PENELITIAN
KUALITATIF
Rachmawati W, M.I.Kom
ILKOM, FKD, UNIBI
2020
Paradigma yang berkembang pada abad 20
Interpretatif :
Pemahaman dari kehidupan sosial harus memperhitungkan
subjektivitas dan makna pribadi dari individu.
Jenis Paradigma Interpretif :
Fenomenologi, hermeuneutika, dan interaksi simbolik
INTERPRETATIF
2
Tokoh Edmun Husserl (Fenomenologi Transendental)
Alferd Schutz ( Fenomenologi Sosial)
Ciri utama:
Pengetahuan tidak dapat ditemukan pada pengalaman
eksternal tetapi dalam diri kesadaran individup-
pemahaman subjektif
3
Objek dari ilmu sosial adalah simbol yang muncul dalam
percakapan da tindakan (pikiran, perasaan, dan keinginan).
Fenomena khas manusia adalah Bahasa, maka
hermeunetika membahas mengenai pemahaman manusia
mengenai bahasa
Hermeunetika
4
Pencentus paradigm Konstruktivis (1973) adalah Karl Poper
5
Paradigma ini memandang bahwa kenyataan itu hasil konstruksi
atau bentukan dari manusia itu sendiri. Kenyataan itu bersifat
ganda, dapat dibentuk, dan merupakan satu keutuhan. Kenyataan
ada sebagai hasil bentukan dari kemampuan berpikir seseorang.
Pengetahuan hasil bentukan manusia itu tidak bersifat tetap tetapi
berkembang terus.
Penelitian kualitatif berlandaskan paradigma konstruktivisme yang
berpandangan bahwa pengetahuan itu bukan hanya merupakan
hasil pengalaman terhadap fakta, tetapi juga merupakan hasil
konstruksi pemikiran subjek yang diteliti. Pengenalan manusia
terhadap realitas sosial berpusat pada subjek dan bukan pada
objek, hal ini berarti bahwa ilmu pengetahuan bukan hasil
pengalaman semata, tetapi merupakan juga hasil konstruksi
KONSTRUKTIVISME oleh pemikiran. (Arifin, 2012: 140)
6
Gagasan Utama Paradigma Konstruktivis
1. Ontologi : relativism : Realitas merupakan konstruksi sosial.
Kebenaran realitas bersifat relative, berlaku konteks spesifik
yang dinilai relevan oleh pelaku sosial
2. Epistimologi : Transactionalis/Subjectivist : Pemahaman
realitas atau temuan suatu penelitian merupakan produk
interaksi peneliti dengan objek yang diteliti
3. Aksiologi : Facilitator : Nilai, etika, moral bagian yang tidak
terpisahkan dari penelitian. Peneliti sebagai passionate
participant, fasilitator yang menjembatani keragaman
subjektivitas pelaku sosial.
KONSTRUKTIVISME 4. Tujuan penelitian konstrustivis : rekonstruksi realitas sosial
secara dialektis antara peneliti dengan yang diteliti
7
Teori ini dikembangkan oleh Mazhab Franfrut
Mendefiniskan fenomena sosial sebaga suatu proses yang secara
kritis berusaha mengungkap the real structure dibalik ilusi, yang
dinampakkan dunia materi, dengan tujuan membantu membentuk
kesadaran sosial agar memperbaiki dan merubah kondisi
kehidupan manusia.
KRITIS
8
memandang bahwa kenyataan itu sangat berhubungan dengan
pengamat yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain serta nilai –
nilai yang dianut oleh pengamat tersebut turut mempengaruhi
fakta dari kenyataan tersebut. Paradigma teori kritis ini sama
dengan paradigma postpositivisme yang menilai realitas secara
kritis. (Tahir, 2011: 58)
KRITIS
9
Gagasan Utama Paradigma Kritis
1. Ontologi : Historical Realism : Realitas “semu” (virtual reality)
yang telah terbentuk oleh proses sejarah dan kekuatan
sosial, budaya, politik, ekonomi, dsb.
2. Epistemologi : Transactionalist/ Subjectivist : Hubungan
peneliti dengan yang diteliti selalu dijembatani nilai tertentu.
Pemahaman suatu realitas merupakan value mediated
findings
3. Aksiologi:
Activist : Nilai, Etika, Moral bagian yang tidak terpisahkan
dari penelitian
Peneliti menempatkan diri sebagai transformative
intellectual, advokat, dan aktivis
KRITIS Tujuan penelitian : kritik sosial, transformasi, emansipasi dan
pemberdayaan sosial
10
HUBUNGAN
PENDEKATAN,
METODOLOGI,
DAN METODE
RISET
HUBUNGAN PENDEKATAN,
METODOLOGI, DAN METODE RISET
Pendekatan Metodologi Riset Metode Riset Tipe Riset
Konstruktivisme • Kualitatif • Observasi • Deskriptif
Nonpartisipan / • Ekspolrasi
partisipan (grounded)
• Depht interview
• FGG
• Studi Kasus
• Analisis Isi
Kualitatif
• Etnografi
HUBUNGAN PENDEKATAN,
METODOLOGI, DAN METODE RISET
Pendekatan Metodologi Riset Metode Riset Tipe Riset