Anda di halaman 1dari 14

JKK, Tahun 2016, Vol 5(1), halaman 24-28 ISSN 2303-

1077

OPTIMASI PRODUKSI PROTEIN SEL TUNGGAL (PST)


DARI BAKTERI YANG TERDAPAT PADA
GASTROINTESTINAL (GI) IKAN NILA (Oreochromis
niloticus) DAN IKAN KEMBUNG (Scomber canagorta)

Berly Inuhan*1, Savante Arreneuz1, Muhamad Agus Wibowo1


1Program Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H.
Hadari Nawawi, Pontianak *email: inuhanberly@yahoo.co.id
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki potensi
yang besar di bidang perikanan. Sumber Ikan yang didapat berasal
dari hasil penangkapan di laut dan pembudidayaan (Huffard et al.,
2012). Jenis ikan yang sangat popular berasal dari hasil penangkapan
dilaut adalah ikan kembung (Scomber canagorta) (Dirjen Perikanan,
1990), sedangkan yang berasal dari hasil pembudidayaan adalah ikan
nila (Oreochromis niloticus) (Kordik, 2010). Bagian ikan yang tidak
digunakan dan menghasilkan limbah terdapat pada bagian
gastrointestinal (GI) ikan yang dibuang begitu saja dapat
mengganggu lingkungan. Limbah GI ikan ini perlu dimanfaatkan
lebih lanjut sebagai sumber bakteri penghasil protein sel tunggal
(PST) (Balaji et al., 2012; Gethanjali dan Subash., 2011).
Protein sel tunggal merupakan produk biomassa berkadar protein
tinggi yang berasal dari mikrobia (Batubara, 2009). Mikrobia
penghasil PST umumnya tumbuh pada limbah yang memiliki unsur
karbon dan nitrogen (Pawignya, 2011).
Bakteri, fungi, algae, dan yeast merupakan jenis dari mikrobia
yang dapat memproduksi PST. Bakteri yang dapat memproduksi PST
antara lain: Brevibacterium sp, Methylophilus sp, Acromobacter
delvaevate, Acinetobacter calcoacenticu, Aeromonas hydrophilla,
Bacillus sp, Lactobacillus sp, Cellulomonas sp, Methylomonas sp,
Pseudomonas sp, Rhodopseudomonas sp, Flavobacterium sp
(Adedayo et al., 2011; Ashok et al., 2014).
Mikroba yang digunakan sebagai penghasil PST harus memiliki
kriteria yaitu tidak bersifat patogen, memiliki nilai nutrisi yang baik,
dapat digunakan sebagai makanan atau pakan, tidak mengandung
senyawa yang beracun, dan biaya produksinya murah (Adedayo et al.,
2011). Pemanfaatan PST dapat digunakan sebagai pengganti protein
dari sumber konvensional seperti hasil pertanian, perikanan, dan
peternakan (Nigam, 1998; Batubara, 2009; Ashok et al., 2014 ).
Protein yang bersumber dari bakteri lebih banyak dimanfaatkan
dibandingkan dengan hewan dan fungi. Hal ini dikarenakan
pertumbuhan dari bakteri sangat cepat, tidak membutuhkan media,
atau ruangan yang besar dan proses regenerasinya sangat cepat. Salah
satu sumber dari bakteri dapat ditemukan pada bagian GI biawak
(Megiandari, 2009), ikan Cyprinus carpio (Balaji et al., 2012) dan
ikan Labeo rohita (Gethanjali dan Subash., 2011). Jenis bakteri yang
mungkin ditemukan pada ikan adalah Pseudomonas sp, Bacillus sp,
Micrococcus sp, Staphylococcus sp, Streptococcus sp (Buller, 2004).
Penelitian ini menggunakan bagian GI ikan nila (O. niloticus)
dan ikan kembung (S. canagorta) digunakan sebagai sumber bakteri
penghasil PST. Habitat antara ikan nila yang hidup di air tawar dan
ikan kembung yang hidup di air asin merupakan suatu perbedaan
lingkungan yang sangat menonjol yaitu dari tingkat salinitas yang
berbeda dan keanekaragaman sumber makanan yang berbeda
sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai optimasi produksi
protein dari GI ikan nila (O. niloticus) dan ikan kembung (S.
canagorta) berdasarkan pH, temperatur dan waktu fermentasi serta
kadar protein yang diperoleh menggunakan metode Bradford dengan
alat spektrofotometer UV-Vis.
METODOLOGI PENELITIAN
• Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi peralatan
gelas, pisau steril, orbital shaker incubator, pH universal, neraca,
spektrofotometer UV-Vis, alat sentrifugasi, oven dan autoclave.
Sampel berupa GI dari O. niloticus dan S. canagorta. Bahan-bahan
yang digunakan adalah NaCl, akuades, Nutrient Agar, glukosa,
pepton, susu skim milk, agar, MgSO4.7H2O, KH2PO4, K2HPO4,
FeSO4.7H2O, kasein, larutan buffer, Bovine Serum Albumin
(BSA), pereaksi bradford.
• Preparasi Sampel (Gethanjali dan Subash., 2011; Balaji et al.,
2012).
Ikan dibedah bagian perutnya dengan pisau steril dan dipisahkan GI
dari ikan. Selanjutnya dibuat larutan homogen dengan penambahan
GI ke larutan natrium klorida 0.9%. (10:1; volume:berat) dibuat
larutan hingga 10-6.
Selanjutnya dilarutkan sampel (0.1 ml) ke media padat saline
nutrient agar kemudian diinkubasi pada temperatur 37oC selama 24
jam. Koloni dengan kecerahan dan zona diameter terbaik yaitu
isolat terpilih dari ikan kembung (S. canagorta) adalah K1, K2, dan
K3 sedangkan ikan nila (O. niloticus) adalah N1, N2, dan N3.
Isolat-isolat ini dipindahkan ke media skim milk salt agar sebagai
penghasil protein pada waktu fermentasi 24 jam dan temperatur
37oC. Selanjutnya isolat-isolat ini digunakan untuk sampel
investigasi selanjutnya.
• Produksi Protein (Gethanjali dan Subash., 2011).
Media cair yang digunakan dalam produksi protein adalah
mengandung 0.5 % glukosa (w/v), 0.75 % pepton (w/v), 0.05 %
MgSO4.7H2O (w/v), 0.05 % KH2PO4 (w/v) dan 0,01%
FeSO4.7H2O (w/v) kemudian dibiakan dengan variasi 6 hingga 48
jam di dalam inkubator shaking (140 rpm) pada temperatur 40oC
dan pH 7. Setelah proses fermentasi diatas selesai selanjutnya di
lakukan sentrifugal 10.000 rpm selama 15 menit dan dipisahkan
Supernatan yang bebas sel sebagai protein preparasi selanjutnya
dilakukan uji kadar protein dengan metode Bradford.
• Pengaruh pH terhadap produksi protein (Gethanjali dan
Subash., 2011).
Penentuan pengaruh pH terhadap produksi protein dilakukan
dengan variasi pH (6.0-9.0), dimana larutan buffer pH 6.07.0
(posfat buffer), pH 8.0-9.0 (boraks buffer). Produksi protein
diinkubasi pada waktu optimum dengan temperatur 40oC.
Selanjutnya pengujian kadar protein dengan metode yang sama
dengan diatas.
• Pengaruh Temperatur terhadap produksi protein (Gethanjali
dan Subash., 2011).
Penentuan pengaruh temperatur terhadap produksi protein
dilakukan dengan variasi temperatur 30, 40, 50, 60oC pada pH dan
waktu fermentasi optimum. Selanjutnya pengujian kadar protein
dengan metode yang sama dengan diatas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
• Pengaruh Variasi Waktu Fermentasi Terhadap Produksi protein
Penelitian ini dilakukan pada variasi waktu yaitu 0-48 jam dengan
interval 6 jam terhadap Isolat terpilih dari sumber ikan nila (O.
niloticus) yaitu N1, N2, dan N3 sedangkan isolat terpilih dari sumber
ikan kembung (S. canagorta) adalah K1, K2, dan K3. Fermentasi
dilakukan pada temperatur 40oC dan tingkat keasaman pH 7 (Balaji et
al., 2008).

Gambar 1.
Kurva konsentrasi protein terhadap waktu fermentasi isolat terpilih ikan kembung (S. canagorta)
Gambar 2.
Kurva konsentrasi protein terhadap waktu fermentasi isolat terpilih ikan nila (O. niloticus)
Berdasarkan
Berdasarkan kurva pada Gambar 1 dan 2 maka dapat diketahui fase lag
terjadi pada waktu 6-12 jam yaitu penyesuaian bakteri terhadap lingkungan,
fase log terjadi pada waktu 12-24 jam dengan terjadinya interaksi bakteri
dengan substrat yang meningkat membentuk protein,fase stasioner terjadi
pada waktu 24-36 jam yang merupakan waktu optimum dari produksi
protein, tetapi setelah 36 jam yaitu fase kematian diperoleh konsentrasi
protein yang menurun hal ini disebabkan jumlah substrat yang mulai habis,
jumlah protein yang terbentuk dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan
terjadinya degradasi terhadap protein (Nelson dan Cox., 2008; Hui, 2006).
Berdasarkan nilai konsentrasi protein maksimum maka isolat K3
dan N3 memiliki nilai yang tertinggi dari masingmasing isolat yaitu
1,039 mg/ml dan 1,123 mg/ml. Isolat K3 dan N3 terpilih untuk
selanjutnya dilakukan pengaruh variasi temperatur dan variasi pH
pada waktu fermentasi optimum yaitu 36 jam.

• Pengaruh Variasi Temperatur dan pH Terhadap Produksi Protein


Pengaruh variasi temperatur dilakukan pada pH 7 (Balaji et al.,
2008) terhadap isolat N3 dan K3 dengan waktu fermentasi 36 jam.
berikut ini gambar grafik variasi temperatur terhadap kadar protein.

Gambar 3. Isolat N3 variasi temperatur pada pH 7 dan waktu fermentasi 36 jam


Berdasarkan Gambar 3 dan 4 diperoleh konsentrasi protein
meningkat hingga temperatur 40oC, hal ini karena semakin sesuai
kondisi temperatur yang dibutuhkan bakteri untuk pertumbuhan dan
berkembangbiak, tetapi setelah temperatur 40oC terjadi penurunan
konsentrasi protein hal ini karena temperatur tinggi dapat mengubah
sifat fisik dari membran sel dan mempengaruhi sistem sekresi
ekstraseluler dari bakteri (Gethanjali dan Subash., 2011; Balaji et al.,
2012).

Gambar 4.
Isolat K3 variasi temperatur pada pH 7 dan waktu fermentasi 36 jam
Pengaruh variasi pH dilakukan pada temperatur dan waktu
fermentasi optimum yaitu 40oC dan 36 jam terhadap isolat N3 dan K3.
Berikut ini adalah gambar grafik variasi pH terhadap kadar protein.

Gambar 5.
Isolat N3 variasi pH pada temperatur 40oC dan waktu fermentasi 36 jam
Berdasarkan gambar 5 dan 6 diperoleh konsentrasi protein yang meningkat hingga pH
7 karena kesesuaian kondisi keasaman dengan lingkungan hidup dari bakteri sehingga
aktivitas pertumbuhannya untuk mengubah substrat menjadi protein juga meningkat,
tetapi setelah pH 7 konsentrasi protein menurun yang disebabkan proses denaturasi
protein sehingga aktivitas biologis dari bakteri terganggu akibat dari perubahan
struktur molekul dan kelarutannya (Pawignya, 2011; Mathews et al., 2004).
Gambar 6.
Isolat K3 variasi pH pada temperatur 40oC dan waktu fermentasi 36 jam
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diketahui bahwa isolat dari
N3 dan K3 memiliki kondisi optimum yang sama yaitu pada
temperatur 40oC, pH 7, dan waktu fermentasi 36 jam sehingga N3
dan K3 memiliki potensi sebagai penghasil PST. Hal ini dapat dilihat
pada penelitian terdahulu yaitu pH 7 dan temperatur 40oC untuk GI
ikan Cyprinus carpio (Balaji et al., 2012), pH 9 dan temperatur 40oC
untuk GI ikan Labeo rohita (Gethanjali dan Subash., 2011), pH 9 dan
temperatur 55oC usus biawak Varanus salvator (Megiandari, 2009).
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa:
1.Waktu fermentasi, temperatur dan pH untuk menghasilkan produk
protein dari isolat K3 dan N3 memiliki kondisi optimum yang
sama yaitu 36 jam, pH 7 dan suhu 40oC.
2. Kadar protein dari isolat K3 dan isolat N3 yaitu 1,039 mg/ml dan
1,123 mg/ml.

Anda mungkin juga menyukai