Anda di halaman 1dari 37

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada zaman sekarang ini, Perkembangan teknologi telekomunikasi sangat
cepat, sehingga berdampak pada pengguna jasa telekomunikasi yang semakin
mudah untuk mendapatkan informasi global maupun lokal. Bagi PT.Telkom
keadaan seperti ini merupakan suatu tantangan tersendiri guna mengembangkan
kinerja perusahaan dalam melayani kebutuhan masyarakat dan meningkatkan citra
nasional di persaingan yang terjadi di dunia global.
Adapun bentuk layanan PT. Telkom diantaranya adalah penyediaan jasa
telepon rumah, speedy, dll. Kemudian layanan telepon rumah ini dikenal sebagai
telepon tetap (fix phone) atau istilah teknisnya sebagai PSTN (Public Switch
Telephone Network). Teknologi tersebut menggunakan kawat tembaga sebagai
media perantara dari kantor pusat (central office) ke pelanggan (User) yang
kemudian dikenal dengan istilah JARLOKAT (Jaringan Lokal Akses Tembaga).
Namun, permintaan konsumen yang semakin meningkat mengakibatkan teknologi
kawat menjadi konvensional.
Kebutuhan konsumen yang semakin meningkat mengakibatkan PT. Telkom
sebagai penyedia jasa telekomunikasi harus mampu menyediakan media transmisi
yang lebih efisien dari kawat tembaga yaitu fiber optik. Jaringan ini dikenal dengan
istilah JARLOKAF ( Jaringan Lokal Akses Fiber ). Pada dasarnya PT. Telkom
sudah menggunakan JARLOKAF, tetapi selama ini hanya digunakan pada
beberapa hal saja, contohnya media akses dari Operator atau PT. Telkom ke RK
(Rumah Kabel). Namun karena tantangan kedepan PT.telkom harus mampu
mengoptimalkan penggunaan fiber optik tersebut demi kenyamanan pelanggan.
Dalam jaringan lokal akses fiber, terdapat beberapa teknologi yang dapat
diaplikasikan, salah satunya adalah Gigabit Passive Optical Network (GPON),
yaitu merupakan teknologi akses yang menggunakan media fiber optic. Karena
menggunakan fiber optik, GPON memiliki kecepatan akses yang mencapai 2,4
Gbps dan lebar pita yang besar. GPON sering digunakan pada jaringan pada FTTx
2

yaitu, fiber to the home (FTTH), fiber to the building (FTTB), fiber to the office
(FTTO) dan fiber to the base station (FTTS). Jaringan FTTx yang menggunakan
teknologi GPON sangat berkembang pesat. Tetapi, di Indonesia Teknologi GPON
pada jaringan FTTx belum banyak ditemui. Maka diharapkan untuk masa
mendatang di Indonesia bisa lebih mengembangkan akses komunikasinya dengan
menggunakan jaringan FTTx dengan teknologi GPON. Dari penjabaran diatas
dalam laporan ini, penulis akan melakukan analisa terhadap teknologi GPON pada
jaringan fiber optik, dengan judul TEKNOLOGI GYGABIT OPTICAL
NETWORK (GPON) PADA JARINGAN OPTIK.

1.2 Perumusan Masalah
Bedasarkan latar belakang diatas, maka penulis mengemukakan beberapa
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa itu teknologi GPON ?
2. Apa itu jaringan optik ?
3. Bagaimana konfigurasi dan komponen-komponen apa saja pada GPON ?
4. Apa kelebihan dan kekurangan teknologi GPON ?
5. Bagaimana cara kerja perangkat-perangkat GPON?

1.3 Pembatasan Masalah
Bedasarkan rumusan-rumusan tersebut, yang menjadi batasan
permasalahannya adalah tentang:
1. Gambaran umum teknologi GPON
2. Konfigurasi penyusun teknologi GPON
3. Cara kerja dari perangkat-perangkat GPON.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui apa itu GPON, dan konfigurasi Teknologi GPON.
b. Mengetahui komponen-komponen penyusun konfigurasi teknologi
GPON.
3

c. Menambah pengetahuan tentang Teknologi GPON.
d. Mengetahui cara kerja GPON

2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat bagi Universitas Sriwijaya
Data yang didapat bisa dijadikan bahan referensi bagi
universitas untuk digunakan sesuai kebutuhan belajar mengajar
dan sebagainya.
Membina kerjasama yang baik antara universitas dan
Perusahaan.
Mempersiapkan mahasiswa-mahasiswi terbaik yang dapat
bersaing didunia kerja nantinya setelah lulus kuliah.
b. Manfaat bagi PT.Telkom
Data-data hasil dari kerja praktek dapat dijadikan bahan
masukan untuk peningkatan kualitas pelayanan kepada
masyarakat.
Sebagai wujud kepedulian Perusahaan terhadap peningkatan
kualitas pendidikan.
c. Manfaat bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat menggunakan data-data yang didapat selama
kerja praktek dalam membuat laporan kerja praktek.
Mahasiswa dapat mengembangkan data-data yang didapat
selama kerja praktek sebagai bahan referensi tugas akhirnya
nanti.
Mahasiswa dapat menambah pengalaman yang didapatnya
selama kerja praktek untuk nantinya dapat diaplikasikan didunia
kerja yang sesungguhnya.


4



1.5 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam menyelesaikan laporan ini adalah :
1. Metode Studi Pustaka
Merupakan suatu cara untuk mengumpulkan sumber-sumber bacaan yang
berhubungan dengan permasalahan yang dibahas.
2. Metode Wawancara
Dengan metode ini penulis melakukan tanya jawab langsung kepada pihak-
pihak yang dianggap tahu dan berkompeten dalam bidangnya seperti
pembimbing 1, pembimbing lapangan serta dosen pembimbing.

1.6 Sistematika Penulisan Penelitian
Adapun sistematika penulisan Laporan Kerja Praktek ini ialah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, perumusan masalah,
pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode
penelitian dan sistematika penulisan penelitian.
BAB II PROFIL PERUSAHAAN
Bab ini berisi tentang sejarah dan pencapaian perusahaan,
visi dan misi, logo perusahaan, serta struktur organisasi dan
produk.
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang teori-teori yang berhubungan dengan
Teknologi GPON dan jaringan optik
5



BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini berisi pembahasan mengenai teknologi GPON pada
jaringan fiber optik.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh serta saran-saran
yang dapat diberikan untuk pengembangan laporan dan
terlebih lagi sistem yang lebih baik.












6



BAB II
PROFIL PERUSAHAAN

2.1 Sejarah PT. Telkom Indonesia
Perusahaan Telekomunikasi sudah ada sejak masa Hindia Belanda dan yang
menyelenggarakan adalah pihak swasta. Sedangkan perusahaan Telekomunikasi
Indonesia ( PT. TELKOM) sendiri juga termasuk bagian dari perusaahaan tersebut
yang mempunyai bentuk badan usaha Post-en Telegraaflent dengan Staats blaad
No.52 tahun 1884. Dan sejak tahun 1905 perusahaan Telekomunikasi sudah
berjumlah 38 perusahaan. Namun setelah itu pemerintah Hindia Belanda
mengambil alih perusahaan tersebut yang berdasar kepada Staatsblaad tahun 1906.
Dan sejak itu berdirilah Post, Telegraf en Telefoon Dients (PTT-Dients),dan
perusahaan ini ditetapkan sebagai Perusahaan Negara berdasar Staats blaad No.419
tahun 1927 tentang Indonesia Bedrijven Weet (I.B.W Undang-Undang Perusahaan
Negara).
Perusahaan PTT tersebut bertahan sampai adanya Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang (Perpu) No.19 tahun 1960 oleh Pemerintah Republik
Indonesia, tentang adanya persyaratan suatu Perusahaan Negara (PN). Tetapi pada
tahun 1961 menurut Peraturan Pemerintah No.240 bahwa Perusahaan Negara
dilebur menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi yang dimuat dalam
pasal 2 I.B.
Namun pada tahun 1965 pemerintah membagi perusahaan Pos dan
Telekomunikasi menjadi dua bagian yang berdiri sendiri yaitu Perusahaan Pos dan
Giro (PN. Pos dan Giro) serta Perusahaan Negara Telekomunikasi (PN.
7

Telekomunikasi) yang sudah diatur dalam Peraturan Pemerintah No.30 tahun 1965.
Dan perusahaan tersebut berkembang menjadi Perusahaan Umum (Perum). Dalam
Peraturan Pemerintah No.36 tahun 1974 dinyatakan bahwa Perum Telekomunikasi
sebagai penyelenggara jasa Telekomunikasi untuk umum baik Telekomunikasi
dalam negeri maupun luar negeri.
Perusahaan Umum (PERUM) Telekomunikasi merupakan penyelenggara jasa
telekomunikasi untuk umum, baik hubungan telekomunikasi dalam negeri maupun
luar negeri. Tentang hubungan telekomunikasi luar negeri saat itu juga
diselenggarakan oleh PT. Indonesia Satelite Corporation (INDOSAT), yang masih
berstatus perusahaan asing yakni dari American Cable and Radio Corp yaitu suatu
perusahaan yang didirikan berdasarkan peraturan negara bagian Delaware, USA.
Seluruh saham PT Indosat dengan modal asing ini pada tahun 1980 dibeli oleh
Indonesia dari American Cable and radio Corp. Pemerintah mengeluarkan
Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 1274 berdasarkan PP No. 53 tahun 1980,
Perumtel ditetapkan sebagai badan usaha yang berwenang menyelenggarakan
telekomunikasi untuk umum dalam negeri dan Indosat ditetapkan sebagai badan
usaha penyelenggara telekomunikasi urnurn untuk internasional.
Untuk lebih meningkatkan jasa telekomuniksi untuk umum, diadakan
perubahan terhadap PP No.2 tahun 1974 dengan PP No.53 tahun 1980, yaitu
dengan menetapkan Perumtel sebagai badan usaha yang diberi wewenang untuk
menyelenggarakan telekomunikasi di dalam negeri dan PT Indosat sebagai
penyelenggara telekomunikasi umum untuk internasional ( ke dalam atau ke luar
negeri ) PP No. 36 tahun 1974 jo PP No. 54 tahun 1980.
Satu hal yang menggembirakan adalah ditetapkannya UU No. 3 tahun 1988
tentang telekomunikasi yang memberikan kesempatan dalam pengembangan dan
pembangunan pertelekomunikasian Indonesia dan juga PP No. 24 tahun 1991
tentang penyelenggaraan telekomunikasi. Mengingat demikian pesatnya
perkembangan telekomunikasi ditambah dengan pola manajemen yang lebih
8

terbuka, pemerintah melalui PP No. 25 tanggal 1 Mei menetapkan pengalihan
bentuk Perusahaan Umum (Perum) Telekomunikasi menjadi Perseroan (Persero).
Pengolahan bentuk ini ditandai dengan penandatanganan Akte Pendirian
Perusahaan Perseroan (Persero) PT Telekomunikasi Indonesia oleh Notaris Imas
Fatimah SH. Bersama-sama dengan Menparpostel Soesilo Soedarman yang
bertindak selaku kuasa dari Menteri Keuangan sebagai pemegang saham, pada
tanggal 24 September 1991 di Depparpostel. Akta pendirian tersebut juga
ditandatangani oleh Drs. Soetjipto MA, Kepala Biro Hukum dan Organisasi
Depparpostel.
Dalam Akta Pendirian tersebut tertuang bahwa modal dasar PT Telkom
sebesar 10 triliun rupiah dan modal yang disetor 2 triliun rupiah. Ini adalah hasil
kekayaan Negara yang tertanam di Perumtel dihitung oleh Departemen Keuangan
bersama Depparpostel dan dijelaskan pula bahwa PT Telkom didirikan dalam
jangka waktu 75 tahun.
Seiring dengan perkembangan dunia pertelekomunikasian Indonesia yang
pesat dibutuhkan manajemen professional yang lebih terbuka untuk meningkatkan
pelayanan jasa telekomunikasi, maka berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 25
tahun 1991 mengenai pengalihan bentuk perusahaan umum menjadi perusahaan
perseroan, nama Perumtel berubah menjadi PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk.
Peralihan bentuk perusahaan menjadi PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk ditandai
dengan penandatanganan akte pendirian perusahaan oleh notaries bersama-sama
dengan Menparpostel selaku kuasa dari Menteri Keuangan sebagai pemegang
saham pada tanggal 24 September 1991. Selanjutnya PT Telekomunikasi
Indonesia, dikenal sebagai PT Telkom.
Sejak 1 Juli 1995 PT. Telkom telah menghapus struktur wilayah usaha
telekomunikasi (WTTEL) dan secara de facto meresmikan dimulainya era Divisi
Network. Badan Usaha utama dikelola oleh 7 divisi regional dan 1 divisi network.
Divisi regional menyelenggarakan jasa telekomunikasi di wilayah masing masing
dan divisi network menyelenggarakan jasa telekomunikasi jarak jauh luar negeri
melalui pengoperasian jaringan transmisi jalur utama nasional. Daerah regional PT.
Telkom mencakup wilayah-wilayah yang dibagi sebagai berikut:
9

1. Divisi Regional I, Sumatera dan sekitarnya
2. Divisi Regional II, Jakarta dan sekitarnya
3. Divisi Regional III, Jawa Barat
4. Divisi Regional IV, Jawa Tengah dan Yogyakarta
5. Divisi Regional V, Jawa Timur
6. Divisi Regional VI, Kalimantan
7. Divisi Regional VII, Kawasan timur Indonesia (Sulawesi, Bali, Nusa
Tenggara, Maluku dan Papua)
Transformasi terakhir sekaligus yang disebut dengan NEW TELKOM
Indonesia adalah transformasi dalam bisnis, transformasi infrastruktur, transformasi
sistem dan model operasi dan transformasi sumber daya manusia. Transformasi
tersebut resmi diluncurkan kepada pihak eksternal bersamaan dengan New
Corporate Identity TELKOM pada tanggal 23 Oktober 2009, pada hari ulang tahun
TELKOM yang ke 153. TELKOM juga memiliki tagline baru, The World in Your
Hand.
Sampai dengan 31 Desember 2008 jumlah pelanggan TELKOM tumbuh 37%
dari tahun sebelumnya sebanyak 68,6 juta pelanggan yang terdiri dari pelanggan
telepon tidak bergerak kabel sejumlah 8,6 juta, pelanggan telepon tidak bergerak
nirkabel sejumlah 12,7 juta pelanggan dan 65,3 juta pelanggan jasa telepon
bergerak.
Sejalan dengan lahirnya NEW TELKOM Indonesia, berbekal semangat
positioning baru Life Confident manajemen dan seluruh karyawan TELKOM
berupaya mempersembahkan profesionalitas kerja, serta produk dan layanan
terbaik bagi pelanggan dan stakeholders.
Sepanjang Tahun 2008, berbagai penghargaan dan sertifikasi telah diterima
oleh TELKOM, baik dari dalam maupun luar negeri antara lain, Sertifikasi ISO
9001:2000 dan ISO 9004:2000 untuk Divisi Enterprise Service dari TUV
Rheinland International Indonesia; Penghargaan Sistem Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (SMK3) dan Kecelakaan Nihil 2008 dari Wakil Presiden RI;
The Best Corporate Image category dalam ajang Most Admired Companies
Awards ke 8 dari Frontier Consulting Group; Juara Umum 2007 Annual Report
10

Award dari Menteri Keuangan RI; Juara Umum Anugerah Media Humas 2008 dari
Bakorhumas CIO of The Year 2008 dalam Hitachi Data Sistem IT Inspiration
Awards; dan Penghargaan CEO dan Perusahaan Idaman dari Majalah Warta
Ekonomi.
Saham TELKOM per 31 Desember 2008 dimiliki oleh pemerintah Indonesia
(52,47%) dan pemegang saham publik (47,53%). Saham TELKOM tercatat di
Bursa Efek Indonesia (BEI), New York Stock Exchange (NYSE), London Stock
Exchange (LSE) dan Tokyo Stock Exchange, tanpa tercatat. Harga saham
TELKOM di BEI pada akhir Desember 2008 sebesar Rp 6.900. Nilai kapitalisasi
pasar saham TELKOM pada akhir tahun 2008 mencapai Rp 139,104 miliar atau
12,92 % dari kapitalisasi pasar BEI.
Dengan pencapaian dan pengakuan yang diperoleh TELKOM, penguasaan
pasar untuk setiap portofolio bisnisnya, kuatnya kinerja keuangan, serta potensi
pertumbuhannya di masa mendatang, TELKOM menjadi model korporasi terbaik
Indonesia.

2.2 Visi dan Misi
1. Visi
To become a leading InfoCom player in the region
Telkom berupaya untuk menempatkan diri sebagai perusahaan InfoCom
terkemuka di kawasan Asia Tenggara, Asia dan akan berlanjut ke kawasan Asia
Pasifik.
2. Misi
Telkom mempunyai misi memberikan layanan " One Stop InfoCom
Services with Excellent Quality and Competitive Price and To Be the Role
Model as the Best Managed Indonesian Corporation " dengan jaminan bahwa
pelanggan akan mendapatkan layanan terbaik, berupa kemudahan, produk dan
jaringan berkualitas, dengan harga kompetitif.
Telkom akan mengelola bisnis melalui praktek-praktek terbaik dengan
mengoptimalisasikan sumber daya manusia yang unggul, penggunaan teknologi
11

yang kompetitif, serta membangun kemitraan yang saling menguntungkan dan
saling mendukung secara sinergis.








2.3 Arti Logo

Gambar 2.1. Logo Telkom Indonesia
Logo dari perusahaan telkom memiliki arti sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) adalah sebagai berikut :
1). Ikon dalam logo terdiri dari bentuk lingkaran yang melambangkan kedinamisan
Perusahaan, dan juga simbolisasi dunia, serta tangan kanan yang ramah dalam
meraih dunia tersebut.
2). Warna yang digunakan dalam logo Telkom Indonesia adalah warna dasar
dominan putih ( komposisi warna C=0, M=0, Y=0, K=0), warna dasar tidak
dominan hitam (komposisi warna C=0, M=0, Y=0, K=0), warna aksen merah
12

(komposisi warna C=0, M=0, Y=0, K=0), dan warna transisi Silver/Abu-abu
(komposisi warna C=0, M=0, Y=0, K=0).
3). Tag line dalam logo adalah The World in Your Hand yang bermakna Dunia
dalam genggaman anda, pesan yang ingin disampaikan melalui tag line ini adalah
bahwa TELKOM akan membuat segalanya menjadi lebih mudah, dan
menyenangkan dalam mengakses dunia.

2.4 Struktur Organisasi
Kantor Daerah Telekomunikasi Palembang merupakan salah satu Kandatel
yang berada di cakupan wilayah Divisi Regional I. Berikut ini adalah bagan seluruh
Kandatel yang berada dalam cakupan Divisi Regional (DIVRE) I :

Gambar 2.2 Kantor Daerah Telkom Divisi Regional I
Sedangkan untuk areal Sumatera selatan, terbagi menjadi dua kepala
kantor daerah telekomunikasi (kakandate), yaitu kepala kantor daerah
telekomunikasi Baturaja, dan kepala kantor daerah telekomunikasi Lubuk Linggau.
13


Gambar 2.3 Struktur Organisasi PT Telkom Regional 1



BAB III
LANDASAN TEORI
3.1 Serat Optik (Fiber Optic)
Serat optik adalah suatu media transimisi berupa pemandu gelombang
cahaya (light wave guide) yang berbentuk kabel tembus pandang (transparant),
dimana penampang dari kabel tersebut terdiri dari dua bagian, yaitu: bagian
dalam disebut Core dan pada bagian luar disebut Cladding. Cladding pada
serat optik membungkus core. Dibawah merupakan gambar skema penampang
dari serat optic:
14












Gambar 3.1. Gambar skema penampang serat optic

Indeks bias bahan core harus lebih besar dari indeks bias bahan cladding.
Bahan core tidak harus terbuat dari bahan yang sejenis dengan cladding, jadi
serat optik (fiber optic) bisa terbuat dari selembar senar transparant yang
berfungsi sebagai core dengan cladding udara, sebuah air sebagai core dan
udara sebagai claddingnya, dan lain sebagainya.
Serat Optik dibuat dari bahan gelas silika (SiO2) dengan penampang
berbentuk lingkaran dengan indeks bias tertentu, baik sebagai core maupun
cladding. Untuk membedakan antara indeks bias core dan cladding, bahan
silica murni tersebut diberi campuran yang kadarnya berbeda untuk core dan
Replected light ray
Replected light ray
Coating
Cladding
Core
n2
n2
Incident light
ray
n = index of reflection
n1>n2 permits total internal reflection
15

cladding. Bentuk pemampang kabel serat optik (fiber optic) yang berbentuk
lingkaran diameter standarnya adalah 125 m (10-6 meter) atau sekitar 1/8 mm.

Bentuk pemampang core serat optik (fiber optic) ada yang berbentuk
ellips dan adapula yang berbentuk lingkaran. Dalam kehidupan seharihari
kita mengenal adanya dua tipe dasar kabel serat optik (fiber optic) yang
digunakan dalam kebutuhan telekomunikasi, kedua serat optik (fiber optik)
tersebut dilihat dari ukuran diameter core-nya, yaitu : mode tunggal
(single mode/mono mode) dan mode jamak (multi mode). Kedua kabel
serat optik (fiber optic) tersebut banyak sekali perbedaan- perbedaannya.
Dimana kabel serat optik (fiber optic) jenis single mode ini sangat atau
lebih mahal harganya bila dibandingkan dengan kabel serat optik (fiber
optic) jenis multi mode, tetapi kabel serat optik jenis single mode ini
pengunaannya atau fungsinya lebih efektif dibanding dengan jenis kabel serat
optik (fiber optic) multi mode. Apabila ditinjau dari distribusi indeks bias
core, kabel serat optik (fiber optic) dibedakan menjadi dua jenis, yaitu : step
index dan graded index.

3.1.1 Jenis-Jenis Fiber Optik
1. Single-mode fibers
Mempunyai inti yang kecil (berdiameter 0.00035 inch atau 9
16

micron) dan berfungsi mengirimkan sinar laser inframerah (panjang
gelombang 1300-1550 nanometer)

Gambar 3.2 Fiber optik single-mode
2. Multi-mode fibers
Mempunyai inti yang lebih besar(berdiameter 0.0025 inch atau
62.5 micron) dan berfungsi mengirimkan sinar laser inframerah
(panjang gelombang 850-1300 nanometer)

Gambar 3.3 Fiber optik multi-mode



3.1.2 Prinsip Kerja Fiber Optik
Fiber optik bekerja dengan memanfaatkan sifat cahaya yang unik:
mempunyai kecepatan sangat tinggi1 dan dapat dibelokkan yang kemudian
kita sebut sebagai refleksi internal total. Refleksi internal total merupakan
fenomena optik yang terjadi jika cahaya mengenai perbatasan antara dua
medium dengan sudut lebih besar dari sudut kritis yang diukur secara
normal terhadap permukaan. Fenomena ini hanya dapat terjadi jika cahaya
merambat dari medium dengan indeks bias yang lebih besar menuju
17

medium dengan indeks bias yang lebih kecil, misalnya cahaya yang
merambat dari air ke udara.
Prinsip kerja fiber optik dapat digambarkan dengan jelas
menggunakan analogi: jika kita ingin menerangi sebuah terowongan yang
lurus, kita cukup menyalakan lampu dan cahaya akan memancar lurus
sehingga terowongan akanmenjadi terang. Lain halnya jika terowongan
tersebut berkelok-kelok. Jika kita hanya menyalakan lampu, cahaya dari
lampu tidak dapat menerangi seluruh terowongan karena sebagian cahaya
akan terhalang oleh belokan terowongan. Cara supaya lampu dapat
menerangi seluruh terowongan adalah dengan meletakkan cermin pada
lekukan terowongan supaya cahaya dari lampu dapat membelok menuju
lokasi yang kita inginkan.
Perlu diperhatikan bahwa sumber cahaya (sinyal) dari luar yang
akan masuk ke core serat optik harus diperhitungkan terlebih dahulu sudut
datangnya. Ketika cahaya dari core berpapasan dengan perbatasan cladding,
cahaya akan membentuk sudut yang lebih besar dari sudut kritis, terjadi
refleksi internal total yang menyebabkan cahaya membelok ke bagian
bawah, kemudian ketika berpapasan dengan perbatasan cladding di bawah,
cahaya tetap membentuk sudut kritis sehingga membelok kembali ke atas,
dan seterusnya hingga cahaya sampai ke bagian penerima.



3.2 JARLOKAF (Jaringan Lokal Akses Fiber)
Jaringan ke rumah-rumah saat ini didominasi oleh fixed wireline dengan
menggunakan tembaga. Implementasi jaringan akses dengan menggunakan
tembaga ini sendiri dianggap memiliki kekurangan karena tidak dapat
memberikan bandwidth yang tinggi apabila dibandingkan dengan fiber optik.
Karena dari itu, teknologi mulai beralih ke penggunaan fiber optik agar
diperoleh bandwidth yang lebih tinggi. Dalam sepuluh tahun terakhir, fiber
18

optik telah menunjukkan kualitas tinggi untuk berbagai macam aplikasi sebab
dapat mentransmisi bit rate yang tinggi, tidak sensitif pada gangguan
elektromagnetik, reabilitas lebih baik dari kabel koaksial. Jaringan lokal akses
sendiri memerlukan persyaratan berikut:
a. Di wilayah kota, terdapat lekukan dan saluran yang biasanya penuh oleh
kabel lain sehingga pemasangan infrastruktur baru selalu dibuat dalam
jumlah kecil sehingga radius belokan fiber dan kabel harus kecil.
b. Kabel terpasang dalam bermacam-macam kondisi yaitu diluar, bawah
tanah, di udara dan didalam ruangan. Konsekuensinya banyak kondisi
termal, mekanikal dan tekanan lain yang harus diterima.
c. Jalur biasanya perlu banyak sambungan sehingga diinginkan pemasangan
yang memerlukan teknisi yang terlatih dan persiapan yang tidak mudah.
d. Biaya jalur koneksi global harus menjadi lebih rendah.
Fiber optik merupakan saluran transmisi atau sejenis kabel yang terbuat dari
kaca atau plastik yang sangat halus dan lebih kecil dari sehelai rambut yang
berdiameter lebih kurang 120 mikrometer. Dapat digunakan
untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain. Sumber
cahaya yang digunakan biasanya adalah laser atau LED. Perkembangan
teknologi serat optik saat ini telah dapat menghasilkan pelemahan (attenuation)
kurang lebih 20 dB/km. Dengan bandwidth yang besar sehingga kemampuan
dalam mentransmisikan data menjadi lebih banyak dan lebih cepat
dibandingkan dengan penggunaan kabel konvensional. Sehingga serat optik
sangat cocok digunakan terutama dalam aplikasi sistem telekomunikasi.
Arsitektur jaringan lokal akses fiber optik sendiri secara umum memiliki dua
buah perangkat opto elektronik, berupa satu perangkat di sisi sentral dan
satuperangkat di sisi pelanggan. Lokasi perangkat yang berada di sisi
pelanggandisebut dengan Titik Konversi Optik (TKO), yang berarti batas
terakhir kabeloptik ke arah pelanggan sebagai lokasi konversi sinyal optik ke
sinyal elektronik. Pada dasarnya jaringan lokal akses fiber hanya berupa suatu
akses jaringan saja.
19

Fiber To The X (FTTX) merupakan istilah umum yang sering digunakan
untuk beberapa arsitektur jaringan fiber optik dalam dunia telekomunikasi.
Berdasarkan modus aplikasinya, beberapa arsitektur jaringan lokal akses fiber
tersebut dibagi menjadi Fiber To The Building (FTTB), Fiber To The Zone
(FTTZ), Fiber To The Curb (FTTC), Fiber To The Home (FTTH).
1. Fiber To The Building (FTTB)
Pada FTTB posisi TKO terletak didalam gedung dan biasanya terletak pada
ruang telekomunikasi di lantai dasar. FTTB merupakan suatu alternatif
modus aplikasi yang disediakan untuk gedung-gedung yang menginginkan
koneksike jaringan akses menggunakan serat optik. Pada umumnya FTTB
dilaksanakan pada suatu bangunan besar dan tinggi dengan jumlah satuan
sambungan telepon (SST) yang cukup banyak. Banyaknya TKO pada
gedung tersebut dapat bervariasi tergantung dengan jumlah pelanggan, dan
kebutuhan pelanggan yang berada pada gedung tersebut. Setiap terminal
pelanggan didalam bangunan tersebut akan terhubung dengan TKO didalam
gedung dengan menggunakan kabel tembaga indoor.

2. Fiber To The Zone (FTTZ)
Pada FTTZ posisi TKO terletak di suatu tempat diluar bangunan, baik di
dalam cabinet maupun manhole. Jika dianalogikan dengan konfigurasi
jaringan tembaga, maka keberadaan TKO hanya beberapa kilometer,
pelanggan dihubungkan dengan kabel tembaga sekunder dan disambung
lagi dengan kabel tembaga sampai ke pelanggan. Pada umumnya, jarak
sambungan tembaga pelanggan ke TKO sebesar 3 sampai dengan 5
kilometer. Arsitektur jaringan FTTZ dapat dilihat pada gambar berikut.

3. Fiber To The Curb (FTTC)
Pada FTTC posisi TKO terletak di suatu tempat diluar bangunan, baik
didalam cabinet, diatas tiang maupun manhole. Konsep dari FTTC adalah
20

membawa serat optik sampai ke suatu area perumahan. TKO diletakkan
pada suatu titik di area tersebut dan setiap terminal pelanggan pada
areatersebut terhubung menggunakan kabel tembaga.

4. Fiber To The Home (FTTH)
Pada dasarnya modus FTTH memiliki prinsip yang sama dengan arsitektur
modus FTTB. Perbedaannya hanya pada letak TKO, yaitu didalam rumah
pelanggan yang didalamnya terdapat satu atau lebih satuan sambungan
telepon. Arsitektur modus ini tidak jauh berbeda denganarsitektur FTTB.
Fiber To The Home (FTTH) merupakan suatu format penghantaran isyarat
optik dari pusat penyedia layanan (provider) ke kawasan pengguna dengan
menggunakan serat optik sebagai medium penghantaran. Perkembangan
teknologi ini tidak terlepas dari kemajuan perkembangan teknologi serat
optik yang dapat menggantikan penggunaan kabel konvensional. Dan juga
didorong oleh keinginan untuk mendapatkan layanan multimedia, dimana
layanan akan berupa akses internet yang cepat, suara (jaringan telepon) dan
video (TV Kabel) dalam satu infrastruktur pada unit pelanggan.
Fiber To The Home (FTTH) merupakan sepenuhnya jaringan optik dari
provider ke pemakai. Multiplex dari sinyal optik dibawa ke splitter dalam
sebuah grup yang hampir mendekati pemakai. Terdapat splitter optik
dengan ratio yang berbeda-beda.
Secara umum, teknologi FTTH terdiri dari tiga jenis topologi jaringan,yaitu
jaringan point to point, jaringan serat optik pasif active optical network),dan
jaringan serat optik pasif (passive optical network).
a) Jaringan Point to Point
Jaringan ini merupakan rancangan jaringan FTTH yang paling
ringkas,dimana isyarat dihantar terus dari Central Office (CO) kepada
setiappelanggan dengan satu serat optik dan laser yang terpisah. Serat
21

optik bentuk tunggal digunakan untuk isyarat bolak-balik dengan satu
kabel serat optik sampai pertukaran setempat (local exchange) dan
kemudian dipisah untuk masing-masing end user.
b) Jaringan Serat Optik Aktif (Active Optical Network )
Jaringan ini merupakan rangkaian point to multi point,
penggunaanteknologi ini terbatas karena biayanya sangat tinggi.
Peralatan-peralatan aktif yang digunakan dalam jaringan ini salah
satunya termasuk optical switch yang memerlukan tenaga listrik.
c) Jaringan Serat Optik Pasif (Passive Optical Network)
Jaringan ini juga merupakan rangkaian point to multi point yang
hampir sama dengan AON. Perbedaannya terletak pada titik komponen
aktif yang digantikan oleh passive optical splitter.
Optical splitter bersifat pasif sehingga tidak melakukan manipulasi
sinyal, kabel optik dapat dipecahmenjadi beberapa kabel optik lagi
dengan kualitas informasi yang sangat baik. Dengan teknologi fiber
optik beberapa layanan seperti telepon, data danvideo bisa melalui satu
saluran.

22

Gambar 3.4 topologi FTTx
3.3 Gigabit Passive Optical Network (GPON)
GPON merupakan teknologi akses dengan kategori broadband dengan
menggunakan media transmisi serat optik. GPON merupakan evolusi dari PON.
Tahapan-tahapan evolusi PON adalah sebagai berikut :
1. ITU-T G.983
ITU-T G.983 merupakan PON berbasis ATM, mendukung suara dan data,
efisiensi 70 % dan memiliki bandwidth 622 Mbps, diadopsi dari standar ITU
tahun 1999. Terdiri dari APON (ATM Passive Optikal Network) dan BPON
(Broadband PON). APON merupakan standar PON (Passive Optikal Network)
yang pertama. Digunakan terutama untuk aplikasi bisnis dan menggunakan
teknologi ATM sedangkan BPON merupakan perkembangan dari APON.
Teknologi ini mendukung WDM dan alokasi bandwidth upstream yang besar.
2. ITU-T G.984
ITU-T G.984 merupakan standard yang di keluarkan oleh ITU-T untuk
teknologi GPON (Gigabit PON). GPON merupakan evolusi dari standar
BPON. Teknologi ini mendukung kecepatan yang besar, peningkatan dalam
pengamanan, dan pilihan 2 layer protokol (ATM, GEM, Ethernet). Tetapi pada
kenyataannya ATM tidak diimplementasikan. Teknologi ini memiliki
bandwidth 2,5 Gbps dengan efisiensi 93%. Proses framing pada GPON
menggunakan GEM (GPON Encapsulate Method). GEM menggunakan frame
segmentation untuk QoS ( Quality of Service) yang lebih besar. Standar
teknologi ini mengijinkan beberapa pilihan kecepatan, tetapi untuk industri
seragam antara 2,488 Mbps untuk downstream dan 1,244 Mbps untuk
upstream.
23


Gambar 3.5 Konfigurasi GPON berdasarkan ITU-T G.984

3. IEEE 802.3ah
IEEE 802.3ah adalah suatu standar teknologi yang dikeluarkan IEEE untuk
EPON (Ethernet PON) dan GEPON merupakan PON berbasis erhernet,
standar IEEE/EFM pada penggunaan ethernet untuk paket data. Teknologi ini
mendukung suara dan data, efisiensi 49%, bandwidth 1 Gbps untuk upstream
dan downstream. Standar ini selesai dibuat tahun 2004.
Karakteristik BPON GPON GEPON
Standard ITU-T G.983 ITU-T G.984 IEEE 802.3ah
Protocol ATM Ethernet, TDM Ethernet
Rates DS : 622 Mbps
US : 155 Mbps
DS : 2488 Mbps
US : 1244 Mbps
DS : 1000 Mbps
US : 1000 Mbps
Span (Km) 20 20 10
Split Ratio 32 32 or 64 16 or 32
Tabel 3.1 Perbandingan BPON, GPON, dan GEPON
BAB IV
PEMBAHASAAN

4.1 Teknologi GPON

Teknologi GPON merupakan teknologi jaringan akses dengan
menggunakan media transmisi fiber optik secara keseluruhan. Passive Optical
24

Network PON adalah bentuk khusus dari FTTH yang mengandung
perangkat optic pasif dalam jaringan distribusi optik. Perangkat optik pasif
yang dipakai adalah konektor, passive splitter dan kabel optik itu sendiri.
Dengan passive splitter kabel optik dapat dipecah menjadi beberapa kabel
optik lagi, dengan kualitas informasi yang dalam PON terdapat tiga
komponen utama yaitu: Optical Line Terminal (OLT), Optical Distribution
Network (ODN) dan Optical Network Unit (ONU). Keluaran dari OLT
ditransmisikan melalui ODN yang menyediakan alat alat transmisi optik mulai
dari OLT sampai pelanggan. ONU menyediakan interface pada sisi pelanggan
dan dihubungkan dengan ODN. Teknologi PON pada dasarnya adalah
teknologi untuk hubungan point to multipoint, dan topologi ini sesuai untuk
melayani kelompok pelanggan yang letaknya terpisah, dengan hanya
menambah perangkat ONU di lokasi pelanggan. Metode akses yang digunakan
pada PON salah satunya adalah TDM/TDMA (Time Division
Multiplexing/Time Division Multiplexing Access). Pada arah downstream,
sinyal TDM dari OLT memuat semua informasi pelanggan dalam slot yang
ditentukan dan disebarkan ke semua ONU yang terhubung oleh OLT. Tiap
ONU hanya mengakses pada slot yang telah ditentukan untuk transmisi karena
semua informasi downstream disebarkan ke semua ONU, seperti pengamanan
sinyal, dengan encryption. Pada arah sinyal optik upstream dari setiap ONU
ditransmisikan secara sinkron dengan metoda TDMA untuk menghindari
tabrakan, karena jarak antara OLT dan semua ONU berbeda beda. Sedangkan
panjang gelombang yang digunakan untuk downstream dan upstream pada
daerah 1490 nm dan 1310 nm sesuai dengan rekomendasi ITU-T G 957.
Metoda lain yang digunakan adalah WDM (Wavelength Division
Multiplexing). Untuk WDM transmisi dua arah dapat dilakukan tanpa
memerlukan serat tambahan dan tidak meningkatkan bit rate pada saluran,
dengan menggunakan sinyal pada panjang gelombang yang berbeda, seperti
panjang gelombang 1310 nm dan 1550 nm. Sistem PON terdiri dari perangkat
OLT yang dihubungkan dengan sentral lokal (local exchange), satu atau ebih
perangkat ODN.
25

1. Protokol PON
Berikut ini protokol PON yang telah sepakati oleh IEEE dan ITU:
a. APON/BPON
APON atau ATM PON adalah standar yang dikeluarkan oleh ITU-
T dan diratifikasi tahun 1998 dengan standard G.983.1. APON
menggunakan ATM sebagai transport protokolnya (layer 2). Setelah
adanya penambahan standar G.983.3, APON kemudian diganti
namanya menjadi BPON atau Broadband PON.
b. EPON/GEPON
EPON atau Ethernet PON atau sering juga disebut GEPON
(Gigabit Ethernet PON) merupakan standar IEEE 802.3ah yang
diselesaikan tahun 2004.
c. GPON
GPON adalah suatu teknologi akses yang dikategorikan sebagai
Broadband Access berbasis kabel serat optik. GPON merupakan
salah satu teknologi yang dikembangkan oleh ITU-T via G.984.

2. Konfigurasi GPON
GPON merupakan teknologi FTTx yang dapat mengirim pelayanan
sampai ke premise pelanggan dengan menggunakan kabel serat optic. Jika
sebelumnya customer menggunakan kabel tembaga pada instalasi
perkabelan di sisi pelanggan, maka sekarang instalasi perkabelan bisa
menggunakan optik. Keunggulannya adalah bandwidth yang ditawarkan
bisa mencapai 2.488 Gbps (downstream) sampai pelanggan tanpa ada
kehilangan bandwidth. Konfigurasi network GPON intinya dapat dibagi
menjadi 5 bagian:
Network Management System (NMS);
Optical Line Terminal (OLT);
Optical Distribution Network (ODN);
Optical Distribution Pack (ODP);
Optical Network Termination/Unit (ONT/ONU).
26



Gambar 4.1. konfigurasi teknologi GPON.
komponen Sistem teknologi GPON. Konfigurasi network GPON intinya dapat
dibagi menjadi 5 bagian:
1. Network Management System (NMS)
2. Optical Line Terminal (OLT)
3. Optical Distribution Cabinet (ODC)
4. Optical Distribution Pack (ODP)
5. Optical Network Termination/Unit (ONT).
Berikut merupakan penjelasan tiap-tiap komponen inti pembangun jaringan
GPON:
1. Network Management System (NMS)
NMS merupakan perangkat lunak yang berfungsi untuk mengontrol dan
mengkonfigurasi perangkat GPON. Letak NMS ini bersamaan di dekat
OLT namun beda ruangan. Konfigurasi yang dapat dilakukan oleh NMS
adalah OLT dan ONT. Selain itu NMS dapat mengatur layanan GPON
seperti POTS, VOIP, dan IPTV. NMS ini menggunakan platform Windows
dan bersifat GUI (Graffic Unit Interface) maupun comment line. NMS
27

memiliki jalur langsung ke OLT, sehingga NMS dapat memonitoring ONT
dari jarak jauh.
2. Optical Line Terminal (OLT)
OLT menyediakan interface antara sistem PON dengan penyedia
layanan (service provider) data, video, dan jaringan telepon. Bagian ini
akan membuat link ke system operasi penyedia layanan melalui Network
Management System (NMS).


Gambar 4.2. OLT (Optical Line Terminal)


3. Optical Distribution Cabinet (ODC)/Rumah Kabel
ODC (Optical Distribution Cabinet) adalah jaringan optik antara
perangkat OLT sampai perangkat ODC. Letak dari ODC ini adalah terletak
di rumah kabel . ODC menyediakan sarana transmisi optik dari OLT
terhadap pengguna dan sebaliknya. Transmisi ini menggunakan komponen
optik pasif. ODC menyediakan peralatan transmisi optik antara OLT dan
ONT. Perangkat Interior pada ODC terdiri dari :
28

Konektor
Konektor optik merupakan salah satu perlengkapan kabel serat optik
yang berfungsi sebagai penghubung serat. Dalam operasinya konektor
mengelilingi serat kecil sehingga cahayanya terbawa secara bersama-
sama tepat pada inti dan segaris dengan sumber cahaya (serat lain).
Konektor yang digunakan pada Optical Access Network dapat dipasang
di luar dan di lokasi pelanggan.
Splitter
Splitter merupakan komponen pasif yang dapat memisahkan daya
optik dari satu input serat ke dua atau beberapa output serat. Splitter
pada PON dikatakan pasif sebab tidak memerlukan sumber energi
eksternal dan optimasi tidak dilakukan terhadap daya yang digunakan
terhadap pelanggan yang jaraknya berbeda dari node splitter, sehingga
cara kerjanya membagi daya optik sama rata.

Gambar 4.3 Splitter.
Passive Splitter atau splitter merupakan optical fiber coupler
sederhana yang membagi sinyal optik menjadi beberapa path (multiple
path) atau sinyal-sinyal kombinasi dalam satu jalur. Selain itu splitter
juga dapat berfungsi untuk merutekan dan mengkombinasikan berbagai
sinyal optik. Alat ini sedikitnya terdiri dari 2 port dan bisa lebih hingga
mencapai 32 port. Berdasarkan ITU G.983.1 BPON Standard
direkomendasikan agar sinyal dapat dibagi untuk 32 pelanggan, namun
rasio meningkat menjadi 64 pelanggan berdasarkan ITU-T G.984
GPON Standard. Hal ini berpengaruh terhadap redaman sistem, seperti
pada tabel dibawah ini.
29

Rasio Redaman
1:2 2,8 4,0 dB
1:4 5,8 7,5 dB
1:8 8,8 11,0 dB
1:16 10,7 14,4 dB
1:32 14,6 18,0 dB

Tabel 4.1. Redaman Passive Splitter

4. Optical Distribution Pack
Instalasi atau terminasi yang bagus dari fiber adalah persyaratan
utama untuk menjamin kemampuan transmisi pada kabel fiber optik,
pada implementasi dari suatu jaringan, beberapa jenis DP yang
diperkenalkan. Syarat utama DP adalah :
DP dapat di ubah tanpa mengganggu kabel yang sudah terpasang
dengan cara melebihkan kabel fiber optik beberapa meter.
Setiap DP harus punya ruangan untuk memuat splitter.
DP harus memiliki akses dari sisi depan.
Setiap DP harus memiliki penutup depan untuk melindungi orang
dari cahaya laser yang langsung keluar dari ujung fiber.
DP harus mempunyai ruang untuk memuat dan memandu kabel
fiber optik.

30


Gambar 4.4. FDB (Fiber Distribution Box)

5. Optical Network Termination/Unit (ONT/ONU)
ONU menyediakan interface antara jaringan optik dengan
pelanggan. Sinyal optik yang ditransmisikan melalui ODN diubah oleh
ONU menjadi sinyal elektrik yang diperlukan untuk service pelanggan.
Pada arsitektur FTTH, ONU diletakkan di sisi pelanggan. Perangkat
ONU yang digunakan PT.Telkom salah satunya adalah pabrikan ZTE.


Gambar 4.5. ONT/ONU (Optical Network Termination/Unit)

4.2 Prinsip kerja teknologi GPON
Dari gambar 4.1. dapat kita uraikan prinsip kerja teknologi GPON itu
sendiri, Prisip kerja dari GPON yaitu ketika data atau sinyal dikirimkan dari
OLT, maka ada bagian yang bernama splitter yang berfungsi untuk
memungkinkan serat optik tunggal dapat mengirim ke berbagai ONT. Untuk
31

ONT sendiri akan memberikan datadata dan sinyal yang diinginkan oleh user.
Pada prinsipnya, Passive Optical Network adalah sistem point-to-multipoint,
dari fiber ke arsitektur premise network dimana unpowered optikal splitter
(splitter fiber) serat optik tunggal.
Arsitektur sistem GPON berdasarkan pada TDM (Time Division Multiplexing)
sehingga mendukung layanan T1, E1, dan DS3. Tidak seperti sistem
multiplekser lainnya, GPON mempunyai layer PMD (Physical Media
Dependent) yang dilengkapi dengan Forward Error Corection (FEC). ONT
mempunyai kemampuan untuk mentransmisikan data di 3 mode power. Pada
mode 1, ONT akan mentransmisikan pada kisaran daya output yang normal.
Pada mode 2 dan 3 ONT akan mentransmisikan 36 dB lebih rendah daripada
mode 1 yang mengizinkan OLT untuk memerintahkan ONT menurunkan
dayanya apabila OLT mendeteksi sinyal dari ONT terlalu kuat atau sebaliknya,
OLT akan memberi perintah ONT untuk menaikkan daya jika terdeteksi sinyal
dari ONT terlalu lemah.










4.3 Konfigurasi Jaringan Optik (Jarlokaf) Menggunakan teknologi GPON
1. FTTZ
32




2. FTTC

33




3. FTTB

34



4. FTTH


35

4.4 Kelebihan dan kekurangan teknologi GPON
1. Kelebihan teknologi GPON
a. Mendukung aplikasi triple play (suara,data, dan video) pada layanan
FTTx yang dilakukan melalui satu core fiber optik.
b. Dapat membagi bandwidth sampai 32 ONT.
c. GPON mengurangi penggunaan banyak kabel dan peralatan pada kantor
pusat bila dibandingkan dengan arsitektur point to point. Hanya satu
port optik di central office (menggantikan multiple port).
d. Alokasi bandwidth dapat diatur.
e. Biaya maintanence yang murah karena menggunakan komponen pasif.
f. Transparan terhadap laju bit dan format data.
g. GPON dapat secara fleksibel mentransferkan informasi dengan laju bit
dan format yang berbeda karena setiap laju bit dan format data
ditransmisikan melalui panjang gelombang yang berbeda. Laju bit 1.244
Gbit/s untuk upstream dan 2.44 Gbit/s untuk downstream.
h. Biaya pemasangan, pemeliharaan dan pengembangan lebih effisien. Hal
ini dikarenakan arsitektur jaringan GPON lebih sederhana dari pada
arsitektur jaringan serat optik konvensional.

2. KekuranganTeknologi GPON
Terlepas dari kelebihan teknologi GPON, kekurangan yang dapat menjadi
tambahan pertimbangan operator provider dari teknologi ini adalah :
a. Capital expense merupakan biaya untuk mengimplementasikan
teknologi ini harus diperhatikan karena lamanya waktu untuk menggelar
service ke pelanggan dalam pengadaan infrastruktur yang menimbulkan
biaya pengadaan perangkat dan jasa instalasi, biaya perawatan, biaya
listrik, dan lain-lain yang membutuhkan dana yang lebih besar.
b. Dibutuhkan kerja sama dengan pihak-pihak lainnya ketika menjalankan
teknologi ini, salah satunya ketika melakukan sambungan fusi dimana
teknik ini memerlukan orang yang ahli dan berpengalaman karena
36

penjajaran kabel serat optik membutuhkan komputer terkontrol
untuk mencapai kerugian yang sedikit.

4.5 Manfaat teknologi GPON
Teknologi GPON memiliki beberapa manfaat yaitu diantaranya:
a. Bagi pengguna layanan jaringan akses dengan menggunakan teknologi
GPON pelanggan bisa mendapatkan pelayanan triple play services yaitu
video, suara dan data dalam satu waktu dengan hanya menggunakan satu
perangkat yang ada di tempat masing-masing pelanggan yaitu ONT.
Pelanggan juga dapat lebih puas dalam menggunakan layangan akses
dengan menggunakan teknologi GPON karena bandwidth yang besar
menyebabkan kecepatan akses menjadi tinggi.
b. Bagi penyedia layanan jaringan akses dapat menekan budget pemeliharaan
dan maintenance implementasi teknologi GPON tersebut karena perangakat
nya menngunakan komponen pasif serta pemasangan jaringan GPON lebih
sederhana dari pada arsitektur jaringan serat optik konvensional.










37

BAB V
PENUTUPAN

5.1 Kesimpulan
Dari data-data landasan teori serta pembahasan dapat disimpulkan
bahwa teknologi GPON merupakan jaringan FTTx yang melayani triple
play services dengan saluran transmisi menggunakan fiber optic dari central
office sampai ke pelanggan. Dalam teknologi GPON ada 5 komponen inti
yang saling mendukung satu sama lain yaitu: NMS (Network Manajemen
System) sebagai pengontrol jarak jauh ONT yang ada d tempat pelanggan,
namun NMS juga mengkonfigurasi ONT dan OLT. OLT (Optical Line
Termination) akan membuat link ke system operasi penyedia layanan
melalui Network Management System (NMS). ODC (Optical Distribution
Cabinet) biasa disebut pula rumah kabel, pada ODC terdapat beberapa
komponen lagi seperti konektor dan splitter, splitter merupakan optical
fiber coupler sederhana yang membagi sinyal optik menjadi beberapa path
(multiple path) atau sinyal-sinyal kombinasi dalam satu jalur. ODP (Optical
Distribution Pack) merupakan suatu wadah atau tempat ODC. ONT/ONU
(Optical Network Termination/Unit) menyediakan interface antara jaringan
optic dengan pelanggan, Sinyal optik yang ditransmisikan melalui ODN
diubah oleh ONU menjadi sinyal elektrik yang diperlukan untuk service
pelanggan.

5.2 Saran
Bagi perusahaan implementasi teknologi GPON sangat disarankan,
dikarenakan semakin berkembangnya tingkat kebutuhan akan pelayanan
akses pada masyarakat Indonesia. Dengan teknologi GPON masyarakat bisa
mendapatkan berbagai layanan sekaligus.

Anda mungkin juga menyukai