Anda di halaman 1dari 29

PEMERIKSAAN CAIRAN

TUBUH
KELOMPOK 3

Disusun Oleh :
Eka Ayu Safira 18334731
Idha Rachmasuny 18334742
Mila Hanifah 18334730
Nurul Wulandari 18334036
Pinesti 19334728
Tedy Ria Atmaja 19334729
 
 
 
Cairan tubuh (bahasa Inggris:
interstitial fluid, tissue fluid,
interstitium) adalah cairan
spesimen sel didalam tubuh
makhluk multiselular seperti
manusia atau hewan yang
memiliki fungsi fisiologis tertentu.
Contoh cairan tubuh adalah :
darah dan plasma darah, sitosol,
cairan serebrospinal (CSS), cairan
2
 Cairan Serebrospinalis (Cerebrospinalis fluid,
CSF)
▪ Cairan Serebrospinalis (CSS) disebut juga sebagai
cairan spinal, bersirkulasi didalam ventrikel otak di
sepanjang tulang belakang. CSF normal bersifat
steril dan jernih.Cairan ini memberi asupan nutrien
bagi berbagai jaringan pada susunan saraf pusat
dan ikut melindungi otak dan kolumna vertebralis
sewaktu cedera.
▪ Volume cairan serebrospinalis pada orang dewasa
sebanyak 100-150ml. Pada anak-anak, volumenya
lebih kecil dan bervariasi sesuai panjang badan
anak. Cairan spinal dapat di ambil dengan cari
3
sehingga tampak agak keruh atau berwarna putih-
kelabu.
CSF yang bercampur darah : CSF yang bercampur
darah tampak keruh dan berwarna pink/kemerahan.
Xantrokimia : CSF yang berwarna kuning dapat
disebabkan oleh pendarahan lama,ikterus yang berat,
atau stenosis kolumna vertebralis.
Bekuan : Periksa tabung CSF 10 menit sesudah
pengambilan spesimen untuk melihat ada-tidaknya
bekuan. Normalnya, tidak ada bekuan dalam CSF,
tetapi bekuan bisa saja ditemukan pada penyakit atau
keadaan berikut :
Meningitis tuberkulosa: satu atau banyak bekuan kecil
dan halus,tampak kasat mata.
Meningitis purulen: suatu bekuan besar.
Stenosis kolumna vertebralis: CSF membeku
seluruhnya.
Pemeriksaan mikroskopik CSF meliputi:


▪ Pemeriksaan preparat basah untuk
pendeteksian sel-sel darah
▪ Pemeriksaan preparat basah untuk
pendeteksian tripanosoma, terutama
pada daerah endemik tripanosomiasis
Afrika;
▪ Pemeriksaan pulasan Gram untuk
pendeteksian berbagai organisme
penyebab meningitis, seperti Neisseria
meningitidis, Streptococcus
pneumoniae, dan Haemophylus
influenzae;
▪ Pemeriksaan pulasan Ziehl-Neelsen
pada kasus yang dicurigai sebagai
5 meningitis tuberkulosa;
▪ Sel-sel darah dalam CSF
▪ Pada penyakit-penyakit tertentu, CSF dapat mengandung sel-sel darah yang
jumlahnya bervariasi.
▪ Pemeriksaan preparat basah untuk pendeteksian tripanosoma
▪ Pipetkan setetes endapan CSF pada kaca objek lalu tutup dengan penutup kaca objek.
Periksa preparat tersebut di bawah mikroskop dengan objektif 40x.
▪ Pemeriksaan pulasan Gram untuk diagnosis meningitis
▪ Buat apusan dari endapan CSF dan biarkan mengering, kemudian difiksasi dengan api
kecil. Pulas apusan tersebut dengan pewarna Gram. Amati sediaan dibawah
mikroskop dengan perbesaran 1000 x (minyak emersi) selama sedikitnya 10 menit
atau sampai ditemukannya bakteri.
▪ Pemeriksaan Ziehl-Neelsen untuk diagnosis meningitis tuberkulosa
▪ Pada kasus yang dicurigai sebagai meningitis tuberkulosa, CSF jangan langsung
diperiksa. Diamkan sebentar spesimen tersebut lalu perhatikan apakah terbentuk
endapan; kalau ada endapan, buang dulu endapan tersebut. Selanjutnya, buat apusan
dari spesimen yang sudah bebas-endapan tersebut dan pulas dengan pewarna Ziehl-
Neelsen.
▪ Jamur dalam CSF
6▪ Meskipun sangat jarang, jamur (Cryptococcus neoformans dan Candida albicans)
dapat ditemukan pada pulasan Gram. Cryptococcus neoformans dapat ditemukan
 Pemeriksaan Kimia
 Penentuan kadar Glukosa
Penetapan glukosa harus dikerjakan dengan cairan otak segar karena
sel-sel dan mikroorganisme akan mengurangi jumlahnya. Penetapan
biasanya menggunakan 0,1 ml cairan, tetapi ada juga yang memakai
lebih banyak tergantung cara penetapan. Normalnya, kadar glukosa
dalam CSF adalah sekitar 60% dari kadarnya dalam darah
 Penentuan kadar Protein
Pemeriksaan terhadap protein dalam cairan otak ialah yang paling
penting diantara pemeriksaan kimia. Usaha mengetahui jumlahnya
dapat dilakukan secara kualitatif dan kantitatif. Pemeriksaan dapat
dilakukan dengan metode test Pandy atau Test None.
7
8
 Cairan Lambung
Getah lambung merupakan cairan yang
disekresi secara aktif oleh sel mukosa
lambung yang terdiri atas dua kelenjar yaitu
kelenjar peptik fundus dan kelenjar pilorik.
Kelenjar peptik mensekresi pepsin, lipase, dan
HCl. Sedangkan kelenjar pilorik mensekresi

9
bahan untuk proses fermentasi.
▪ Tujuan Pemeriksaan Getah Lambung
▪ Menilai motilitas lambung, yaitu
kemampuan lambung untuk meneruskan
isinya ke arah duodenum.
▪ Menilai kemampuan sekresi lambung, yaitu
HCl secara kualitatif dan kuantitatif serta
enzim-enzimnya.
▪ Mendeteksi adanya unsur-unsur abnormal
seperti darah, pus, jamur, dan bakteri.
▪ Mendeteksi adanya racun-racun untuk
pemeriksaan forensik.
▪ Pemeriksaan sitologi terhadap sel-sel
10
tumor.
▪ Kontraindikasi Pemeriksaan Cairan
Lambung
▪ Stenosis esofagus, varises esofagus.
▪ Keganasan pada esofagus.
▪ Dekompensasi jantung.
▪ Perdarahan lambung hebat yang baru
terjadi.
▪ Aneurisma aorta.
▪ Tidak dianjurkan pada wanita hamil atau
sakit berat.
▪ Intoksikasi asam/basa yang baru terjadi.
11 ▪ Adanya hipotensi dan gangguan vasomotor
▪ Cara Pengambilan Cairan Lambung
▪ Getah lambung diperoleh melalui
sonde lambung, biasanya
menggunakan Levin Stomach Tube.
Aspirasi dilakukan pagi hari setelah
puasa 12 jam dan bebas dari obat-
obatan yang mempengaruhi lambung.
Pada pagi hari penderita dilarang
menggosok gigi untuk menghindari
kontaminasi perdarahan. Penderita
juga dilarang menelan saliva atau
sputum karena dapat mempengaruhi
12
keasaman lambung.
▪ Keasaman Getah Lambung
▪ Tujuan pemeriksaan ini adalah menilai
kemampuan lambung untuk
mensekresikan HCl atau mengetahui
apakah jumlah HCl yang disekresikan
dalam batas normal atau abnormal
(berlebih atau terlalu sedikit). Adanya
HCl dapat diduga jika pH getah
lambung kurang dari 4. Terdapat dua
keadaan penentuan keasaman
lambung, yaitu basal acid output (BAO)
dan maximal acid output (MAO).
13
▪ Basal Acid Output (BAO)
▪ BAO merupakan penentuan jumlah total asam yang
disekresi lambung pada keadaan basal tanpa
rangsangan (stimulasi) selama jangka waktu
tertentu (biasanya 1 jam). Subyek yang akan
diperiksa harus dalam keadaan puasa dan bebas
dari rangsangan makanan/obat yang dapat
mempengaruhi lambung. Mula-mula dilakukan
aspirasi sebanyak 2 kali tiap 15 menit, hasil aspirasi
ini dibuang. Setelah itu, dilakukan aspirasi kembali
sebanyak 4 kali tiap 15 menit. Bahan aspirasi ini
masing-masing diukur volume dan pH-nya. Nilai BAO
adalah volume tiap spesimen (dalam liter) dikali
keasaman (dalam mEq/l). Nilai BAO keempat
spesimen dijumlahkan untuk mendapatkan nilai total
BAO dalam 1 jam (mEg/jam).
▪ Interpretasi:
14
▪ Maximal Acid Output (MAO)
▪ Merupakan jumlah total sekresi asam
lambung dalam waktu tertentu
(misalnya 1 jam) setelah pemberian
rangsangan. Stimulan yang dipakai
adalah histamin, betazol (histalog),
atau pentagastrin. Seperti pada
penentuan BAO, terlebih dahulu
dilakukan aspirasi sebanyak 2 kali tiap
15 menit. Kemudian disuntikkan bahan
stimulan secara subkutan. Setelah itu,
15
dilakukan aspirasi sebanyak 4 kali tiap
▪ Interpretasi:
▪ Nilai 1-20 mEq : terdapat pada orang normal,
ulkus peptikum, dan karsinoma lambung.
▪ Nilai 20-35 mEq : terdapat pada ulkus
duodenum.
▪ Nilai 35-60 mEq : terdapat pada ulkus
duodenum, high normal secretor, dan sindrom
Zollinger-Ellison.
▪ Nilai > 60 mEq : terdapat pada sindrom
Zollinger-Ellison.
▪ 0 mEq : terdapat pada true achlorhydria,
gastritis, atau karsinoma lambung. Pada
keadaan achlorhidrya didapatkan anemia
16 pernisiosa
▪ Analisis Cairan Duodenum
▪ Cairan duodenum merupakan campuran dari cairan
lambung, sekresi mukosa duodenum, cairan
pankreas, empedu, dan mungkin disertai cairan
saluran pencernaan bagian bawah. Pemeriksaan
getah duodenum dapat mencerminkan faal sekresi
pankreas, keadaan saluran empedu, dan
bermacam-macam kelainan di daerah tersebut.
Hasil pemeriksaan getah duodenum dapat
memberikan petunjuk ke arah adanya radang,
ulkus, karsinoma, parasit, atau analisis enzim-enzim
pankreas. Getah duodenum didapat dengan sonde
yang ditelan hingga ujungnya berhadapan dengan
papila Vateri, dengan kontrol fluoroskopi. Getah
duodenum yang diperoleh dengan sonde dapat
17 berasal dari kelenjar Bruner di dinding duodenum,
▪ Pemeriksaan Makroskopis
▪ Dalam keadaan normal didapat kurang
dari 10 ml getah duodenum nuchter
(puasa), agak kental, jernih, berwarna
kuning muda atau tidak berwarna,
serta agak alkalis. Jika didapat getah
yang keruh, mungkin disebabkan
karena proses radang atau karena
getah duodenum yang bercampur
dengan getah lambung menyebabkan
presipitasi garam empedu. Adanya
18
darah mungkin disebabkan karena
▪ Pemeriksaan Mikroskopis
▪ Pemeriksaan mikroskopis harus dilakukan
dalam waktu kurang dari 30 menit. Jika tidak,
enzim-enzim pencernaan yang berasal dari
pankreas akan merusak unsur-unsur sedimen.
Sedimen getah duodenum setelah dipusingkan
diperiksa dibawah mikroskop. Dalam keadaan
normal, tampak beberapa sel epitel yang
mengalami deskuamasi dan sedikit lekosit. Sel
epitel dan lekosit dalam jumlah besar
menunjukkan adanya peradangan. Parasit-
parasit yang mungkin ditemukan antara lain
Strongyloides stercoralis, Giardia lamblia, kista
atau bentuk vegetatif Entamoeba histolytica,
19 telur Necator americanus, dan Clonorchis
▪ Pemeriksaan Kimia
▪ Dalam getah duodenum dapat dicari
adanya atau banyaknya enzim-enzim
seperti tripsin, lipase, dan amilase yang
berasal dari pankreas. Insufisiensi
pankreas dalam mengeluarkan enzim-
enzim dikaitkan dengan keadaan
seperti pankreatitis kronik dan fibrosis
pankreas.

20
▪ Pemeriksaan Kimia
▪ Dalam getah duodenum dapat dicari
adanya atau banyaknya enzim-enzim
seperti tripsin, lipase, dan amilase yang
berasal dari pankreas. Insufisiensi
pankreas dalam mengeluarkan enzim-
enzim dikaitkan dengan keadaan
seperti pankreatitis kronik dan fibrosis
pankreas.

21
▪ Uji Sekretin/ Pankreozymin
▪ Merupakan tes fungsi pankreas yang paling
sensitif. Prinsipnya, kemampuan sekretori
pankreas ditentukan setelah injeksi
sekretin/pankreozimin (iv). Dalam keadaan
normal stimulasi sekretin/pankreozimin akan
meningkatkan volume dan kadar karbonat
cairan duodenum. Bila didapatkan cairan
duodenum kurang dari 100 ml/jam dengan
atau tanpa penurunan kadar bikarbonat,
sangat mungkin disebabkan oleh obstruksi
duktus pankreatikus. Sedangkan bila terdapat
penurunan kadar bikarbonat tanpa disertai
penurunan volume cairan, keadaan ini
22 mendandakan adanya kerusakan pada
 Cairan Empedu
▪ Pemeriksaan Empedu
▪ Untuk pemeriksaan empedu, setelah
sonde dimasukkan ke dalam duodenum
dan setelah getah duodenum
dikeluarkan, diadakan perangsangan
saluran cerna dan kantung empedu
dengan magnesium sulfat 25% agar
mengeluarkan isinya ke duodenum.
Pemeriksaan empedu dilakukan secara
makroskopis, mikroskopis, dan secara
23
bakteriologi.
Pemeriksaan Makroskopis
Perhatikan warna cairan empedu yang diperoleh
secara bertahap. Macam-macam empedu adalah
sebagai berikut:
 Empedu A : keluar terlebih dahulu, berwarna
kuning-emas, volume 5-30 ml, dan berasal dari
duktus koledokus.
 Empedu B : banyaknya 30-60 ml, berwarna
kuning kehijauan kental, dan berasal dari
kantung empedu.
 Empedu C : banyaknya 30-200 ml, berwarna
kuning muda, dan berasal dari saluran empedu
dalam hati.
Bila pada pemeriksaan makroskopis tidak
24
▪ Pemeriksaan Mikroskopis
▪ Sedimen yang diperoleh dari
pemusingan tiap-tiap macam empedu
diperiksa di bawah mikroskop dan
dilakukan pengecatan Gram. Dalam
keadaan normal, hanya beberapa epitel
yang akan terlihat. Jika jumlah epitel
bertambah, menunjukkan kemungkinan
adanya radang. Bila didapatkan kristal
kolesterol dan kristal bilirubin
mengindikasikan adanya batu empedu.
▪ Pemeriksaan Bakteriologi

25 Empedu yang didapat baik untuk kultur
▪ Pemeriksaan Cairan Sendi
▪ Pemeriksaan ini dikenal dengan nama
formal yaitu: analisis cairan sinovial,
tetapi memiliki nama lain berisi analisis
cairan sendi. Pemeriksaan cairan sendi
dilakukan untuk membantu
mendiagnosis penyebab peradangan,
nyeri, dan pembengkakan pada sendi.
Cairan Sendi diambil menggunakan
jarum yang ditusuk ke dalam cairan itu.
Cairan sinovial menjadi pelumas dalam
sendi. Cairan sinovial akan
26
memberikan nutrisi bagi tulang rawan
Ada beberapa karakteristik cairan yang diperiksa
antara lain:
• Karakteristik Fisik: evaluasi dari penampilan
umum dari cairan sinovial, ditambahkan
kekentalan (viskositas). Karakteristik fisik yang
normal terdiri dari: cairan bening, berwarna
jernih hingga kekuningan, dan kental
(viskositas tinggi karena mengandung asam
hialuronat, kompilasi mengambilnya dengan
jarum membentuk 'string' beberapa inchi
layaknya cairan kental pada umumnya).
Perubahan yang terkait pada aspek fisik ini
adalah: cairan keputihan (berawan) yang
disebabkan oleh mikroorganisme dan sel darah
27 putih. Antara cairan sinovial berawan dan
▪ Karakteristik kimia: mengubah zat
kimia tertentu pada cairan sinovial,
meliputi: tingkat emisi dalam cairan ini
lebih rendah dari kadar darah dan
dapat meningkat lebih signifikan lagi
pada peradangan dan infeksi sendi,
protein (kandungan protein meningkat
sesuai peradangan infeksi), asam urat
meningkat (pada Gout).
▪ Karakteristik mikroskopik: menghitung
sel-sel yang diperlukan pada cairan
28
sinovial (diperlukan untuk menghitung
TERIMA KASIH

29

Anda mungkin juga menyukai