Anda di halaman 1dari 23

INSAN

KAMIL
Integrasi iman, islam, dan ihsan
KONSEP DAN URGENSI
ISLAM, IMAN DAN IHSAN

Islam

Ihsan Iman
ISLAM
Shola
t

Syahad
Haji Zakat
at

Puasa
IMAN

Ibn Araby
Insan kamil

Manusia
beragama pada
umumnya
INSAN KAMIL
 Orang-orang yang mengimani tuhan karena
menyaksikan keberadaan-Nya
MANUSIA BERAGAMA PADA
UMUMNYA
 Orang-orang yang mengimani tuhan dengan
mendefinisikan asma-asma-Nya tanpa
merasakan keberadaan-Nya
TINGKATAN INSAN KAMIL (ABDUL
KARIM AL–JILLI)

Pemula (al-bidayah)
• dapat merealisasikan asma dan sifat – sifat ilahi pada dirinya.

Tingkat menengah (at–tawasuth)


• sebagai orbit kehalusan sifat kemanusiaan yang terkait dengan
realitas kasih Tuhan

Tingkat terakhir (al–khitam)


• merealisasikan citra Tuhan secara utuh
ALASAN KENAPA IMAN, ISLAM, DAN IHSAN
MENJADI SYARAT PEMBENTUK INSAN
KAMIL???
 Apa itu iman?
 Apat itu islam?
 Apa itu ihsan?
TEOLOGIS, HISTORIS, DAN
FILOSOFIS IMAN, ISLAM, DAN IHSAN
Hadist Umar rodhiyallahu ‘anhu
menyatakan bahwa ada tiga
unsur penting dalam agama
islam, yakni iman, islam, dan
ihsan yang harus menjadi satu
kesatuan yang utuh.
‫الله َعل َيْ ِه‬ ‫الله َصلَّى ُ‬ ‫ح ُنـ ُجل ُْو ٌس ِعن ْ َد َر ُسـ ْو ِل ِ‬ ‫ال‪ :‬بَيْن َ َما ن َ ْ‬ ‫عن ْ ُه أَيْ ًضـا َق َ‬ ‫ع َم َر َر ِض َي ُ‬
‫الله َ‬ ‫ع ْن ُ‬ ‫َ‬
‫الش ْع ِر‪ ,‬ال َ يُ َرى َعل َيْ ِه‬ ‫اب َش ِديْ ُد َسـ َوا ِد َّ‬ ‫ات يَ ْو ٍمـ ِإ ْذ َطل َ َعـ َعل َيْن َاـ َر ُج ٌل َش ِديْ ُد بَيَا ِضـال ِثّيَ ِ‬ ‫َو َسـلَّم َذ َ‬
‫ي َصـلَّى الل ُهـ َعل َيْ ِهـ َو َسـلَّم‪ ,‬فأ َ ْسن َ َد‬ ‫سـلَـى الن َّ ِب ِ ّـ‬ ‫َجل َ َ ِإ‬ ‫أَثَ ُر ال َّسـ َف ِر َوال َ يَ ْع ِر ُف ُهـ ِمن َّاـ أ َ َحدٌ‪َ ,‬حتَّـى‬
‫ح َّم ُد أ َ ْخ ِب ْر ِن ْيـ َع ِنـا ِإل ْسال َ ِم‪,‬‬ ‫لـ يَـا ُم َ‬ ‫ُرك ْبَتَيْ ِهـ ِإلَـى ُرك ْبَتَيْ ِ‪,‬هـ َو َو َض َعـ ك َ ّفَيْ ِهـ َعلَـى َف ِخ َذيْ ِ‪,‬هـ َو َقا َ ‪:‬‬
‫ح َّم ًدا‬ ‫الله َعل َيْ ِهـ َو َسـلَّم ‪ :‬ا َ ِإل ْسـال َ ُم أ َ ْن تَ ْش َه َد أ َ ْن ال َ ِإ ل َ َ ِهـإال َّ الل ُهـ َو أ َ َّن ُم َ‬ ‫ال َر ُسـ ْو ُل الل ِهـ َصلَّى ُ‬ ‫َف َق َ‬
‫ت ِإل َيْ ِه‬ ‫ح َّـج ال ْبَيْ َتـ ِإ ِنـ ا ْسـتَ َط ْع َ‬ ‫َر ُسـ ْو ُل الل ِ‪,‬هـ َوتُ ِقيْ ُمـ ال َّصـال َ َة‪َ ,‬وتُ ْؤ ِت َيـ ال َّزك َا َةـ‪َ ,‬وتَ ُصـ ْو َم َر َم َضا َ‪,‬نـ َوتَ ُ‬
‫لـ أ َ ْن‬ ‫ع ِنـ ا ِإليْ َما ِ‪,‬نـ َقا َ ‪:‬‬ ‫لـ َفأ َ ْخ ِب ْر ِن ْيـ َ‬ ‫ت َف َع ِجبْن َاـ ل َ ُهـ يَ ْسـئَل ُُه َويُ َصـ ِ ّدق ُُه‪َ .‬قا َ ‪:‬‬ ‫لـ َصـ َد ْق ُ‪.‬‬ ‫َسـ ِبيْال ً‪َ .‬قا َ ‪:‬‬
‫ْت‬‫لـ َص َدق َ‪.‬‬ ‫اآلخ ِر‪َ ,‬و تُ ْؤ ِم َنـ ِبال ْ َق ْد ِر َخيْ ِر ِهـ َو َش ِ ّر ِه‪َ .‬قا َ ‪:‬‬ ‫ِبالل ِ‪,‬هـ َو َمال َ ِئك َ ِت ِ‪,‬هـ َوكُتُ ِب ِ‪,‬هـ َو ُر ُسـلِ ِه‪َ ,‬وال ْيَ ْو ِمـ ِ‬
‫لـ أ َ ْنـتَ ْعبُ َد الل َهـ ك َأَن َّ َكـتَ َرا ُهـ َف ِإ ْنـ ل َ ْمـ تَك ُ ْنـ تَ َرا ُهـ َف ِإن ّ َُه يَ َرا َك‪.‬‬ ‫ان‪َ ,‬قا َ ‪:‬‬ ‫ع ِنـ ا ِإل ْح َسـ ِ‬ ‫لـ َفأ َ ْخ ِب ْر ِن ْيـ َ‬ ‫َقا َ ‪:‬‬
‫لـ َفأ َ ْخ ِب ْر ِن ْي‬ ‫ل َقا َ ‪:‬‬ ‫عن ْ َهـا ِبأ َ ْعل َ َمـ ِم َنـ ال َّسـا ِئ ِ‪.‬‬ ‫ل‬ ‫ُ‬
‫َْ ْ َ‬ ‫و‬ ‫ؤ‬
‫ُ‬ ‫ـ‬
‫س‬ ‫ْم‬ ‫ل‬‫ا‬ ‫ـا‬
‫م‬‫َ‬ ‫ـ‬
‫ل‬
‫‪:‬‬ ‫َ‬ ‫ا‬‫ق‬‫َ‬ ‫ة‬‫ِ‬ ‫اع‬‫ـ‬
‫س‬
‫ّ َ‬ ‫َ‬ ‫ال‬ ‫ـ‬
‫ن‬ ‫ِ‬ ‫ع‬ ‫ِ‬
‫لـ َفأ ْ ْ َ‬
‫ـ‬
‫ي‬ ‫ن‬ ‫ر‬ ‫ب‬ ‫ِ‬ ‫خ‬‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َقا َ ‪:‬‬
‫الـ أ َ ْنـتَلِ َد األ َ َم ُةـ َربَّتَ َهـا‪َ ,‬وأ َ ْنـتَ َرى ال ُْح َف َاةـ ال ُْع َر َاةـ ال َْعال ََةـ ِر َع َاءـ َّ‬
‫الشا ِء‬ ‫َع ْنـأ َ َم َارا ِت َهـا‪َ ,‬ق َ ‪:‬‬
‫السا ِئل؟‬ ‫ع َم ُر‪ ,‬أَتَ ْد ِر ْيـ َم ِنـ َّ‬ ‫لـ يَـا ُ‬ ‫اول ُْو َنـ ِف ْيـ ال ْبُنْيَا ِ‪,‬نـ ثـم اَن ْ َطل َ ‪,‬قـ َفل َ ِبثْ ُتـ َملِيّ ًاـ‪ ,‬ثُ َ ّمـ َقا َ ‪:‬‬ ‫يَتَ َط َ‬
‫اه ُم ْسلِمٌ‬ ‫ال‪َ :‬ف ِإن ّ َُه جِ بْ ِريْ ُلأَتَاك ُْم يُ َعلِ ّ ُمك ُْم ِديْنَك ُْم‪َ .‬ر َو ُ‬ ‫الله َو َر ُس ْول ُُه أ َ ْعل َُم‪َ .‬ق َ‬ ‫ْت‪ُ :‬‬ ‫ُقل ُ‬
Umar bin Khaththab Radhiyallahu anhu berkata :
Suatu ketika, kami (para sahabat) duduk di dekat Rasululah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tiba-tiba muncul kepada kami seorang lelaki
mengenakan pakaian yang sangat putih dan rambutnya amat hitam. Tak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tak ada seorang pun di
antara kami yang mengenalnya. Ia segera duduk di hadapan Nabi, lalu lututnya disandarkan kepada lutut Nabi dan meletakkan kedua tangannya
di atas kedua paha Nabi, kemudian ia berkata : “Hai, Muhammad! Beritahukan kepadaku tentang Islam.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,”Islam adalah, engkau bersaksi tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan
hanya Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah; menegakkan shalat; menunaikan zakat; berpuasa di bulan Ramadhan, dan
engkau menunaikan haji ke Baitullah, jika engkau telah mampu melakukannya,” lelaki itu berkata,”Engkau benar,” maka kami heran, ia yang
bertanya ia pula yang membenarkannya.
Kemudian ia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang Iman”.
Nabi menjawab,”Iman adalah, engkau beriman kepada Allah; malaikatNya; kitab-kitabNya; para RasulNya; hari Akhir, dan beriman kepada
takdir Allah yang baik dan yang buruk,” ia berkata, “Engkau benar.”
Dia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang ihsan”.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,”Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya. Kalaupun engkau
tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu.”
Lelaki itu berkata lagi : “Beritahukan kepadaku kapan terjadi Kiamat?”
Nabi menjawab,”Yang ditanya tidaklah lebih tahu daripada yang bertanya.”
Dia pun bertanya lagi : “Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya!”
Nabi menjawab,”Jika seorang budak wanita telah melahirkan tuannya; jika engkau melihat orang yang bertelanjang kaki, tanpa memakai baju
(miskin papa) serta pengembala kambing telah saling berlomba dalam mendirikan bangunan megah yang menjulang tinggi.”
Kemudian lelaki tersebut segera pergi. Aku pun terdiam, sehingga Nabi bertanya kepadaku : “Wahai, Umar! Tahukah engkau, siapa yang
bertanya tadi?”
Aku menjawab,”Allah dan RasulNya lebih mengetahui,” Beliau bersabda,”Dia adalah Jibril yang mengajarkan kalian tentang agama kalian.”
[HR Muslim, no. 8]
Apakah setiap mu’min muslim?
Apakah setiap muslim mu’min?
HISTORIS, DAN FILOSOFIS
KONSEP INSAN KAMIL
Abad ke 14 IBN ARABY menyatakan ada
dua jenis manusia yaitu INSAN KAMIL
dan MONSTER SETENGAH MANUSIA.
KONSEP INSAN DALAM
QUR’AN
Berkisar dalam dua dimensi, yakni
dimensi jasmani dan rohani, atau dimensi
lahir dan batin
UNSUR –UNSUR MANUSIA
PEMBENTUK INSAN KAMIL
 Al – Ghazali (dalam othman, 1987: 31-33) instrumen pembentuk insan
kamil
 Panca indra
 Akal
 Nur ilahi
MEMBANGUN ARGUMEN
TENTANG KARAKTERISTIK
INSAN
Empat Unsur Manusia
KAMIL
Jasad
Hati nurani
Ruh
Sirr/rasa
UNTUK MENCAPAI DERAJAT ​INSAN KAMIL​, KITA
HARUS DAPAT MENUNDUKKAN NAFSU DAN
SYAHWAT HINGGA MENCAPAI TANGGA NAFSU
MUTHMA`INNA
IMAM GHAZALI (1989), MENJELASKAN TUJUH
MACAM NAFSU (SEKALIGUS TUJUH TANGGA)
SEBAGAI PROSES ​TARAQQI (MENAIK) MANUSIA
MENUJU TUHAN
Nafsu ammarah (sombong, iri-dengki, dendam, dll)
Nafsu lawwamah (enggan, ​cuek, suka memuji diri, pamer,
dusta)
Nafsu mulhimah (suka sedekah, sederhana, menerima
apaadanya)
Nafsu muthma’inah (suka beribadah)
Nafsu radhiyah (jadi yang mulia, zuhud, ikhlas)
Nafsu mardiyyah (bagusnya budi pekerti, bersih dari segala
dosa makhluk)
Nafsu kamilah (​’Ilmul-yaqīn, ainul-yaqīn, dan ​ḫaqqul-yaqīn)
METODE MENCAPAI INSAN
KAMIL
Mengikuti jalan sufi yang lurus, misal
dengan sholat syari’at dan hakikat
ESENSI DAN URGENSI IMAN, ISLAM,
DAN IHSAN DALAM MEMBENTUK
INSAN KAMIL
Insan kamil merupakan tipe
manusia ideal yang dikehendaki
oleh tuhan
TANGGA MENCAPAI
MARTABAT
Tauba INSAN KAMIL
t
Zuhu Wara’
d Faqir
Sabar

Tawakal
RANGKUMAN TENTANG
BAGAIMANA MENJADI
INSAN KAMIL
 4 unsur manusia yaitu jasad atau raga, hati, roh dan
rasa
 Hati nurani harus dijadikan rajanya dengan cara
selalu mengingat tuhan.
 Keempat unsur manusia ini harus di fungsikan untuk
menjalankan kehendak Allah
 Mengokohkan keimanan, meningkatkan peribadatan,
dan membaguskan perbuatan, sekaligus
menghilangkan karakter-karakter yang buruk.
REFERENSI
1. Ihya ‘ulum ad-Din, jilid III, Al-Ghazali, 1333 H

2. Risalah Ilmu Syaththariyah: Jalan Menuju Tuhan,


KH Muhammad Afandi, 2002
3. Bimbingan untuk Mencapai Tingkat Mu`min:
Ringkasan Ihya `Ulumiddîn Al-Ghazali.

4. Muhammad Jamaluddîn Al-Qasimi, 1986

Anda mungkin juga menyukai