Anda di halaman 1dari 62

Penanganan Kedaruratan

Medik
NAPZA
Ratna Mardiati, dr, SpKJ(K)
Zat, baik alamiah maupun produk sintesa, yang
mempunyai efek memengaruhi
Persepsi
Pikiran
Emosi
Perilaku
(1) depresan sistem syaraf pusat termasuk alkohol,
barbiturat, benzodiazepin dan inhalan
(2) stimulan sistem syaraf pusat termasuk kokain,
amfetamin, nikotin, dan kafein
(3) opioida, termasuk heroin dan morfin
(4) halusinogen dan phencyclidine (PCP)
(5) kannabis
Intoksikasi Zat: Mengalami perilaku mal adaptif dan
simtom psikologik karena efek zat pada SSP
Putus Zat : Mengalami distress klinis nyata dalam sosial ,
okupasional, atau fungsi lainnya karena pemutusan atau
pengurangan penggunaan zat
TAHAPAN PENGGUNAAN NARKOBA
 Eksperimental/Coba-coba
 Rekreasional/Sosial
 Reguler/Habitual
 Ketergantungan
 Berbahaya (Hazardous)
Coba-coba
Tergantung
Reguler

Bersenang-senang

Tak pernah pakai/


Abstinen Kebiasaan

 Sumber: Burrows D, Bijl M, Trautmann F and Sarankov Y. 1999


 Training Manual on HIV/AIDS prevention among injecting drug users in the Russian Federation.
Medecins Sans Frontieres – Holland, Russian Federation. Moscow
Ketergantungan Fisik
 Berawal dari oberservasi terhadap pengguna heroin/opiate yang
mengalami gejala fisik yang sangat kuat ketika tidak mendapatkan
heroin (hingung meler, kedinginan, demam, susah tidur, dsb.)

 Model ketergantungan narkoba tergantung pada konsep bahwa


pengguna/penyalahguna narkoba terus menggunakan narkoba untuk
menghindarkan diri dari akibat gejala putus obat secara fisik (efek
terbalik dari narkoba tersebut)

 Sepertinya narkoba (yang sebelumnya dianggap benda asing) telah


menjadi hal biasa dalam susunan syaraf pusat

Source: Levinthal, (2002) Drugs Behavior and Modern Society


Ketergantungan Psikologis
Seseorang yang secara psikologis tergantung pada narkoba
akan ‘merasa’ bahwa mereka memerlukan narkoba agar
dapat berfungsi normal – Perilaku mencari narkoba itu
akan menjadi lebih penting daripada kegiatan sebelumnya
yang lebih penting.
Model ketergantungan narkoba didasarkan pada suatu
konsep bahwa pengguna/penyalahguna narkoba didorong
oleh sugesti untuk merasakan efek kenikmatan narkoba
yang digunakan.
Tidak semua narkoba menimbulkan gejala putus zat secara
fisik – narkoba yang dapat menimbulkan ketergantungan
fisik meliputi: ganja, kokain, halusinogen, ekstasi
Sumber: Levinthal, (2002) Drugs Behavior and Modern Society
DSM IV Kriteria ketergantungan
 merupakan sekumpulan gejala kognitif,
perilaku, dan fisiologis yang menunjukkan
bahwa seseorang terus menggunakan zat
walaupun zat itu menyebabkan masalah yang
signifikan.Pola penggunaan zat yang dilakukan
secara berulang-ulang akan menyebabkan
terjadinya toleransi, gejala putus zat, dan
sugesti untuk menggunakan zat
Kriteria Ketergantungan
Preokupasi(pikiran terus-menerus) untuk menggunakan
zat diantara periode penggunaan zat
Menggunaan zat secara berlebihan dari yang bisa
diantisipasi
Berkembangnya sifat toleransi
Adanya gejala putus zat
Menggunakan zat untuk menghindari gejala putus zat
Berupaya berulang kali utk berhenti menggunakan zat
Berkurangnya kegiatan sosial, pekerjaan dan rekreasi
karena kebutuhan pemakaian zat
Tetap menggunakan zat meskipun tahu dampaknya
Intoksikasi Zat: Mengalami perilaku mal adaptif dan
simtom psikologik karena efek zat pada SSP
Putus Zat : Mengalami distress klinis nyata dalam sosial ,
okupasional, atau fungsi lainnya karena pemutusan atau
pengurangan penggunaan zat
Kondisi Terkait Zat Psikoaktif
Penggunaan Zat: Diagnosis yang diberikan ketika
pengguna zat menggunakan berulangkali , sehingga
membahayakan penggunanya.
Dependensi Zat: Diagnosis yang diberikan ketika
penggunaan zat membuat ketergantungan fisiologik
atau hendaya atau distress
Satu atau lebih kejadian dibawah ini telah dialami selama 12
bulan, membawa pada gejala hendaya atau distress
bermakna:
1. Gagal memenuhi kewajiban penting di tempat kerja,
rumah, atau sekolah sebagai akibat dari
penyalahgunaan zat.
2. Penggunaan zat berulang dalam situasi di mana zat
membahayakan fisik.
3. Berulangkali mengalami masalah hukum sebagai
akibat dari penggunaan zat.
4. Tetap menggunakan zat meskipun berulang kali
mengalami masalah sosial atau hukum sebagai akibat
dari penggunaan.
Pola maladaptif penggunaan Zat, dengan tiga atau
lebih gejala dibawah ini :
Toleran, kebutuhan meningkatkan jumlah zat untuk
mengatasi intoksikasi atau memenuhi dorongan efek
penggunaan; ditandai dengan berkurangnya efek ketika
jumlah zat yang digunakan sama dengan sebelumnya.
Putus zat, dengan tanda sesuai dengan zat masing-masing
yang digunakan: zat yang sama atau terkait erat
digunakan untuk mengurangi atau menghindari gejala
putus zat.
Zat digunakan lebih lama atau lebih banyak jumlahnya
daripada yang direncanakan
Keinginan kuat untuk menggunakan atau
ketidakmampuan mengurangi atau
mengendalikan penggunaan.
Menghabiskan sebagian besar waktu untuk aktivitas
terkait zat , menggunakannya atau memulihkan
dari efeknya.
Aktivitas penting dalam hidup seperti sosial,
okupasional atau rekreasional ditinggalkan atau
dikurangi karena penggunaan.
Zat terus digunakan meski tahu menimbulkan
masalah fisik, psikologik, atau eksaserbasi yang
disebabkan oleh zat
11 Kriteria untuk SUD.
Kriteria simtom berjalan dalam 12 bulan dan membuat klinis atau distress
11 Kriteria:
______ digunakan lebih banyak atau lebih lama dari yang di maksudkan.
Keinginan yang persisten atau ketidak berhasilan menurunkan atau mengendalikan penggunaan _____ .
Menghabiskan sebagian besar waktu untuk aktivitas terkait penggunaan ______, menggunakan _____,
atau memulihkan dari efeknya.
Craving, atau keinginan kuat atau dorongan kuat untuk menggunakan ____.
Berulang menggunakan _____ menghasilkan kegagalan memenuhi tanggung jawab utama pada pekerjaan,
sekolah atau rumah
Terus melanjutkan penggunaan _____ meskipun memiliki masalah sosial atau interpersonal yang persisten
atau berulang yang disebabkan atau diperburuk oleh dampak _____.
Tidak lagi melakukan kegiatan sosial, pekerjaan, dan rekreasi penting menyerah atau berkurang karena
penggunaan _____.
Penggunaan _____ berulang dalam situasi membahayakan secara fisik.
Penggunaan____ dilanjutkan meskipun tahu mengalami masalah fisik atau psikologis persisten atau
berulang yang disebabkan oleh penggunaan _____.
Toleransi, seperti yang dicirikan oleh tanda dibawah ini :  
Sebuah kebutuhan nyata peningkatan jumlah _____untuk mencapai intoksikasi atau efek yang diinginkan.
Efek ____nya nyata berkurang dengan terus penggunaan yang jumlahnya sama dengan sebelumnya.
Putus zat, seperti yang dicirikan oleh salah satu dari berikut :
Sindrom karakteristik putus zat untuk ____
____ gunakan untuk mengurangi atau menghindari gejala putus.
Keparahan SUD oleh DSM 5 dikategorikan dalam jumlah
kriteria simtom yang nampak selama 12 bulan terakhir.
“Mild Substance Use Disorder,” jika dialami 2 atau 3 kriteria
simtom.
“Moderate Substance Use Disorder,” jika dialami 4 atau 5
kriteria simtom.
“Severe Substance Use Disorder,” jika memenuhi 6 atau lebih
kriteria simtom
Klinisi dapat menambahkan “in early remission,” “in sustained
remission,” “on maintenance therapy,” dan “in a controlled
environment” dalam diagnosisnya
1. alkohol,
2. kafein,
3. kannabis,
4. halusinogen (phencyclidine atau aksi yang sama
arylcyclohexylamines), halusinogen lainnya seperti LSD,
5. inhalan,
6. opioid,
7. sedatif,
8. hipnotik,
9. anxiolytics,
10. stimulan (termasuk amphetamine-type substances, kokain,
dan stimulan lainnya), tembakau, dan
11. lainnya atau zat yang tidak diketahui
GAWAT DARURAT
FISIK

PSIKIATRIK
TUJUAN
Pasien terbebas dari keadaan gawat darurat, kembali
stabil, berfungsi dengan baik
Menciptakan lingkungan yang aman dan stabil bagi
pasien, jaga kemungkinan pasien mencelakakan diri
TUJUAN
Melakukan observasi, coba menemukan tanda/gejala
yang mengancam hidup, persiapkan bantuan darurat
medik
Mengupayakan pasien tetap sadar atau lebih sadar,
kurangi kecemasan, beri pengertian tentang medikasi
GAWAT DARURAT
 Lakukan pendekatan dengan sikap hangat, terbuka
dan tidak menghakimi  pasien percaya terapis,
tidak merasa terancam
 Nilai situasi:
Tentukan apakah pasien dalam keadaan
agitasi/stupor
Tentukan zat apa yang digunakan
Penentuan zat
Tanyakan pada pengantar
Lihat gejala klinis
Istilah, kode street drugs
Multidrugs
Pemakaian terakhir
Dosis
Gawat darurat karena zat
Pernafasan
Gaduh gelisah  bantuan khusus
Keadaan yang mirip :
Koma diabetikum, renjatan insulin, psikotik
Tanda-tanda yang mengancam
hidup
Hilangnya kesadaran
Pernafasan sangat lambat, sulit dan henti nafas
Demam tinggi
Frekuensi nadi > 140 x/menit
Muntah berulang
Kejang
Prinsip umum
Pendekatan yang hangat dan tidak menghakimi
Keamanan  ruang aman, jauhkan dari benda
berbahaya
Aktif mendengarkan
Tenang, percaya diri, kendalikan situasi
Menentramkan, empati
Tatalaksana pasien stupor akibat
zat
Coba bangunkan
Bila gagal, coba dengan rangsang sakit
Monitor pernafasan
Usahakan pasien tetap sadar
Bila jatuh ke koma  resusitasi
Bila kembali sadar  perlihatkan empati dan
tenangkan
Follow up
Intervensi
Periksa tanda vital
Usahakan pernafasan lancar
Usahakan sirkulasi darah lancar –resusitasi
IVFD
Pemeriksaan kemungkinan adanya
trauma/perdarahan
Intervensi
Observasi kejang
Periksa darah rutin, gula darah, elektrolit, analisa
gas darah
Bila hipoglikemia  50 cc Dextrose 40% IV
EKG
Urinalisis
Bila zat sudah dapat dipastikan, berikan
antagonisnya
Intervensi

Kuras lambung hanya dilakukan bila zat dipakai


secara oral tidak lebih dari 6 jam
Pasien koma  jaga keseimbangan cairan dan
elektrolit, perawatan mata, pencegahan
dekubitus, higiene mulut dan tenggorokan
Pasien psikotik  haloperidol 3 x5 mg
Setelah kondisi kritis selesai, lengkapi data
INTOKSIKASI OPIOIDA
Beri Nalokson HCl (Narcan) 0,4 mgr IV,IM atau SC –
dapat diulang setelah 2-3 menit
Overdosis
Gawat darurat kardiopulmoner
Advance life support  hipotensi, edema paru,
aritmia ventrikuler ec. narcotic-induced respiratory
depression
Multidrugs  meningkatkan komplikasi kardiak
Overdosis
Dosis tinggi  depresi SSP  hipoventilasi, depresi
miokardial, vasodilatasi, bradikardia
Koma dengan hipotensi, pinpoint pupils, atau needle
tracks
Edema paru  IDU
Hipotermia/kejang
Tatalaksana Awal Overdosis
Bebaskan jalan nafas, high flow oxygen
Naloxone IV mulai dengan 2 mg s/d maksimal 10
mg
Pada pediatrik : 0,01-0,03 mg/kg , tingkatkan sampai
0,1 mg/kg
Tatalaksana sesuai protokol ACLS
INTOKSIKASI GANJA
Talking the patient down  bicara yang
menenangkan pasien
Diazepam 10-30 mg (oral/parenteral)
Clobazam 3 x 10 mg
INTOKSIKASI KOKAIN/AMFETAMIN
Diazepam 10-30 mg
Klordiazepoksid 10-25 mg (oral)
Clobazam 3 x 10 mg
Bila palpitasi  propanolol 3 x 10-40 mg (oral)
INTOKSIKASI HALUSINOGEN
Diazepam 10-30 mg oral/parenteral

Klordiazepoksid 10-25 mg
INTOKSIKASI INHALAN
Bersifat simtomatik
DETOKSIFIKASI
Tahap awal detoksifikasi
Informasi tentang :
Zat adiktif
Proses adiksi
Komplikasi
Kepribadian
Peran keluarga
Dampak psikososial
Program terapi
DETOKSIFIKASI
Usaha menghilangkan toksin dari dalam tubuh

Secara mendadak atau bertahap

Emergensi/elektif
TUJUAN
Mengeluarkan sebanyak mungkin opioida dari dalam
tubuh
Mengurangi penderitaan pasien
Mencegah komplikasi medik
Menghindarkan pasien kembali menggunakan
opioida
Tanda Intoksikasi Opioida
Penekanan SSP : sedasi, tenang, sedikit apatis, eforia,
penurunan kesadaran  delirium
Berkurangnya motilitas gastrointestinal  konstipasi,
mual, muntah
Penekanan respirasi
Analgesia
Bicara cadel
Tanda Intoksikasi Opioida
Hipotensi ortostatik
Bradikardia
Miosis/pin point pupil
Kejang (overdosis)
Putus Opioida
Sindrom yang terjadi setelah menghentikan sama
sekali penggunaan opioida atau menurunkan dosis
penggunaan setelah penggunaan jangka lama
Tanda Putus Opioida
Mengantuk
Flu-like syndrome, rhinorrhea
Lakrimasi
Dilatasi pupil
Vasodilatasi umum pembuluh darah  panas dingin,
meriang, keringat berlebihan
Tanda Putus Opioida
Piloereksi
Takikardia
Tekanan darah meningkat
Respirasi meningkat
Suhu badan meningkat tajam
Mual,muntah,diare
Insomnia
Tanda Putus Opioida (berat)
Rinorea, agitasi, keringat, piloereksi, nadi >100,
muntah, menguap >6 x/10 menit,
pupil dilatasi >6 mm
Tanda Subyektif
Putus Opioida
“Sugesti”
Cemas
Gelisah
Mudah tersinggung
Mialgia
Sakit perut, tidak nafsu makan
Gemetar/ tremor
Putus Opioida
Awitan awal (cemas dan sugesti) 6-8 jam setelah
dosis terakhir

Puncak gejala hari ke-2 s/d ke-4

Lama gejala 7-10 hari


JENIS-JENIS DETOKSIFIKASI
Abrupt withdrawal atau cold turkey
Detoksifikasi simtomatis
Detoksifikasi cepat
Kombinasi antagonis opioida dengan agonis
adrenergik (putus zat akut)
Detoksifikasi substitusi
Abrupt withdrawal/
Cold turkey
Klasik
Di rumah/rumah sakit
Kondisi ketergantungan ringan/sedang
Kondisi fisik dan sosial mendukung
Ada yang mengawasi pasien
Penghentian total dan tiba-tiba
Puncak gejala putus zat hari ke-2 s/d ke-4
Detoksifikasi Simtomatis
Pasien dibantu mengatasi gejala putus zat

Diberi obat sesuai gejala yang timbul :


Analgetik
Anti mual/muntah
Anti diare
Hipnotik/sedatif
Detoksifikasi Cepat
Ketergantungan berat
Tak dapat mentoleransi gejala putus zat
Motivasi tinggi
Dukungan keluarga
Keadaan umum cukup baik
6-8 jam detoksifikasi, dilanjutkan dengan 10 bulan
rumatan naltrekson
Kombinasi antagonis opioida dengan agonis
adrenergik (akut)
Klonidin 300-400 mcg 3x sehari (hari ke-1 dan ke-2)
 diteruskan sampai hari ke-7, turun bertahap
Langsung diberikan naltrekson 12,5 mg 1x sehari 
dosis dinaikkan setiap hari s/d 50 mg sehari,
pertahankan
Jarang dilakukan karena efek samping yang berat
(hipotensi)
Detoksifikasi substitusi
Metadon

Buprenorfin
Community Setting
Metadone
Mengikuti periode stabilisasi metadon 
turunkan dosis 5-10 mg setiap minggu 
tergantung kesiapan pasien
Buprenorfin
Dosis >16 mg  pengurangan 4 mg setiap 1-2
minggu
Dosis 8-16 mg pengurangan 2-4 mg tiap 1-
2 minggu
Dosis 2-8 mg  pengurangan 2 mg setiap
minggu
Dosis < 2 mg  pengurangan 0,4-0,8 mg per
minggu
PILIHAN TERAPI
Anjuran untuk menggunakan
a longer-acting opioid agonist or partial agonist
( misalnya metadon atau buprenorfin)  lebih
mudah untuk mempertahankan stabilitas
Untuk derajat ketergantungan yang lebih ringan
(biasa dengan kodein) 
gunakan kodein
PILIHAN TERAPI
Gejala putus buprenorfin lebih ringan  dianjurkan
untuk program detoksifikasi
Pasien dengan nyeri kronis  tidak dianjurkan
buprenorfin ( blokade >>)
Wanita hamil  metadon lebih dianjurkan
Untreated Methadone Withdrawal
Puncaknya pada hari ke-4 sampai dengan 6,

gejala kadang masih tampak sampai dengan

hari ke-10
Methadone Overdose
Injeksi Naloxone intravena, 0,8-2 mg diulang setiap 2-
3 menit sampai maksimal 10 mg ( bila fungsi nafas
tidak membaik)
Injeksi subkutan atau intramuskular  hanya bila IV
tidak memungkinkan
Infus IV – 2 mg Naloxone di dalam 500 cc cairan
infus

Anda mungkin juga menyukai