Anda di halaman 1dari 17

Pencemaran

dan
Pengelolaan
Limbah Cair
dan B3
Yohanna Febrianty Girsang (N1A19093)
2C
Berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997
menyatakan bahwa pencemaran air
adalah menurunnya kualitas air akibat
masuknya makhluk hidup, zat, energi ke
dalam air akibat aktifitas manusia.
Penurunan kualitas air tersebut dapat
disebabkan secara sengaja oleh aktifitas
manusia. Contohnya adalah membuang
sampah di sungai dan lain – lain.

2
SUMBER

1. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga


(domesticwasteswater), yaitu air limbah yang berasal dari
pemukiman penduduk.
2. Air buangan industri (industrialwasteswater), yang berasal dari
berbagai jenis industry akibat proses produksi.
3. Air buangan kotapraja (municipalwasteswater), yaitu air buangan
yang berasal dari tempat-tempat umum, tempat-tempat ibadah, dan
sebagainya.
4. Limbah infiltrasi adalah limbah yang meresap kedalam tanah dan
mengandung bahan-bahan pencemar.

3
JENIS

1. Limbah rumah tangga seperti air sabun dan sampah yang banyak orang
membuangnya secara sembarangan di sungai.
2. Limbah industri.Banyak sekali limbah pabrik yang langsung dibuang ke
sungai. Hal ini jika dibiarkan terus menerus dapat menyebabkan
pencemaran air di sungai.
3. Limbah Pertanian.Limbah ini berasal dari pupuk kimia dan pestisida yang
digunakan untuk memelihara tanaman.
4. Limbah kendaraan.kendaraan yang beroli juga dapat mencemari air.
5. Limbah permukiman.Sampah yang dibuang sembarangan juga dapat mencemari
air, terutama air sungai
6. Limbah Tambang.Di area pertambangan juga dapat memicu terjadinya
pencemaran air dan mengurangi jumlah air bersih.
4
STANDAR KUALITAS LIMBAH CAIR

5
DAMPAK LIMBAH CAIR
Air limbah yang tidak menjalani proses pengolahan yang benar tentunya dapat
menimbulkan dampak yang tidak diinginkan. Dampak tersebut antara lain:
1) Gangguan Kesehatan
Air limbah dapat mengandung bibit penyakit yang dapat menimbulkan penyakit
bawaan

2) Penurunan Kualitas Lingkungan


Air limbah yang dibuang langsung ke air permukaan (misalnya sungai dan
danau) dapat mengakibatkan pencemaran air permukaan tersebut.

3) Gangguan Terhadap Keindahan


Adakalanya air limbah mengandung polutan yang tidak mengganggu kesehatan
dan ekosistem, tetapi mengganggu keindahan.Contoh : air limbah yang
mengandung pigmen warna yang dapat menimbulkan perubahan warna pada badan
air penerima.

4) Gangguan terhadap kerusakan benda


Adakalanya air limbah mengandung zat-zat yang dapat dikonversi oleh bakteri
anaerobik menjadi gas yang agresif seperti H2S. Gas ini dapat mempercepat
proses perkaratan pada benda yang terbuat dari besi (mis. Pipa saluran air
6
limbah) dan bangunan air kotor lainnya.
Pengelolaan Limbah Cair dan B3

7
1. Pengolahan Primer (Primary
Treatment)

Tahap pengolahan primer limbah cair sebagian besar adalah berupa


proses pengolahan secara fisika.

◍ A. Penyaringan (Screening)
◍ B. Pengolahan Awal (Pretreatment)
◍ C. Pengendapan
◍ D. Pengapungan (Floation)

8
2. Pengolahan Sekunder
(Secondary Treatment)

◍ merupakan proses pengolahan secara biologis, yaitu dengan melibatkan


mikroorganisme yang dapat mengurai/ mendegradasi bahan organik.
A. Metode Trickling Filter
Pada metode ini, bakteri aerob yang digunakan untuk mendegradasi bahan
organik
B. Metode Activated Sludge
Pada metode activated sludge atau lumpur aktif, limbah cair disalurkan ke
sebuah tangki dan didalamnya limbah dicampur dengan lumpur yang kaya akan
bakteri aerob.
C. Metode Treatment ponds/ LagoonsMetode
treatment ponds/lagoons atau kolam perlakuan merupakan metode yang murah
namun prosesnya berlangsung relative lambat
9
3. Pengolahan Tersier (Tertiary
Treatment)

◍ Pengolahan tersier dilakukan jika setelah pengolahan


primer dan sekunder masih terdapat zat berbahaya
◍ Pengolahan tersier sering disebut juga pengolahan lanjutan
(advanced treatment). Pengolahan ini meliputi berbagai
rangkaian proses kimia dan fisika. Contoh metode
pengolahan tersier yang dapat digunakan adalah metode
saringan pasir, saringan multimedia, precoal filter,
microstaining, vacum filter, penyerapan dengan karbon
aktif, pengurangan besi dan mangan, dan osmosis bolak-
balik.
◍   10
4. Desinfeksi (Desinfection)

◍ Desinfeksi atau pembunuhan kuman bertujuan untuk membunuh


atau mengurangi mikroorganisme patogen yang ada dalam
limbah cair. Meknisme desinfeksi dapat secara kimia, yaitu
dengan menambahkan senyawa/zat tertentu, atau dengan
perlakuan fisik.
◍ Contoh mekanisme desinfeksi pada limbah cair adalah
penambahan klorin (klorinasi), penyinaran dengan
ultraviolet(UV), atau dengan ozon (Oз).

11
5. Pengolahan Lumpur (Sludge
Treatment)

◍ Setiap tahap pengolahan limbah cair, baik primer,


sekunder, maupun tersier, akan menghasilkan endapan
polutan berupa lumpur.
◍ Endapan lumpur hasil pengolahan limbah biasanya
akan diolah dengan cara diurai/dicerna secara aerob
(anaerob digestion), kemudian disalurkan ke
beberapa alternatif, yaitu dibuang ke laut atau ke
lahan pembuangan (landfill), dijadikan pupuk
kompos, atau dibakar (incinerated).

12
Pengelolaan Limbah B3

13
2. Metode Pengolahan secara Fisik

Sebelum dilakukan pengolahan lanjutan


terhadap air buangan, dilakukan
Beberapa metode penanganan limbah B3 yang
penyisihan terhadap bahan-bahan
umum diterapkan adalah sebagai berikut:
tersuspensi berukuran besar dan yang
mudah mengendap atau bahan-bahan yang
1. Metode Pengolahan secara Kimia
terapung.
Pengolahan air buangan secara kimia
biasanya dilakukan untuk menghilangkan
3. Metode Pengolahan secara Biologi
partikel-partikel yang tidak mudah
mengendap (koloid), logam-logam berat,
dikenal dengan istilah bioremediasi dan
senyawa fosfor, dan zat organik beracun;
fitoremediasi. Bioremediasi adalah
dengan membubuhkan bahan kimia tertentu
penggunaan bakteri dan mikroorganisme
yang diperlukan tergantung jenis dan
lain untuk mendegradasi/ mengurai limbah
kadar limbahnya.
B3.Fitoremediasi adalah upaya penggunaan
tanaman untuk dekontaminasi limbah dan
masalah pencemaran lingkungan lainnya.

14

Peraturan perundang-undangan

15
Daftar Peraturan Perundang-undangan di Bidang Lingkungan Hidup Tentang Pengelolaan B3 dan
Limbah B3
1. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun
2. Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
3. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
4. Keputusan Kepala Bapedal Nomor 01/Bapedal/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan
Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3
5. Keputusan Kepala Bapedal Nomor 02/Bapedal/09/1995 tentang Dokumen Limbah B3
6. Keputusan Kepala Bapedal Nomor 03/Bapedal/09/1995 tentang Persyaratan Teknis Pengolahan
Limbah B3
7. Keputusan Kepala Bapedal Nomor 04/Bapedal/09/1995 tentang Tata Cara Persyaratan
Penimbunan Hasil Pengolahan, Persyaratan Lokasi Bekas Pengolahan, dan Lokasi Bekas
Penimbunan Limbah B3
8. Keputusan Kepala Bapedal Nomor 05/Bapedal/09/1995 tentang Simbol dan Label Limbah B3
9. Keputusan Kepala Bapedal Nomor 02/BAPEDAL/01/1988 tentang Tata Laksana Pengawasan
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di Daerah
10. Keputusan Kepala Bapedal Nomor 03/BAPEDAL/01/1988 tentang Program Kemitraan dalam
Pengelolaan Limbah B3
16
👍
THANKS !

Anda mungkin juga menyukai