Anda di halaman 1dari 25

HIPERTENSI

Ismaya Agustin
HIPERTENSI
• Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu
peningkatan abnormal tekanan darah arteri yang
mengangkut darah dari jantung dan memompa
keseluruh jaringan dan organ-organ tubuh secara terus
menerus lebih dari satu periode (Irianto, 2014).
• Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah
di pembuluh darah meningkat secara kronis. Hal
tersebut dapat terjadi karena jantung bekerja lebih
keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
oksigen dan nutrisi tubuh. Jika dibiarkan, penyakit ini
dapat menganggu fungsi organ-organ lain, terutama
organ-organ vital seperti jantung dan ginjal (Kemenkes
RI, 2013).
ETIOLOGI
• Esensial
1. Genetik
2. Diet
3. Berat badan
4. Gaya hidup
• Sekunder
1. Hipertensi renovaskuler adalah hipertensi akibat lesi
pada arteri ginjal sehingga menyebabkan hipoperfusi
ginjal.
2. Hipertensi akibat lesi pada parenkim ginjal
menimbulkan gangguan fungsi ginjal.
3. Obat-obatan
PATOFISIOLOGI
1. Curah jantung dan tahanan perifer
peningkatan volume cairan atu preload dan rangsangan saraf
yang mempengaruhi kotraktilitas jantung, Curah jantung
meningkat secara mendadak akibat adanya rangsang saraf
adrenergic, Barorefleks menyebabkan penurunan resistensi
vaskuler sehingga tekanan darah kembali normal. Namun
pada orang tertentu, control tekanan darah melalui
berorefleks tidak adekuat sehingga vasokontriksi perifer,
Terjadinya hipertrofi mengakibatkan kebutuhan oksigen
ventrikel semakin meningkat sehingga ventrikel harus mampu
memompa darah lebih keras untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Pada hipertrofi, serat-serat otot jantung mulai
menegang melebihi panjang normalnya yang akhirnya
menyebabkan penurunan kontraktilitas dan volume sekuncup.
2. Sistem renin-angiotensin
Sistem renin-angiotensin merupakan system endokrin penting
dalam pengontrolan tekanan darah.
• 1).Meningkatkan sekresi hormon antidiuretic (ADH) dan rasa
haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan
bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin.
Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang dieksresikan
ke luar tubuh (antidiuresis) sehingga urin menjadi pekat dan
tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkan, volume cairan
ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari
bagian intraseluler. Akibatnya volume darah meningkat sehingga
meningkatkan tekanan darah.
• 2).Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron merupakan hormon steroid yang berperan penting
pada ginjal untuk mengatur volume cairan ekstraseluler.
Aldosteron mengurangi eksresi NaCl dengan cara reabsorpsi dari
tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali
dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang
pada akhirnya meningkatkan volume dan tekanan darah.
3. Perubahan struktur dan fungsi pembuluh darah
Perubahan structural dan fungsional sistem
pembuluh darah perifer bertanggung jawab
terhadap perubahan tekanan darah terutama pada
usia lanjut. Perubahan struktur pembuluh darah
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat, dan penurunan relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang mengakibatkan penurunan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh
darah. Sel endotel pembuluh darah juga memiliki
peran penting dalam pengontrolan pembuluh darah
jantung dengan cara memproduksi sejumlah
vasoaktif local yaitu molekul oksida nitrit dan
peptide endothelium. Disfungsi endotelium banyak
terjadi pada kasus hipertensi primer.
TANDA DAN GEJALA
• tanda dan gejala yang spesifik, seperti pusing,
muka merah, sakit kepala, dan keluar darah dari
hidung. Namun demikian, jika hipertensinya berat
atau sudah berlangsung lama dan tidak mendapat
pengobatan, akan timbul gejala seperti sakit
kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak napas,
terengah-engah, pandangan mata kabur dan
berkunang-kunang.Terjadi pembengkakan pada
kaki dan pergelangan kaki, keluar keringat yang
berlebihan, kulit tampak pucat dan kemerahan,
denyut jantung yang kuat, cepat dan tidak teratur.
Kemudian muncul gejala yang menyebabkan
gangguan psikologis seperti emosional, gelisah
dan sulit tidur.
KLASIFIKASI HIPERTENSI
KOMPLIKASI
• Otak
Stroke timbul karena perdarahan, tekanan intra kranial yang
meninggi, atau akibat emboli yang terlepas dari pembuluh
non otak yang tekanan darah tinggi. Stroke dapat terjadi pada
hipertensi kronik apabila arteri yang mendarahi otak
mengalami hipertrofi atau penebalan, sehingga aliran darah
ke daerah-daerah yang diperdarahinya akan berkurang.
Arteri-arteri di otak yang akan mengalami arteroklerosis
melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya
aneurisma. Tekanan yang tinggi pada kelainan tersebut
menyebabkan peningkatan tekanan kepala, sehingga
mendorong cairan masuk kedalam ruang intertisium diseluruh
susunan saraf pusat. Hal tersebut menyebabkan neuron
disekitarnya akan terjadi koma bahkan kematian.
• Kardiovaskular
Hal ini terjadi karena pada penderita hipertensi
kerja jantung akan meningkat, sehingga
miokardium tidak mendapatkan suplai oksigen yang
cukup. Kebutuhan oksigen miokardium yang tidak
terpenuhi menyebabkan terjadinya iskemia jantung,
yang pada akhirnya dapat menjadi infark. Beban
kerja jantung akan meningkat pada hipertensi.
Jantung akan terus-menerus memompa darah
dengan tekanan tinggi dapat menyebabkan
pembesaran ventrikel kiri sehingga darah yang
dipompa oleh jantung akan berkurang. Apabila
pengobatan yang dilakukan tidak tepat atau tidak
adekuat pada tahap ini maka dapat menimbulkan
komplikasi gagal jantung kongestif.
• Ginjal
Penyakit tekanan darah tinggi dapat menyebabkan
pembuluh darah pada ginjal mengerut sehingga
aliran zat-zat makanan menuju ginjal terganggu
dan mengakibatkan kerusakan sel-sel ginjal. Jika hal
ini terjadi secara terus menerus maka sel-sel ginjal
tidak bias berfungsi lagi. Apabila tidak segera
diatasi maka akan menyebabkan kerusakan pada
ginjal. Kerusakan membran glomerulus juga akan
menyebabkan protein keluar melalui urin sehingga
sering dijumpai edema sehingga akibat dari
tekanan osmotic koloid plasma yang berkurang. Hal
tersebut terutama terjadi pada hipertensi kronik.
•  
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Riwayat pemfis secara menyeluruh
• Pemeriksaan retina
• Pemeriksaan laboratorium
• Ekg
• Urinalisa
• Foto dada dan CT Scan
PENATALAKSANAAN
• Pengaturan diet
• Olahraga teratur
• Penurunan berat badan
• Farmakologi
1. Thiazide
2. Betablocker
3. Ace inhibitor
4. Angiotencin receptor blocker
5. hydralazine
Konsep dasar asuhan
keperawatan
1. Pengkajian
• a. Aktivitas / istirahat
Gejala :
• Kelemahan
• Letih
• Napas pendek
• Gaya hidup monoton

Tanda :
• Frekuensi jantung meningkat
• Perubahan irama jantung
• Takipnea
• b. Sirkulasi
Gejala :     Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner /  
katup, penyakit serebrovaskuler
Tanda :
• Kenaikan TD
• Nadi : denyutan jelas
• Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia
• Bunyi jantung : murmur
• Distensi vena jugularis
•  Ekstermitas
Perubahan warna kulit
• c. Integritas Ego
Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria,
marah, faktor stress multiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan )
Tanda :
• Letupan suasana hati
• Gelisah
• Tangisan yang meledak
• otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )
• Peningkatan pola bicara
d. Eliminasi
Gejala :  Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi,
obstruksi,  riwayat penyakit ginjal )
e. Makanan / Cairan
Gejala :
• Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan
tinggi garam, lemak dan kolesterol
• Mual
• Muntah
• Riwayat penggunaan diuretik
Tanda :
• BB normal atau obesitas
• Edema
• Kongesti vena
• Peningkatan JVP
• glikosuria
f.  Neurosensori
Gejala :
• Keluhan pusing / pening, sakit kepala
• Episode kebas
• Kelemahan pada satu sisi tubuh
• Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )
• Episode epistaksis
Tanda :
• Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir
atau memori ( ingatan )
• Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
• Perubahan retinal optik
g.  Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala :
• nyeri hilang timbul pada tungkai
• sakit kepala oksipital berat
• nyeri abdomen
h.  Pernapasan
Gejala :
• Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas
• Takipnea
• Ortopnea
• Dispnea nocturnal proksimal
• Batuk dengan atau tanpa sputum
• Riwayat merokok
Tanda :
• Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan
• Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )
• Sianosis
i. Keamanan
Gejala   : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda    : Episode parestesia unilateral transien
j. Pembelajaran / Penyuluhan
Gejala       :
• Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM ,
penyakit serebrovaskuler, ginjal
• Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain
• Penggunaan obat / alkohol
DIAGNOSA
• Resiko tinggi terhadap penurunan curah
jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas
ventrikuler, iskemia miokard
• Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai
dan kebutuhan oksigen.
• Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan
tekanan vaskuler serebral
RENCANA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah
jantung berhubungan
dengan peningkatanafterload,vasokonstriksi,hipe
rtrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
Kriteria Hasil NOC:
• Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan darah,
Nadi, respirasi)
• Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
• Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada
asites
• Tidak ada penurunan kesadaran
• NIC :
Cardiac Care
• Evaluasi adanya nyeri dada ( intensitas,lokasi, durasi)
• Catat adanya disritmia jantung
• Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput
• Monitor status kardiovaskuler
• ortopneu
• Anjurkan untuk menurunkan stress

Vital Sign Monitoring


• Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
• Catat adanya fluktuasi tekanan darah
• Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
• Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
• Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
• Monitor kualitas dari nadi
• Monitor adanya pulsus paradoksus
• Monitor adanya pulsus alterans
• Monitor jumlah dan irama jantung
• Monitor bunyi jantung
• Monitor frekuensi dan irama pernapasan
• Monitor suara paru
• Monitor pola pernapasan abnormal
• Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
• Monitor sianosis perifer
• Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
• Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan,
ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
Kriteria Hasil :
• Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan
darah, nadi dan RR
• Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri
NIC :
Energy Management
• Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
• Dorong anal untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan
• Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan
• Monitor nutrisi  dan sumber energi tangadekuat
• Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
• Monitor respon kardivaskuler  terhadap aktivitas
• Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
Activity Therapy
• Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalammerencanakan
progran terapi yang tepat.
• Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan
tekanan vaskuler serebral

Kriteria Hasil :
• Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri,
mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
• Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan
menggunakan manajemen nyeri
• Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas,
frekuensi dan tanda nyeri)
• Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
• Tanda vital dalam rentang normal
• NIC :
Pain Management
• Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
• Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
• Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
• Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
• Kurangi faktor presipitasi nyeri
• Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
• Ajarkan tentang teknik non farmakologi
• Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
• Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasi
Analgesic Administration
• Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
• Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
• Cek riwayat alergi
• Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian
lebih dari satu
• Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
• Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
• Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
• Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
• Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai