PENDAHULUAN
Definisi
1. Semiologi,
2. Etiologi,
3. Gambaran EEG, dan
4. Usia
Semiologi
Klasifikasi SE berdasarkan:
SE dengan gejala motoric yang jelas dan disertai gangguan kesadaran dapat disebut
sebagai status epileptikus konvulsivus (SEK), tanpa gejala motoric yang jelas maka
disebut sbeagai status epileptikus non konvulsivus (SENK).
Sistem Etiologi
Serebral Kerusakan serebral hipoksik/metabolic
Infeksi: meningitis,ensefalitis, abses
Tumor intracranial
Trombosis vena serebral
Penyakit serebrovaskular: perdarahan dan infark
serebral
Pasca prosedur operasi supratentorial
Trauma kepala
Displasia kortikal
Kardiorespirasi dan otonom Hipotensi
Ensefalopati hipertensi
Posterior reversible encephalophaty syndrome (PRES)
Gagal jantung, taki/bradidistrimia,henti jantung,syok
kardiogenik
Gagal napas
Gangguan frekuensi dan irama respirasi,apnea
Edema paru,hipertensi pulmonal,emboli,pneumonia
aspirasi
Hiperpireksia
Hipersekresi keringat, obstruksi trakeobronkial
Iskemia perifer
Metabolik dan sistem Dehidrasi
Kelainan elektrolit (hiponatremia,hiperkalsemia)
Hipo/hiperglikemia
Gagal ginjal akut (terutama nekrosis tubular akut)
Gagal hati akut
Pankreatitis akut
Imunologi Ensefalitis paraneoplastik
Ensefalopati Hashimoto
Ensefalitis reseptor Anti- NMDA (N-methyl D-
aspartate)
Ensefalitis reseptor Anti- VGKC (voltage gated K-
channel)
Ensefalitis rasmussen
Lupus cerebral
Penyakit still onset dewasa
Ensefalitis terkait antibody anti GAD (glutamic acid
decarboxylase)
Sindrom Goodpasture
Purpura trombositopenia trombotik
Ensefalitis limbic antibody-negatif.
Lain-lain Disseminated intravascular coagulopathy (DIC)/gagal
multiorgan
Rabdomiolisis;penyakit mitokondria
Sepsis
Terkait alcohol
Intoksikasi
Penghentian OAE mendadak atau kadar OAE rendah
dalam darah
Etiologi Status Epileptikus Non-Konvulsivus
SENK Tanpa Koma Tipe Lena
1. Faktor OAE: penghentian OAE mendadak atau konsumsi OAE tidak
teratur,penggunaan OAE yang tidak sesuai
(carbamazepine,fenitoin,tiagabine,obat GABAergik lainnya).
2. Faktor lain: alcohol,deprivasi tidur, gangguan siklus tidur-bangun,stress,
kelelahan,demam,trauma kepala ringan, beberapa sindrom elektroklinis.
SENK disertai koma
Etiologi SENK disertai koma dapat dilihat pada table 25.
Tabel 25. Korelasi etiologi dan EEG pada SENK disertai koma
Etiologi Pola EEG
Koma-GED Gangguan otak primer/ Continuous generalized spiking
sekunder difus Periodic spiking
(anoksik,toksik,metabolic, Burst suppression dengan
infeksi,degenerative) berbagai variasi
Lesi desak ruang dengan Gambaran periodic umum
kompresi batang otak abnormal lainnya
Epilepsi Gelombang trifasik bilateral
Gambaran EEG
Tidak ada gambaran elektroensefalografi (EEG) iktal yang spesifik pada SE. EEG
penting untuk menegakkan diagnosis SENK, karena gejala klinis biasanya sangat
minimal dan tidak spesifik.
Usia
Pembagian usia pada SE.3
1. Neonatus (0-30 hari)
2. Bayi (1 bulan-2 tahun)
3. Anak (>2 – 12 tahun)
4. Dewasa muda dan dewasa (>12 tahun -59 tahun) dan
5. Lanjut usia (> 60 tahun).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan awal dilakukan segera setelah pasien tiba di rumah sakit.
Pemeriksaan yang diperlukan sebagai berikut.1
Pemeriksaan laboratorium rutin: darah lengkap, elektrolit, fungsi hati,
glukosa, kadar obat anti epilepsi (pasien dengan riwayat epilepsi).
EEG: harus dilakukan segera pada SER, dan jika pasien tidak segera sadar
setelah mengalami bangkitan untuk mengetahui terjadinya SENK. EEG
digunakan untuk mendeteksi dan penatalaksanaan SE selanjutnya.
Kriteria EEG untuk mendiagnosis SE, termasuk:
Bangkitan elektrografik berulang dan sering;
Gelombang epiletiform fokal atau umum berulang dengan frekuensi >3Hz;
dan
Gelombang epileptiform fokal atau umum berulang dengan frekuensi <3Hz
dan berespons secara klinis terhadap pemberian benzodiazepine.
Pemeriksaan tambahan (lihat table 27):
a. Pemeriksaan untuk pasien dewasa muda dengan mioklonus,gangguan
intelektual, serta gejala dan tanda neurologis dan sistemik yang tidak dapat
dijelaskan; dan
b. Pemeriksaan autoimun pada pasien SE yang diduga etiologi autoimun.
Pungsi lumbal: pada pasien dengan demam dan perubahan status mental
mendadak, untuk menyingkirkan infeksi terutama ensefalitis herpes
Pencitraan otak
a. CT scan otak
b. MRI otak
Tabel 27. Pemeriksaan tambahan.1
Etiologi Pemeriksaan
Infeksi - Serologi: kultur bakteri dan jamur:RPR-
VDRL,HIV
Pasien imunokompromis:
- Serologi:IgG kriptokokus,IgM dan IgG
Histoplasma Capsulatum, IgG Toksoplasma
Gondii
- Sputum: M.TBC
Diagnosis SENK ditegakkan berdasarkan data klinis dan EEG. Kriteria EEG yang
digunakan untuk menegakkan SENK adalah kriteria Salzburg modifikasi (Tabel 28).
Diagnosis Banding13
1. SE Konvulsivus
a. Gangguan gerak (mioklonus, tremor, khorea, tic, dystonia)
b. Kelainan structural (posisi deserebrasi, dekortikasi)
c. Gangguan psikiatrik (pseudoseizure/konversi,psikosis akut)
2. SE non-konvulsivus
a. Gangguan yang berkaitan dengan keadaan pasca iktal
b. Ensefalopati akut (toksik, hipoglikemia, gagal organ, delirium berkaitan
dengan obat, alcohol atau infeksi)
c. Gangguan psikiatrik( katatonia, katapleksi,parasomnia)
d. Gangguan tidur (narkolepsi, katapleksi,parasomnia)
e. Sinkop (jantung, reflex vagal, hipovelemia, toksisitas obat)
f. Penyakit vaskuler (stroke, TIA (transient ischaemic attack)
g. Trauma kepala (spoor, koma, amnesia)
h. Transient global amnesia
TATA LAKSANA
Sasaran utama penatalaksanaan adalah menghentikan segera aktivitas bangkitan
klinis dan elektrografik.
PROGNOSIS
DAFTAR PUSTAKA
FAKTOR RISIKO
Faktor risiko SUDEP dapat dilihat pada tabel 31.
Tabel 31. Faktor risiko SUDEP.4,5
Faktor risiko langsung SUDEP
Bangkitan umum tonik klonik yang sudah terjadi lebih dari 2 tahun
Usia onset epilepsi <16 tahun
Resisten terhadap pengobatan, tidak pernah remisi selama 5 tahun
Durasi epilepsi lebih dari 15 tahun
Faktor risiko tidak langsung SUDEP yang berhubungan dengan kontrol
bangkitan
Konsumsi alcohol yang berlebihan
Ketidakmampuan terhadap penggunaan OAE
Kurang tidur atau pola tidur tidak teratur
Perubahan obat amtiepilepsi
PENCEGAHAN SUDEP
Salah satu langkah pencegahan utama dalam mencegah terjadinya SUDEP adalah
dengan mengontrol bangkitan umum tonik klonik. Terapi farmakologik harus
diberikan seoptimal mungkin, dengan memilih obat yang sesuai dengan tipe
bangkitan, optimalisasi dosis, dan menilai kepatuhan pasien terhadap pengobatan.6
Tindakan bedah epilepsi yang sukses juga dapat menurunkan risiko SUDEP.
DAFTAR PUSTAKA
1. Surges R, Thijs RD, Tan HL, Sander JW. Sudden unexpected death in
epilepsy:risk factors and potential pathomechanisms. Nat Rev Neurol.
2009:5:492-504.
2. Tomson T, Surges R, Delamont R, Haywood S, Hesdorffer DC. Who to target
in sudden unexpected death in epilepsy prevention and how? Risk factors,
biomarkers, and intervention study designs. Epilesia.2016:57(Suppl.1):4-16.
3. Shorvon S, Tomson T. Sudden unexpected death in epilepsy. Lancet
2011;378:2028-2038.
4. Ryvlin P, Tomson T. Devinsky O. Prevention of sudden unexpected death in
epilepsy. Eur Neurol Rev . 2018:13(2):72-77.
5. Manolis TA, Manolis AA, Melita H, Manolis AS. Sudden unexpected death
in epilepsy: Yhe neuro-cardio-respiratory connection. Seizure: Eur J
Epilepsy.2019:64:65-73.
6. Tomson T, Sveinsson O. Sudden unexpected death in epilepsy (SUDEP): An
overview. Epilepsi. 2013:19(3):91-96.
EPILEPSI RESISTAN OBAT
Astri Budikayanti, Donny Hamid, Sri Handayani
PENDAHULUAN
Sepertiga dari polpulasi penderita epilepsi diperkirakan akan menjadi resistan
terhadap obat anti epilepsi.1 Hampir 20% pasien epilepsi dengan bankgitan umum dan
lebih dari 60% pasien epilepsi bangkitan fokal akan berkembang menjadi epilepsi
resistan obat sepanjang hidupnya.2
Penyebab resistan diperkirakan multifactorial. Selain ketidakpatuhan minum obat,
ketepatan pemilihan obat, dan interaksi obat, variasi respons individu terhadap terapi,
tipe bangkitan, sindrom epilepsi dan etiologi. Usia onset, durasi antara bangkitan
epileptic pertama dengan pengobatan, respons terhadap OAE pertama, serta durasi
epilepsi juga turut meningkatkan risiko epilepsi resistan obat.3
DEFINISI
Kegagalan pengobatan epilepsi yang adekuat menggunakan dua atau lebih OAE yang
sesuai, baik sebagai monoterapi maupun politerapi.4
FAKTOR RISIKO EPILEPSI RESISTAN OBAT
1. Respons yang buruk terhadap pengobatan pertama.
2. Bangkitan yang tidak terkontrol dalam jangka waktu yang lama.
3. Riwayat status epileptikus.
4. Gangguan kognitif dan retardasi mental.
5. Gambaran EEG tertentu, seperti aktivitas epileptiform multifocal.
6. Onset bangkitan pada usia dini
7. Memiliki lebih dari satu tipe bangkitan.
8. Memiliki riwayat penyakit otak atau kelainan struktur otak tertentu (misalnya
dysplasia kortikal).2,4,5,6
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Sebelum resistansi obat ditegakkan, perlu dilakukan evaluasi (lihat gambar 1).2,3,5
1. Bangkitan yang terjadi adalah benar bangkitan epileptic, bukan merupakan
bangkitan non epileptic misalnya bangkitan psikogenik non epileptic;
2. Pilihan OAE sesuai tipe bangkitan dan sindrom epilepsi;
3. Interaksi OAE dengan obat penyakit lain;
4. Efek samping OAE, misalnya gangguan metabolic yang merupakan akibat
dari efek samping OAE menyebabkan timbulnya bangkitan epileptic atau
reaksi paradox OAE, yaitu politerapi dan kadar toksik OAE justru dapat
menyebabkan peningkatan frekuensi bangkitan,7,8,9
5. Kepatuhan minum obat; dan
6. Gaya hidup dan factor psikologis pasien.
Bila semua evaluasi telah dilakukan dan tetap tidak tercapai bebas bangkitan,
maka diagnosis epilepsi resistan obat dapat ditegakkan.
Pseudo-resistan ditegakkan bila bebas bangkitan belum tercapai karena tata
laksana belum tepat dan sesuai.5
ETIOLOGI10
Penyebab tersering epilepsi resistan obat antara lain adalah:
1. Sclerosis hippocampus,
2. Dysplasia kortikal,
3. Ensefalomalasia, dan
4. Polimorfisme genetik.
TATA LAKSANA
1. Farmakologis .
a. Politerapi menitikberatkan pada sinergisme mekanisme kerja obat,
interaksi antar obat dan efek samping (lihat tabel 32).
b. Pada sclerosis hipokampus, kombinasi pilihan pada karbamazepine dan
klobazam.11
Tabel 32. Pilihan OAE yang tersedia di Indonesia pada epilepsi resistan obat
berdasarkan pedoman American Academy of Neurology dan American Epilepsy
Society 2018.12
2. Non-farmakologis
a. Bedah epilepsi (sudah dibahas di Bab 2)
b. Diet ketogenik
1) Indikasi: anak usia 2-15 tahun.13
2) Kontraindikasi : mempunyai komobrid dan gangguan metabolic.13
c. Stimulasi nervus vagus3,15
1) Indikasi: epilepsi fokal yang berusia 12 tahun ke atas yang tidak dapat
dilakukan operasi epilepsi.
2) Komplikasi sementara: suara serak, batuk, perubahan suara, parestesi.
d. Deep brain stimulation3,15
1) Indikasi: epilepsi fokal resistan obat untuk 18 tahun ke atas.
2) Komplikasi saat pemasangan: perdarahan, infeksi. Komplikasi
sementara depresi, gangguan memori dan parestesi.
e. Terapi perilaku14
Modifikasi gaya hidup untuk menurunkan stress dan meningkatkan
kepatuhan pengobatan.
1. Ensefalopati hipoksia-iskemia;
2. Stroke iskemik;
3. Perdarahan intraserebral;
4. Thrombosis vena serebral;
5. Infeksi susunan saraf pusat;
6. Gangguan metabolic:
7. hipoglikemia,hipokalsemia,hipomagnesemia,hipofosfatemia,hiperbilirubinemi
8. Withdrawal narkotik;
9. Trauma;
10. Malformasi otak
11. Gangguan metabolik inborn (genetik dan membutuhkan terapi diet khusus)
4. Pemeriksaan awal apa saja yang dilakukan setelah pasien tiba di rumah sakit?