Anda di halaman 1dari 14

ASSALAAMU’ALAIKUM

WR.WB
Kelompok 12 :
• Kholik Mikro Jatortu Daulay (19029094)

• Oscar Yantha Troy Davidin (19331100)

• Rohstar Dwi Cahya (19331112)


KEBUDAYAAN ISLAM
A. Konsep Kebudayaan dalam Islam
1. Konsep Kebudayaan
Secara bahasa kata budaya berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah
yang merupakan jamak dari kata buddi yang berarti budi atau akal. Dapat
dipahami bahwa budaya merupakan semua hal yang berkaitan dengan akal dan
budi manusia.
Menurut KBBI, budaya adalah sebagai hasil pikiran,akal budi atau adat-
istiadat. Dalam bahasa latin,kata budaya disebut dengan colere yang berarti
mengolah atau mengerjakan. Dalam bahasa Inggris ,budaya dikenal dengan
istilah culture.
Budaya secara umum adalah cara hidup yang mengatur agar setiap manusia
mengerti dan memahami bagaimana mereka harus bertindak,berlaku,berbuat
dan menentukan sikap saat berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain.
Unsur-Unsur Budaya :
a. Bahasa
b. Sistem Pengetahuan
c. Sistem Kemasyarakatan atau Organisasi Sosial
d. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
e. Sistem Mata Pencaharian
f. Sistem Agama
g. Kesenian
2.Konsep Kebudayaan Islam
Kebudayaan Islam adalah hasil olah akal,budi,ciptarasa,karsa,dan karya manusia
yang tidak lepas dari nilai-nilai keislaman. Hasil olah akal,budi,rasa dan karsa yang telah
terseleksi oleh nilai-nilai kemanusiaan yang universal berkembang menjadi sebuah
peradaban berlandaskan kepada Al-Qur’an dan Sunnah yang merupakan sumber utama
ajaran Islam. Maka dapat dipahami,Islam tidak lahir dari sebuah budaya akan tetapi
setiap budaya yang berasimilasi dengan ajaran Islam harus menyesuaikan dengan nilai-
nilai luhur ajaran Islam. Jika sebuah budaya berkesesuaian dengan ajaran Islam maka
budaya tersebut boleh dilestarikan begitu juga sebaliknya.
Rasulullah Saw mengawali tugas kerasulannya yaitu dengan meletakkan dasar-
dasar kebudayaan Islam yang kemudian berkembang menjadi peradaban Islam. Ketika
dakwah Islam keluar dari jazirah Arab,kemudian tersebar ke seluruh dunia maka
terjadilah suatu proses yang panjang dan rumit yaitu asimilasi budaya-budaya setempat
dengan nilai-nilai Islam yang kemudian menghasilkan kebudayaan Islam. Kebudayaan
ini berkembang menjadi suatu peradaban yang diakui kebenarannya secara universal.
B. Prinsip-prinsip Kebudayaan Islam
1. Rabbaniyah (ketuhanan)
Kebudayaan Islam berakar dari ketuhanan Yang Maha Esa yaitu mentauhidkan Allah Swt
sebagai Tuhan yang disembah dan yang menggenggam alam semesta. Kepaduan antara
kebudayaan dan keyakinan kepada Allah Swt tidak bisa dilepaskan dalam kehidupan umat
Islam dalam melakukan olah akal dan olah rasa dalam menciptakan budaya untuk sebuah
peradaban yang maju dan berkemajuan.
2. Akhlaqiyah (moral)
Artinya setiap budaya Islam yang dibangun atasnya peradaban mesti menjadikan nilai-nilai
akhlak sebagai salah satu pondasi utamanya. Sebab tanpa akhlak,maka tidak ada artinya
sebuah kebudayaan karena akhlak tersebut mesti tumbuh dan berkembang dalam budaya.
3. Insaniyah (kemanusiaan)
Kebudayaan Islam menempatkan dan menjadikan manusia sebagai makhluk yang mulia.
Dalam tataran kemanusiaan tidak ada bedanya seorang muslim dengan non muslim,tidak ada
bedanya antara orang berkulit hitam dengan orang berkulit putih,tidak ada bedanya antara
orang Arab dengan orang non Arab. Semuanya sama dimata Islam,satu hal yang membedakan
manusia hanyalah iman dan taqwa.
4. Al-’Alamiyah (universal)
Kebudayaan Islam itu bersifat universal. Walaupun kebudayaan Islam itu bisa tampil dalam
bentuk yang beragam,namun nilai-nilai budayanya sangat luas dan menjadi rahmat bagi semesta alam.
Maka dari suku manapun atau bangsa apapun,ketika mereka tunduk dengan aturan Islam maka secara
otomatis nilai-nilai budaya yang mereka miliki sebelumnya akan menyesuaikan dengan nilai-nilai Islam.
5. At-Tasamuh (toleransi)
Kebudayaan Islam adalah kebudayaan yang menjunjung tinggi nilai toleransi. Dua hal yang
diajarkan Islam berkenaan dengan pentingnya toleransi ini. Pertama, bahwa perbedaan umat manusia
merupakan atas kehendak Allah Swt. Kedua, bahwa perhitungan atas kesesatan dan atau
penyelewengan yang dilakukan umat manusia diserahkan pada hukum Allah Swt dan Allah Swt adalah
yang Maha Menghakimi,bukan kehendak nafsu manusia. Kedua hal inilah yang mendorong umat Islam
untuk mampu memahami perbedaan.
6. Al-Tanawu’ (keberagaman)
Keberagaman dalam rona dan tampilan sebagai manivestasi apresiasi keta’atan kepada Allah
Swt dan Rasul-Nya selama perbedaan tersebut memiliki dasar keta’atan syar’iyyah kepada Allah Swt.
Allah Swt ciptakan manusia dalam berbeda-beda meskipun mereka memiliki asal usul yang sama.
Keberagaman tersebut bukan berarti perpecahan atau permusuhan akan tetapi perbedaan tersebut
untuk saling mengenal dan menguatkan.
7. Al-Wasathiyah (moderat)
Kebudayaan Islam merepresentasikan jalan pertengahan dan keseimbangan.
Tidak berlebih-lebihan dalam menggunakan akal dan fikiran dalam melahirkan
sebuah budaya akan tetapi tetap memperhatikan aspek-aspek wahyu sebagai
panduan utama. Sebab kemampuan manusia dalam menggunakan rasio yang
diberikan oleh Allah Swt sangatlah terbatas.

8. At-Takamul (paripurna)
Kebudayaan Islam merupakan kebudayaan yang menyempurnakan antara
satu bagian dengan bagian yang lainnya. Wawasan bahasa mendukung wawasan
agama,humaniora dan lainnya. Islam tidak menciptakan kebudayaan dari
nol,namun menyempurnakan kebudayaan-kebudayaan yang ada sebagaimana
Al-Qur’an menyempurnakan kitab-kitab samawi yang datang sebelumnya.
C. Toleransi dalam Islam
Sebagaimana disebutkan pada pembahasan sebelumnya bahwa Islam adalah agama yang
menjadi rahmat bagi alam semesta. Oleh sebab itu,Islam sangat menghormati dan menghargai
siapapun tanpa membeda-bedakan. Begitu juga dengan agama apapun tanpa dipilah-pilah.
Sebab di mata Allah Swt semua manusia adalah sama sebagai makhluk yang diangkatkan
derajatnya dari makhluk ciptaan-Nya yang lain.
Bentuk rahmat yang dibawa oleh Islam adalah saling menghormati atau saling menghargai
meski berbeda agama dan keyakinan. Hal inilah yang dikenal dengan istilah toleransi beragama.
Islam tidak pernah memaksakan nilai-nilai keyakinnya kepada orang yang telah beragama.
Jadi,tidak ada paksaan dalam Islam,apapun yang menjadi keyakinan seseorang harus
dihormati dan dihargai. Tetapi ingat,menghormati dan menghargai keyakinan seseorang tidak
mesti dengan melakukan apa yang mereka lakukan atau menghadiri ritual keagamaan mereka .
Bertoleransi beragama berarti memberikan kebebasan tanpa menggangu ketenangan agama
lain beribadah. Tapi kalau ikut berpartisipasi dalam ibadah mereka maka hal demikian
merupakan bentuk toleransi yang keliru atau kebablasan. Sebab seorang muslim mesti menjaga
kemurnian akidahnya tanpa mencampur adukkannya dengan kepercayaan ataupun keyakinan
lain.
D. Budaya Ilmiah dan Budaya Kerja
1. Budaya Ilmiah
Budaya ilmiah atau budaya akademik dapat dipahami sebagai suatu totalitas dari
kehidupan dan kegiatan akademik yang dihayati,dimaknai dan diamalkan oleh warga
masyarakat akademik(civitas akademika) di lembaga pendidikan tinggi dan lembaga
penelitian. Sebagian besar orang menyetujui bahwa budaya akademik adalah budaya
atau sikap hidup yang selalu mencari kebenaran ilmiah melalui kegiatan akademik dalam
masyarakat akademik,yang mengembangkan kebebasan berpikir,keterbukaan,pikiran
kritis-analitis,rasional dan obyektif oleh warga masyarakat akademik.
Budaya akademik sebenarnya adalah budaya universal. Artinya, dimiliki oleh
setiap orang yang melibatkan dirinya dalam aktivitas akademik. Membangun budaya
akademik bukan perkara mudah. Diperlukan upaya sosialisasi terhadap kegiatan
akademik,sehingga terjadi kebiasaan di kalangan akademisi untuk melakukan norma-
norma kegiatan akademik tersebut. Oleh karena itu,tanpa melakukan kegiatan-kegiatan
akademik,mustahil seorang akademisi akan memperoleh nilai-nilai normatif akademik.
Keutamaan yang dimiliki oleh orang yang berilmu dalam Islam,yaitu:
a. Kesaksian Allah Ta’ala kepada orang-orang yang berilmu
b. Allah Swt mengangkat derajat orang-orang yang berilmu
c. Ilmu menyebabkan dimudahkannya jalan menuju Surga
d. Ilmu adalah warisan para Nabi
e. Ilmu akan kekal dan akan bermanfaat bagi pemiliknya walaupun dia telah
meninggal
f. Allah tidak memerintahkan Nabi-Nya meminta tambahan apapun selain
ilmu
g. Orang yang paling takut pada Allah adalah orang yang berilmu
2. Budaya Kerja
Budaya kerja sering disebut juga dengan istilah etos kerja. Kata etos berasal dari
bahasa Yunani yaitu etos yang berarti sikap,kepribadian,watak, karakter, serta keyakinan
atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan
masyarakat. Dalam KBBI etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan
keyakinan seseorang atau sesesuatu kelompok.
Istilah ‘kerja’ dalam Islam bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki
untuk menghidupi diri dan keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun
malam,dari pagi hingga sore,terus menerus tak kenal lelah tetapi kerja mencakup segala
bentuk amalan atau pekerjaan yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri,
keluarga, dan masyarakat sekelilingnya serta negara. Dengan kata lain,orang yang bekerja
adalah mereka yang menyumbangkan jiwa dan tenaganya untuk kebaikan diri,
keluarga,masyarakat dan negara tanpa menyusahkan orang lain.
Allah Swt perintahkan seorang muslim untuk bekerja dengan giat dan tekun.
Sebab bekerja dengan penuh semangat merupakan bagian dari amaliah yang disaksikan
oleh Allah Swt sebagai ibadah dalam kehidupan.
Etos Kerja Seorang Muslim
1. Kerja Ikhlas
Bagi seorang muslim bekerja sama dengan beribadah oleh sebab itu sebelum bekerja ia
terlebih dahulu memasang niat yang ikhlas. Agar segala aktivitas yang dilakukan dalam pekerjaan
mendapatkan keberkahan dari Allah Swt. Niat ikhlas dalam bekerja membuat seseorang tangguh dan
kuat dalam menghadapi tantangan dalam bekerja.
2. Kerja Keras
Kerja keras sebagai bekerja dengan sungguh-sungguh dengan sekuat tenaga dan
upaya,dengan penuh semangat dan pantang menyerah guna mencapai hasil terbaik,fokus pada
pekerjaan hingga tak ada waktu dan energi lagi untuk melakukan kegiatan yang lain.
3. Kerja Cerdas
Kerja cerdas adalah kerja yang tidak hanya mengandalkan otot namun juga menggunakan
otak,bisa berpikir kreatif dan inovatif untuk mendapatkan hasil yang maksimal dengan waktu yang
efektif sehingga masih memiliki waktu dan energi untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan yang
lainnya. Bekerja cerdas juga pandai dalam menghitung peluang, memperhitungkan resiko dan mampu
mencari solusi dalam penyelesaian.
4. Kerja Tuntas
Kerja tuntas adalah kemampuan bekerja sampai selesai atau sampai pada hasil yang
diinginkan dari pekerjaan tersebut. Agar mampu bekerja sampai tuntas maka harus bisa
mengorganisasikan ataupun memanajemen pekerjaan dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai