Anda di halaman 1dari 33

INTERVENTIONS FOR

SUBJECTIVE COGNITIVE
DECLINE: SYSTEMATIC
REVIEW AND META-
ANALYSIS

Poppy Andita
Abstrak
■ Objektif : efektivitas intervensi penurunan kognitif
subjektif/subjective cognitive decline (SCD)

■ Metode : database  Pubmed, Cochrane sejak Agustus


2017,
– Kategori intervensi : psikologis,kognitif, gaya hidup
dan farmakologis.
– Outcome : perbaikan psikologis, kemampuan
metakognitif, kemampuan kognitif objektif
– Untuk menghindari bias : study validitas  kriteria
critical appraisal skills programme
– Random effects meta analysis
■ Hasil: 16 data cukup untuk inklusi dalam meta
analisis , 7 kualitas tinggi
– Intervensi psikologis dan intervensi kognitif signifikan
memperbaiki psikologis
– Intervensi kognitif signifikan memperbaiki kemampuan
kognitif objektif
– Perbaikan metakognitif tidak signifikan
– Pooled effect sizes of studies tidak signifikan
– Laporan kognitif global tidak signifikan

■ Kesimpulan :
– kualitas penelitian kurang
– Tidak ada bukti perbaikan kognitif global, dan perbaikan
domain kognitif spesifik masih dipertanyakan.
– Terdapat kekurangan penelitian diantaranya kurangnya
intervensi gaya hidup, kurangnya intervensi farmakologis
Penurunan kognitif
subjektif/
Subjective cognitive
decline (SCD)
■ Gangguan fungsi kognitif bersifat didapat
dan subjektif dgn hasil pengukuran objektif
normal dan tidak menganggu aktivitas
sehari-hari
■ 2 kriteria :
– Persepsi adanya gangguan kognitif
– Pemeriksaan fungsi kognitif normal
■ Prevalensi 18-55% di klinik
Penurunan kognitif
subjektif/
Subjective cognitive
decline (SCD) gangguan fungsi kognitif
■ Jenis berdasarkan
seiring waktu :
1. SCD menjadi remisi saat penyebab teratasi
(depresi, gangguan tidur)
2. SCD berlanjut tapi cenderung stabil 
factor penuaan : processing speed, fx.
Eksekutif, memori, visuospastial  ≥ 70 th
(50-80%)
3. SCD Pre AD (14%), MCI 27%  5-10 tahun
■ Mayoritas bukan preclinical  ungkap penyebab 
follow rutin dalam beberapa tahun
■ Faktor yg berkontribusi :
Psikiatrik, kepribadian, penyakit tertentu, stress
psikologis, alcohol dan obat2an  sebelum
identifikasi preclinical AD
■ Anxietas dan depresi salah satu gejala SCD. Pada
SCD apapun etio, intervensi psikologis penting
dilakukan
■ Persepsi thd adanya gangguan kognitif 
mencetuskan kemarahan, meningkatkan stress
dan ketakutan akan demensia
■ Metakognisi : meningkatkan wawasan individu
untuk memperbaiki fungsi kognitif diri sendiri
■ Metternich et all  restruktrur kognisi/
psikoedukatif dapat mengubah kepercayaan
terhadap kognitif diri
■ Metanalisis oleh Mitchells :
lansia dg SCD 2x lebih sering mjd
demensia, terdapat korelasi positif antara
gejala kognitif subjektif dg deposisi amyloid
■ 14 % pasien SCD mild cognitive
impairment/ AD (6 tahun follow up)
■ Prodromal AD
– Target tatalaksana pada fase awal akan
memperlambat progresifitas atau bahkan
mencegah AD
– Karateristik : LCS (B-Amiloid), MRI (< vol
medial temporal, hipometabolisme
glukosa)

■ Belum ada tatalaksana yg tepat untuk


gangguan ini, prioritasnya hanya mencegah
pasien tersebut berkembang menjadi
gangguan neurodegeneratif
Tujuan dari review

■ Tidak ada consensus yang membahas mengenai


tatalaksana SCD
■ Untuk membangun bukti tatalaksana dibuat
sistematik review mengkaji semua tipe
intervensi

Tipe Efeknya pada :


intervensi :
Psikologis
Psikologis Metakognitif
Kognitif kognitif objektif.
gaya hidup
Farmakologis
■ Metode :
– Strategi pencarian dan kriteria
– PubMed, Web of Science, Cochrane, psycINFO, CIANHI
■ Kunci kata dalam pencarian : memory, cognitive,
forgetfulness, subjective, fungtional, benign, self reported,
complaints, training, healthy, training, intervention,
treatment, therapy, medication
– Tidak ada Batasan Bahasa/ tanggal publikasi
– Kriteria inklusi : pasien dg SCD bukan disebabkan oleh
penyebab ES obat/gangguan psikiatrik, domain intervensi yg
perlu diberikan (psikologis, kognitif, gaya hidup, farmakologis).
Saat ekstraksi data  menilai masing-masing intervensi, jika
satu penelitian beberapa intervensi maka diambil yg
predominan.
■ Out come yg dinilai : keadaan psikologis, metakognisi,
kognisi objektif
■ Tidak ada restriksi usia
■ RCT
– Kriteria ekslusi : pasien dg MCI/demensia, gangguan
psikiatrik signifikan dan penyakit komorbid berat
■ Ekstraksi data  demografi, karakteristik partisipan,
temuan / gejala utama, keterbatasan, hasil rata-rata,
standar deviasi  diextrasi independent oleh 3
peneliti (RB, AJB, JDH)

■ Analisis statistic
– Membandingkan grup intervensi dan control 
RevMan software
– Menggunakan hedges untuk menghitung
standarisasi mean difference  small sample bias
– Metaanalisis  3/lebih penelitian  perbandingan
intervensi dan outcome, dengan efek random
– Heterogenitas  I2 statistic

■ Jika 1 penelitian, multiple outcome  dicari 1 dominan


■ Jika suatu penelitan tdpt 2 intervensi overall mean
effect size  y = 1/2 (y1 + y2)
HASIL 5 RCT outcomenya
jelas

Penelitian 15 RCT outcome


desktritif kognitif objektif
63 artikel relevan Hasil  Kualitas
3 RCT outcome
ditemukan  20 penelitian
fungsi kogitif global.
masuk ke kriteria 10 RCT outcome •7 RCT kualitas tinggi
inklusi metakognisi •8 RCT analisa
3 RCT metakognisi outcome inkomplit
intervensi global •13 RCT memenuhi
psikologis 4 7 RCT keadaan kriteria randomisasi
pelatihan psikologis serta binding.
memori/kognitif 11
gaya hidup 2 Untuk bias publikasi :
Semua RCT 
farmakologis 4 analisa funnel plot
outcome setelah 2 untuk tiap-tiap
minggu intervensi outcome
16 data selesai
outcomenya cukup
dimasukan 4 RCT melanjutkan
kalkulasi effect follow up 1-6 bulan
size. pasca intervensi
■Grup dengan kontrol non aktif (tdk mengikuti
stimulasi kognitif)  pool effect intervensi
kognitif menunjukan signifikan (g=0.18, 95%
CI 0.04 to 0.33, Z=2.48, p=0.01, total n=179)
■ 3 RCT  outcome metakognisi dari
intervensi psikologis dan kognitif  tidak
signifikan
■ (OR=0.06, 95% CI −0.12 to 0.24, Z=0.78,
p=0.43, total n=165).
DISKUSI
■Keterbatasan high quality RCT, RCT kualitas rendah
tetap dimasukan selama sesuai critical appraisal skills
programme
■Intervensi psikoedukasi secara signifikan memperbaiki
keadaan psikologis.
■Intervensi kognitif terbukti signifikan namun lemah
terhadap psikologis  dianggap bukan outcome primer
■Intervensi kognitif sedikit memperbaiki outcome
kognitif (RR = 0,13)
■Pelatihan kognitif memperbaiki status kognitif pasien
yg memang terbukti tdk terganggu?, terganggunya
psikologis dibandingkan dg kognitif objektif menunjukan
 psikologis sebagai etiologic terbanyak
■Pengukuran gabungan dari fungsi kognitif menunjukan
tiap RCT terdapat minimal perbaikan kognitif dan
merefleksikan bahwa gangguan SCD hanya pada domain
tertentu dan tidak menunjukan global kognitif  sesuai
dg definisi WHO SCD (normal kognitif objektif)
DISKUSI
■Psikoedukatif tidak signifikan memperbaiki
fungsi metakognitif secara langsung. Namun
terbukti dalam 3 bulan follow up (Metternich et
all)  periode waktu untuk restrukturisasi kognitif
dan di implementasikan kehidupan sehari-hari
■Olahraga tidak signifikan memperbaiki fungsi
kognitif
■Farmakologis :
– Ginko biloba tidak signifikan memperbaiki
kognitif/psikologis
– Brautigam et all  2 dosis  dosis tinggi
memperburuk metakognisi, dosis rendah tidak ada
perbaikan signifikan
– Minyak ikan tidak memperbaiki kognitif objektif
– Suplemen lain tidak memperbaiki metakognitif dan
kognitif objektif
KESIMPULAN :
■Psikoedukatif efektif memperbaiki aspek
psikologis , namun ke 3 penelitiannya sample
kecil diperlukan RCT yang lebih besar untuk
membuktikan. Memperbaiki metakognisi namun
3 bulan pasca intervensi
■Metakognisi Factor yang menyebabkan SCD
tipe non preclinical dementia spesifik
intervensi metakognisi dibutuhkan segera
■intervensi kognitif terbukti lemah pada
perbaikan kognitif objektif SCD pasien non
preklinikal dementia.
■Penelitian terhadap gaya hidup masih terbatas
■Penelitian terhadap farmakologis tidak terbukti
KELEMAHAN
■Tingginya variabilitas alat pengukur instrument
■Terdiri dari SCD preclinical dan non preclinical dementia
■Definisi outcome primer kurang jelas
■Sampel kecil
■Funnel plots  identifikasi bias  hasil asimetris  sampel kecil
& intervensi heterogen, jumlah sampel yg kecil memungkinkan
terjadinya asimetris bukan dari refleksi bias yg sebenarnya
■Tiap intervensi memiliki perbedaan yg luas (kategori, durasi
intervensi, monitoring, motivasi partisipan), intervensi tdr dari
komponen multiple yang harus ditentukan domain yg dominan
■Variasi grup control  2 RCT grup control aktif mendapatkan
intervensi  masking efektivitas intervensi
■Tujuan dari intervensi adalah implementasi ke praktik sehari-
hari, namun hanya 1 penelitian yang mengambil sampel dari
plaktik klinik sisanya sampel diambi secara conveience sampling
pada masyarakat. Hal ini dapat menjadi keterbatasan aplikasinya
pada seting praktik sehari-hari.
SARAN
■Dibutuhkan penelitian dengan kualitas lebih baik untuk
penelitian SCD selanjutnya
■Dibedakan antara pre AD dan bukan
■Mendukung RCT lebih lanjut untuk intervensi psikologis dan
metakognisi untuk SCD
■Follow paling tidak 3 bulan post intervensi seharusnya
dilakukan
■Metakognisi merupakan target penting intervensi SCD  alat
ukur yang adekuat diperlukan
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai