?

1.5 Batasan Masalah


Dalam penulisan laporan kerja praktek ini, dibatasi hanya pada masalah
pengenalan perangkat yang digunakan untuk memonitoring frekuensi televisi dan
pengidentifikasian status pengguna frekuensi resmi atau ilegal.

1.6 Metodologi
Dalam rangka melaksanakan kerja praktek, dilakukan kegiatan yang meliputi:
1. Tahap persiapan, yaitu mempersiapkan hal-hal yang perlu seperti pengenalan
perusahaan dan membuat permohonan kerja praktek.
2. Studi literatur, yaitu mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang
dihadapi di lapangan.
3. Survei, yaitu mengadakan peninjauan langsung ke lapangan yang berhubungan
dengan tugas atau kegiatan kerja praktek dan menyusunnya dalam bentuk laporan.
4. Analisa dan evaluasi, yaitu berupa penulisan laporan kerja praktek

1.7 Sistematika Penulisan Laporan


Adapun sistematika yang penulis gunakan dalam penulisan laporan kerja praktek kali ini
adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang dilakukannya kerja praktek, tujuan dan manfaat
kerja praktek baik bagi mahasiswa, universitas dan perusahaan, waktu dan tempat
dilaksanakannya kerja praktek, batasan masalah, rumusan masalah, dan metode
penulisan dan sistematika penulisan laporan kerja praktek.
BAB II : BALAI MONITOR SPEKTRUM FREKUENSI RADIO KELAS I
MEDAN
Berisi tentang sejarah singkat Balai Monitor, wilayah kerja Balai Monitor,
kegiatan operasi di Balai Monitor, struktur organisasi Balai Monitor, Visi dan
Misi Balai Monitor, dan kebijakan mutu Balai Monitor.
BAB III : MONITORING SPEKTRUM FREKUENSI RADIO
Berisi tentang landasan teori dan penjelasan secara umum tentang proses
monitoring spektrum frekuensi radio terutama stasiun televisi.
BAB IV : KEGIATAN SELAMA KERJA PRAKTEK DI BALAI MONITOR
SPEKTRUM FREKUENSI KELAS I MEDAN
Berisi tentang daftar kegiatan yang dilakukan selama kerja praktek di Balai
Monitor Medan dan berisi penjelasan bagaimana memonitoring frekuensi radio.
BAB V : PENUTUP
Berisi tentang simpulan dan saran bagi penulis dan Balai Monitor Kelas I Medan.

1.8 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Kerja Praktek ini dilaksanakan terhitung sejak tanggal 3 Februari sampai dengan 13
Maret 2020 di Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas I Medan.
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 SEJARAH PERUSAHAAN


Pada tanggal 29 Maret 1978 hingga 15 Maret 1983, kabinet pemerintahan Presiden
Soeharto dan Wakil Presiden Sri Sultan Hamengkubuwono membentuk Kabinet
Pembangunan III. Kabinet ini diumumkan secara langsung pada 29 Maret 1978 dan
kemudian dilantik secara langsung pada 31 Maret 1978. Pada periode ini Menteri
Perhubungan membawahi 5 Direktorat Jenderal yaitu Direktorat Jenderal Hubungan Darat,
Direktorat Jenderal Hubungan Laut, Direktorat Jenderal Hubungan Udara, Direktorat
Jenderal Pariwisata, dan Diretorat Jenderal Pos Telekomunikasi. Pada tanggal 19 Maret 1983
hingga 22 Maret 1988, kabinet Pemerintahan Presiden Soeharto dan Umar Wirahadikusumah
membentuk Kabinet Pembangunan IV. Pada periode ini Menteri Perhubungan dibagi menjadi
2 (dua) Departemen dimana pada saat itu Departemen Perhubungan mempunyai Direktorat
Perhubungan Darat, Direktorat Perhubunga Laut, Direktorat Perhubungan Udara dan
mempunyai Kaperwahub dan Kanwil-Kanwil dan Direktorat Jenderal Pariwisata dan
Direktorat Jenderal Pos Telekomunikasi digabung menjadi satu menjadi Departemen
Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi (Depparpostel) dimana Menterinya dipimpin oleh
Letjen Achmad Tahir, dan Perwakilan di daerah di pimpin oleh Kepala Kantor Wilayah
Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi Sumatera Utara dan Aceh yang membawahi Kepala
Bagian Tata Usaha, Kepala Bidang Pariwisata, Kepala Bidang Pos dan Telekomunikasi dan
Kepala Bidang Pengendalian Frekuensi. Kepala Bidang Frekuensi Radio merupakan
perpanjangan tangan Direktorat Jenderal Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi di daerah
untuk melakukan tugas Pengawasan dan Pengendalian Frekuensi Radio di daerah.

Pada tanggal 23 Maret 1988 hingga 17 Maret 1993, kabinet Pemerintahan Presiden
Soeharto dan Wakil Presiden Sudharmono membentuk Kabinet Pembangunan V, pada
periode ini Menteri Pawisata, Pos dan Telekomunikasi dipimpin oleh Soesilo Soedarman.
Dan pada masa Pemerintahan Presiden Soeharto dan Wakil Presiden Try Sutrisno dibentuk
Kabinet Pembangunan VI dimana Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi dijabat oleh
Joop Ave yang dibentuk pada tanggal 17 Maret 1993 dan diselesaikan pada tanggal 14 Mei
1998. Pada tanggal 16 Maret 1998 hingga 21 Mei 1998 kabinet pemerintahan Indonesia
membentuk Kabinet Pembangunan VII di masa Pemerintahan Presiden Soeharto dan Wakil
Presiden Baharuddin Jusuf Habibie yang masa jabatannya paling singkat. Masa bakti kabinet
ini seharusnya berakhir pada tahun 2003, namun karena terjadi demonstrasi mahasiswa
dan kerusuhan massal 1998 akibat krisis ekonomi yang melanda Indonesia yang berujung
pada pengunduran diri Soeharto dari jabatannya pada tanggal 21 Mei 1998 dan diangkatnya
B.J. Habibie sebagai pejabat presiden dalam situasi darurat, mengakibatkan kabinet ini
menjadi demisioner. Sebagai penggantinya, pemerintahan Indonesia dilanjutkan oleh Kabinet
Reformasi Pembangunan. Pada tahun 1998, Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi
dibubarkan dimana Pariwisata menjadi dibawah Menteri Pariwisata, Seni, dan Budaya dan
Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi kembali ke Departemen Perhubungan. Pada
tahun 1998, Era Reformasi Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi membentuk Balai
Monitor Spektrum Frekuensi Radio sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) untuk melakukan
tugas Pengawasan dan Pengendalian Penggunaan Spekrum Frekuensi Radio sebagai
reinkarnasi dari Bidang Pengendalian Frekuensi Radio pada masa Kantor Wilayah
Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi.

Pada tanggal 23 Mei 1998 hingga tanggal 20 Oktober 1999, kabinet pemerintahan
Presiden ke-3 Republik Indonesia BJ Habibie membentuk Kabinet Reformasi Pembangunan.
Kabinet ini terdiri dari sejumlah Menteri Koordinator, sejumlah Menteri Pimpinan
Departemen, sejumlah Menteri Negara, Sekretaris Negara, dan Jaksa Agung. Pada tanggal
26 Oktober 1999 hingga 09 Agustus 2001, kabinet pemerintahan Indonesia yang dipimpin
Presiden Abdurrahman Wahid dan Wakil Presiden Megawati Sukarnoputri membentuk
Kabinet Persatuan Indonesia. Ketika Abdurrahman Wahid menjadi Presiden RI pada tahun
1999, Departemen Penerangan dan Departemen Sosial dibubarkan. Dalam penjelasan yang
diberikan secara terbuka pada sidang paripurna DPR, pada pertengahan November 1999,
Abdurrahman Wahid menegaskan bahwa pembubaran itu dilakukan semata-mata untuk
efisiensi dan perampingan kabinet pemerintahan, sekaligus dalam rangka implementasi
sepenuhnya UU No. 22/1999 tentang otonomi daerah. Selain itu juga pada tahun tersebut,
Lembaga Sensor Film yang tadinya dikelola oleh Departemen Penerangan dialihkan ke
lingkungan Departemen Pendidikan, yang nantinya setahun kemudian dialihkan kembali ke
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.
Abdurrahman Wahid pun membentuk Badan Informasi Komunikasi Nasional (BIKN)
sebagai lembaga pengganti Departemen Penerangan (Keppres 153 tahun 1999), dengan
Keapal BIKN setara Eseleon 1a. Dengan ditetapkannya Keputusan Presiden tersebut, seluruh
aset dan personil eks Dep. Penerangan Tingkat Pusat dialihkan kepada Badan Informasi dan
Komunikasi Nasional, kecuali aset dan personil Direktorat Televisi, TVRI Stasiun Pusat
Jakarta, Balai Pendidikan dan Pelatihan Televisi Jakarta, Direktorat Radio, Stasiun Raido
Republik Indonesia Nasional Jakarta, Balai Pendidikan dan Pelatihan Radio Jakarta, Balai
Elekronika dan Laboratorium Radio Jakarta, dan Maintenance Center Jakarta. Dalam rangka
pelaksanaan Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, eks instansi
vertikal Dep. Penerangan termasuk seluruh aset dan personilnya dialihkan menjadi
Perangkat/Dinas Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota, kecuali TVRI Stasiun Daerah, TVRI
Stasiun Produksi, TVRI Sektro dan Satuan Transmisi, Stasiun Radio RI Regional I dan II,
Multimedia Training Center Yogyakarta, serta Maintenance Center Medan dan Ujung
Pandang.

Pada tanggal 10 Agustus 2001 hingga 20 Oktober 2004, kabinet pemerintahan Indonesia
pimpinan Presiden Megawati Sukarnoputri dan Wakil Presiden Hamzah Haz membentuk
Kabinet Gotong Royong. Kabinet ini diumumkan pada 9 Agustus 2001. Pada masa
kepemimpinan Presiden Magawati, dibentuk Kementerian Negara Komunikasi dan Informasi
pada tahun 2001. Saat itu yang ditunjuk sebagai Menteri Negara adalah Syamsul Mu’arif.
Selain itu juga dibentukalah Lembaga Informasi Nasional (LIN). LIN mempunyai tugas
melaksanakan tugas pemerintahan dibidang pelayanan informasi nasional. Selain itu, saat itu
wewenang Kominfo dalam hal konten penyiaran dialihkan ke lembaga independen baru
bernama Komisi Penyiaran Indonesia yang didirikan melalui UU No. 32 tahun 2002 tentang
Penyiaran. Berdasarkan UU tersebut juga, status TVRI serta RRI diubah menjadi Lembaga
Penyiaran Publik yang bersifat independen, netral, tidak komersial dan melayani masyarakat.
Kantor Berita Antara diubah juga menjadi Perusahaan Umum (Perum).

Pada tanggal 21 Oktober 2004 hingga 20 Oktober 2009, kabinet pemerintahan Indonesia
pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla
membentuk Kabinet Indonesia Bersatu I. Ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
menjabat pertama kali sebagia Presiden, ia menggabungkan Kementerian Negara Komunikasi
dan Informasi, Lembaga Informasi Nasional, dan Direktorat Jenderal Pos dan
Telekomunikasi yang berasal dari Departemen Perhubungan dan ditambahkannya Direktorat
Jenderal baru yaitu Direktorat Jenderal Aplikasi Telematika. Lembaga Informasi Nasional
dipecahnya menjadi dua yaitu Dijen Sarana Komunikasi dan Diseminasi Informasi dan
Badan Informasi Publik. Hasil seluruh penggabungan ini bernama Departemen Komunikasi
dan Informatika (Depkominfo). Pada tahun 2008 juga dibentuk mitra baru Kominfo yaitu
Komisi Informasi yang dibentuk berdasarkan UU No. 14 tahun 2008 mengenai Keterbukaan
Informasi Publik. Undang-undang baru untuk Internet yaitu UU No. 11 tahun 2008 mengenai
Informasi dan Transaksi Elektronik dan amanah untuk penyehatan PT. Pos Indonesia melalui
UU No. 38 tahun 2009 tentang Pos juga mewarnai Depkominfo tahun-tahun ini.

Pada tahun 2009 ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memimpin kabinet
Indonesia Bersatu II, Depkominfo diubah menjadi Kementerian Komunikasi dan Infomartika,
dengan dipecahnya Ditjen Pos dan Telekomunikasi menjadi Ditjen Penyelenggaraan Pos dan
Informatika serta Ditjen Sumber Daya Perangkat Pos dan Informatika. Ditjen Aplikasi
Telematika berubah nama menjadi Ditjen Aplikasi Informatika. Sedangkan Ditjen Sarana
Komunikasi dan Diseminasi dan Badan Informasi Publik dilebur kembali menjadi Direktorat
Jenderal Informasi Komunikasi Publik. Struktur ini masih berlaku sampai saat ini.

Pada awal tahun 2018, Unit Pelaksana Teknis (UPT) atau balai Monitor Spektrum
Frekuensi Radio Kelas II Medan berubah menjadi Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio
Kelas I Medan sebagai perpanjangan tangan Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi
telah berubah menjadi Direkorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika
sampai sekarang.

2.2 Visi dan Misi Balmon Medan


2.2.1 Visi
Tercapainya penyelenggaraan yang dinamis serta terbinanya peran serta seluruh
potensi untuk mendukung kegiataan pemerintahan dan pembangunan serta pelayanan
kepada masyarakat secara handal, mudah, cepat , dan terjangkau di bidang
telekomunikasi.

2.2.2 Misi
1. Meningkatkan pemerataan pelayanan penggunaan frekuensi radio keseluruh
pelosok pedesaan.
2. Meningkatkan iklim usaha dan peran serta masyarakat.
3. Meningkatkan pelayanan jasa telekomunikasi kepada masyarakat.
4. Mendorong optimalisasi kemajuan Iptek yang tepat guna.
2.2 Logo Balmon Medan

Gambar 2.1 Logo Balai Monitor Spektrum Frekuensi RadiO

2.3 Struktur organisasi


2.3.1. Struktur organisasi Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan
Informatika
Gambar 2.2 Struktur organisasi Direktorat Jenderal Sumber Daya dan
Perangkat Pos dan Informatika

2.3.2. Struktur organisasi Balai Monitoring Spektrum Frekuensi Kelas I Medan

Kepala Balai Monitor


Kelas I Medan
Ir. M. Saleh

Sub bagian Tata Usaha & Rumah


Tangga
Drs.Henry Tampubolon,S.Kom,MM

Seksi Pemantauan & Seksi Sarana & Pelayanan


Penertiban
Walman Franky Situmorang,
Sunarto, S.H S.T

Kelompok Jabatan
Regional
Franciscus Sitorus,S.T
Gambar 2.3 Struktur organisasi Balai Monitoring Spektrum Frekuensi Kelas I
Medan

Tugas dari masing-masing seksi adalah sebagai berikut :


1. Subbagian tata usaha dan rumah tangga mempunyai tugas melakukan
perencanaan dan program, urusan keuangan, kepegawaian, ketatausahaan,
kerumahtanggaan, dan hubungan masyarakat.
2. Seksi pemantauan dan penertiban mempunyai tugas melakukan pengamatan,
deteksi lokasi sumber pancaran, pemantauan, penertiban, penyidikan
pelanggaran terhadap penggunaan spektrum frekuensi radio dan standar
perangkat pos dan informatika, pengukuran serta validasi data penggunaan
spektrum frekuensi radio.
3. Seksi sarana da pelayanan mempunyai tugas melakukan penyampaian izin
stasiun radio dan surat pemberitahuan pembayaran biaya hak pengguna
frekuensi, pendamping penyelesaian piutang biaya hak pengguna frekuensi
radio, pelayanan pengaduan masyarakat terhadap gangguan spektrum,
pelaksanaan, perbaikan, dan pemeliharaan perangkat monitor frekuensi radio,
serta pelaksaan ujian amatir radio.

2.4 Tugas dan Tanggung Jawab Balai Monitoring


Mengacu kepada keputusan dirjen postel no. 131/dirjen/1999, tugas balai
monitoring adalah memonitor dan mengamati spektrum frekuensi radio serta
mengidentifikasi stasiun-stasiun radio untuk dibuat sebua catatan atas kegiatan
penyiaran tersebut.

2.4.1 Tugas Stasiun Monitoring


Stasiun monitoring radio bertugas untuk melakukan monitoring da pengukuran
frekuensi yang meliputi:
1. Memonitor emisi-emisi nasional
2. Memonitor pendudukan spektrum frekuensi
3. Penyelidikan da penghilangan interferensi
4. Mencari dan menghentikan aktifitas radio yang tidak terdaftar
5. Melindungi frekuensi-frekuensi tertentu yang digunakan secara khusus dalam
suatu peristiwa-peristiwa penting.
6. Memonitor kuat medan atau level dari suatu dinas pelayanan, apakah telah
memenuhi level minimum ketentuan yang berlaku.
7. Melakukan observasi suatu band frekuensi tertentu dalam rangka
penyelidikan-penyelidikan masalah teknik maupun yang bersifat ilmiah .
8. Melakukan monitoring atas permintaan dari negara lain.

2.4.2 Teknis Operasional Balai Monitoring


Teknis operasional bertugas menyusun dan menyusulkan ke direktorat jenderal
pos dan telekomunikasi sebagai berikut:
1. Kebutuhan dukungan logistik dan rencana kegiatan monitoring , observasi
dan penertiban.
2. Kebutuhan dukungan logistik dan rencana kegiatan pemeliharaan dan
perbaikan sarana dan prasarana stasiun monitoring frekuensi radio.
3. Rencana kegiatan koordiasi yang bersifat nasional dan internasional.

Pelaksaan kegiatan di balai, loka, stasiun kerja, terdiri dari :


1. Operator, yang bertugas mengamati spektrum frekuensi radio,
mengidentifikasi stasiun radio dan mencari sumber pancaran serta membuat
catatan-catatan atas kegiatan tersebut.
2. Teknisi, yang bertugas menyiapkan sarana dan prasarana stasiun monitoring
frekuensi radio agar berfungsi optimal.
3. Penyidik pegawai negeri sipil (ppns), yang bertugas melakukan penegakan
hukum terhadap pelanggaran penggunaan frekuensi radio sesuai dengan
perundang-undangan.
4. Administrator,yang bertugas melakukan pencatatan surat masuk dan keluar
di lingkungan operator, menyusun dan menyiapkan arsip serta pengetikan
dan tugas administratif lainnya bagi kepentingan kelancaran operator.
5. Pengemudi, yang bertugas mengemudikan stasiun bergerak, pemeliharaan
kebersihan dan menjaga keamanan stasiun monitoring bergerak.
BAB III
LANDASAN TEORI

3.1 Spektrum Frekuensi Radio


3.1.1 Spektrum
Spektrum adalah susunan pita frekuensi radio yang mempunyai
frekuensi lebih kecil dari 3 GHz sebagai satuan getaran gelombang
elektromagnetik yang merambat dan terdapat dalam dirgantara (ruang udara dan
antariksa). Pengalokasian Spektrum Frekuensi Radio di Indonesia mengacu
kepada alokasi frekuensi radio internasional untuk region 3 (wilayah 3).
Penepatan Jalur atau Spektrum Frekuensi Radio yang menentukan kegunaannya
ini bertujuan untuk menghindari terjadinya gangguan (Interference) dan untuk
menetapkan protokol demi keserasian antara pemancar dan penerima
Spektrum frekuensi radio merupakan sumber daya alam terbatas dan
strategis serta mempunyai nilai ekonomis tinggi sehingga harus dikelola secara
efektif dan efisien guna memperoleh manfaat yang optimal dengan
memperhatikan kaidah hukum nasional maupun international.
Penggunaan spektrum frekuensi radio harus sesuai dengan
peruntukannya serta tidak saling menganggu mengingat sifat spektrum frekuensi
radio dapat merambat ke segala arah tanpa mengenal batas wilayah negara.
Penggunaan spektrum frekuensi radio antara lain untuk keperluan
penyelenggaraan jaringan telekomunikasi, penyelenggaraan telekomunikasi
khusus, penyelenggaraan penyiaran, navigasi dan keselamatan, amatir radio dan
KRAP, serta sistem peringatan dini bencana alam yang sangat dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat.
Pengertian radio adalah alat atau pesawat yang digunakan untuk
mengubah gelombang radio menjadi gelombang bunyi/suara. Pengertian radio
yang lain adalah suatu gelombang elektromagnetik. Pada dasarnya radio dapat
diartikan sebagai keseluruhan sistem gelombang suara yang dipancarkan dari
suatu stasiun dan dapat diterima oleh pesawat-pesawat penerima di rumah, di
mobil, di kapal dan sebagainya.
3.1.2 Gelombang Elektromagnetik
Gelombang adalah gejala rambatan dari suatu getaran. Gelombang akan
terus terjadi apabila sumber getaran ini bergetar terus menerus. Gelombang
membawa energi dari satu tempat ke tempat lainnya.

Gambar 3.1 Contoh Gelombang

Setiap gelombang tentulah memiliki panjang yang berbeda-beda. Panjang


gelombang adalah sebuah jarak antara satuan berulang dari sebuah
pola gelombang. Dalam sebuah gelombang sinus, panjang gelombang adalah
jarak antara puncak:

Panjang gelombang ( λ)  memiliki hubungan inverse terhadap frekuensi


(f), jumlah puncak untuk melewati sebuah titik dalam sebuah waktu yang
diberikan. Panjang gelombang sama dengan kecepatan jenis gelombang dibagi
oleh frekuensi gelombang. Ketika berhadapan dengan radiasi
elektromagnetik dalam ruang hampa, kecepatan ini adalah kecepatan cahaya c,
untuk sinyal (gelombang) di udara, ini merupakan kecepatan suara di udara.
Hubungannya adalah:

c
λ=
f
Dimana:
λ : panjang gelombang
c : cepat rambat gelombang (300.000km/s atau 3x108 m/s)
f : frekuensi gelombang

Gelombang dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :


Berdasarkan Mediumnya Gelombang dibagi dua, yaitu :
1. Gelombang Mekanik
Gelombang mekanik adalah gelombang yang dalam proses perambatannya
memerlukan medium (zat perantara) . Artinya jika tidak ada medium, maka
gelombang tidak akan terjadi. Contohnya adalah gelombang bunyi yang zat
perantaranya udara, jadi jika tidak ada udara bunyi tidak akan terdengar.

2. Gelombang Elektromagnetik
Gelombang Elektromagnetik adalah gelombang yang dalam proses
perambatannya tidak memerlukan medium (zat perantara). Artinya gelombang ini
bisa merambat dalam keadaan bagaimanapun tanpa memerlukan medium.
Contohnya adalah gelombang cahaya yang terus ada dan tidak memerlukan zat
perantara.

Berdasarkan Arah Getar dan Arah Rambatnya, Gelombang dibagi


menjadi dua, yaitu :
1. Gelombang Transversal
Gelombang Transversal adalah gelombang yang arah getarnya tegak lurus
dengan arah rambatannya. Bentuk Getarannya berupa lembah dan bukit (dapat
dilihat pada gambar di bawah).
Gambar 3.2 Gelombang Tranversal

Berdasarkan gambar di atas dapat saya jelaskan bahwa arah rambat


gelombang di atas adalah ke kiri dan ke kanan, sedangkan arah getarnya adalah
ke atas dan ke bawah. Jadi itulah yang dimaksud arah rambat tegak lurus dengan
arah getarnya. Contohnya adalah gelombang pada tali yang digerakkan.

a. Gelombang Longitudinal
Gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah rambatnya sejajar
dengan arah getarannya. Bentuk getarannya berupa rapatan dan renggangan
(Dapat dilihat pada gambar di bawah).

Gambar 3.3 Gelombang Longitudinal


Berdasarkan gambar kita ketahui bahwa arah rambat gelombangnya ke kiri
dan ke kanan, dan arah getarnya ke kiri dan ke kanan pula. Oleh karena itu
gelombang ini adalah gelombang longitudinal yang arah getar dan arah
rambatnya sejajar. Contoh gelombang ini adalah Gelombang bunyi, di udara yang
dirambati gelombang ini akan terjadi rapatan dan renggangan pada molekul-
molekulnya, dan saat ada rambatan molekul-molekul ini juga bergetar. Akan
tetapi getaranya hanya sebatas gerak maju mundur dan tetap di titik keseimbang,
sehingga tidak membentuk bukit dan lembah.

3.1.3 Sinyal Telekomunikasi

Telekomunikasi adalah teknik pengiriman atau penyampaian informasi, dari


suatu tempat ke tempat lain. Dalam mengubah informasi menjadi sinyal listrik
yang siap dikirim, ada dua cara pengiriman yang dipakai:

Pertama adalah sinyal analog, mengubah bentuk informasi ke sinyal analog


dimana sinyal berbentuk gelombang listrik yang kontinyu (terus menerus)
kemudian dikirim oleh media transmisi.

Kedua adalah sinyal digital, dimana setelah informasi diubah menjadi sinyal
analog kemudian diubah lagi menjadi sinyal yang terputus-putus (discrete).
Sinyal yang terputus-putus dikodekan dalam sinyal digital yaitu sinyal "0" dan
"1".

Gambar 3.4 Bentuk sinyal analog dan sinyal digital

Dalam pengiriman sinyal melalui media transmisi, sinyal analog mudah


terkena gangguan terutama gangguan induksi dan cuaca, sehingga di sisi
penerima sinyal tersebut terdegradasi. Sementara untuk sinyal digital tahan
terhadap gangguan induksi dan cuaca, selama gangguan tidak melebih batasan
yang diterima, sinyal masih diterima dalam kualitas yang sama dengan
pengiriman.
3.1.4 International Communication Union (ITU)

International Communication Union (ITU )atau himpunan Telekomunikasi


Internasional adalah specialized agency Perserikatan Bangsa-Bangsa yang
berwenang mengatur seluruh permasalahan telekomunikasi internasional. Dengan
mengakui hak kedaulatan setiap negara untuk mengatur telekomunikasi masing-
masing dan dengan memerhatikan semakin pentingnya telekomunikasi bagi
pemeliharaan perdamaian dan pembangunan ekoniomi dan sosial semua negara,
ITU dibentuk dengan tujuan memudahkan hubungan-hubungan damai, kerja
sama internasional antara bangsa-bangsa dan pembangunan ekonomi dan sosial
dengan pemanfaatan jasa-jasa telekomunikasi.Dalam Konvensi dan Konstitusi
ITU 1992 diterangkan bahwa ITU memiliki fungsi, antara lain:

1. memelihara dan memperluas kerja sama internasional anatara semua anggota


ITU untuk perbaikan dan pemanfaatan segala jenis telekomunikasi secara
rasional;
2. mempromosikan dan menyediakan bantuan teknis kepada negara berkembang
dlam bidang telekomunikasi, dan juga mmempromosikan pengerahan sumber-
sumber marterial dan finansial yang diperlukan untuk pelaksanaannya;
3. mempromosikan pengembangan fasilitas-fasilitas teknis dan pengoprasiannya
seefisien mungkin dengan maksud meningkatkan efisiensi pelayanan
telekomunikasi , menambah kegunaannya dan sejauh mungkin
menyediakannya secara umum kpada masyarakat;
4. mempromosikan perluasan manfaat teknologi telekomunikasi baru bagi semua
penduduk dunia;
5. mempromosikan pemakaian jasa-jasa telekomunikasi dengan tujuan
memudahkna hubungan-hubungan damai;
6. menyelaraskan tindakan para anggota dalam mencapai tujuan-tujuan ini;
7. mempromosikan pada tingkat internasional penggunaan pendekatan yang
lebih luas terhadap masalah telekomunikasi dalam ekonomi dan masyarakat
informasi global dengan bekerja sama antarpemerintah internasional dan
regional dan organisasi nonpemerintah yang berkaitan dengan telekomunikasi.

Adapun yang menjadi kewenangan ITU adalah:


1. melaksanakan alokasi pita spektrum frekuensi radio, penjatahan frekuensi
radio dan registrasi pemberian frekuensi radio dan posisi orbit yangt erkait
dalam orbit satelit Geostasioner untuk menghindari interferensi yang
merugikan (harmful interference) antara stasiun-stasiun radio diberbagai
negara;
2. memberikemudahan bagi standarisasi telekomuniaksi di seluruh dunia, dengan
mutu pelayanan yang memuaskan;
3. memupuk kerja sama internasional internasional dalam pemberian bantuan
teknis pada negara-negara berkembang dan pembuatan, pengembangan dan
peningkatan peralatan serta jaringan telekomunikasi di negara-negara
berkembang dengan segala cara yang dipunyai, termasuk keikutsertaan dalm
program-program Perserikatan Bangsa-Bangsa yang relevan dan pemanfaatan
sumber-sumber sendiri yang dianggap cocok;
4. mengoordinasikan usaha-usaha untuk menyelaraskan penngembangan
fasilitas-fasilitas telekomunikasi, terutama yang menafaatkan teknik ruang
angkasa, dengan maksud memanfaatkan sebanyak mungkin kemungkinan-
kemungkinannya;
5. memupuk kerja sama antara para anggota dengan maksud menetapkan tarif-
tarif serendah mungkin sejalan dengan pelayanan yang efisien dan dengan
mempertimbangkan kebutuhan untuk mengadakan administrasi finansial yang
berdiri sendiri utnuk telekomunikasi atas dasar yang sehat;
6. mempromosikan disetujuinya tindakan-tindakan untuk menjamin keselamtan
jiwa melalui kerja sama pelayanan telekomunikasi;
7. melaksanakan pengkajian, membuat preaturan-peraturan, menyetujui resolusi-
resolusi, merumuskan rekomendasi dan pendapat, dan menghimpun serta
menerbitkan informasi mengenai masalah-masalah telekomunikasi;
8. meempromosikan, kepada organisasi-organisasi finansial dan pembangunan
internasional, pengadaan kredit yang prefenrensial dan menguntungkan untuk
dipergunakan bagi pembangunan proyek-proyek sosial yanng bertujuan antara
lain, memperluas penydiaan jasa telekomunikasi ke daerah-daerah paling
terpencil di negara-negara.
3.2 Spektrum Frekuensi VHF/UHF

3.2.1 Sistem Transmisi Radio VHF/UHF

Rambatan pada jalur-jalur VHF dan UHF diantara 30 MHz dan 3GHz
terjadi dalam ragam troposferik. Penggunaan utama dari komunikasi dua arah
pada jalur-jalur VHF dan UHF adalah komunikasi antara sebuah stasiun induk
(base stasion) dan beberapa unit mobil yang ditempatkan pada
kendaraankendaraan, kapal-kapal atau pesawat terbang pada jalur frekuensi 30-
470 kHz.

Penerapan-penerapan khas adalah komunikasi antara menara pengawas


dengan pesawat udara (Control-Tower-to-Aircraft) pada bandar-bandar
udara,pemadam kebakaran, pengawasan kapal di pelabuhan-pelabuhan,
kepolisian, operasi medan bagi angkatan bersenjata, dan lain-lain. Oleh karena
sistem ini bekerja pada frekuensi di atas 30 MHz, jangkauan kerjanya terbatas
20 pada garis pandang dan stasiun induk atau ditambah lagi sejauh itu jika
digunakan sebuah stasiun pengulang.
Halangan-halangan yang besar seperti misalnya bukit-bukit atau
gedunggedung yang tinggi didaerah perkotaan akan menimbulkan bayangan-
bayangan dan pola-pola pemantauan yang aneh, sehingga membuat lingkupan
menyeluruh untuk daerah itu dan kemudian akan menyulitkan stasiun induk.
Untuk memperluas horizon secara teknis, antena stasiun induk ditempatkan di
puncak suatu bukit atau gedung yang tinggi untuk mendapatkan tinggi
tambahan.
Di dalam spektrum tersedia sejumlah saluran-saluran terbatas yang
ditetapkan, umumnya terletak pada jalur 148 MHz, 174 MHz, 450 MHz sampai
470 MHz. Pengoperasian FM biasanya lebih disukai dan jarak antara saluran
maksimum yang diizinkan untuk fasilitas ini secara berangsur-angsur telah
dikurangi dari 120 kHz sampai yang 150 kHz, sehingga lebih banyak saluran
yang dapat ditempatkan. Untuk mengatasi sempitnya jalur yang digunakan,
maka pemancar-pemancar dan penerima-penerima harus sangat stabil dan
menjaga frekuensi kerjanya dalam batas ± 5 bagian persejuta.
Tabel spektrum frekuensi radio
Berikut ini adalah tabel lengkap spektrum frekuensi radio internasional yang
ditetapkan berdasarkan penentuan penggunaannya.

No. Simbol Batas Panjang Sifat


Frekuensi Gelombang Propagasi

1 VLF 3-30 kHz 100-10 km Gelombang


merambat dan
2 LF 30 – 300 kHz 10-1 km Ionosphere

3 MF 0,3 – 3 MHz 1000-100 m

4 HF 3 – 30 MHz 100-10 m

5 VHF 30 – 300 MHz 10-l m Gelombang


darat dan
6 UHF 0,3 -3 GHz 100-10 cm Troposphere

7 SHF 3-30 GHZ 10 – 1 cm

8 EHF 30-300 GHz 10-1 mm Gelombang


langsung
9 EHF 0,3 – 3 THz 1 -0,1 mm

Tabel okupansi pita frekuensi radio


Okupansi pita frekuensi radio dilakukan pada 21 subservis/pita frekuensi
sebagai berikut :
No. Subservis Pita Frekuensi
Pita
1. Maritim, Marabahaya 479 – 526.5 kHz
2. Radio AM 535 - 1606 kHz
3. marabahaya 2173.5 – 2190.5 kHz
4. Penerbangan HF, Amatir 6265 – 2190.5 kHz
5. Radio FM 87.5 – 108 MHz
6. Penerbangan VHF 108 – 137 MHz
7. Konsesi, Maritim VHF 150 – 174 MHz
8. Televisi VHF, DAB 174 – 230 MHz
9. Tetap, Bergerak, Marabahaya 300 – 430 MHz
10. Komrad 430 – 460 MHz
11. Downlink Selular 450 460 – 470 MHz
12. Televisi UHF 478 – 806 MHz
13. Komrad, Downlink Selular 800 851 – 880 MHz
14. Downlink Selular 900 925 – 960 MHz
15. Downlink Selular 1800 1805 – 1880 MHz
16. Downlink Selular 2100 2110 – 2170 MHz
17. Selular, Broadband 2.3 GHz 2300 – 2400 MHz
18. Broadband, Siaran Satelit 2500 – 2690 MHz
19. Bwa 3.3 GHz 3300 – 3400 MHz
20. Tetep, Satelit Tetap 3400 – 3700 MHz
21. Radar Cuaca, Broadband 5 GHz 5140 - 5925 MHz

3.2.2 Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio


Dalam penyelenggaraan telekomunikasi terdapat beberapa jenis pengguna
spektrum frekuensi radio, yaitu:
1. Pengguna pemilik izin alokasi pita spektrum frekuensi (MNO)
2. Pengguna bukan pemilik izin alokasi pita spektrum frekuensi (MVNO)
3. Pengguna frekuensi bebas

3.2.3 Gangguan Pada Spektrum Frekuensi Radio

Gangguan disebut juga dengan interferensi. Interferensi disebabkan oleh


energi yang tidak dikehendaki karena suatu emisi, radiasi atau indikasi terhadap
penerimaan suatu sistem komunikasi radio. Hal ini ditunjukkan dengan adanya
suatu penurunan mutu, salah pengertian, atau hilangnya informasi yang dapat
peroleh kembali jika energi yang tidak dikehendaki tersebut dihilangkan.

Ada bermacam-macam sumber gangguan dalam komunikasi radio, antara lain:


1. Interferensi Kanal Berdekatan (Adjacent Channel Interference)
Sejumlah besar komunikasi radio masih menggunakan perangkat lama yang
tidak sesuai dengan standar baru. Frekuensi-frekuensi perangkat lama ini tidak
stabil dan mengakibatkan penyimpangan yang cukup besar dan frekuensi yang
ditentukan. Hal ini menimbulkan gangguan pada stasiun yang bersebelahan
yang menggunakan spektrum frekuensi yang berdekatan. Sinyal dari salah satu
kanal jatuh dalam kanal yang berdekatan. Interferensi kanal berdekatan ada dua
macam, yaitu:
a. In Band Adjacent Channel Interference Terjadi jika frekuensi tengah dari
spektrum sinyal peng-interfernsi jatuh dalam spektrum sinyal yang
diinginkan. Untuk mengatasinya dengan membuat bandwidth kanal yang
cukup lebar dengan spasi antar kanal berdekatan jadi lebih lebar.
b. Out Band Adjacent Channel Interference Terjadi jika frekuensi tengah dari
spektrum sinyal peng-interferensi jatuh diluar spektrum sinyal yang
diinginkan. Untuk mengatasinya dengan strategi alokasi kanal frekuensi
pada setiap stasiun yaitu dengan membuat jarak pemisahan kanal
bersebelahan dalam satu stasiun menjadi lebih dekat.
2. Interferensi Kanal Sama (Co-Channel Interference)
Interferensi kanal sama sering terjadi pada sistem seluler yaitu karena adanya
refuse frekuensi (pengulangan penggunaan frekuensi). Sinyal yang diterima
oleh penerima bukan hanya berasal dan pemancar di pusat seluler, dimana
penerima tersebut berada tetapi juga dari pemancar yang berasal dari sel yang
menggunakan kanal frekuensi yang sama. Selain teriadi pada sistem seluler,
interferensi kanal sama juga dapat terjadi karena penggunaan frekuensi yang
sama oleh pemancar/stasiun yang sah lainnya dari dalam atau pun luar negeri.
3. Interferensi Kanal Bayangan (Image Channel Interference)
Setiap penyetelan frekuensi pada receiver super heterodyne akan selalu
menimbuikan frekuensi lain yang juga menghasilkan frekuensi menengah
(intermediate frequency). Frekuensi lain ini disebut dengan frekuensi bayangan
(image frequency).
4. Emisi Tersebar (Spurious Emission)
Spurious emission adalah emisi pada suatu frekuensi atau frekuensi yang
muncul diluar pita yang diperlukan yang levelnya dapat dikurangi tanpa
mempengaruhi penyaluran informasi.
5. Intermodulasi
Intermodulasi adalah hasil dari dua frekuensi atau lebih pada perangkat yang
tidak linier yang berupa gelombang-gelombang baru yang frekuensinya berbeda
termasuk harmonisa gelombang masukan tersebut.
6. Harmonisa
Harmonisa adalah gangguan yang disebabkan adanya kenaikan frekuensi secara
tiba-tiba. Kenaikan frekuensi ini biasanya sebesar kelipatannya. Harmonisa
disebabkan oleh karena filter yang dipakai pada pemancar kurang bagus. Untuk
menghindari hal itu maka nilai kelipatan 29 dari frekuensi yang dioperasikan
sengaja dikosongkan dengan maksud memberi ruang bila terjadi harmonisa.
7. Noise Buatan Manusia (man-made noise)
Noise merupakan gangguan yang berasal dari pemakaian peralatan : perangkat
dan instalasi listrik secara luas. Pemakaian perangkat radio frekuensi untuk
tujuan komunikasi Juga dapat menimbulkan noise yang cukup besar.

3.3 Televisi VHF

3.3.1 Pengertian UHF dan Televisi

Frekuensi ultra tinggi dalam bahasa inggris disebut Ultra High Frequency
(UHF) merupakan gelombang elektromagnetik dengan frekuensi antara 300 MHz
sampai dengan 3 GHz (3.000 MHz). Panjang gelombang berkisar dari satu
sampai 10 desimeter atau sekitar 10 cm sampai 1 meter, sehingga UHF juga
dikenal sebagai gelombang desimeter. Pada umumnya yang menggunakan UHF
adalah siaran televisi, pemancar telepon genggam darat (darurat, bisnis, dan
militer), komunikasi data jarak jauh dengan modem radio, Radio Amatir,
komunikasi laut, komunikasi kendali lalu lintas udara dan sistem navigasi udara.

Televisi (TV) adalah sebuah media telekomunikasi terkenal yang berfungsi


sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu yang monokrom
(hitam-putih) maupun berwarna. Kata "televisi" merupakan gabungan dari kata
tele (jauh) dari bahasa Yunani dan visio (penglihatan) dari bahasa Latin, sehingga
televisi dapat diartikan sebagai “alat komunikasi jarak jauh yang menggunakan
media visual/penglihatan.”

Penyiaran TV biasanya disebarkan melalui gelombang radio VHF dan UHF


dalam jalur frekuensi yang ditetapkan antara 54-890 MegaHertz. Kini gelombang
TV juga sudah memancarkan jenis suara stereo ataupun bunyi keliling di banyak
negara. Hingga tahun 2000, siaran TV dipancarkan dalam bentuk gelombang
analog, tetapi belakangan ini perusahaan siaran publik maupun swasta kini
beralih ke teknologi penyiaran digital.

Sebuah kotak televisi terdiri dari bermacam-macam sirkuit elektronik


didalamnya, termasuk di antaranya sirkuit penerima dan penangkap gelombang
penyiaran. Perangkat tampilan visual yang tidak memiliki perangkat penerima
sinyal biasanya disebut sebagai monitor, bukannya televisi. Sebuah sistem televisi
dapat dipakai dalam berbagai penggunaan teknologi seperti analog dan digital.
Sistem televisi kini juga digunakan untuk pengamatan suatu peristiwa,
pengontrolan proses industri, dan pengarahan senjata, terutama untuk tempat-
tempat yang biasanya terlalu berbahaya untuk diobservasi secara langsung.

 TV Digital

Televisi digital (Digital Television) atau penyiaran digital adalah jenis


televisi yang menggunakan modulasi digital dan sistem kompresi untuk
menyiarkan sinyal video, audio dan data ke pesawat televisi. TV Digital bukan
berarti pesawat televisinya yang digital, namun lebih kepada sinyal yang
dikirimkan adalah sinyal digital atau mungkin yang lebih tepat adalah siaran
digital (Digital Broadcasting). Televisi resolusi tinggi atau high-definition
television (HDTV), yaitu: standar televisi digital internasional yang disiarkan
dalam format 16:9 (TV biasa 4:3) dan surround-sound 5.1 Dolby Digital. TV
digital memiliki resolusi yang jauh lebih tinggi dari standar lama. Penonton
melihat gambar berkontur jelas, dengan warna-warna matang, dan depth-of-field
yang lebih luas daripada biasanya. HDTV memiliki jumlah pixel hingga 5 kali
standar analog PAL yang digunakan.
 TV Analog

Televisi analog mengkodekan informasi gambar dengan memvariasikan


voltase dan frekuensi dari sinyal. Seluruh sistem sebelum Televisi digital dapat
dimasukan ke analog.

Perbedaan TV Digital dan TV Analog

Dari pengertian keduanya antara TV Digital dan TV Analog, disisi lain terdapat
perbedaan mendasar dikeduanya, yaitu :

- Perbedaan yang paling mendasar antara sistem penyiaran televisi analog dan
digital terletak pada penerimaan gambar lewat pemancar. Pada sistem analog,
semakin jauh dari stasiun pemancar televisi, sinyal yang akan ditimbulkan
akan melemah dan penerimaan gambar dari stasiun menjadi buruk dan
berbayang. Sedangkan pada sistem digital, kebalikan dari analog. Siaran
gambar yang jernih akan dapat dinikmati sampai pada titik dimana sinyal tidak
dapat diterima lagi.
- Pada sistem transmisi pancarannya, kebanyakan TV di Indonesia masih
menggunakan sistim analog dengan cara memodulasikannya langsung pada
Frekwensi Carrier, Sedangkan pada sistim digital, data gambar atau suara
dikodekan dalam mode digital (diskret) baru di pancarkan.

3.3.2 Sejarah Televisi

Pertama kali masyarakat Indonesia menyaksikan demonstrasi televisi adalah


pada tahun 1955, 29 tahun setelah diperkenalkan pada tahun 1926, dan 26 tahun
setelah siaran televisi pertama di dunia dibuat pada tahun 1929. Televisi pertama di
Indonesia dibawa dari Uni Soviet saat Pameran Perayaan 200 tahun Kota Yogyakarta.

Pada tanggal 25 Juli 1961, Menteri Penerangan Republik Indonesia, R.


Maladi, menandatangani perjanjian (SK Menpen) untuk membuat sebuah komite
untuk persiapan pembentukan stasiun televisi di Indonesia. Komite ini didirikan
sebagai bagian dari persiapan untuk Asian Games keempat. Hanya ada satu tahun
untuk membuat studio, menara siaran, dan peralatan teknis lainnya di lokasi bekas
Akademi Informasi di Senayan. Dalam waktu persiapan yang singkat, Soekarno
memiliki peran yang sangat penting, untuk memilih secara pribadi peralatan dan di
mana mereka harus didatangkan dari. Siaran televisi percobaan yang pertama adalah
liputan langsung perayaan HUT ke-17 Kemerdekaan Indonesia pada pagi hari 17
Agustus 1962 dari Istana Merdeka Jakarta.

Pada 24 Agustus 1962, Warga Jakarta menyaksikan siaran langsung upacara


pembukaan Asian Games ke-4 dari Gelora Bung Karno. Siaran ini diselenggarakan
oleh Divisi Televisi dari Biro Komite Penyelenggara Televisi dan Radio. Tanggal
tersebut saat ini dikenal sebagai hari kelahiran Televisi Republik Indonesia atau
TVRI, stasiun televisi pertama di Indonesia.

Pada tanggal 20 Oktober 1963, pemerintah mengeluarkan Keputusan Presiden


(Keppres) tentang pembentukan Yayasan TVRI (Jajasan TVRI) sebagai badan yang
mengatur televisi ini. Pada tahun pertama dari siaran TVRI, terdapat 10.000 pemilik
televisi di Indonesia. Sejak saat itu, Yayasan TVRI memberikan pajak untuk pemilik
televisi sampai tahun 1969, ketika pajak kepemilikan televisi dipindahkan melalui
surat dan pengiriman udara ke seluruh negeri. Dari tahun 1963 sampai 1976, TVRI
mendirikan stasiun televisi di Yogyakarta (1965), Medan (1970), Makassar (1972),
Balikpapan (1973), dan Palembang (1974). Pada tahun 2001, TVRI memiliki 12
stasiun televisi dan 8 studio produksi. Penyiaran berwarna diperkenalkan pada tanggal
1 September 1979[6] di stasiun TVRI nasional dan lokal, yang diperluas ke ibu kota
provinsi lainnya. TVRI juga mengadopsi saluran kedua untuk pemirsa Jakarta pada
saat bersamaan.

Mulai awal tahun 2012, Indonesia melalui Peraturan Menteri Kominfo No. 05
tahun 2012, mengadopsi standar penyiaran televisi digital terestrial Digital Video
Broadcasting – Terrestrial second generation (DVB-T2) yang merupakan
pengembangan dari standar digital DVB-T yang sebelumnya ditetapkan pada tahun
2007. Dalam hal ini, pemerintah berusaha untuk beradaptasi dengan perkembangan
teknologi yang begitu pesat dan menganggapnya sebagai suatu peluang bagi
pengembangan industri penyiaran nasional ke depan. Sebelum menetapkan standar
digital tersebut, pemerintah terlebih dahulu melakukan kajian dan konsultasi publik
dengan melibatkan para stakeholders terkait. 
Penyiaran televisi digital terrestrial adalah penyiaran yang menggunakan
frekuensi radio VHF / UHF seperti halnya penyiaran analog, akan tetapi dengan
format konten yang digital. Dalam penyiaran televisi analog, semakin jauh dari
stasiun pemancar televisi signal akan makin melemah dan penerimaan gambar
menjadi buruk dan berbayang. Lain halnya dengan penyiaran televisi digital yang
terus menyampaikan gambar dan suara dengan jernih sampai pada titik dimana signal
tidak dapat diterima lagi. Singkat kata, penyiaran TV digital hanya mengenal dua
status: Terima (1) atau Tidak (0). Artinya, apabila perangkat penerima siaran digital
dapat menangkap sinyal, maka program siaran akan diterima. Sebaliknya, jika sinyal
tidak diterima maka gambar-suara tidak muncul.

3.3.3 Jenis Siaran Televisi Indonesia

3.3.3.1 Terestrial

Televisi terestrial dimulai dengan pendirian stasiun televisi pertama di


Indonesia. Indonesia hanya memiliki satu saluran televisi sampai pembentukan
RCTI yang merupakan televisi swasta pertama di Indonesia. Saat ini, stasiun televisi
utama nasional free-to-air terrestrial di Indonesia adalah TVRI, RCTI, SCTV,
MNCTV, antv, Indosiar, MetroTV, Trans TV, Trans7, tvOne, GTV, Kompas TV,
NET., RTV, dan iNews, MYTV Televisi terestrial analog di Indonesia saat ini
disiarkan menggunakan sistem PAL-B/G dengan suara NICAM stereo. Sejak
triwulan pertama 2011 aturan memungkinkan penayangan televisi digital bersamaan
dengan dengan televisi analog di beberapa daerah. Indonesia mengadopsi format
DVB-T tapi memutuskan untuk mengubah ke DVB-T2 pada tanggal 1 Januari 2012.

3.3.3.2 Satelit

Televisi satelit telah tersedia di Indonesia sejak Indovision yang didirikan pada
8 Agustus 1988 dan secara resmi diluncurkan pada 16 Januari 1994. Pada tanggal 12
Desember 2017 nama perusahaan Indovision berubah nama menjadi MNC Vision.[15]
Sejak teknologi untuk televisi satelit telah berubah dari analog ke digital. Televisi
satelit di Indonesia menggunakan format DVB-S. Hingga saat ini, ada lebih dari
lima operator televisi satelit berbayar seperti Indovision, Transvision, TOP TV,
YesTV, Aora TV. BiG TV dan OkeVision. Televisi satelit gratis tersedia secara
nasional melalui berbagai satelit, seperti satelit Palapa-D dan Telkom-4.

3.3.3.3 Kabel

PT Broadband Multimedia Tbk adalah operator pertama untuk televisi kabel di


Indonesia di bawah nama merek "Kabelvision" pada 16 Januari 1994. Pada tahun
2006, perusahaan ini meluncurkan Digital 1 bersama dengan teknologi berubah dari
analog ke digital. Perusahaan kemudian mengubah nama perusahaan menjadi PT
First Media Tbk pada tanggal 8 September 2007 dan juga meluncurkan merek baru,
nama First Media. Kabel sekarang ini hanya tersedia di daerah Jabodetabek,
Surabaya, Malang dan Bandung. TV kabel di Indonesia menggunakan format DVB-
C.

3.3.3.4 Mobile

Mobile TV telah dua kategori, free-to-air dan Pay TV. Free-to-air TV tersedia
selama bertahun-tahun di Indonesia. Free-to-air adalah dengan menggunakan
teknologi seperti analog UHF/VHF. Sekarang free-to-air TV telah mengadopsi
teknologi digital. Di Indonesia, free-to-air TV ini menggunakan format DVB-H.
Hanya ada satu operator Mobile Pay TV di Indonesia. Mobile TV saat ini hanya
tersedia di Jakarta.

3.3.4 Daftar Stasiun Televisi di Sumatera Utara

No. Frekuensi Nama pengguna


1. 487,250000 Indosiar Medan Televisi, PT.

2. 492,750000 Indosiar Medan Televisi, PT.

3. 503,250000 Tpi Empat, PT.

4. 508,750000 Tpi Empat, PT.

5. 519,250000 Trans Tv Medan Palembang, PT.

6. 524,750000 Trans Tv Medan Palembang, PT.

7. 527,250000 Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik


Indonesia
8. 535,260000 Cakrawala Andalas Televisi Medan Dan Batam, PT.

9. 540,750000 Cakrawala Andalas Televisi Medan Dan Batam, PT.

10. 551,250000 Gtv Empat – Medan, PT.

11. 556,750000 Gtv Empat – Medan, PT.

12. 567,250000 Rcti Emapat, PT.

13. 572,750000 Rcti Emapat, PT.

14. 583,250000 Surya Citra Visi Media, PT.

15. 588750000 Surya Citra Visi Media, PT.

16. 599,250000 Lativi Media Karya, PT.

17. 604,750000 Lativi Media Karya, PT.

18. 615,250000 Media Televisi Medan, PT.

19. 620,750000 Media Televisi Medan, PT

20. 631,250000 Trans7 Medan Palembang, PT.

21. 636,750000 Trans7 Medan Palembang, PT.

22. 647,250000 Televisi Anak Medan, PT.

23. 652,750000 Televisi Anak Medan, PT.

24. 663,250000 Deli Media Televisi, PT.

25. 668,750000 Deli Media Televisi, PT.

26. 679,250000 Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik


Indonesia
27. 684,750000 Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik
Indonesia
28. 695,250000 Daya Angkasa Andalas Indah, PT.

29. 700,750000 Daya Angkasa Andalas Indah, PT.

30. 727,250000 Cahaya Nusantara Perkasa Televisi, PT.

31. 732,720000 Cahaya Nusantara Perkasa Televisi, PT.


32. 743,250000 Waktu Mekar Sari Alam, PT.

33. 748,750000 Waktu Mekar Sari Alam, PT.

34. 775,250000 Kompas Tv Media Informasi, PT.

35. 780,750000 Kompas Tv Media Informasi, PT.

3.4 Monitoring Spektrum Frekuensi Televisi


Monitoring sprektrum frekuensi radio di Balai Monitor Spektrum Frekuensi
dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
1. Menggunakan Stasiun Tetap
Stasiun tetap atau Fixed Monitoring Stastion merupakan stasiun yang melakukan
monitoring dan pengukuran dengan tidak berpindah-pindah atau diam. Stasiun tetap
biasanya ditempatkan di Balai Monitoring Frekuensi Radio. Slave merupakan suatu
alat yang digunakan untuk memonitoring penggunaan frekuensi. Stasiun tetap (slave)
yang ada di Medan berada di empat titik stasiun yaitu di Kantor Balai Monitor Kelas I
Medan yang merupakan Stasiun Master Slave Phase III Radio Monitoring System
(RMS), di Stasiun Monitoring Tetap L-HF dan Slave V-UHF Tanjung Morawa, di
Stasiun Slave V-UHF Binjai, dan di Stasiun SlaveV-UHF Percut.
Penempatan keempat titik slave ini bertujuan untuk memantau pengunaan
frekuensi di Provinsi Sumatera Utara dan mencari gangguan frekuensi dengan lebih
mudah. Adapun pencarian gangguan frekuensi tersebut dilakukan dengan
menggunakan alat Direction Finder, yang ada di masing-masing slave. Ketika
keempat Direction Finder di masing-masing slave diaktifkan, maka titik keberadaan
gangguan frekuensi akan lebih mudah diketahui. Metode ini disebut Metode Biring/
Triangulasi.
(a) (b)
Gambar 3.4 (a) Tower Stasiun Tetap dan (b) Software Pengendali Stasiun Tetap
Keuntungan cara monitoring dan pengukuran dengan menggunakan stasiun tetap
adalah sebagai berikut:
a. Pengoperasian alat bisa diatur secara komputerisasi dan otomatis.
b. Stasiun tetap memiliki perangkat yang lebih lengkap dibandingkan jenis Stasiun
Monitoring lainnya. Stasiun ini dilengkapi dengan RMP, RME,ARFSR dan DF.
c. Jangkauan penerimaan frekuensi lebih luas.

Kelemahan cara monitoring dan pengukuran dengan mengunakan stasiun tetap :


a. Daerah jangkauannya luas tetapi tidak dapat menentukan letak dari lokasi
pemancar baik yang terganggu maupun tidak terganggu.
b. Tidak dapat menentukan secara pasti penyebab dari gangguan yang terjadi pada
pemakaian frekuensi.

2 Menggunakan Stasiun Bergerak


Stasiun bergerak merupakan stasiun monitoring dan pengukuran yang dapat
dipindahkan dengan mengunakan unit mobil. Sehingga pengukuran dapat dilakukan
pada tempat yang berbeda-beda. Fungsi utama dari Stasiun Monitoring Bergerak
terutama untuk monitoring karakteristik-karakteristik pancaran yang tidak dapat
dikerjakan dengan mudah oleh stasiun tetap, baik jumlah parameter yang akan
diukur atau kepadatan spektrum. Ini dipakai terutama untuk monitor frekuensi diatas
30 Mhz, dimana pemancar dengan power rendah, antena diarahkan dan karakteristik
propagasi tertentu yang tidak mungkin diukur secara efektif oleh stasiun tetap.
Stasiun bergerak dibagi menjadi dua unit , yaitu unit monitoring pengukuran dan
unit Direct Finder (pencari lokasi).

Gambar 3.5 Stasiun Bergerak

Tugas unit monitoring dan pengukuran dan stasiun bergerak adalah :


a. Mengamati pancaran-pancaran frekuensi radio didaerah masingmasing sesuai
dengan kemampuan pengamatan terhadap daerah spektrum frekuensi dari stasiun
mobil yang bersangkutan.
b. Mendeteksi pancaran-pancaran radio tertentu.
c. Mengadakan penelitian-penelitian terhadap frekuensi yang diamati.
d. Mengadakan penelitian propagasi frekuensi radio.

Kekurangan stasiun Monitor Bergerak terutama untuk pengukuran sebagai berikut:


a. Pengukuran Kuat Medan (Field Stength)
Stasiun bergerak tidak dapat digunakan untuk mengukur keadaan elektromagnetik
dikarenakan keterbatasan pada alat ukur.
b. Menentukan Lokasi Pemancar Tak Dikenal
Stasiun bergerak mengalami kesulitan pada daerah yang jarak spektrumnya
berdekatan dan pemancar ilegal tidak beroperasi secara terus menerus.
c. Monitor Dinas Bergerak
Dinas stasiun bergerak yang menggunakan power rendah dan selalu berpindah
tempat dan kondisi operasinya, maka sangat sulit untuk dimonitor emisinya oleh
stasiun tetap.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN ANALISA

4.1 Hasil Pengamatan


Untuk melakukan monitoring frekuensi televisi di kota Medan penulis
menggunakan perangkat Slave TCI dengan software Scorpio Client.

Gambar 4.1 aplikasi Scorpio Client

Software Scorpio Client berfungsi untuk memonitor seluruh frekuensi yang ada
di wilayah Medan. Software tersebut terhubung langsung dengan 3 antena stasiun
tetap yang berfungsi menerima sinyal yang menggunakan jaringan Interkoneksi.
Antena penerima stasiun tetap tersebut terletak pada 3 titik yaitu Tanjung Morawa,
Percut, dan Binjai. Selain frekuensi, software tersebut juga dapat mengatur level daya,
modulasi dan bandwidth. Parameter yang dihasilkan adalah gambar spectrum
frekuensi, audio dan koordinat/lokasi pemancar.
Cara menggunakan software tersebut yaitu :
1. Memilih/mengaktifkan titik pemancar yang diinginkan.
2. Menginput frekuensi yang akan dimonitor atau observasi.
3. Mencocokkan dengan data yang dimiliki Balmon.

Dari hasil monitoring spektrum frekuensi televisi di kota Medan didapatkan data berupa
gambar dan tabel. Adapun hasilnya seperti dibawah ini :
Gambar 4.2 bentuk spektrum frekuensi televisi

4.2 Analisis Data


Dari hasil monitoring yang telah dilakukan ditemukan spektrum frekuensi stasiun
televisi di kota Medan sebanyak 36 pengguna. Setelah disesuaikan dengan database dari
Balmon seluruh frekuensi tersebut terdaftar pada database. Itu menandakan bahwa tidak
ada ditemukan frekuensi ilegal.
Adapun alur analisa spektrum frekuensinya sebagai berikut :

Mulai Aplikasi

Input lokasi
antena penerima

Input frekuensi
Radio

Cocokan Hasil pada


aplikasi dengan
database

Radio Tindak Lanjut Sebagai


Ber-izin ? pelanggaran.
Ti
ii

Selesai

Gambar 4.3 Diagram Alir Analisa

Penggunaan spektrum frekuensi radio memiliki aturan-aturan tertentu. Setiap orang


atau badan yang ingin menggunakan frekuensi haris memiliki izin resmi sesuai dengan
Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang mengatur hal tersebut. Peraturan
tersebut dimuat dalam :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi
2. PP Nomor 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi
3. PP Nomor 53 Tahun 2000 tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit
Satelit
4. Permen Kominfo Nomor 4 Tahun 2015 tentang Ketentuan Operasional dan Tata Cara
Perizinan Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio
Pengguna frekuensi diwajibkan untuk memiliki ISR (Izin Stasiun Radio) agar dapat
menggunakan frekuensi sesuai dengan kebutuhan. ISR dibuat oleh Balai Monitor dan
diperpanjang setiap tahunnya.
Apabila Ditemukan Spektrum Frekuensi Yang Tidak Memiliki SIR Makan Akan
Diberi Sosialisasi Dan Pendampingan Dalam Mengurus ISR Oleh Seksi Pemantauan
Dan Penertiban Balai Monitoring Spektrum Frekuensi Kelas I Medan.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai