Anda di halaman 1dari 11

ECT

Dr. M. Darwis Wijaya


1. Pengertian
Terapi elektrokonvulsif (ECT) merupakan suatu jenis
pengobatan somatik dimana arus listrik digunakan
pada otak melalui elektroda yang ditempatkan pada
pelipis.  Arus tersebut cukup menimbulkan kejang
grand mal, yang darinya diharapkan efek yang
terapeutik tercapai
ECT diperkirakan menghasilkan perubahan-perubahan
biokimia didalam otak (Peningkatan kadar norepinefrin
dan serotinin) mirip dengan obat anti depresan. 
2. Indikasi
Indikasi terapi kejang listrik adalah klien depresi
pada psikosa manik depresi, klien schizofrenia
stupor katatonik dan gaduh gelisah katatonik.
ECT lebih efektif dari antidepresan untuk klien
depresi dengan gejala psikotik (waham,
paranoid) bila berikan anti depresan (imipramin
200-300 mg/hari selama 4 minggu) namun jika
tidak ada perbaikan perlu dipertimbangkan
tindakan ECT.
Terapi ini dilakukan dengan frekuensi 2-3 hari
sekali. Jika efektif, perubahan perilaku mulai
kelihatan setelah 2-6 terapi.
3. Kontraindikasi :
ECT merupakan prosedur yang hanya digunakan pada
keadaan yang direkomendasikan. Sedangkan
kontraindikasi dan komplikasi dari tindakan ECT, adalah
sebagai berikut:
a. Kontraindikasi
1) Peningkatan tekanan intra kranial (karena tumor otak,
infeksi SSP).
2) Keguguran pada kehamilan, gangguan sistem
muskuloskeletal (osteoartritis berat, osteoporosis, fraktur
karena kejang grandmal).
3) Gangguan kardiovaskuler: infark miokardium, angina,
hipertensi, aritmia dan aneurisma.
4) Gangguan sistem pernafasan, asma bronkial.
5) Keadaan lemah.
b. Komplikasi
1) dislokasi sendi
2) Fraktur vetebra
3) Robekan otot rahang
4) Apnoe
5) Sakit kepala, mual dan nyeri otot
6) Amnesia
7) Bingung, agresif
8) Demensia
4. Peran Perawat
Perawat sebelum melakukan
terapi ECT, harus
mempersiapkan alat dan
mengantisipasi kecemasan
klien dengan menjelaskan
tindakan yang akan dilakukan.
5. Persiapan Alat
Adapun alat-alat yang perlu disiapkan sebelum
tindakan ECT, adalah sebagai berikut:
a. Konvulsator set (diatur intensitas dan timer)
b. Tounge spatel atau karet mentah dibungkus
kain
c. Kain kasa
d. Cairan Nacl secukupnya
e. Spuit disposibel
f. Obat SA injeksi 1 ampul
g. Tensimeter
h. Stetoskop
i. Slim suiger
6. Persiapan klien
a. Anjurkan klien dan keluarga untuk tenang dan beritahu
prosedur tindakan yang akan dilakukan.
b. Lakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk
mengidentifikasi adanya kelainan yang merupakan
kontraindikasi ECT
c. Siapkan surat persetujuan
d. Klien berpuasa 4-6 jam sebelum ECT
e. Lepas gigi palsu, lensa kontak, perhiasan atau penjepit
rambut yang mungkin dipakai klien
f. Klien diminta untuk mengosongkan kandung kemih dan
defekasi
g. Klien jika ada tanda ansietas, berikan 5 mg diazepam IM 1-
2 jam sebelum ECT
h.Premedikasi dengan injeksi SA (sulfa atropin) 0,6-1,2 mg
setengah jam sebelum ECT. Pemberian antikolinergik ini
mengembalikan aritmia vagal dan menurunkan sekresi
gastrointestinal.
7. Pelaksanaan
a. Setelah alat sudah disiapkan, pindahkan klien ke
tempat dengan permukaan rata dan cukup keras.
Posisikan hiperektensi punggung tanpa bantal. Pakaian
dikendorkan, seluruh badan di tutup dengan selimut,
kecuali bagian kepala.
b. Berikan natrium metoheksital (40-100 mg IV). Anestetik
barbiturat ini dipakai untuk menghasilkan koma ringan.
c. Berikan pelemas otot suksinikolin atau Anectine (30-80
mg IV) untuk menghindari kemungkinan kejang umum.
d. Kepala bagian temporal (pelipis) dibersihkan dengan
alkohol untuk tempat elektrode menempel.
e. Kedua pelipis tempat elektroda menempel dilapisi
dengan kasa yang dibasahi caira Nacl.
f. Penderita diminta untuk membuka mulut dan masang
spatel/karet yang dibungkus kain dimasukkan dan klien
diminta menggigit
g. Rahang bawah (dagu), ditahan supaya tidak membuka
lebar saat kejang dengan dilapisi kain
h. Persendian (bahu, siku, pinggang, lutu) di tahan selama
kejang dengan mengikuti gerak kejang
i. Pasang elektroda di pelipis kain kasa basah kemudia tekan
tombol sampai timer berhenti dan dilepas
j. Menahan gerakan kejang sampai selesai kejang dengan
mengikuti gerakan kejang (menahan tidak boleh dengan
kuat).
k. Bila berhenti nafas berikan bantuan nafas dengan
rangsangan menekan diafragma
l. Bila banyak lendir, dibersihkan dengan slim siger
m. Kepala dimiringkan
n. Observasi sampai klien sadar
o. Dokumentasikan hasil di kartu ECT dan catatan
keperawatan
8. Setelah ECT
a. Observasi awal tanda vital sampai
kondisi klien stabil
b. Jaga Keamanan
c. Bila klien sudah sadar, bantu
mengembalikan orientasi klien sesuai
kebutuhan, biasanya timbul kebingungan
pasca kejang 15-30 menit.

Thanks You

Anda mungkin juga menyukai