Anda di halaman 1dari 14

GASTRITIS

Ismaya agustin
GASTRITIS
 Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag
berasal dari bahasa yunani yaitu gastro,
yang berarti perut/lambung dan itis yang
berarti inflamasi/peradangan. Gastritis
adalah inflamasi dari mukosa lambung.
 Gastritis adalah segala radang mukosa
lambung. Gastritis merupakan suatu
keadaan peradangan atau perdarahan
mukosa lambung yang dapat bersifat akut,
kronis, difus atau local.
KLASIFIKASI
 Gastritis akut
disebabkan oleh faktor-faktor dari luar, seperti bahan kimia. Misalnya
lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid, mekanis iritasi bakterial,
obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin yang dosis
rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung).
 Gastritis kronis

Inflamasi lambung yang lama, dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau
maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory. Gastritis
kronik dikelompokkan lagi dalam 2 tipe yaitu tipe A dan tipe B.
Dikatakan gastritis kronik tipe A jika mampu menghasilkan imun sendiri.
Tipe ini dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung dan penurunan
mukosa. Penurunan pada sekresi gastrik mempengaruhi produksi
antibodi. Anemia pernisiosa berkembang pada proses ini.  Gastritis
kronik tipe B lebih lazim. Tipe ini dikaitkan dengan infeksi Helicobacter
pylori yang menimbulkan ulkus pada dinding lambung.
ETIOLOGI
 Gastritis Akut Penyebabnya adalah stres psikologi, obat
analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin yang
dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa
lambung), makanan, bahan kimia misalnya lisol, alkohol,
merokok, kafein lada, steroid dan digitalis.
 Gastritis Kronik Penyebab dan patogenesis pada
umumnya belum diketahui, biasanya disebabkan oleh
ulkus benigna atau maligna dari lambung Helicobacter
pylori. Gastritis ini merupakan kejadian biasa pada orang
tua, tapi di duga pada peminum alkohol, dan merokok.
PATOFISIOLOGI
 Gastritis akut
Pemberian aspirin juga dapat menurunkan sekresi bikarbonat dan mukus
oleh lambung, sehingga kemampuan faktor defensif terganggu.
Alkohol berlebih, terlalu sering memakan makanan yang mengandung
nitrat (bahan pengawet) atau terlalu asam (cuka), kafein seperti pada
teh dan kopi serta kebiasaan merokok dapat memicu terjadinya gastritis.
Karena bahan-bahan tersebut bila terlalu sering kontak dengan dinding
lambung akan memicu sekresi asam lambung berlebih sehingga dapat
mengikis lapisan mukosa lambung. Kemudian stress psikologis maupun
fisiologis yang lama dapat menyebabkan gastritis. Stress seperti syok,
sepsis, dan trauma menyebabkan iskemia mukosa lambung. Iskemia
mukosa lambung mengakibatkan peningkatan permeabilitas mukosa
akibatnya terjadi difusi balik H+ ke dalam mukosa. Mukosa tidak mampu
lagi menahan asam berlebih menyebabkan edema lalu rusak
 Gastritis kronik
 Tipe A (sering disebut sebagai gastritis autoimun)
diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang
menimbulkan atropi dan infiltrasi sel. Hal ini dihubungkan
dengan penyakit otoimun, seperti anemia pernisiosa dan
terjadi pada fundus atau korpus dari lambung. Tipe B
(kadang disebut sebagai gastritis H. pylory) Ini
dihubungkan dengan bakteri H. pylory, faktor diet seperti
minum panas atau pedas, penggunaan obat-obatan dan
alkohol, merokok atau refluks isi usus kedalam lambung. H.
Pylori termasuk bakteri yang tidak tahan asam, namun
bakteri jenis ini dapat mengamankan dirinya pada lapisan
mukosa lambung. Keberadaan bakteri ini dalam mukosa
lambung menyebabkan lapisan lambung melemah dan
rapuh sehingga asam lambung dapat menembus lapisan
tersebut. Dengan demikian baik asam lambung maupun
bakteri menyebabkan luka atau tukak.
MANIFESTASI KLINIS
1.    Gastritis Akut
a.    Anoreksia
b.    Mual
c.    Muntah
d.    Nyeri epigastrum
e.    Perdarahan saluran cerna pada hematemasis melena, tanda lebih
lanjut yaitu anemia.
2.    Gastritis Kronik
Pada tipe A, biasanya asimtomatik, klien tidak mempunyai keluhan.
Namun pada gastritis tipe B, pasien biasanya mengeluh :
a.    Nyeri ulu hati
b.    Anorexia
c.    Nausea
d.    Anemia
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Nilai haemoglobin dan hematokrit untuk menentukan adanya anemia
akibat perdarahan.
 Kadar serum gastrin rendah atau normal, atau meninggi pada gastritis
kronik yang berat.
 Pemeriksaan rontgen dengan sinar X barium untuk melihat kelainan
mukosa lambung.
 Endoskopi dengan menggunakan gastrocopy untuk melihat kelainan
mukosa lambung.
 Pemeriksaan asam lambung untuk mengetahui ada atau tidak peningkatan
asam lambung
 Pemeriksaan darah untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam
darah. Pemeriksaan feses tes ini untuk memeriksa apakah terdapat
bakteri H. Pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang positif dapat
mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap
adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan
dalam lambung.
KOMPLIKASI
 Perdarahan saluran cerna bagian atas
berupa hematimesis dan melena yang
dapat berakhir sebagai syok
hemoragie.
 Ulkus peptikum, perforasi dan anemia
karena gangguan absorbsi vitamin B12
PENATALAKSANAAN
 Jikapenyebabnya adalah infeksi oleh Helicobacter Pylori, maka
diberikan Bismuth, Antibiotik (misalnya Amoxicillin &Claritromycin) dan obat anti-
tukak (misalnya Omeprazole).
 Penderita Gastritis karena stres akut banyak mengalami penyembuhan (penyakit berat, cedera

atau perdarahan) berhasil diatasi. Tetapi sekitar 2 % penderita Gastritis karena stres akut
mengalami perdarahan yang sering berakibat fatal. Karena itu dilakukan pencegahan dengan
memberikan Antasid (untuk menetralkan asam lambung) dan obat anti-ulkus yang kuat (untuk
mengurangi atau menghentikan pembentukan asam lambung). Perdarahan hebat karena
Gastritis akibat stres akut bisa diatasi dengan menutup sumber perdarahan dengan
tindakan Endoskopi. Jika perdarahan masih berlanjut mungkin seluruh lambung harus diangkat.
 Penderita Gastritis Erosif Kronis bisa diobati dengan Antasid. Penderita sebaikanya menghindari

obat tertentu (misalnya Aspirin atau obat anti peradangan non-steroid lainnya) dan makanan
yang menyebabkan iritasi lambung. Misoprostol mungkin bisa mengurangi resiko terbentuknya
Ulkus karena obat anti peradangan non-steroid.
 Untuk meringankan penyumbatan disaluran keluar lambung pada Gastritis Eosinofilik, bisa

diberikan Kortikosteroid atau dilakukan pembedahan.


 Gastritis Atrofik tidak dapat disembuhkan, sebagian besar penderita harus mendapatkan suntikan

tambahan vitamin B12.
 Gastritis sel plasma bisa diobati dengan obat anti Ulkus yang menghalangi pelepasan asam

lambung.
 Pengaturan diet yaitu pemberian makanan lunak dengan jumlah sedikit tapi sering.

 Makanan yang perlu dihindari adalah yang merangsang dan berlemak seperti sambal, bumbu

dapur dan gorengan.


 Kedisiplinan dalam pemenuhan jam-jam makan juga sangat membantu pasien dengan gastritis
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas
b.  Riwayat sakit dan kesehatan
 Keluhan utama                   : Nyeri di ulu hati dan perut

sebelah kanan bawah.


 Riwayat penyakit saat ini  : Meliputi perjalan penyakitnya,

awal dari gejala yang dirasakan klien, keluhan timbul


dirasakan secara mendadak atau bertahap, faktor pencetus,
upaya untuk mengatasi masalah tersebut.
 Riwayat penyakit dahulu   : Meliputi penyakit yang

berhubungan dengan penyakit sekarang, riwayat dirumah


sakit,  dan riwayat pemakaian obat.
c. Pemeriksaan fisik, yaitu Review of system (ROS)
Keadaan umum: tampak kesakitan pada pemeriksaan
fisik terdapat nyeri tekan di kwadran epigastrik.
1)   B1 (breath)   :  takhipnea
2)   B2 (blood)     :  takikardi, hipotensi,  disritmia, nadi
perifer lemah, pengisian perifer lambat, warna kulit
pucat.
3)   B3 (brain)      :  sakit kepala, kelemahan, tingkat
kesadaran dapat terganggu, disorientasi, nyeri
epigastrum.
4)   B4 (bladder)  : oliguria, gangguan keseimbangan
cairan.
5)   B5 (bowel)     :  anemia, anorexia, mual, muntah,
nyeri ulu hati, tidak toleran terhadap makanan pedas.
6)   B6 (bone)       : kelelahan, kelemahan
DIAGNOSA
 Gangguan rasa nyaman ( Nyeri Akut ) berhubungan dengan
Cedera Biologi (Iritasi Lambung )
 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan masukan makanan tidak adekuat dan
rangsangan muntah.
 Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi pada mukosa
lambung
 Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan Muntah,
Haematoemesis, Melena.
 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas menurun
dan proses penyakit.
 Kurang pengetahuan mengenai kondisi, pengobatan, perawatan
serta hospitalisasi berhubungan dengan Kurang informasi.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai