Anda di halaman 1dari 17

GANGGUAN SYARAF

By.Group 8

ERY ANGREYNI
NESI FITRIYANI
RIZKI SAKINAH PUTRI
CEDERA KEPALA
PENGERTIAN
Cedera kepala (trauma kepala) adalah kondisi
dimana struktur kepala mengalami benturan dari
luar dan berpotensi menimbulkan gangguan pada
fungsi otak. Beberapa kondisi pada cedera
kepala meliputi luka ringan, memar di kulit
kepala, bengkak, perdarahan, dislokasi, patah
tulang tengkorak dan gegar otak, tergantung dari
mekanisme benturan dan parahnya cedera yang
dialami.
PATOFISIOLOGI
Fungsi otak sangat bergantung pada tersedianya oksigen dan glukosa.
Meskipun otak hanya seberat 2 % dari berat badan orang dewasa, ia
menerima 20 % dari curah jantung. Sebagian besar yakni 80 % dari
glukosa dan oksigen tersebut dikonsumsi oleh substansi kelabu. Cedera
kepala yang terjadi langsung akibat trauma disebut cedera primer. Proses
lanjutan yang sering terjadi adalah gangguan suplai untuk sel yaitu
oksigen dan nutrien, terutama glukosa. Kekurangan oksigen dapat terjadi
karena berkurangnya oksigenasi darah akibat kegagalan fungsi paru, atau
karena aliran darah otak menurun, misalnya akibat syok. Karena itu pada
cedera kepala harus dijamin bebasnya jalan nafas, gerakan nafas yang
adekuat dan hemodinamik tidak terganggu, sehingga oksigenasi tubuh
cukup. Gangguan metabolisme jaringan otak akam menyebabkan edem
yang mengakibatkan hernia melalui foramen tentorium, foramen magnum,
atau herniasi dibawah falks serebrum. Jika terjadi herniasi jaringan otak
yang bersangkutan akan mengalami iskemik sehingga dapat menimbulkan
nekrosis atau perdarahan yang menimbulkan kematian.
KOMPLIKASI
1. Penurunan kesadaran
2. Kejang-kejang berulang
3. Kerusakan saraf yang dapat memicu masalah lainnya
seperti kelumpuhan otot wajah, penglihatan ganda hingga
kehilangan kemampuan melihat, sulit menelan, dan
kerusakan pada indra penciuman.
4. Kerusakan pembuluh darah yang berpotensi memicu
stroke dan pembekuan darah.
5. Infeksi
6. Pembendungan cairan otak
7. Penyakit degenerasi otak
KLASIFIKASI CEDERA KEPALA
Cedera kepala dapat diklasifikasikan berdasarkan mekanisme, keparahan, dan morfologi
cedera.
1. Mekanisme : berdasarkan adanya penetrasi duramter.
a. Trauma tumpul :kecepatan tinggi (tabrakan).
kecepatan rendah (terjatuh, dipukul)
b. Trauma tembus (luka tembus peluru dan cedera tembus lainnya)
2. Keparahan cedera
a. Ringan : skala koma Glasgow (Glasgow Coma Scale, GCS) 14-15
b. Sedang : GCS 9-13
c. Berat : GCS 3-8
3. Morfologi
a. Fraktur tengkorak kraniium linear/stelatum; depresi/non depresi;
terbuka/tertutup basis dengan/tanpa kebocoran cairan serebrospinal dengan/tanpa
kelumpuhan nervus VII.
b. Lesi intracranial fokal epidural, subdural, intraserebral.
difus konkusi ringan, konkusi klasik, cedera
aksonal difus.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto Rontgen tengkorak (AP Lateral)
2. CT-Scan
PENATALAKSANAAN
Pedoman resusitasi dan penilaian awal:
1. Menilai jalan napas : bersihkan jalan napas dari debris
dan muntahan, lepaskan gigi palsu, pertahankan tulang
servikal, pasang guedel bila dapat ditoleransi. Jika
cedera orofasial mengganggu jalan napas, maka pasien
harus diintubasi.
2. Menilai pernapasan : tentukan apakah pasien bernapas
spontan atau tidak. Jika tidak, beri oksigen melalui
masker oksigen. Jika pasien bernapas spontan, selidiki
dan atasi cedera dada berat seperti pneumotoraks,
hemopneumotoraks, pneumotoraks tensif.
3. Menilai sirkulasi : otak yang rusak tidak mentoleransi
hipotensi. Hentikan semua perdarahan dengan menekan
arterinya. Perhatikan secara khusus adanya cedera
intraabdominal atau dada. Ukur dan catat frekuensi
denyut jatung dan tekanan darah, pasang alat pemantau
dan EKG bila tersedia. Pasang jalur intravena yang besar,
ambil darah vena untuk pemeriksaan darah perifer
lengkap, ureum, elektrolit, glukosa, dan analisis gas
darah arteri. Berikan larutan koloid. Sedangkan larutan
kristaloid (dekstrosa atau dekstrosa dalam salin)
menimbulkan eksaserbasi edem otak pasca cedera kepala.
CEDERA MEDULLA SPINALIS
PENGERTIAN
Cidera medula spinalis adalah suatu kerusakan
fungsi neurologis yang disebabkan oleh benturan
pada daerah medulla spinalis (Brunner &
Suddarth, 2001). Cidera medulla spinalis adalah
buatan kerusakan tulang dan sumsum yang
mengakibatkan gangguan sistem persyarafan
didalam tubuh manusia.
ETIOLOGI
Cedera sumsum tulang belakang terjadi akibat patah
tulang belakang dan terbanyak mengenai daerah servikal
dan lumbal.cedera terjadi akibat hiperfleksi, hiperekstensi,
kompressi, atau rotasi tulang belakang.didaerah torakal
tidak banyak terjadi karena terlindung dengan struktur
thoraks. Fraktur dapat berupa patah tulang sederhana,
kompressi, kominutif, dan dislokasi, sedangkan kerusakan
pada sumsum tulanmg belakang dapat berupa memar,
contusio, kerusakan melintang, laserasi dengan atau tanpa
gangguan peredaran darah, atau perdarahan.
KLASIFIKASI
1. Komosio medulla spinalis adalah suatu keadaan dimana fungsi
medulla spinalis hilang sementara tanpa disertai gejala sisa atau
sembuh secara sempurna. Kerusakan pada komosio medulla
spinalis dapat berupa edema, perdarahan verivaskuler kecil – kecil
dan infrk pda sekitar pembuluh darah.
2. Kompresi medulla spinalis  berhubungan dengan cedera vertebra,
akibat dari tekanan medulla spinalis.
3. Kontusio adalah kondisi dimana terjadi kerusakan pada vertebra,
ligament dengan terjadinya perdarahan, edema, perubahan neuron
dan reaksi peradangan.
4. Laserasio medulla spinalis merupakan kondisi yang berat karena
terjadi kerusakan medulla spinalis. Biasanya disebabkan karena
dislokasi, luka tembak. Hilangnya fungsi medulla spinalis
umumnya bersifat permanen.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto Polos Vertebra
2. CT-scan Vertebra.
3. MRI Vertebra
4. Sinar X spinal
5. Mielografi.
6. Foto rontgen torak
7. Pemeriksaan fungsi paru
8. GDA. Menunjukan kefektifan penukaran gas atau
upaya ventilasi.
KOMPLIKASI
1. Neurogenik shock.
2. Hipoksia.
3. Gangguan paru-paru
4. Instabilitas spinal
5. Orthostatic Hipotensi
6. Ileus Paralitik
7. Infeksi saluran kemih
8. Kontraktur
9. Dekubitus
10.Inkontinensia blader
11.Konstipasi
PENATALAKSANAAN
1. Segera dilakukan imobilisasi.
2. Stabilisasi daerah tulang yang mengalami cedera
seperti dilakukan pemasangan collar servical,
atau dengan menggunakan bantalan pasir.
3. Mencegah progresivitas gangguan medulla
spinalis misalnya dengan pemberian oksigen,
cairan intravena, pemasangan NGT.
4. Terapi pengobatan

Anda mungkin juga menyukai