Anda di halaman 1dari 18

MYASTHENIA GRAVIS (3B)

1. Definisi
Gangguan autoimun yang ditandai kelemahan otot rangka yang digunakan terus menerus
disertai kelelahan saat aktivitas. Saat istirahat pulih
2. Anamnesis
- Otot lemah di siang hari, kelemahan berkurang saat istirahat
- Ptosis (+), kelemahan otot extraocular
- Kelemahan makin lama makin buruk, mulai dari otot ocular, facial, rahang, leher,
extremitas
- Dapat timbul kelemahan otot faring, palatum mole (suara sengau), laring (susah
telan/bicara). Waspada kegawatan jalan napas
3. Pemeriksaan Fisik
(KU, TTV, Generalisata (status neurologis = sensorik, motoric, reflex fisiologis, reflex
patologis, N.craniales)
- Kelemahan otot (biasa pada proximal extremitas superior)
- Reflex tendo DBN
- Kelemahan otot facial (a mask-like face) => ptosis & senyum datar
- Kelemahan otot ocular, palatum, laring, faring, rahang, leher
4. Pemeriksaan Penunjang
(dijelaskan aja nanti kemungkinan akan diminta untuk melakukan beberapa pemeriksaan ini
setelah saya konsulkan ke dr sp.S)
- Tes kolin
- Tes prostigmin => IM 3cc prostigmin (+) saat ada ptosis, strabismus
- Tes asetilkolinesterase inhibitor
- CT-scan Thorac => identifikasi adanya thymoma
5. Provokasi (lakuin setelah PF)
- Watenberg test => lihat objek diatas selama 1 menit (+) saat ada ptosis
- Counting test => hitung 1-100 (+) suara mulai menghilang
- Ice pack test => es batu dibalut kain, letakkan di palpebra 2 menit (+) saat ptosis hilang
6. Dx
- dx kerja : Myasthenia Gravis
- dx klinis : parese N III, IV, VI dextra sinistra
- dx topis : neuromuscular junction
- dx etiologis : autoimun suspect myasthenia gravis
7. DD
- Eaton-Lambert Syndrome
- Guillain Barrè Syndrome
8. Tx
- Konsul ke dr Sp.S
9. Kegawatan
Lakukan Prime Survey
- Airway = ada kelemahan faring laring lidah jatuh (cari waktu anamnesis, tanya ada susah
napas, susah telan, suara sengau). Buka jalan napas beri oksigen aliran tinggi, kalo gagal
lakukan intubasi.
- Breathing
- Circulation
SGB: Sindrom Guillain-Barré (3B)

1. Definisi
Sindroma Guillain Barre merupakan suatu sindroma klinis yang ditandai adanya
paralisis flaksid, terjadi secara akut berhubungan dengan proses autoimun dimana
targetnya adalah saraf perifer, radiks, dan nervus kranialis (Fujimura, 2013).
2. Anamnesis
a. Gejala yang paling sering dijumpai: kelemahan dan gangguan sensoris
b. Kelemahan otot yang progresif
c. Mati rasa dan parastesia dimulai dari bagian distal dan bergerak naik (asending) 🡪
awalnya yg lemah dan kebas kaki dulu, lama2 ke tangan
d. Gejala sensoris biasanya kehilangan eksteroseptif dan kehilangan reflek tendon
termasuk juga nyeri, parastesia dan mati rasa.
3. Pemeriksaan Fisik
a. KU, Kesadaran, TTV
b. Generalisata
c. Lokalis (Neurologis)
⮚ Motorik
1) Gerakan 🡪 terbatas
2) Kekuatan 🡪 superior: (tergantung udah progresif blm), inferior: <5
3) Tonus 🡪 superior: (tergantung udah progresif blm), inferior: hipotoni
4) Trofi 🡪 Eutrofi
⮚ Sensorik
Tjd kelainan pada eksteroseptif
🡪Sensasi nyeri, raba, dan suhu: hipesthesi gloves and stocking
Hipesthesi : defisit sensorik
⮚ R. Fisiologis
Hiporeflex-areflex pada pada inferior saja dan atau superior (tergantung sdh
progresif atau belum)
⮚ R. Patologis
⮚ Nervus Cranialis
4. Pemeriksaan penunjang
a. Pmx darah rutin (pada fase lanjut dapat ditemui limfositosis), darah tepi
(leukositosis PMN sedang), LED (normal/sedikit meningkat),
b. Pmx CSS (Cairan Serebrospinal): Peningkatan kadar protein (1-1,5g/dl). Hitung
jenis: <10 sel leukosit mononuklear/mm.
c. Pmx elektrofisiologis/ EMG: menunjukkan adanya demyelinasi: melambatnya atau
terbloknya hantaran saraf
5. Diagnosis (diagnosis saraf harus lengkap)
a. Dx Kerja
Suspek SGB
b. Dx Klinis 🡪 temuan saat pmx
Paraparesis inferior dan Hipesthesi (gloves and stocking)
c. Dx Topis 🡪 perkiraan lokasi lesi
LMN (Radiks neuron)
d. Dx Etiologis
Autoimun/infeksi
6. Diagnosis banding
a. Miasthenia Gravis
b. Paralisis periodic
c. Poliomyelitis
7. Tatalaksana
⮚ Apabila tjd kegawatan missal ggn pernapasan/gagal napas: rawat di ICU, pasang
ET, NGT, oksigenasi
⮚ Immunoglobulin Intravena (IVIg) 400mg/KgBB selama 5 hari
STROKE (3B)
1. Definisi
Gangguan fungsional otak fokal maupun global yang terjadi mendadak, lebih dari 24
jam karena gangguan aliran otak.
Macam stroke:
- Hemoragik 🡪 intracerebral (ICH); perdarahan ke dalam jaringan otak, dan
subarachnoid (SAH); perdarahan di ruang antara permukaan otak dan lapisan
yang menutupi otak
- Non – hemoragik/ Iskemik/ Infark; tersumbatnya pemb. darah shg aliran darah ke
otak sebagian atau seluruhnya terhenti

2. Anamnesis
Gangguan pada: Gejala lain yg bisa ditanyakan:
FAST
Facial movement Ggn bicara (disartria)
Arm movement Ggn berbahasa (afasia)
Speech Jalan sempoyongan (ataksia)
Time: acute onset Rasa berputar (vertigo)
Disfagia, diplopia

stroke hemoragik; sakit kepala hebat dan muntah (+) krn ada peningkatan TIK
stroke iskemik; sakit kepala hebat dan muntah (-)
Faktor risiko:
- Usia (lebih dari 65thn)
- Genetik, atau pernah stroke sebelumnya
- Hipertensi
- DM
- Pola hidup tdk sehat: merokok, alkohol, kopi, krg olahraga
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran (dgn GCS), KU, TTV (TD: meningkat pd stroke hemoragik, RR: pola
pernafasan: Cheyne-stokes, hiperventilasi, apneustik (inspirasi memanjang yg tdk
segera diikuti oleh ekspirasi), Nadi, Suhu), SATURASI OKSIGEN!
b. Pemeriksaan status generalisata
- Mata dan alis NORMAL 🡪 yg membedakan dgn Bell’s Palsy
- Wajah tampak merot ke sisi kanan/kiri (mulut asimetris)
c. Pemeriksaan Neurologis, yaitu
- Motorik
- Sensorik
- Refleks fisiologis dan patologis
- Nervi craniales (terutama N.VII, N.IX dan N.X, N. XII)
- Rangsang meningeal
Pada stroke hemoragik; BISA ADA penurunan kesadaran, TD meningkat (+),
babinsky SELALU (-)
Pada stroke iskemik; TIDAK ADA penurunan kesadaran, TD meningkat (-),
babinsky BISA (+/-)
ALGORITMA STROKE GADJAH MADA

4. Pemeriksaan Penunjang
a. CT scan kepala (tanpa kontras)
b. EKG
c. GDS (jika
<50
JANGAN
berikan
trombolitik
pada stroke
iskemik)

d. Elektrolit serum
e. Tes faal ginjal
f. Darah lengkap
5. Diagnosis
a. Stroke hemoragik
- Dx kerja : Stroke hemoragik (intraserebral/subarachnoid)
- Dx Klinis : hemiparesis dextra/sinistra
- Dx Topis : hemisfer serebri dextra/sinistra/cerebellum/ subarachnoid
- Dx Etiologis : perdarahan intracerebral
b. Stroke iskemik
- Dx kerja : Stroke non hemoragik/iskemik/infark
- Dx Klinis : hemisfer serebri dextra/sinistra/cerebellum
- Dx Topis : subarachnoid
- Dx Etiologis : vaskular
6. Diagnosis Banding
Stroke hemoragik intracerebral, Stroke hemoragik subarachnoid, Stroke iskemik, TIA
(Transient Ischemic Attack), Bell’s palsy, Emboli serebri
7. Tatalaksana
- Apabila tdp penurunan kesadaran 🡪 Primary survey ABCDE
- Memposisikan badan dan kepala lebih tinggi 20-30 derajat
- Oksigen bila diperlukan (SO2 <94%)
- Memasang infus RL 500ml (1 flakon) selama 12 jam
- Rujuk ke spesialis saraf
STROKE HEMORAGIK INTRACEREBRAL
- Antihipertensi 🡪 Labetalol mll IV bolus 5-10mg, dosis lanjutan 0.5-3 mg/menit
STROKE HEMORAGIK SUBARACHNOID
- Antihipertensi 🡪 Labetalol mll IV bolus 5-10mg, dosis lanjutan 0.5-3.0mg-
menit
STROKE ISKEMIK
- Trombolitik 🡪 (segera diberikan, jgn diberikan bila TD > 185/110, GD<50,
usia >80, riwayat stroke sblmnya)
Alteplase 0.9 mg/kgBB, 10% dosis mll IV bolus, 90% dalam infus selama 60
menit
- Antihipertensi
Labetalol mll IV bolus 5-10mg, dosis lanjutan 0.5-3.0mg-menit
- Antiplatelet (jika ada pemberian trombolitik, tunda antiplatelet)
Aspirin dosis awal 325mg dalam 24-48 jam
8. Edukasi
- Jelaskan definisi, etiologi, gejala, tatalaksana selanjutnya
- Rawat inap
- Konsultasi spesialis saraf dan rehab medik (u/ fisioterapi)
- Mengubah pola hidup;
Menghindari faktor risiko (merokok, minum alkohol, bila ada HT diminta untuk
mengontrol TD-nya)
- Jika terjadi serangan stroke ulang, segera ke faskes terdekat
- Minum obat teratur
KEJANG DEMAM (3A)
1. Definisi
Kejang terjadi saat suhu >38oC akibat proses extra cranial
2. Anamnesis (pediatri)
Keluhan utama kejang
Faktor resiko :
- Demam akibat infeksi
- Demam post imunisasi
- Usia 6-6thn (apabila <6bln curiga infeksi SSP. Apabila >6thn pertimbangkan febrile
seizure plus (FS+))
- Genetic (saudara kandung/orang tua ada riwayat)
3. PF
- tidak ada penurunan kesadaran (compos mentis)
- lakukan cek KU, TTV, status generalisata (motoric, sensorik. reflex pato, reflex fisio,
meningeal (semua DBN))
4. PP
- Darah rutin
- Urin rutin
- Feses makro mikro
- Atas indikasi : GDS (curiga hipoglikemia), elektrolit (curiga hipokalsemia), pungsi lumbal
(kalo meningeal (+) atau usia <12bulan, CT Scan/MRI (kalau ada deficit neurologi pada
kejang demam kompleks))
5. Dx
a. Kejang demam simpleks
- kejang umum tonik, klonik, tonik-klonik
- durasi <15mnt
- tidak rekurensi dalam 24jam
b. Kejang demam kompleks
- Kejang fokal atau fokla menjadi umum
- Durasi >15mnt
- Rekurensi dalam 24jam
6. DD
Meningitis
Meningoensefalitis
Epilepsi
Gangguan metabolic, gangguan elektrolit
7. Tx
a. Kejang demam simpleks
- Diazepam rektal 5mg untuk <10kg. 10mg untuk >10kg.
1. dibawa pulang, saya akan meresepkan diazepam supp rektal dengan dosis 10mg yang
diberikan apabila pasien kejang, lalu parasetamol 10-15mg/KgBB/1x untuk demam.
2. Edukasi : apabila anak mengalami kejang kembali di rumah
- Ibu tetap tenang, jangan panik
- Kendorkan pakaian anak sekitar leher
- Bila tidak sadar, posisikan pasien terlentang, miring, jaga jalan napas, jangan
memasukkan sesuatu ke mulut
- Ukur suhu, catat lama kejang, dan bentuk kejang
- Tetap bersama pasien saat kejang
- Beri diazepam per rektal, bisa diberikan 2x pada saat kejang dengan interval 5mnt.
Pemberian 2x masih kejang, bawa ke RS jangan beri saat kejang sudah berhenti
b. Datang kejang di tempat lgsg
- Diazepam IV 0,3-0,5 mg/KgBB perlahan dosis max 20mg
BELLS PALSY (4A)
1. Definisi
Terjadinya paralisis fasialis (saraf kranialis) perifer unilateral. Muncul mendadak(akut).
Penyebab idiopatik, diduga bentuk polyneuritis dengan kemungkinan penyebabnya
virus, inflamasi, autoimun, dan faktor iskemik
2. Anamnesis

Datang dengan keluhan:


a. Paralisis otot fasialis atas dan bawah unilateral. Onset akut (periode 48 jam)
Hilangnya kerutan dahi ipsilateral
Tidak mampu menutup mata ipsilateral
Wajah merot/mencong/tertarik ke sisi kontralateral
Bocor saat berkumur
Tidak bisa bersiul
b. Nyeri auricular posterior (otalgia) ipsilateral
c. Peningkatan produksi air mata (epifora), yang diikuti penurunan produksi air mata
yang dapat mengakibatkan mata kering (dry eye) ipsilateral
d. Hiperakusis ipsilateral
e. Penurunan sensitivitas lidah ipsilateral
Faktor risiko:
a. Paparan dingin (kehujanan, udara malam, AC)
b. Infeksi terutama virus (HSV tipe 1)
c. Peny. autoimun
d. DM
e. Hipertensi
f. Hamil
Perbedaan sama stroke:

3. Pemeriksaan Fisik
a. KU, Kesadaran, TTV
b. Generalisata
Wajah: Asimetris mencong ke satu sisi
Mata: palpebral tidak dapat menurup pada satu sisi/lagofthalmus
c. Lokalis (Neurologis)
● Motorik
● Sensorik
● R. fisiologis
● R. patologis
● N. kranialis
N. V Gangguan sensorik wajah JARANG DITEMUKAN, kecuali jika
inflamasi menyebar ke N. V (trigeminal)
Kelemahan N.VII mengakibatkan kelemahan wajah atas bawah unilateral
Inspeksi awal: hilangnya kerutan dahi dan lipatan nasolabial unilateral
Saat diminta tersenyum: bibir tertarik ke sisi wajah yang normal (kontralateral)
Saat diminta mengangkat alis: dahi yang lumpuh datar
4. Pemeriksaan Penunjang
Pmx darah lengkap, GDS, faal ginjal (BUN/kreatinin serum)
5. Diagnosis (dx saraf harus lengkap)
Dx Kerja : Bell’s Palsy
Dx Klinis : paralisis N.VII perifer dextra/sinistra
Dx Topis : LMN
Dx Etiologis : autoimun/infeksi/dll

6. Diagnosis banding
Ramsay Hunt syndrome, Stroke vertebrabasilaris, otitis media akut atai kronik

7. Tatalaksana
● Kortikosteroid (prednison) 5 mg TAB
1 mg/kg BB/hari ATAU 60 mg/hari selama 6 hari
● Dpt diberikan Asiklovir 400 mg TAB 5x/hari selama 7-10 hari
● Curiga varicella zoster 🡪 asiklovir 800 mg TAB 5x/hari
CARPAL TUNNEL SYNDROM (3A)
Seorang perempuan berusia 35thn datang ke dokter dengan keluhan jari-
jari kedua tangan kebas. Lakukan anamnesa, PF, diagnosa okupasi,
edukasi. (pekerjaan: bagian produksi pabrik garmen jahit baju)
1. Definisi
Gangguan pada lengan tangan krn terjadi penyempitan pada terowongan karpal, baik
karena edema maupun kelainan pada tulang-tulang kecil tangan.
2. Anamnesis
- Mati rasa, kesemutan, nyeri pada distribusi saraf mendianus
- Sering tjd pada malam hari saat tidur (parestesi nocturnal)
- Riwayat pekerjaan yang perlu melakukan gerakan repetitif pd pergelangan
tangan
Contoh: penjahit, buruh cuci, tukang ojek, juru masak
- RPD ditanyain: trauma tangan, infeksi, gangguan vaskular, penyakit saraf, riwayat
operasi
- Tanyakan riwayat pekerjaan
a. Sudah berapa lama?
b. Di bagian apa? Pekerjaannya bagaimana (ngapain aja)?
c. Posisi bekerjanya spt apa?
d. Apakah sedang ada pekerjaan berlebih?
e. Kerja brp hari dalam seminggu? Berapa jam dalam sehari?
f. Ada istirahat? Waktu istirahat brp lama? Istirahat ngapain aja?
g. Apakah menggunakan APD?
h. TANYAKAN APAKAH ADA PEKERJAAN LAIN ATAU KEBIASAAN
LAIN DI RUMAH?
3. Pemeriksaan Fisik
- Kesadaran, KU, TTV 🡪 dbn
- Pemeriksaan Generalisata 🡪 dbn
- Pemeriksaan Neurologis, yaitu
Motorik (gerakan dbn, kekuatan dbn, tonus eutoni)
Sensorik (SEMUA JARI 🡪 sensorik menurun dari ibu jari hingga pertengahan jari
manis; kesan hipoestesi). Kelingking normal.
Refleks fisiologis dan patologis 🡪 dbn
- Pemeriksaan lokalis (inspeksi plantar kedua tangan 🡪 hipertrofi)
- Tes provokasi, berupa
a. Flick’s sign
Pasien mengibas-ngibaskan tangan.
Bila CTS 🡪 keluhan berkurang/ menghilang
b. Phalen’s test
Pasien fleksi tangan maksimal.
Bila CTS 🡪 timbul gejala dlm waktu 30detik
(sakit/kesemutan)
c. Tinnel test
Palpasi pada terowongan karpal dgn posisi tangan
dorsofleksi.
Bila CTS 🡪 nyeri dan kesemutan

4. Pemeriksaan Penunjang
- Pmx Konduksi saraf
- EMG (elektromiografi)
5. Diagnosis
Dx Kerja: CTS unilateral/bilateral
DX Klinis: hipoestesi
Dx Topis: nervus mendianus dalam carpal tunnel
Dx Etiologis: idiopatik/ repetitif stress/ occupational/ trauma
6. Diagnosis Banding
Radikulopati cervicalis, plexopati bracialis, pronator teres syndrome, thoracic outlet
syndrome, de Quervain’s syndrome
7. Tatalaksana
- Istirahatkan pergelangan tangan, batasi gerakan yg repetitif
- Elastic banded selama + 2 bulan untuk imobilisasi pergelangan tangan
- Injeksi steroid intra carpal tunnel (metilprednisolon 40mg, bila tdk berhasil dpt
diulangi stlh 2 minggu) ATAU steroid oral (prednisone 20mg/hari selama 10-14
hari)
- Operasi, bila terapi konservatif tdk berhasil
8. Edukasi
- Jelaskan diagnosis okupasi
a. CTS
b. Pajanan nya berupa pekerjaan saat mjd buruh pabrik
c. Jumlah pajanan selama ini cukup untuk…
d. Jika ada faktor individu lain bisa dijelaskan
- Diagnosis: PAK/penyakit yg diperberat oleh pekerjaan/bukan PAK
- Istirahatkan pergelangan tangan, batasi gerakan yg repetitif
- Rujuk spesialis saraf
MENINGITIS TB

Jika pasien tak sadar, lakukan prime survey


ABC
1. Airway
- Evaluasi apakah terdapat cedera cervical, karena tidak ada maka saya gunakan
teknik head tilt chin lift
- Look: dilihat pd jalan nafas pasien apakah terdapat darah, fragmen gigi yang patah,
fraktur laring, edema laring, dan fraktur basis cranii multiple, apakah terdapat nafas
cuping hidung
- Listen: mendekatkan telinga pada hidung pasien; apakah terdapat suara tambahan
seperti snoring, gurgling, stridor
- Feel: merasakan hembusan nafas pasien dengan tangan, apakah ada hembusan
- Airway clear dok?
2. Breathing
- Membuka baju pasien
- adakah deviasi trachea?
- Adakah retraksi?
- Ekspansi thorax dextra sinistra simestris?
- Auskultasi RR? kalau ada kussmaul tanya apakah terdapat aroma keton dan aseton
dalam napas pasien. suara pernapasan tambahan (ronchi, wheezing?, vesicular
seluruh lapang paru
- Untuk saturasi oksigen berapa dok? 98%
- Breathing clear dok?
3. Circulation
- Palpasi a. radialis (regular, frek 130x/menit (takikardi), derajat denyut lemah,
tegangan?)
- Tek darah: 70/60mmHg
- Akral dingin
- CRT >2dtk
- Untuk circulation apakah clear dok?
- Untuk temperature brp dok?
4. Disability
Stupor : GCS
Pemeriksaan Fisik
Hasil Pemeriksaan Fisik :
KU: tampak sesak
Kesadaran: Compos mentis
Tanda Vital:TD; N: RR; t:
Status gizi: BB: TB: cm IMT :
Kepala: Mesosefal
Mata: CA (-/-), SI (-/-), Refleks Pupil direct/indirect (+/+)
Hidung: nafas cuping hidung (-)
Mulut : sianosis? Mulut kering?
Leher: otot bantuan nafas (), pembesaran KGB, Gl.Thyroidea
Thoraks:
pulmo
Inspeksi: simetris, gerakan tertinggal (-)
Palpasi: NT (-), stem fremitus kanan=kiri
Perkusi: sonor kedua lapang paru
Auskultasi: vesikuler (+/+), suara tambahan paru (), wheezing -/-
cor:
Inspeksi: ictus cordis?
Palpasi: ictus cordis teraba di ICS VI linea axilaris anterior , pulsus epigastrium (-), pulsus
parasternal (-), sternal lift (-), thrill (-)
Perkusi:
batas atas ICS II linea parasternalis sinistra
batas pinggang jantung ICS III linea parasternalis sinistra
batas kanan ICS V linea parasternalis dextra
batas kiri ICS VI linea axilaris anterior sinistra
Auskultasi: suara tambahan?
Abdomen:dalam batas normal, refleks abdominojugular (+)
Ekstremitas: oedem ekstremitas inferior (), akral dingin (-/-), CRT >2dtk
Status neurologis : dbn
- Fungsi motoric
1. Gerakan
2. Kekuatan
3. Tonus
4. Trofi
- Fungsi sensorik
1. Eksteroseptif (sesuai dermatom)
a. Nyeri
b. Suhu
c. Raba
- Proprioseptif
1. Gerak dan sikap
2. Getar
- Diskriminatif
1. Gramestesia
2. Borognosia
3. Topognosia
- Refleks fisiologis :
1. Biceps : lengan flexi, ketuk M. dgn palu reflex
2. Triceps : lengan flexi, ketuk diatas olecranon
3. Radius : posisi supinasi-pronasi, ketuk dibawah proc. styloideus radii
4. Ulna : posisi supinasi-pronasi, ketuk dibawah proc. styloideus ulna
- Reflex patologis :
1. Babinski : gores telapak kaki dari tumit ke basis ibu jari
2. Chaddock : gores malleolus lateral dari belakang sampai bawah ibu jari
3. Oppenheim : gores sepanjang tibia dengan 2 punggung jari
4. Gordon : pijat betis mendadak
5. Schaeffer : pijat tendo achilles mendadak
6. Mendel bechterew : ketok dorsum pedis metatarsal I dan V
7. Rossolimo : Ketok plantar pedis metatarsal I dan V
8. Gonda : tekan jari kaki, lalu lepas sekonyong-konyong
9. Klonus patella : regangkan M quadriceps femoris dan patella, lalu lepas tiba2
10. Klonus kaki : regangngkan M triceps surae, lalu lakukan Gerakan dorsoflexi tiba2
11. Hoffman trommer : pada jari tangan, beri tahanan pada jari tengah.
- Pemeriksaan N.craniales
- Pemeriksaan meningeal :
● Kaku kuduk : kepala ditengokkan kanan kiri, apakah ada tahanan. Apabila tidak ada
tahanan, maka dilakukan angkat bahu, apakah ada tahanan?
● Kernig sign : flexikan paha 90o pada panggul, lalu ekstensikan hingga membentuk
sudut 135o
● Brudszinski I : tangan pemeriksan dibawah kepala pasien, satu lagi tangan di dada
pasien. Lakukan Gerakan flexi kepala hingga menyentuh dagu
● Brudszinski II : flexi pada sendi lutut, lalu ekstensikan pada sendi panggul.
● Brudzinski III : beri penekanan dengan ibu jari pada os zygomaticum.
● Brudzinski IV : beri penekanan pada art coxae.

- Pemeriksaan Penunjang
1. Darah rutin : leukositosis, LED meningkat
2. Foto thorax AP-lateral : kesan TB paru aktif
3. Lumbal pungsi
4. CT-scan kepala non contras : kesan hydrosefalus

- Diagnosis
Meningitis Tuberkulosa
- Diagnosis banding
● Ensefalitis
● Abses serebral
● Neoplasma serebral
● Perdarahan subarachnoid
- Tatalaksana : konsul dr sp.S
- Edukasi :
- Rawat inap, nanti saya konsulkan untuk Tx lebih lanjut. Anda mengalami radang
sealput otak yang disebabkan oleh TB yang menyebar virusnya hingga ke otak
bapak.
TENSION TYPE HEADACHE/TTH (4A)
1. Definisi
Nyeri kepala tipe tegang, sering dihubungkan dengan peningkatan stress.
2. Anamnesis
- Didukung oleh adanya faktor psikis yg melatarbelakangi (stressor)
- Karakteristik nyeri kepala harus jelas;
- Tipe : seperti diikat disekeliling kepala atau kepala terasa berat, pegal,
rasa kencang, tidak berdenyut
- Lokasi : Bilateral; occipital, temporal, frontal
- Frekuensi : bisa terus menerus atau kadang-kadang
- Durasi : 30 menit hingga 1 minggu penuh
- DIFUS, awalnya dari leher 🡪 kepala blkg 🡪 kepala depan. Bisa jg hingga ke bahu
- TIDAK ADA fonofobia dan fotofobia (kalo ada 🡪 migren)
- TIDAK disertai mual muntah (kalo ada 🡪 migren)
- TIDAK mengganggu tidur dan aktivitas
- Gejala lain: insomnia, nafas pendek, konstipasi, BB turun, palpitasi

Klasifikasi:
- Episodik (< 15 hari, dgn serangan yg tdj <1 hari perbulan (12 hari dlm 1 thn)
- Kronis (>15 hari selama 6 bulan terakhir)
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran, KU, TTV (harus normal)
b. Pemeriksaan Generalisata
c. Pemeriksaan Neurologis, yaitu
- Motorik
- Sensorik
- Refleks fisiologis dan anatomis
- Nervi Cranialis
d. Pemeriksaan lokalis
- Pemeriksaan kepala dan leher dgn cara palpasi
Melakukan gerakan memutar kecil dan tekanan kuat dengan jari ke 2 dan ke 3
selama 4-5detik di daerah frontal, temporal, masseter, pterygoid, SCM,
splenius, dan otot2 trapezius 🡪 tdp pericranial muscle tenderness
- Pemeriksaan tekanan bola mata menggunakan tonometri ATAU membandingkan
dgn lidah dipipi; apakah sama/mengeras?
4. Pemeriksaan Penunjang
Tidak diperlukan
- Neuroimaging apabila tdp riwayat kejang, tanda/gejala neurologis, penyakit
simtomatis spt AIDS, tumor, dll.
5. Diagnosis
a. Dx Kerja : TTH (nyeri kepala tipe tegang)
b. Dx Klinis :
c. Dx Topis :
d. Dx Etiologis : stressor
6. Diagnosis Banding
Migren, Cluster-type headache
7. Tatalaksana
- Analgesik 🡪 Ibuprofen 400mg tab o.8.h
- Antidepresi 🡪 Amitriptilin (sediaan tab 25mg ATAU 50mg) 30-75mg/hari dibagi
menjadi 3 dosis
8. Edukasi
a. Jelaskan definisi, etiologi, gejala, tatalaksana selanjutnya
b. Jelaskan bahwa tdk ada kelainan fisik dlm rongga kepala atau otaknya untuk
menghilangkan rasa takut adanya tumor otak atau yg lainnya
c. Mengurasi kecemasan atau depresi
d. Apabila tdk membaik, dtg lagi untuk di rujuk ke dokter spesialis saraf

Anda mungkin juga menyukai