1. herniasi cingulate ok penambahan massa supratentorial, mendorong girus cinguli yang dekat
dengan falks sereberi, sehingga bergeser ke hemisfer kontralateral
Gejala : tumor gradual sakit kepala, perdarahan akut, cepat penurunan kesadaran
Kumpulan gejala : perubahan pola nafas, reflex pupil, refleks okulosefalik, oculovestibular
Sakit kepala (peregangan peka nyeri meningen), muntah (perangsangan pusat muntah postrema
disekitar V4/dorsal MO), papiludeme (kecuali lesi oksipital dan infratentorial), nervus abdusens (ada
tdk pandangan dobel bersamaan dg sakit kepala)
Kompensasi TIK sis simpatis (↑ MAP) HT, takikardia berlanjut penekanan batang otak
trias cushing : HT, bradikardi, nafas ireguler
Pola nafas :
Tatalaksana :
1. oksigenasi SaO2> 94%, sistolik >90, CPP>60, balance cairan, menurunkan kebutuhan metabolisme
(atasi nyeri, demam, agitasi)
4. edema intestisial : edema o/k ↑ tek CSS pada hidrosefalus/gg penyerapan CSS : mgkn
asetazolamid, furosemid
5. edema sitotoksik: gg pompa atp ase : DAI, stroke : mannitol, NS3% 30 cc/jam, target 6 jam Na 145-
155
7. pengangkatan tumor
8. ABCD
Epilepsi
Epilepsi fokal motor onset with impaired awareness / without impaired awareness
Semiology iktal :
Aura yg dirasakan saat pasien msh sadar (focus bangkitan) auditorik temporal lateral, sensorik
parietal, visual temporal/oksipital, lateralisasi kontra, automatisasi ipsi, force (saat pasien tidak
sadar) kontra, non force saat pasien sadar ipsi, kesadaran, perkembangan bangkitan menjadi umum
PD vasculitis stroke (cab perforate art serebri media infark ganglia basal & kapsula interna
Reaktivitasnya tidak segera terjadi lambat o/k itu tuberculoma dpt tetap bertambah meskipun
pengobatan TB sudah diberikan
Durasi 5-30 hari ,dd/ akut (bakterialis), kripto (subakut)
Tingkat keparahan :
Imaging : hidrosefalus, penyangatan meningen, penyangatan basal, tuberculoma, infark (plg sering di
ganglia basal), MRI lebih bagus utk infark disbanding CT
Penunjang :
Pleositosis (sel>5) dg predominan limfosit, ↑ protein, rasio glukosa CSS dibadingkan serum lebih
rendah (<50%)
- LCS Pleositosis (sel>5), rasio glukosa CSS dibadingkan serum lebih rendah (<50%)
- Ro thotax TB milier
Komplikasi :
Hyponatremia
- SIADH
- CSWS
Hidrosefalus
- Serum transaminase > 5 x N stop Z, tetap R dan H, periksa fx hati (OT/PT, bilirubin,
albumin, PT)/hari
- Serum albumin turun & PT ↑/ enzim transaminase↑ R dan H juga di stop switch ESL
- R & I harus segera diberi kembail sat Fx hati normal, setelah dosis terapi R & H tercapai baru
masuk Z
Masuk mell inhalasi ragi & badiospora alveoli paru sistem humoral & selular primer
asimtomatik berlanjut menjadi infeksi laten (dapat terhindar dari fagositosis krn menginvasi
makrofag)
Penetrasi jamur mell BBB parenkim pembentukan jaringan granulomatoa utk membatasi
inflamasi, tingginya sitokin
Replikasi C neoformans SSP gg reabsorpsi CSS pada vili araknoid & PD limfatik o/k pe↑ viskositas
CSS o/k akumulasi polisakarida jamur yg membentuk sumbatan mikroskopis, serta sumbatan akibat
sel jamur itu sendiri gejala TIK
Gejala :
tatalaksana :
- induksi amfoterisin B (0,7-1 mg/kbGG per hr) iv 2 mggu dikombisasikan flukonazol 800-1200
mg/hari PO (2 minggu)
- konsolidasi : flukonazol 800 mg/hari PO 8 miggu
- profilaksis sekuder flukonazol 200 mg/hari dilanjutkan hingga CD4>200
- ES amfo gg fungsi ginjal, hipokalemia e, ur/cr, balans cairan
- Terapi ARV dini ↑ mortalitas
Komplikasi
Toxoplasma ensefalitis
Defisit neurologis bersifat progresif, HIV (+) CD4<100 sel/uL (CD4<50 resiko tertinggi), pencitraan
sesuai lesi fokal multiple diotak
Case fatality nya lebih rendah drpd TB/kripto asal mendapat tx yg baik
Masuk ingesti PO ookista T.gondi pd daging yg tidak matang, air yg tdk matang, sayur yg tdk dicuci
bersih teringesti berubah mjd takizoit replikasi & invasi sel imunokompeten akan aktivasi
seluler mbuat laju replikasi << krn ditransformasi mjd bradizoit, pd imunosupresi ttp takizoit
manifestasi sistemik
Gejala :
Onset subakut, sakit kepala, hemiparesis, demam, penkes, kejang, jk tidak ditatalaksana dpt
berlanjut mjd koma. Organ extraserebral : korioretinitis, paru
Diagnosis
- Serologi hanya utk adanya infeksi laten igG antitoxoplasma tdk memberikan manfaat
utk dx toxo
- LCS : jarang dilakukan pd HIV dengan defisit neurologis fokal yg sudah ditemukan lesi fokal
multiple pada pencitraan cukup kuatnya dx TE & resiko herniasi
- LP dikerjakan pada kecurigaan infeksi lain/pasien toxo yg tdk berespon thd tx
- Pencitraan : 80% lesi multiple menyangat kontras kortex serebri/ganglia basal/lesi tunggal,
khas : asimetric target sign/abses menyangat kontras bentuk cincin. Pada NK lesi
hipodens/edema yg dpt menyerupai lesi fokal otak lainnya.
DD/ - limfoma SSP : lesi multiple dikelilingi edema, Tumor primer otak, metastasis, MS, abses,
tuberculoma
Tx :
- Profilaksis primer : CD4 < 100 dg serologi toxo (+) : TMP-SMX/kotrim : 1x960 mg, yg jg sbg
profilaksis PCP, dpt dihentikan pd pasien yg on ARV dg CD4>200 sel/uL slama 3 bulan.
Pemberian kotrim tlalu lama resiko toksisitas, interaksi, pathogen resistensi obat
- Fase akut : pirimetamin+sulfadiazine & leucovorin
Pirimetamin : penetrasi parenkim
Leucovorin : m< toksisitas hematologic dr pirimetamin
alternative : pirimetamin, klindamisin, leucovorin tdk dpt jd profilaksis PCP
Jika ada KI pirimetamin spti anemia ganti kotrimoksazol
Scr umum respon stlh 14 hari fase akut
Tdk dihentikan minimal 3-6 mggu lanjut dosis rumatan ½ dosis fase akut hgg CD4>200
selama 6 bln berturut-turut setelah pemberian ARV
- Dexa : lesi fokal +edema & tanda herniasi, monitor ketat utk hindari infeksi oportunistik lain
- Inisiasi ARV 2-3 mggu stlh diagnosis
Multiple sclerosis
Patof : plak hasil demielinisasi, degradasi neuronal & aksonal, srta jaringan parut astrosit
Gejala :
Tersering 85-90%, pola relaps remisi, bbrp bulan/tahun tanpa gejala baru, 65% menjadi SPMS
Kelanjutan RRMS median 19 th, semakin tua & laki2 smkn cepat mjd progresif, pola relaps remisi mjd
jarang digantikan mjd progresif
10-15%, tdk mell relaps remisi, progresifitas berlangsung sejak awal dan tjd akumulasi disabilitas, dpt
mengalami plateu periode ttn, usia > tua, pria
Manifestasi bervariasi, subakut, gg kognitif, depresi, gangg BAK dan BAB, gg penglihatan, ataksia,
tremor, kelemahan, vertigo, extrapyramidal, sensorik, gg gerak
Diagnosis :
- Butuh ≥ 2 serangan, dg bukti objektif dg ≥ 2 lesi/ 1 klinis objektif namun dg riw bukti klinis
objektif dr serangan sebelumnya
- ≥ 2 serangan dg 1 bukti klinis objektif
o dibutuhkan DIS (dissemination in space) : MRI ≥ 1 lesi pd minimal 2 dari 4 area tipikal
MS (periventricular, justakortikal, infratentorial & MS)
o jk tidak ada DIS tunggu serangan berikutnya
- Bila baru 1 kali serangan namun dg 2 bukti klinis objektif
o DIT (dissemination in time) bila MRI didapatkan lesi lain yg asimtomtik
menyangat/tdk
o Jk tidak ada DIT tunggu serangan berikutnya
- Jika baru 1 kali serangan dg 1 klinis objektif yg menunjukan 1 lesi (CIS/clinically isolated
syndrome) maka butuh DIS/DIT
Untuk PPMS
1. terdapat DIS pada otak berdasarkan adanya ≥ 1 lesi pada area khas
Penunjang :
MRI T2, Flair, penyangatan kontras pd lesi aktif, area khas (periventricular, jukstakortikal,
infratentorial), lesi ovoid di bag dalam substansia alba dg perpanjangan korpus kalosum (dawson
finger)
DD/ :
Infeksi SSP : pada progressive multifocal leukoensefalopati (proses demielinisasi), singkirkan TB, virus
dll, vaskular : CADASIL, vasculitis dll, NMO, NPSLE, neoplasma, metabolic, idiopatik lain
Tatalaksana :