Anda di halaman 1dari 22

PELURUHAN RADIOAKTIF

BERANTAI

Oleh:
 ANGGI PRATIWI
KHOIRUNNISA
RISKI NAINGGOLAN
SITI RAHMA LUBIS
LATAR BELAKANG

bintang terbentuk oleh berjuta-juta atom-atom


dengan unsur yang bervariasi. Seperti halnya
planet bumi yang telah ditempati oleh manusia
berjuta tahun yang lalu. Bumi adalah salah satu
planet yang terdapat dalam jagad raya yang
tersusun oleh berbagai macam unsur di dalamnya.
Atom suatu unsur tersebut terdiri dari inti yang
terdapat di tengah-tengah (terdiri dari proton dan
neutron) dan kulit atau yang biasa disebut dengan
elektron yang mengelilingi inti.
Atom-atom tersebut ada yang memiliki inti yang stabil
dan ada juga yang memiliki inti yang tidak stabil.
Atom-atom dengan inti yang tidak stabil akan meluruh
beberapa kali agar mendapatkan inti yang stabil.

Ditinjau dari sudut kestabilan inti atomnya, bahan-bahan


yang ada di dalam alam ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu
bahan yang inti atomnya stabil dan bahan yang inti atomnya
tidak stabil.

Bahan dengan inti atom stabil tidak dapat memancarkan


radiasi sedangkan bahan dengan inti atom tidak stabil akan
meluruh menjadi bahan stabil disertai pemancaran radiasi.
Bahan yang inti atomnya tidak stabil inilah yang disebut
dengan bahan radioaktif.
Suatu bahan bersifat radioaktif pada prinsipnya
karena inti atom bahan tersebut tidak stabil, oleh
karena itu maka inti atom terus menerus meluruh
hingga dicapai suatu keadaan inti yang stabil, artinya
inti tersebut tidak radioaktif dan tidak mampu
memancarkan radiasi lagi. Unsur- unsur radioaktif
alam selalu meluruh menghasilkan unsur-unsur
radioaktif lainnya,
sehingga membentuk suatu deret peluruhan yang
sangat panjang.
Mukhlis Akhadi (1997 : 13) mengatakan
“Radioaktivitas adalah peristiwa pemancaran sinar-
sinar radioaktif secara spontan karena terjadinya
peluruhan inti atom menjadi inti atom yang lain.
Bahan yang dapat menunjukkan gejala radioaktivitas
disebut bahan radioaktif atau radionuklida. Jadi yang
disebut bahan radioaktif adalah bahan yang dapat
memancarkan radiasi secara spontan”.
TUJUAN PEMBAHASAN
 Untuk menentukan inti atom
radioaktif baru atau generasi
ke-2 yang disebut inti atom anak
(N2) dan generasi ke-3 yang
disebut inti atom cucu (N3).
 Untuk mengetahui lamanya
waktu yang diperlukan agar
jumlah inti atom anak mencapai
maksimum (tmaks).
Sejarah Penemuan Radioaktif

Henry Becquerel
Penemuan Sinar-x Fluoresensi/
Rontgen 1895 fosforesensi sinar –x
tahun 1896

HASIL

Senyawa uranium dapat mengahasilkan radiasi


seperti sinar X, walaupun tidak disinari terlebih
dahulu
RADIOAKTIVITAS

ALAM BUATAN

Radioaktivitas PLT
Primordial N

Senjata
Nuklir
Radioaktivitas
Kosmik
Kedokteran

Pertania Teknolog
n i
Suatu bahan yang bersifat radioaktif pada
prinsipnya akan terus-menerus meluruh
disertai dengan pemancaran radiasi
hingga dicapai suatu keadaan inti yang
stabil.
ada 3 jenis peluruhan berantai, yaitu:
 Peluruhan gamma
 Peluruhan alfa
 Peluruhan beta
1. Peluruhan gamma, terjadi
karena inti memiliki energi
yang lebih
2. Peluruhan alfa, terjadi karena
inti induk memiliki nomor
massa A besar
3. Peluruhan beta, terjadi karena
inti memiliki neutron > proton
PELURUHAN RADIOAKTIF
400 mg 200 mg 100 mg 50
mg

t1= T = 10 hari

t 2 = 2T = 20 hari

t3 = 3T = 30 hari
Konstanta peluruhan radioaktif
didefinisikan sebagai fraksi zat radioaktif
yang meluruh
(∆N/N) tiap satuan waktu (∆t)yang
dirumuskan sebagai berikut:

Jika mengintegrasi maka akan


diperoleh:
m GRAFIK PELURUHAN
400

200

100

50
t
0 10 20 30 40 50 60 70
 Terlihat bahwa jumlah zat radioaktif
berlangsung secara eksponensial, sehingga
jumlah zat radioaktif yang tertinggal setiap
saat adalah:
Nt  N e0t
ket:
Nt = jumlah zat radioaktif setiap
saat N0 = jumlah zat radioaktif
mula-mula λ= konstanta peluruhan
t = waktu peluruhan
Proses peluruhan berurutan
λ1 λ1
N1 N1 N1

Induk anak cucu


radioaktif radioaktif radioaktif
Tiga
persamaan
dasar

dN1 dN 3
 1N1  2 N 2
dt dt

dN 2
  1 N 1  2 N 2
dt
 1t dN 2
N 1  N1 e
0  1 N1 e 1t  2 N 2
dt 0

dN2   N2  N1  1
2 t
dt e 1 0

kedua ruas dengan


2t
e
dN2
e 2 t   2N e2  2t
 1 N 1 e   t .e 
1 2 t
dt 0
d
dt
 
N 2 e  2 t  1 N 1 e 
0
2   1 t

 N e
d 2 1

2t
2 1 N 10 e t dt
Konstanta C
ditentukan
dt  
 2t 1
dengan syarat N 2e  N 1 e   1 t
 C
 2  1
2
0

batas N2=0 pada


saat t=0
1 1
0 N 1 e   1 0
 C  C  N1
2  2 2  2
2
0 0
1 1
N 2 e  2t  N1 e  2   1 t  N1
2  1 0
 2  1 0

1
N 2 e
 2t
 N
e  2
 1 
 2  1 10  1

t

1
N  N
2
 2  1 10
e  1 t
 e   2 t


Berdasarkan persamaan
3
N 3  N 1 . 1 e   t  N . 2
e  t
2
C
 2  1 2  1
0 1 0
1

Konstanta C ditentukan dengan syarat batas N


3= 0, pada t=0. Maka harga tetapan integrasi C= 0

sehingga diperoleh N 3 : N 1

 
N N
1
 1 2 1t
3 1 
e  2 t
 e 
 2  1 2  1
0

 
Berdasarkan persamaan:
1
N  N
2
 2  1 10
e  1 t
 e   2 t

dN 2 1 
0 dN 2  N 1 e t  e t dt  1 2

dt  2  1 0 0

1 N   1t

 e   2dt
t
 0
 2  1 e
10

1 2
N 1  2e  1t
 N 1  1e   2t
 2  1 0
 2  1 0
1 2
N 1  2e  1t
 N 1  1e   2t
 2  1 0
 2  1 0

2e   2t
 1 e   1t 2
e  2  1 t 
1
e  1 t 2 

1  2   t  ln 2
1

e  2 t
1
t m ak s  2
ln
 2  1 1
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai