Gangguan kesadaran
akan timbul jika ada :
*Lesi difus pd hemisfer
serebri
*Lesi langsung pd ARAS
*ARAS, grup sel saraf yg
terletak di daerah :
-Pontomesencephalic
-Tegmentum
-Diencephalon
Gangguan Kesadaran
Dapat dibedakan jadi 2 grup
I. Penyebab : TIPS-AIUEO
-T : trauma
-I : Infeksi
-P : Psikiatri
-S : SOL, SAH
-A : Alkohol
-I : Insulin, DM
-U : Uremia, ggn ren (HT)
-E : Endokrin, liver, electrolit
-O : Oksigen
II. Ggn Struktural : ada 3 tipe,
1. Ggn intra kranial (33%)
2. Ggn extrakranial (66%)
3. Ggn Psikiatrik (1%)
Gangguan Intrakranial
a. Trauma
- Diffuse white matter injury
- Haematoma : extradural, subdural, dll
b. Vascular
- Subarachnoid haemorrhage
- Spontaneous intracerebral haematoma
- Cerebral infarct with oedema
- Vertebro-basilar infarct
c. Neoplasma : tumor dgn edema intra serebri
d. Infeksi : meningitis, abses, ensefalitis
e. Lain-lain : epilepsi, hidrosefalus
Gangguan Extrakranial
a. Metabolik :
- hipo/hiper Na, K, Ca, asidosis/alkalosis, uremia,
hipo/hipertermia, gagal hati, porphyria.
b. Endokrin :
- DM, hipopituitaria, hipo/hiperparathyroid, hipo-
thyroid, krisis adrenal (peny Addison)
c. Insufisiensi pernafasan :
- Hipoventilasi, defisiensi diffusi, defisiensi perfusi,
anemia, hiperkapnia, hipoxia.
d. Cardiac output berkurang :
- Vasovagal attack, perdarahan, peny katup, MCI,
aritmia, dll.
Gangguan Extrakranial .. 2
e. Oklusi arteri
- ggn a. vertebralis, ggn a. carotis bilateral.
f. Obat-obatan :
- sedative, hipnotik, antikonvulsan, alkohol, dll
g. Toksin : CO, logam berat.
h. Psikiatrik : histeria, katatonia.
Catatan : keadaan c,d dan e menyebabkan CBF
Penilaian Gangguan Kesadaran
1. Anamnesa lengkap dari keluarga, pengantar,
atau teman, dll.
2.Pemeriksaan fisik umum
3. Pemeriksaan neurologis lengkap :
a. tingkat kesadaran
b. bentuk pernafasan
c. ukuran dan reaksi pupil
d. gerakan bola mata & respon okulovestibuler
e. respon motorik
4. Pemeriksaan penunjang
Anamnesa
Anamnesa Kemungkinan kausa koma
Cedera kepala regangan difus dan/atau haematoma i.k
Pasca cedera kepala SDH kronik
Mendadak kolaps ICH, SDH
twitching, inkontinen Epilepsi pasca serangan.
Gejala perlahan-lahan SOL, metabolik, infeksi
Riwayat DM, epilepsi, Hipo/hiperglikemi, post-ictal epilepsi,
psikiatri,alkohol/obat, overdosis obat, intoksikasi, ensefalitis,
infeksi, keganasan. metastase intrakranial.
Pemeriksaan Fisik Umum
Terdiri dari : tanda vital, bau nafas, kulit, kepala, leher,
thorak, abdomen dan extrimitas :
* Tanda Vital : jln nafas, pernafasan, tipe nafas sirkulasi
* Bau nafas : futor hepatik (liver breath), urinous smell
(renal disease), fruity smell (ketoacidosis).
* Kulit : tanda trauma, jejas suntikan, ggn hati, dll
* Kepala : jejas trauma, hematoma, fraktur kranium.
* Leher: kakukuduk, bruit karotis
Glasgow Coma Scale (GCS)
GCS : Menilai tingkat kesadaran secara kuantitatif, dinilai respon
respon mata (E), respon gerak (M) dan respon verbal (V).
Eye opening Nilai Best Motor Respon Nilai Best Verbal Respon Nilai
Spontaneous 4 To verbal command 6 Oriented & converses 5
To speech 3 Localizes pain 5 Disoriented & converses 4
To pain 2 Flexion-withdrawal 4 Inappropriate words 3
No respon 1 Flexion-abnormal 3 Incomprehensible sound 2
- - Extension 2 No response 1
- - No response 1 - -
Score : E + M + V = 3 to 15
Score <9 : severe injury, 50% mortality
Score 9-11 : moderate severity
Score >11 : minor injury
Tipe pernafasan abnormal
Cheynes stokes
Apneustic breathing
Cluster breathing
ataxic breathing
Tipe pernafasan abnormal .. 2
a. Cheynes stokes : pernafasan hiperventilasi & apnea
timbul secara bergantian, kausa lesi bilateral atau
metabolik ensefalopati
b. Central neurogenic hyperventilation :
lesi brainstem karena herniasi tentorial.
* Hiperventilasi pd koma :
biasanya ggn sistemik, sering terjadi pd keadaan :
- Asidosis metabolik : lactic acidosis, ketoacidos-
is, uremia, keracunan asam organik.
- Respiratory alkalosis : hipoksia, atau ensefalo-
pati hepatik
Tipe pernafasan abnormal .. 3
c. Pernafasan apneustik : fase inspirasi memanjang
(the inspiratory cramp), diikuti dgn apnea, kausa
lesi pons
d. Pernafasan cluster : fase hiperventilasi dan apnea
yang singkat, kausa lesi pons atau serebeller.
e. Pernafasan ataxic (Biot) : pernafasan yg tidak ter-
atur, kausa lesi pada pusat pernafasan di medula.
Ukuran dan Reaksi Pupil
a. Simetris reaksi cahaya normal : integritas struktur
di midbrain baik.
b. Midposisi (2-5mm) fix, atau irregular : lesi fokal di
midbrain.
c. Pinpoint, reaktif : lesi pons, atau intoksikasi opiat,
pilocarpine (cholinergic).
d. Unilateral, dilatasi, fix : biasanya krn n.III tertekan
akibat herniasi uncal, mungkin ada ptosis deviasi.
e. Bilateral, fix, dan dilatasi : herniasi sentral, iskemi
dan hipoksia lobal, atau intoksikasi lluminal, atro-
pin, scopolamine, atau glutethimide.
Perubahan Pupil pts Koma karena Lesi di Otak
Gerakan Bola Mata
a. Deviasi gaze menjauh hemiparese : lesi hemisfer
kontralateral.
b. Deviasi gaze sesuai hemiparese :
- lesi pons kontralateral hemiparese.
- lesi thalamik kontralateral
c. Deviasi kebawah : lesi pd tectum midbrain, jika
tdp ggn rx cahaya, dan nystagmus dikenal sbg
sindroma Parinaud.
d. Ocular bobbing : terdiri dari fase cepat gerakan
bolamata kebawah, kembali ke posisi awal lam-
bat, lesi bilateral pd pusat gaze horizontal
Gerakan Bola Mata .. 2
2. Oculocephalic reflex (dolls eye)
reflek gerakan bola-mata dibangkitkan dgn memutar
kepala, normal akan timbul gerakan bola-mata ke sisi
kontralateral
* Full and easy to elicit reflex (ball bearing eyes) :
disfungsi hemisfer serebri bilateral, sering terjadi pd
koma metabolik.
3. Oculovestibular (cold caloric) reflex
- kepala ditinggikan 30 horizontal
- liang telinga dialirkan air dingin 30-60 ml
normal : gerakan deviasi tonik ke sisi aliran air dan
komponen nistagmus cepat menjauhi aliran.
Gerakan Bola Mata ..3
Ad 3. Oculovestibular (cold caloric) reflex
a. Fase tonik bilateral baik, fase nistagmus cepat
negatif : koma krn disfungsi hemisfer bilateral
b. conjugate gaze paresis : lesi unilateral hemisfer
serebri atau lesi pons.
c. respon (-) : koma dalam krn lesi brainstem
Respon Motorik
Berguna utk menentukan derajat koma, yaitu :
* Gerakan spontan apakah simetris dan bertujuan,
jika asimetris, sisi yg tidak digunakan parese.
* Tonus ekstrimitas di periksa secara pasif :
- lengan digerakan pasif pada sendi siku.
- tungkai digerakan pasif pada sendi lutut, jika
tonus meninggi penting sbg tanda herniasi.
* Rangsangan
- suara : beri perintah utk melakukan gerakan.
- nyeri : tekan sternum, sudut mata, kuku, per -
hatian reaksinya (lihat GCS motorik)
Pemeriksaan Penunjang
Pem. penunjang Kemungkinan kausa koma
CT. Scan TIK, trauma, gejala fokal neurologi
LP dan pem. LCS Meningitis w/o TIK , gejala fokal
neurologi.
Lab drh ureum, kreatinin, TIK(-), TRM (-), gejala fokal (-)
gula drh, gas darah pH & koma ec metabolik ensefalopati
elektrolit, faal hati, B12,
fungsi thyroid.
Foto kepala Fraktur, kel pineal, kalsifikasi, lesi
osteolitik.
EEG Epilepsi subklinik, herpes simplex
ensefalitis, hepatik ensefalopati
Lokalisasi Neuroanatomi dan Tingkat Kesadaran
Lesi Kesadaran Nafas Pupil Oculovest Motorik
Diencefa- Drowsy Eupnea Miosis, kontrol BM , Hemiparese,
lon atas reaktiv nistagmus paratonia bilat
Diencefa- Koma CSR Miosis, kontrol BM(-) Hemiparese,
lon bawah reaktiv dekortikasi
Mesencefa Koma CSR/ midposi- Respon disko Deserebrasi
-lon CNH tion fix njugat(fungsi
(MPF) rectus med): -
Pons atas Koma CNH, MPF Idem Deserebrasi
ataksik lemah
Pons Koma Ataksik, MPF (-) flaksid,arefleksi
bawah apnea
Med.oblon Koma Apnea MPF (-) flaksid,areflek
CSR : cheynes stokes respiration, CNH : central neurogenic hyperventilation
Penatalaksanaan pts koma
1. SOL : konsul bedah saraf utk tindakan akut
dekompresi.
2. TIK, lakukan :
a. tinggikan kepala 30 dari horizontal.
b. intubasi dan hiperventilasi.
c. bila ada agitasi (gaduh gelisah) beri sedasi
midazolam 1-2 mg iv, short acting.
d. diuresis osmotik dgn mannitol 1g/kg, iv cepat
e. dexamethazone 10 mg iv/6 jam juga efektif utk
mengurangi edema krn tumor
Penatalaksanaan pts koma .. 2
3. Perawatan Umum
- jaga jalan nafas.
- hidrasi : intravena cairan isotonik (NaCl 0,9%)
- nutrisi : pasang nasogastrik tube.
- kulit : cegah dikubitus.
- mata : cegah abrasi kornea pakai tutup mata
- bowel : berikan laksan utk cegah konstipasi.
- bladder : dauer kateter dapat menimbulkan infeksi,
lakukan intermiten kateter tiap 6 jam
- sendi : lakukan gerakan pasif pd sendi utk cegah
kontraktur.
- Deep vein thrombosis : heparin 5000 unit sc/12 jam
Prognosis
Tergantung pada faktor penyebab bukan karena
Berat ringannya koma.
- Koma karena gangguan metabolik dan intoksikasi
obat prognosanya baik.
- Koma karena cedera kepala prognosa lebih baik
dibanding karena lesi struktural di otak.
- Koma karena hipoksia-iskemik global prognosa
kurang baik.
Definisi
Epilepsi : ialah suatu ggn SSP yg menimbulkan gejala
bangkitan/kejang
Seizure (kejang) : bangkitan paroxysmal dalam waktu
tertentu akibat aktivitas abnormal sel neuron di otak
Sindroma Epilepsi : suatu bentuk epilepsi yg kausa-
nya gambaran klinis, dan prognosis biasanya spesifik.
Status Konvulsivus :
Dulu : aktivitas bangkitan yg terus menerus > 30 menit
atau 2 rentetan bangkitan tanpa ada periode sadar
penuh diantara bangkitan tersebut .
Sekarang : aktivitas bangkitan(kejang) yg >5-10 menit.
Etiologi Epilepsi menurut Kelompok Umur
0-14 tahun 15-34 tahun 35-64 tahun > 65 tahun
Trauma lahir Infeksi SP Peny Vascular Peny Vascular
Infeksi SSP Trauma Tumor SSP Tumor SSP
Perdarahan SSP Tumor SSP Infeksi SSP Peny Degeneratif
Malformasi kongenital Peny Vascular trauma Infeksi SSP
Predisposisi genetik Trauma
Gangguan metabolik
Tumor
Etiologi Status Konvulsivus di ICU
Neurologi
Vaskuler : stroke, AVM, perdarahan
Tumor : primer, skunder
Infeksi CNS :abses, meningitis, ensefalitis
Inflamasi : vaskulitis, acute disseminated
encephalomyelitis.
Trauma kepala : kontusio, perdarahan
Epilepsi primer
Gangguan metabolik otak primer (herediter)
Etiologi Status Konvulsivus di ICU .. 2
Komplikasi Kritis Penyakit
Hipoksia/iskemik
Obat/toksisitas : antibiotika, antidepresan, anti-
psikotik, bronchodilator, anestesi lokal, imuno-
supressivif, cocaine, amfetamin, dll
Obat/withdrawal : barbiturat, benzodiazepine,
opioid, alcohol.
Infeksi : febril seizures
Gangguan metabolik : hipo-Na, hipo-P, hipo-
glycemia, disfungsi hepar/ginjal, operasi kepala.
Jenis Kejang
Kejang Umum (Grand Mal):
Gerakan Tonik , klonik, apnea, inkontinen dan
LOC (loss of consciousness) (+)
Non Convulsive Seizures (Petit Mal)
Absence seizures blank staring spells
Myoclonic kontraksi yg singkat dari grup otot tt.
Partial Seizures
Characterized by presence of hallucinations
Simple = somatic complaints + no LOC
Complex = somatic complaints + AMS or LOC
Gambaran Klinik Epilepsi
Penurunan Kesadaran
Kejang umum
Drop attacks
Serangan motorik fokal sepintas
Kejang otot-otot wajah dan mata
Gangguan kejiwaan
Agresif atau berteriak
Kejadian episodic waktu tidur
Keadaan konfuse atau bingung yg lama
Dampak Status Konvulsivus
Aritmia jantung & gagal jantung akibat output.
Terjadi efek sistemik :
Hipoksia, demam, hipo/hiperglikemia, hipotensi, dll
Rhabdomyolysis/myoglobulinuria/ATN
Kejang kebutuhan metabolik sel neuron >>
Toksisitas neurotransmitter eksitatorik melalui
NMDA-mediated Ca entry.
Bila SK berlangsung > 60 menit atau mungkin lebih
awal akan terjadi kerusakan neuron.
Prinsip Umum
Penanganan segera.
Makin cepat ditangani, makin baik, makin
mudah kejang teratasi.
Demam, hipotensi, hipoksia, hipo-dan
hiperglikemia dll harus segera dikoreksi.
Menit ke 0
Tegakkan diagnosis
Bila memungkinkan lakukan EEG secepatnya,
tetapi jangan sampai menunda terapi kecuali
verifikasi EEG utk diagnosis memang penting
Menit ke 5
Infus NaCl 0,9% (larutan Dx 5 % dapat meng-
endapkan phenytoin)
Periksa kimia darah (Elektrolit, Ureum,
Creatinin), hematologi, dan kadar obat anti-
epilepsi.
Periksa GDS dengan stik gula darah.
Jika ada indikasi berikan tiamin 100 mg di-
ikuti glukosa 50% iv bolus
Menit ke 10
Berikan diazepam 2 mg/kg (10-20 mg iv)
selama 2-5 menit.
Bila kejang berulang, ulangi pemberian
diazepam dgn dosis yang sama 5 menit
kemudian (maksimal 2 kali).
Menit ke 25
Jika SK berlanjut, berikan phenytoin 15-20mg
per kg bolus iv pelan-pelan (kecepatan 50mg
per menit); pantau TD dan EKG selama infus.
Jika kejang belum berhenti berikan tambahan
5 mg/kg dan, jika perlu tambahkan lagi 5mg/kg
maksimum 30 mg/kg.
Menit ke 60 -- ICU
Jika SK berlanjut, berikan penobarbital (20 mg/kg)
bolus iv (<100 mg/menit) atau
Barbiturat : pentobarbital (5 15 mg/kg) pelan-pelan
dan lanjutkan dengan dosis 0,5 5 mg per kg/jam;
turunkan kecepatan infus bertahap; pantau TD, EKG,
dan pernafasan.
Jika masih kejang ganti terapi dgn infus propofol
kontinyu (1 mg/kg dalam 5 menit, lalu 2 4 mg per
kg/jam; sesuaikan hingga 1 15 mg/kg/jam) atau
gunakan midazolam (0,2 mg/kg injeksi bolus, diikuti
infus 0,05 0,5 mg/kg/jam)
First-line therapy SE
Benzodiazepine Elimination time Recommended
(t h) dosage range
Lorazepam 15 0.05 0.1 mg/kg
Midazolam 2-4 0.05 0.2 mg/kg
Diazepam 20 0.1 0.4 mg/kg
second-line therapy SE
2nd line iv Dosage Target level serum
anticonvulsant
Phenytoin (PHT) 15-25 mg/kg 15-20 mcg/mL
Fosphenytoin (fPHT) 15-20 mg/kg 15-20 mcg/mL
Valproate (VPA) 15-20 mg/kg 50-100 mcg/ml
Pendahuluan
Doktrin Monroe-Kellie -Tengkorak rigid vol intra-
kranial konstan.
-Komponen intrakranial td :
jaringan otak 80%, LCS 10%
80% Jaringan Otak dan cairan darah 10%.
1400ml
-Penambahan vol salah satu
komponen menyebabkan :
10% LCS (75-100ml) a. vol komponen lain
10% Darah (75ml) b. tekanan intracranial, atau
c. kombinasi keduanya
Cairan Serebrospinal (CSS)
Volume total CCS :
-normal sekitar 150cc.
-LCS diproduksi oleh pleksus
khoroidalis (500cc/hari) or
20cc/jam mengalir ke ruang
ventrikel masuk ke ruang
sub arachnoid via foramen
Magendi dan Luschka
Cerebral Blood Flow (CBF)
MABP - ICP
Rumus : CBF = ------------------
CVR
* MABP : Mean Atrial Blood Pressure = D + (S - D)/3
* ICP : Intra Cranial Pressure, normal 5 - 13 mmHg
* CBF : 60 160 mmHg
* CPP (Cerebral Perfusion Pressure) = MABP - ICP
* Normal (fisiologis) MABP : 50 - 160 mmHg
* Hipertensi MABP : 100 - 180 mmHg
* CVR (Cerebral Vascular Resistance) : fungsi viskositas
darah dan resistensi pembuluh darah.
Cerebral Blood Flow (CBF)
Autoregulasi CBF berfungsi menjaga kadar O2
& glucosa untuk kebutuhan metabolisme otak
dan fungsi neuron.
Autoregulasi CBF :
Normal : CPP 50-150 mmHg
Jika CPP > 150 mmHg : BBB rusak edema serebri.
Jika CPP < 50 mmHg akan timbul iskemik otak
Jika CBF 10-15 ml/100gr per menit sel mati
Edema Serebri
Edema Vasogenik : keadaan dengan penambahan
volume cairan ekstra sel (tumor otak, abses, infark,
hemorrhagik; glucocorticoids, cairan hipertonik)
Edema Sitotoksik : Pembengkakan elemen selular
(hipoksia/asfiksia, intoksikasi air, meningitis, ence-
phalitis, dll)
Edema Interstitial : Penambahan air & natrium di
masa putih periventrikel ( hidrosefalus obstruktif;
surgical shunting, dll)
Edema Serebri
1/22/2015 50
Kausa Peninggian TIK
1. Peningkatan volume otak:
- Masa intrakranial (tumor, hematom, AVM, dll)
- Edema serebri
- Infeksi SSP (abses, proses inflamasi)
2. Peningkatan volume darah:
- Obstruksi aliran darah vena
- Hiperemia : PO <50mmHg (kurang suplai O,
obstruksi jln nafas, ventilasi kurang saat suction)
- Hiperkapnia : PCO >45mmHg (peny paru, nafas
dangkal, penekanan pusat nafas diotak, dll)
Kausa Peninggian TIK .. 2
3. Peningkatan volume CSS:
- Produksi bertambah : tumor papiloma di villi
arachnoid, ventrikulitis.
- Gangguan absorpsi : SAH
- Obstruksi aliran CSS
4. Lain-lain: Pseudo-tumor otak; Hipoksia serebri;
Stroke, emboli
Gejala-gejala TIK Meninggi
Dapat dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu :
1. gejala umum
Penurunan kesadaran
Gangguan pernafasan
Reaksi pupil dan gerakan bola mata
gerakan motorik dan reflek patologis
2. khusus atau herniasi
Herniasi Subfalcine
Herniasi Lateral
Herniasi Sentral
Herniasi Tonsilar
Gejala Klinik Peninggian TIK
1. Sakit kepala pagi hari
2. Muntah : tidak didahului
mual, mungkin proyektil
3. Papil edema
4. Cushing Phenomen
a. Hipertensi
b. Bradikardia
c. Pernafasan abnormal
5. Kesadaran menurun
6. Kejang dan perubahan suhu
Gambaran Klinis .. 3
Tanda Okuler
Pelebaran pupil akibat tekanan pada N III
Refleks pupil melambat dan anisokor.
Gangguan fungsi motorik
Hemiparesis atau hemiplegia
Dekortikasi gangguan pada traktus motorik
Deserebrasi kerusakan berat pd mesensefalon
dan batang otak.
56
Herniasi Subfalcine & Tentorial (uncal)
a. Herniasi Subfalcine :
- lesi SOL unilateral
- sering tdk ada gejala
a b. Herniasi Tentorial (uncal)
1. Lateral, gejala :
- hemianopia homonim krn oklusi
b a. serebri posterior.
- kesadaran krn ARAS tertekan
- pupil midriasi, rx cahaya (-) krn
n. III dan intinya tertekan.
Herniasi Subfalcine & Tentorial (uncal)
Penumbra
CVD : Jenis-jenis Stroke
Stroke Hemoragik Stroke Iskemik
Lacunar small
vessel
Intracerebral
disease (25%)
hemorrhage (59%)
Atherothrombotic
disease (20%)
SAH (41%)
Embolism
(20%)
75 GW et al. Chest. 1998;114:683S-698S.
Albers
Rosamond WD et al. Stroke. 1999;30:736-743.
Cryptogenic (30%)
Sub Arachnoid Hemorrhage (SAH)
FAS
Manajemen
Empat hal utama dalam penatalaksanaan stroke akut di
rumah sakit:
1.Penanganan kondisi fisiologi pasien.
2.Terapi spesifik yang berhubungan langsung
dengan berbagai patogenesis stroke. (rekanalisasi,
neuroproteksi)
3.Profilaksis dan penanganan komplikasi.
4.Rehabilitasi secepatnya.
Penanganan
kondisi fisiologi umum
Stabilisasi jantung dan pernafasan.
Manajemen cairan dan elektrolit.
Manajemen tekanan darah
Manajemen peninggian TIK.
Penanganan kejang.
Kontrol hiperglikemia akut.
Pengaturan suhu.
Manajemen Jalan Nafas
(Respirasi)
Bebaskan jalan nafas:
Triple manouver.
Pasang pipa orofaring.
Suction (hati-hati pada peninggian TIK)
Pertimbangkan intubasi atau pasang LMA bila
SKG 8
Nilai oksigenasi Target O2 Sat > 90%.
Terapi oksigen (O2 2 l/menit).
Sirkulasi Jantung
Pada stroke sering terjadi gangguan irama
jantung (akibat pelepasan katekolamin).
Terjadi perubahan segmen ST dan gelombang
T yang mirip dengan iskemik miokard, dan
mungkin terjadi peningkatan enzim jantung.
Diperlukan ECG untuk setiap pasien stroke.
Aritmia baru memerlukan pengobatan bila
telah mengganggu hemodinamik.
Manajemen Cairan dan Elektrolit
Stroke datang terlambat dehidrasi??.
Lakukan rehidrasi IV 50 150 cc/jam
Pilih cairan isotonik, jangan berikan cairan
hipotonik karena akan menyebabkan/mem-
perberat edema otak
Bila TIK , ha[-hati kelebihan cairan.
Pantau elektrolit setiap hari dan segera terapi
bila ada kelainan.
Manajemen Tekanan Darah
Pada stroke akut, TD biasanya meningkat (pada >80%
pasien dalam 48 jam pertama).
Pada stroke iskemik, pemberian antihipertensi pada
jam-jam pertama adalah berbahaya.
Obat anti hipertensi perlu dipertimbangkan terhadap
pasien stroke hemoragik atau bila ada kerusakan organ
target lainnya.
Cegah hipotensi karena dapat terjadi penurunan CPP,
CBF, dan memperbesar area infark.
Manajemen Tekanan Darah
Pada stroke iskemik TDS > 220 mmHg atau TDS >
120 mmHg; dan pada stroke hemoragik TDS > 180
mmHg atau TDS > 110 mmHg, merupakan indikasi
pemberian obat antihipertensi, tetapi penurunan
TD hendaklah perlahan-lahan (jangan melebihi dari
25 % dalam 1 jam pertama).
Berikan obat antihipertensi parenteral dengan
dosis titrasi (pilihan obat Nicardipin atau Diltiazem)
Pantau TD secara berkala.