Anda di halaman 1dari 57

PENDETEKSI

RADIOAKTIF

OLEH :
ANGGI PRATIWI
KHOIRUNNISA
RISKI NAINGGOLAN
SITI RAHMA LUBIS
Prinsip Dasar Pengukuran Radiasi …

Secara definisi, radiasi merupakan salah satu cara


perambatan energi dari suatu sumber energi ke
lingkungannya tanpa membutuhkan medium atau
bahan penghantar tertentu.
Salah satu bentuk energi yang dipancarkan secara
radiasi adalah energi nuklir.
Radiasi ini memiliki dua sifat yang khas, yaitu
tidak dapat dirasakan secara langsung oleh panca
indra manusia dan beberapa jenis radiasi dapat
menembus berbagai jenis bahan.
Prinsip Dasar Pengukuran Radiasi …

Sebagaimana sifatnya yang tidak dapat dirasakan


sama sekali oleh panca indera manusia, maka untuk
menentukan ada atau tidak adanya radiasi nuklir
diperlukan suatu alat, yaitu pengukur radiasi yang
merupakan suatu susunan peralatan untuk
mendeteksi dan mengukur radiasi baik kuantitas,
energi, atau dosisnya.
Kuantitas Radiasi …

Kuantitas radiasi adalah jumlah radiasi per satuan


waktu per satuan luas, pada suatu titik
pengukuran.
Kuantitas radiasi ini berbanding lurus dengan
aktivitas sumber radiasi dan berbanding terbalik
dengan kuadrat jarak (r) antara sumber dan sistem
pengukur.
Kuantitas Radiasi …

Gambar 1 menunjukkan bahwa jumlah radiasi


yang mencapai titik pengukuran (kuantitas radiasi)
merupakan sebagian dari radiasi yang dipancarkan
oleh sumber.
Energi Radiasi …
merupakan ‘kekuatan’ dari setiap radiasi yang
dipancarkan oleh sumber radiasi.
Bila sumber radiasi berupa radionuklida maka
tingkat energi yang dipancarkan tergantung pada
jenis radionuklidanya.
Kalau sumber radiasinya berupa pesawat sinar-X,
maka energi radiasinya bergantung pada tegangan
anoda (kV).
Dosis Radiasi …
Dosis radiasi menggambarkan tingkat perubahan
atau kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh radiasi.
Nilai dosis ini sangat ditentukan oleh kuantitas
radiasi, jenis radiasi dan jenis bahan penyerap.
Dalam proteksi radiasi pengertian dosis adalah
jumlah radiasi yang terdapat dalam medan radiasi
atau jumlah energi radiasi yang diserap atau
diterima oleh materi.
Penggunaan sistem pengukur radiasi dapat
dibedakan menjadi dua kelompok yaitu untuk
kegiatan proteksi radiasi dan untuk kegiatan
aplikasi/penelitian radiasi nuklir.
Alat ukur radiasi yang digunakan untuk kegiatan
proteksi radiasi harus dapat menunjukkan nilai
dosis radiasi yang mengenai alat tersebut.
Sedangkan alat ukur yang digunakan di bidang
aplikasi radiasi dan penelitian biasanya ditekankan
untuk dapat menampilkan nilai kuantitas radiasi
atau spektrum energi radiasi yang memasukinya.
Setiap alat ukur radiasi terdiri atas dua bagian
utama yaitu detektor dan peralatan penunjang.
Detektor merupakan suatu bahan yang peka
terhadap radiasi, yang jadi bila dikenai radiasi
akan menghasilkan suatu tanggapan (response)
tertentu yang lebih mudah diamati sedangkan
peralatan penunjang, biasanya merupakan
peralatan elektronik, berfungsi untuk mengubah
tanggapan detektor tersebut menjadi suatu
informasi yang dapat diamati oleh panca indera
manusia atau dapat diolah lebih lanjut menjadi
informasi yang berarti.
Mekanisme Pendeteksian Radiasi …

Detektor radiasi bekerja dengan cara mengukur


perubahan yang terjadi di dalam medium karena
adanya penyerapan energi radiasi oleh medium
tersebut.
Sebenarnya terdapat banyak mekanisme yang
terjadi di dalam detektor tetapi yang sering
digunakan adalah proses ionisasi dan proses
sintilasi.
Proses ionisasi …
Ionisasi adalah peristiwa terlepasnya elektron dari
ikatannya di dalam atom.
Peristiwa ini dapat terjadi secara langsung oleh
radiasi alpha atau beta dan secara tidak langsung
oleh radiasi sinar-X, gamma dan neutron.
Jumlah pasangan ion,
elektron yang bermuatan
negatif dan sisa atomnya
yang bermuatan positif
sebanding dengan jumlah
energi yang terserap.

Dimana:
N = jumlah pasangan ion
E = energi radiasi yang terserap
w = daya ionisasi bahan
penyerap, yaitu energi yang
dibutuhkan untuk
menghasilkan sebuah proses
ionisasi.
Jadi dalam proses ionisasi ini, energi radiasi diubah
menjadi pelepasan sejumlah elektron (energi listrik).
Bila diberi medan listrik maka elektron yang
dihasilkan dalam peristiwa ionisasi tersebut akan
bergerak menuju ke kutub positif.
Pergerakan elektron-elektron tersebut dapat
menginduksikan arus atau tegangan listrik yang
dapat diukur oleh peralatan penunjang misalnya
Amperemeter ataupun Voltmeter.
Semakin banyak radiasi yang mengenai bahan
penyerap atau semakin besar energi radiasinya maka
akan dihasilkan arus atau tegangan listrik yang
semakin besar pula.
Proses Sintilasi …

Proses sintilasi adalah terpencarnya sinar tampak


ketika terjadi transisi elektron dari tingkat energi
(orbit) yang lebih tinggi ke tingkat energi yang
lebih rendah di dalam bahan penyerap.
Dalam proses ini, sebenarnya, yang dipancarkan
adalah radiasi sinar-X tetapi karena bahan
penyerapnya (detektor) dicampuri dengan unsur
aktivator, yang berfungsi sebagai penggeser
panjang gelombang, maka radiasi yang
dipancarkannya berupa sinar tampak.
Proses sintilasi ini akan terjadi bila terdapat
kekosongan elektron pada orbit yang lebih dalam.
Kekosongan elektron tersebut dapat disebabkan
karena lepasnya elektron dari ikatannya (proses
ionisasi) atau loncatnya elektron ke lintasan yang
lebih tinggi bila dikenai radiasi (proses eksitasi).
Jadi dalam proses sintilasi ini, energi radiasi
diubah menjadi pancaran cahaya tampak.
Semakin besar energi radiasi yang diserap maka
semakin banyak kekosongan elektron di orbit
sebelah dalam sehingga semakin banyak percikan
cahayanya.
Cara Pengukuran Radiasi …

Setiap radiasi yang mengenai alat ukur akan


dikonversikan menjadi sebuah pulsa listrik.
Bila kuantitas radiasi yang mengenai alat ukur
semakin tinggi maka jumlah pulsa listrik yang
dihasilkannya semakin banyak.
Sedang energi dari setiap radiasi yang masuk
sebanding dengan tinggi pulsa yang dihasilkan.
Jadi semakin besar energinya semakin tinggi
pulsanya.
Tampilan sistem pengukur dengan cara pulsa
biasanya berupa angka.
Informasi yang dihasilkan oleh alat ukur cara pulsa ini
adalah jumlah pulsa (cacahan) dalam selang waktu
pengukuran tertentu dan tinggi pulsa listrik.
Jumlah pulsa sebanding dengan kuantitas radiasi yang
memasuki detektor, sedangkan tinggi pulsa sebanding
dengan energi radiasi.
Kelemahan alat ukur cara pulsa di atas adalah adanya
kemungkinan tidak tercacahnya radiasi karena
kecepatan konversi.
Untuk dapat mengubah sebuah radiasi menjadi sebuah
pulsa listrik dibutuhkan waktu konversi tertentu.
Bila kuantitas radiasi yang akan diukur sedemikian
banyaknya sehingga selang waktu antara dua buah
radiasi yang berurutan lebih cepat daripada waktu
konversi alat, maka radiasi yang terakhir tidak akan
tercacah.
Cara Pengukuran Radiasi …

Pada cara arus, radiasi yang memasuki detektor


tidak dikonversikan menjadi pulsa listrik
melainkan rata-rata akumulasi energi radiasi per
satuan waktunya yang akan dikonversikan
menjadi arus listrik.
Semakin banyak kuantitas radiasi per satuan
waktu yang memasuki detektor, akan semakin
besar arusnya.
Demikian pula bila energi radiasi semakin besar,
arus yang dihasilkannya semakin besar.
Proses konversi pada cara pengukuran arus
ini tidak dilakukan secara individual setiap
radiasi melainkan secara akumulasi.
Informasi yang ditampilkan adalah intensitas
radiasi yang memasuki detektor.
Kelemahan cara ini adalah
ketidakmampuannya memberikan informasi
energi dari setiap radiasi, sedangkan
keuntungannya proses pengukurannya jauh
lebih cepat daripada cara pulsa.
Tampilan sistem pengukur dengan cara arus
biasanya berupa jarum penunjuk seperti gambar
berikut.
Jenis Detektor Radiasi ….

Detektor merupakan suatu bahan yang peka atau


sensitif terhadap radiasi yang bila dikenai radiasi
akan menghasilkan tanggapan mengikuti
mekanisme yang telah dibahas sebelumnya.
Perlu diingat bahwa setiap jenis radiasi
mempunyai cara berinteraksi yang berbeda-beda
sehingga suatu bahan yang sensitif terhadap suatu
jenis radiasi belum tentu sensitif terhadap jenis
radiasi yang lain.
Sebagai contoh, detektor radiasi gamma belum
tentu dapat mendeteksi radiasi neutron.
Detektor Isian Gas ….

Detektor isian gas merupakan detektor yang paling


sering digunakan untuk mengukur radiasi.
Detektor ini terdiri dari dua elektroda, positif dan
negatif, serta berisi gas di antara kedua elektrodanya.
Elektroda positif disebut sebagai anoda, yang
dihubungkan ke kutub listrik positif, sedangkan
elektroda negatif disebut sebagai katoda, yang
dihubungkan ke kutub negatif.
Kebanyakan detektor ini berbentuk silinder dengan
sumbu yang berfungsi sebagai anoda dan dinding
silindernya sebagai katoda
Radiasi yang memasuki detektor akan
mengionisasi gas dan menghasilkan ion-ion
positif dan ion-ion negatif (elektron).
Jumlah ion yang akan dihasilkan tersebut
sebanding dengan energi radiasi dan berbanding
terbalik dengan daya ionisasi gas.
Daya ionisasi gas berkisar dari 25 eV s.d. 40 eV.
Ion-ion yang dihasilkan di dalam detektor tersebut
akan memberikan kontribusi terbentuknya pulsa
listrik ataupun arus listrik.
Ion-ion primer yang dihasilkan oleh radiasi akan
bergerak menuju elektroda yang sesuai.
Pergerakan ion-ion tersebut akan menimbulkan pulsa
atau arus listrik.
Pergerakan ion tersebut di atas dapat berlangsung bila
di antara dua elektroda terdapat cukup medan listrik.
Bila medan listriknya semakin tinggi maka energi
kinetik ion-ion tersebut akan semakin besar
sehingga mampu untuk mengadakan ionisasi lain.
Ion-ion yang dihasilkan oleh ion primer disebut
sebagai ion sekunder.
Bila medan listrik di antara dua elektroda semakin
tinggi maka jumlah ion yang dihasilkan oleh
sebuah radiasi akan sangat banyak dan disebut
proses ‘avalanche’.
Grafik karakteristik jumlah ion terhadap perubahan tegangan
kerja detektor

Terdapat tiga jenis detektor isian gas yang bekerja


pada daerah yang berbeda yaitu detektor kamar
ionisasi yang bekerja di daerah ionisasi, detektor
proporsional yang bekerja di daerah proporsional
serta detektor Geiger Mueller (GM) yang bekerja di
daerah Geiger Mueller.
Detektor Kamar Ionisasi ….
Jumlah ion yang dihasilkan di daerah ini relatif
sedikit sehingga tinggi pulsanya, bila menerapkan
pengukuran model pulsa, sangat rendah.
Oleh karena itu, biasanya, pengukuran yang
menggunakan detektor ionisasi menerapkan cara
arus.
Bila akan menggunakan detektor ini dengan cara
pulsa maka dibutuhkan penguat pulsa yang
sangat baik.
Keuntungan detektor ini adalah dapat
membedakan energi yang memasukinya dan
tegangan kerja yang dibutuhkan tidak terlalu
Detektor Proporsional….

Dibandingkan dengan daerah ionisasi di atas, jumlah


ion yang dihasilkan di daerah proporsional ini lebih
banyak sehingga tinggi pulsanya akan lebih tinggi.
Detektor ini lebih sering digunakan untuk pengukuran
dengan cara pulsa.
jumlah ion yang dihasilkan sebanding dengan energi
radiasi, sehingga detektor ini dapat membedakan
energi radiasi.
Akan tetapi, yang merupakan suatu kerugian, jumlah
ion atau tinggi pulsa yang dihasilkan sangat
dipengaruhi oleh tegangan kerja dan daya tegangan
untuk detektor ini harus sangat stabil.
Detektor Geiger Mueller….

Jumlah ion yang dihasilkan di daerah ini sangat banyak,


mencapai nilai saturasinya, sehingga pulsanya relatif
tinggi dan tidak memerlukan penguat pulsa lagi.
Kerugian utama dari detektor ini ialah tidak dapat
membedakan energi radiasi yang memasukinya, karena
berapapun energinya jumlah ion yang dihasilkannya
sama dengan nilai saturasinya.
Detektor ini merupakan detektor yang paling sering
digunakan, karena dari segi elektonik sangat sederhana,
tidak perlu menggunakan rangkaian penguat.
Sebagian besar peralatan ukur proteksi radiasi, yang
harus bersifat portabel, terbuat dari detektor Geiger
Mueller.
Detektor Sintilasi ….

Detektor sintilasi selalu terdiri dari dua bagian


yaitu bahan sintilator dan photomultiplier.
Bahan sintilator merupakan suatu bahan padat,
cair maupun gas, yang akan menghasilkan
percikan cahaya bila dikenai radiasi pengion.
Photomultiplier digunakan untuk mengubah
percikan cahaya yang dihasilkan bahan sintilator
menjadi pulsa listrik.
Mekanisme pendeteksian radiasi pada detektor
sintilasi dapat dibagi menjadi dua tahap yaitu :
a) proses pengubahan radiasi yang mengenai
detektor menjadi percikan cahaya di dalam
bahan sintilator.
b) proses pengubahan percikan cahaya menjadi
pulsa listrik di dalam tabung photomultiplier.
Bahan Sintilator ….

 Di dalam kristal bahan sintilator terdapat pita-pita atau daerah yang


dinamakan sebagai pita valensi dan pita konduksi yang dipisahkan
dengan tingkat energi tertentu.
 Pada keadaan dasar, ground state, seluruh elektron berada di pita
valensi sedangkan di pita konduksi kosong.
 Ketika terdapat radiasi yang memasuki kristal, terdapat
kemungkinan bahwa energinya akan terserap oleh beberapa elektron
di pita valensi, sehingga dapat meloncat ke pita konduksi.
Beberapa saat kemudian elektron- elektron tersebut
akan kembali ke pita valensi melalui pita energi
bahan aktivator sambil memancarkan percikan
cahaya.
Jumlah percikan cahaya sebanding dengan energi
radiasi diserap dan dipengaruhi oleh jenis bahan
sintilatornya.
Semakin besar energinya semakin banyak percikan
cahayanya.
Percikan-percikan cahaya ini kemudian ‘ditangkap’
oleh photomultiplier.
Beberapa contoh bahan sintilator yang sering digunakan
sebagai detektor radiasi, adalah Kristal NaI(Tl), Kristal
ZnS(Ag), Kristal LiI(Eu), dan Sintilator Organik
Sintilator Cair ….

Detektor ini sangat spesial dibandingkan dengan


jenis detektor yang lain karena berwujud cair.
Sampel radioaktif yang akan diukur dilarutkan
dahulu ke dalam sintilator cair ini sehingga sampel
dan detektor menjadi satu kesatuan larutan yang
homogen.
Secara geometri pengukuran ini dapat mencapai
efisiensi 100 % karena semua radiasi yang
dipancarkan sumber akan “ditangkap” oleh
detektor.
Metode ini sangat diperlukan untuk mengukur
sampel yang memancarkan radiasi β berenergi
rendah seperti tritium dan C-14.
Masalah yang harus diperhatikan pada metode ini
adalah quenching yaitu berkurangnya sifat
transparan dari larutan (sintilator cair) karena
mendapat campuran sampel.
Semakin pekat konsentrasi sampel maka akan
semakin buruk tingkat transparansinya sehingga
percikan cahaya yang dihasilkan tidak dapat
mencapai photomultiplier.
Tabung Multiplier ….
berfungsi untuk mengubah percikan cahaya tersebut
menjadi berkas elektron, sehingga dapat diolah lebih
lanjut sebagai pulsa / arus listrik.
Tabung photomultiplier terbuat dari tabung hampa
yang kedap cahaya dengan photokatoda yang
berfungsi sebagai masukan pada salah satu ujungnya
dan terdapat beberapa dinode untuk menggandakan
elektron
Photokatoda yang ditempelkan pada bahan
sintilator, akan memancarkan elektron bila dikenai
cahaya dengan panjang gelombang yang sesuai.
Elektron yang dihasilkannya akan diarahkan, dengan
perbedaan potensial, menuju dinode pertama.
Dinode tersebut akan memancarkan beberapa
elektron sekunder bila dikenai oleh elektron.
Elektron-elektron sekunder yang dihasilkan
dinode pertama akan menuju dinode kedua dan
dilipatgandakan kemudian ke dinode ketiga dan
seterusnya sehingga elektron yang terkumpul pada
dinode terakhir berjumlah sangat banyak.
Dengan sebuah kapasitor kumpulan elektron
tersebut akan diubah menjadi pulsa listrik.
Detektor Semikonduktor ….
Bahan semikonduktor, yang diketemukan relatif
lebih baru daripada dua jenis detektor di atas,
terbuat dari unsur golongan IV pada tabel periodik
yaitu silikon atau germanium.
Detektor ini mempunyai beberapa keunggulan yaitu
lebih effisien dibandingkan dengan detektor isian
gas, karena terbuat dari zat padat, serta mempunyai
resolusi yang lebih baik daripada detektor sintilasi.
 Pada dasarnya, bahan isolator dan bahan semikonduktor
tidak dapat meneruskan arus listrik.
 Hal ini disebabkan semua elektronnya berada di pita
valensi sedangkan di pita konduksi kosong.
 Perbedaan tingkat energi antara pita valensi dan pita
konduksi di bahan isolator sangat besar sehingga tidak
memungkinkan elektron untuk berpindah ke pita
konduksi ( > 5 eV ).
 Sebaliknya, perbedaan tersebut relatif kecil pada bahan
semikonduktor (< 3 eV ) sehingga memungkinkan
elektron untuk meloncat ke pita konduksi bila mendapat
Energi radiasi yang memasuki bahan
semikonduktor akan diserap oleh bahan sehingga
beberapa elektronnya dapat berpindah dari pita
valensi ke pita konduksi.
Bila di antara kedua ujung bahan semikonduktor
tersebut terdapat beda potensial maka akan terjadi
aliran arus listrik.
Jadi pada detektor ini, energi radiasi diubah
menjadi energi listrik.
Sambungan semikonduktor dibuat dengan
menyambungkan semikonduktor tipe N dengan
tipe P (PN junction).
Kutub positif dari tegangan listrik eksternal
dihubungkan ke tipe N sedangkan kutub
negatifnya ke tipe P seperti terlihat pada gambar
Hal ini menyebabkan pembawa muatan positif
akan tertarik ke atas (kutub negatif) sedangkan
pembawa muatan negatif akan tertarik ke bawah
(kutub positif), sehingga terbentuk (depletion
layer) lapisan kosong muatan pada sambungan PN.
Dengan adanya lapisan kosong muatan ini maka
tidak akan terjadi arus listrik.
Bila ada radiasi pengion yang memasuki lapisan
kosong muatan ini maka akan terbentuk ion-ion
baru, elektron dan hole, yang akan bergerak ke
kutub-kutub positif dan negatif.
Tambahan elektron dan hole inilah yang akan
menyebabkan terbentuknya pulsa atau arus listrik.
Oleh karena daya atau energi yang dibutuhkan untuk
menghasilkan ionion ini lebih rendah dibandingkan
dengan proses ionisasi di gas, maka jumlah ion yang
dihasilkan oleh energi yang sama akan lebih banyak.
Hal inilah yang menyebabkan detektor semikonduktor
sangat teliti dalam membedakan energi radiasi yang
mengenainya atau disebut mempunyai resolusi tinggi.
Sebagai gambaran, detektor sintilasi untuk radiasi
gamma biasanya mempunyai resolusi sebesar 50 keV,
artinya, detektor ini dapat membedakan energi dari dua
buah radiasi yang memasukinya bila kedua radiasi
tersebut mempunyai perbedaan energi lebih besar
daripada 50 keV. Sedang detektor semikonduktor untuk
radiasi gamma biasanya mempunyai resolusi 2 keV.
Karakteristik Detektor….EFISIENSI

suatu nilai yang menunjukkan perbandingan antara jumlah pulsa


listrik yang dihasilkan detektor terhadap jumlah radiasi yang
diterimanya.
Nilai efisiensi detektor sangat ditentukan oleh bentuk geometri
dan densitas bahan detektor.
Bentuk geometri sangat menentukan jumlah radiasi yang dapat
'ditangkap' sehingga semakin luas permukaan detektor,
efisiensinya semakin tinggi.
Sedangkan densitas bahan detektor mempengaruhi jumlah radiasi
yang dapat berinteraksi sehingga menghasilkan sinyal listrik.
Bahan detektor yang mempunyai densitas lebih rapat akan
mempunyai efisiensi yang lebih tinggi karena semakin banyak
radiasi yang berinteraksi dengan bahan.
Karakteristik Detektor….KECEPATAN

selang waktu antara datangnya radiasi dan


terbentuknya pulsa listrik.
Kecepatan detektor berinteraksi dengan radiasi juga
sangat mempengaruhi pengukuran karena bila
respon detektor tidak cukup cepat sedangkan
intensitas radiasinya sangat tinggi maka akan
banyak radiasi yang tidak terukur meskipun sudah
mengenai detektor.
Karakteristik Detektor….RESOLUSI

kemampuan detektor untuk membedakan energi


radiasi yang berdekatan.
Suatu detektor diharapkan mempunyai resolusi yang
sangat kecil (high resolution) sehingga dapat
membedakan energi radiasi secara teliti.
Resolusi detektor disebabkan oleh peristiwa statistik
yang terjadi
dalam proses pengubahan energi radiasi, noise dari
rangkaian elektronik, serta ketidak-stabilan kondisi
pengukuran.
Penggunaan Alat Ukur Radiasi ….

Berdasarkan kegunaannya, alat ukur radiasi dapat dibedakan


menjadi dua yaitu sebagai alat ukur proteksi radiasi dan
sebagai sistem pencacah (counting system).
Alat ukur proteksi radiasi digunakan untuk kegiatan
keselamatan kerja dengan radiasi, oleh karena itu nilai ukur
yang ditampilkan biasanya dalam satuan dosis radiasi seperti
Rontgent, rem, atau Sievert.
Alat ukur proteksi radiasi dikelompokkan menjadi dosimeter
perorangan, surveimeter, dan monitor kontaminasi.
Sedangkan sistem pencacah digunakan untuk melakukan
pengukuran intensitas radiasi dan energi radiasi secara akurat.
Sistem pencacah lebih banyak digunakan di fasilitas
laboratorium.
Alat Ukur Proteksi Radiasi ….
Alat ukur proteksi radiasi dibedakan menjadi tiga
jenis yaitu dosimeter perorangan, surveimeter, dan
monitor kontaminasi.
Sebagaimana alat ukur radiasi lainnya, alat ukur
radiasi juga terdiri atas detektor dan peralatan
penunjang.
Dosimeter perorangan digunakan untuk “mencatat”
dosis radiasi yang telah mengenainya secara
akumulasi dalam selang waktu tertentu, misalnya
selama satu bulan.
Pada beberapa dosimeter perorangan seperti film badge
dan TLD, detektor dan peralatan penunjangnya tidak
menjadi satu kesatuan.
Setiap pekerja radiasi diwajibkan mempunyai dan
menggunakan dosimeter perorangan yang diidentifikasi
dengan baik.
Surveimeter digunakan untuk mengukur laju dosis
(intensitas) radiasi secara langsung.
Surveimeter mutlak diperlukan dalam setiap pekerjaan
yang menggunakan zat radioaktif atau sumber radiasi
pengion lainnya agar setiap pekerja mengetahui atau
dapat memperkirakan dosis radiasi yang akan
diterimanya setelah melaksanakan kegiatan tersebut.
Surveimeter harus bersifat portabel, mudah dibawa
dalam kegiatan survei radiasi di segala medan.
Monitor kontaminasi digunakan untuk mengukur
tingkat kontaminasi zat radioaktif, baik di udara, di
tempat kerja, maupun yang melekat di tangan,
kaki atau badan pekerja.
Peralatan ini mutlak diperlukan bagi fasilitas yang
menggunakan zat radioaktif terbuka, misalnya
untuk keperluan teknik perunut menggunakan zat
radioaktif.
Sehubungan dengan fungsinya yang berkaitan
langsung dengan keselamatan terhadap radiasi
maka setiap alat ukur proteksi radiasi harus
dikalibrasi oleh lembaga yang berwenang.
Sistem Pencacah dan Spektroskopi….

Berbeda dengan kelompok alat ukur sebelumnya


sistem pencacah digunakan untuk aplikasi yang
memanfaatkan zat radioaktif atau sumber radiasi
pengion lainnya. Sebagai contoh aplikasi thickness
gauging untuk mengukur tebal lapisan, level
gauging untuk menentukan batas permukaan
fluida, XRF untuk menentukan jenis dan kadar
material, dan sebaginya
Secara umum sistem pencacah dapat dikelompokkan
menjadi sistem pencacah integral, sistem pencacah
diferensial, dan sistem spektroskopi. Peralatan ini lebih
banyak digunakan di laboratorium (bukan di lapangan)
sehingga itu tidak perlu bersifat portabel tetapi harus
dapat menunjukkan hasil pengukuran yang sangat akurat.
Kegunaan sistem pencacah integral dan sistem
pencacah diferensial sebenarnya hampir sama yaitu
mengukur kuantitas (jumlah) radiasi yang mengenai
detektor.
Perbedaannya, pada sistem pencacah integral tidak
membedakan energi radiasi sedangkan pada sistem
pencacah diferensial hanya mengukur kuantitas radiasi
pada rentang energi tertentu saja.
 Prinsip kerja sistem pencacah integral lebih sederhana
karena tidak perlu membedakan energi radiasi.
 Sistem pencacah integral yang paling sederhana
menggunakan detektor GM.
 Sedangkan prinsip kerja sistem pencacah diferensial sedikit
lebih rumit karena harus mampu mengukur energi radiasi.
 Metode di bawah dapat digunakan untuk pengukuran
lapisan bahan yang lain, misalnya plastik atau bahkan
lapisan logam. Tentu saja untuk setiap jenis bahan
diperlukan pengaturan jenis sumber radiasi dan detektor
yang berbeda.
Sistem spektroskopi mempunyai prinsip yang sangat
berbeda dengan dua sistem pencacah sebelumnya karena
alat ini mengukur energi dari setiap radiasi yang
mengenai detektor.
Hasil pengukuran alat ini berupa spektrum distribusi
energi radiasi sebagaimana contoh pada gambar berikut:
Terlihat dari contoh spektrum di atas bahwa terdapat
beberapa tingkat energi yang menghasilkan cacahan relatif
lebih tinggi dari pada daerah lain.
Posisi atau tingkat energi tersebut disebut sebagai puncak
energi (energy peak).
Spektrum energi radiasi yang ditandai oleh puncak-puncak
energinya merupakan karakteristik dari setiap unsur atau
zat radioaktif. Sehingga jenis unsur atau isotop yang
terkandung di dalam suatu bahan dapat ditentukan bila
spektrum energinya dapat diukur.
Salah satu contoh aplikasi yang harus menggunakan
sistem spektroskopi adalah penentuan jenis dan kadar
unsur yang menerapkan metode XRF (X ray fluresence)
dan metode NAA (neutron activation analysis).
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai