B AH A N
PER U M U N
T E M I
SIS AN S I A
AD A L
P
o s e ne s c en e
Imm un
(Prahasanti, 2019)
3
m Th y mus
sel T dala
Jenis
4
i ru an ul a ng
P e n
Sel-sel dapat mengalami pembelahan yang terbatas
setelah itu tidak ada lagi proliferasi sel, yang dikenal
sebagai penuaan replikatif atau pembelahan sel yang
berulang, hal ini terjadi pada sel yang lebih tua yang
akan mengalami lebih banyak pembelahan dari pada sel
muda.
5
l l Si g na l i ng
C e
Keefektifan mediasi (perantara) system kekebalan akan terjadi
ketika sel T berikatan dengan antigen, sehingga keberadaan
antigen harus dikomunikasikan atau diisyaratkan ke bagian dalam
sel. Salah satu sel yang berperan dalam proses pensinyalan ini
adalah CD28 yang terletak di permukaan sel T.
6
t o im m unit y
A u
Meskipun Pada usia lanjut terjadi penurunan kekebalan tubuh
terhadap antigen asing, ada peningkatan dalam autominitas, yaitu
terjadi peningkatan persentase dari sel T dan sel B yang
menghasilkan antibody.
7
Implikasi Klinis Dari Imunosenesens
1. Vaksinasi
Penurunan sistem kekebalan tubuh pada lansia
menyebabkan rentannya terhadap infeksi. Salah satu
metode untuk memperkuat pertahanan tubuh adalah
dengan memberikan vaksin yang digunakan melawan
influenza dan pneumonia.
8
CONT..
10
Penatalaksanaan
1. Terapi suportif
a. Program rehabilitasi
b. Penatalaksanaan gangguan pernafasan
c. Terapi penunjang lain (penanganan nyeri,
TENS, kompres hangat, dan stres psikologis
2. Terapi spesifik
a. Plasma exchange
b. Steroid
c. Intravenous imunoglobulin
11
Asuhan
keperawatan
Peng k a jia n
1. Anamnesa
• keluhan utama
• Riwayat penyakit sekarang 3. Pemeriksaan diagnostik
• Riwayat penyakit dahulu • Lumbal pungsi
• Pengkajian • Konduksi saraf
psikososiospiritual
• Pengujian
elektrofisiologis
2. Pemeriksaan fisik
• breathing
• Blood 4. Pengkajian
• Brain penatalaksanaan medis
• Bladder
• Bowel
• Bone
DIAGNOSA
Intervensi Rasional
Kaji fungsi paru, adanya bunyi nafas Menjadi bahan parameter monitoring
tambahan, perubahan irama dan serangan gagal nafas dan menjadi data
kedalaman, penggunaan otot-otot aksesori dasar intervensi selanjutnya
Evaluasi keluhan sesak nafas baik verbal Tanda dan gejala meliputi adanya kesulitan
maupun nonverbal bernafas saat bicara, pernafasan dangkal
dan ireguler, menggunakan otot-otot
aksesoris, takikardi, dan perubahan pola
nafas
Lakukan pemeriksaan kapasitas vital Penurunan kapasitas vital karena
pernafasan kelemahan otot saat menelan, sehingga
sulit saat batuk dan menelan, dan adanya
indikasi memburuknya fungsi pernafasan
Kolaborasi pemberian humidifikasi oksigen Membantu pemenuhan oksigen yang
3 liter/menit sangat diperlukan tubuh dengan kondisi
laju metabolisme sedang meningkat
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular,
penurunan kekuatan otot
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam, diharapkan mobilitas klien meningkat
Kriteria hasil : peningkatan kemampuan dan tidak terjadi trombosis vena profunda dan emboli paru
serta tidak terjadi dekubitus
Intervensi Rasional
Kaji tingakat kemampuan klien dalam merupakan data dasar untuk tindakan
melakukan mobilitas fisik intervensi selanjutnya
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam, diharapkan ansietas dapat berkurang
atau hilang
Kriteria hasil : dapat mengidentifikasi penyebab atau faktor yang mempengaruhinya dan menyatakan
ansietasnya berkurang
Intervensi Rasional
Kaji tanda verbal dan nonverbal ansietas Reaksi verbal/nonverbal menunjukkan perasaan
marah dan gelisah
Hindari konfrontasi Konfrontasi dapat meningkatkan marah,
menurunkan kerja sama, dan memperlambat
pemulihan
Orientasikan kepada prosedur rutin dan Orientasi dapat menurunkan ansietas
aktifitas yang diharapkan
Beri kesempatan klien mengungkapkan Orientasi dapat menurunkan ansietas
ansietasnya
SLE
tem ic Lu pus
(Sys to s us)
Eryth em a
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan a. Kaji nyeri, catat lokasi dan intensitas
keperawatan selama 24 jam nyeri (skala 0-10). Catat faktor-faktor yang
berkurang, kriteria hasil : mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit
a. Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol, non verbal
b. Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat b. Berikan matras/ kasur keras, bantal
dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kecil,. Tinggikan linen tempat tidur sesuai
kemampuan. kebutuhan
c. Mengikuti program farmakologis yang c. Tempatkan/ pantau penggunaan bantal,
diresepkan, karung pasir, gulungan trokhanter, bebat,
d. Menggabungkan keterampilan relaksasi brace.
dan aktivitas hiburan ke dalam program d. Dorong pasien untuk sering mengubah
kontrol nyeri. posisi,. Bantu untuk bergerak di tempat
tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan
bawah, hindari gerakan yang menyentak.
e. Anjurkan pasien untuk mandi air hangat
atau mandi pancuran pada waktu bangun
dan/atau pada waktu tidur. Sediakan waslap
hangat untuk mengompres sendi-sendi
yang sakit beberapa kali sehari. Pantau
Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan: Deformitas skeletal
Nyeri, ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.
a. Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada a. Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4)
tingkat yang konsisten dengan kemampuan sebelum timbul awitan/ eksaserbasi penyakit
individual. dan potensial perubahan yang sekarang
b. Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya diantisipasi
hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan b. Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap
diri. nyeri dan program latihan
c. Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ c. Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam
komunitas yang dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri. Identifikasi /rencana untuk
perawatan diri. modifikasi lingkungan
d. Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapi
okupasi.
e. Kolaborasi: Atur evaluasi kesehatan di
rumah sebelum pemulangan dengan evaluasi
setelahnya.
m Lan sia
Si nd ro
Lemah
Pengetian
Status dinamik dari ekuilibrium yang tidak stabil yang
mempengaruhi individu lansia dalam mengalami penyimpangan
pada satu atau lebih domain kesehatan (fisik, fungsi,
psikologis, atau sosial) dan menimbulkan peningkatan
kerentanan untuk mengalami efek penyimpangan kesehatan,
terutama disabilitas.
Batasan
k t eri s t i k
Kara
• Intoleransi aktivitas • Ketidakseimbangan nutrisi
• Defisit perawatan diri : : kurang dari kebutuhan
mandi tubuh
• Penurunan curah jantung • Hambatan memori
• Defisit perawatan diri : • Hambatan mobilitas fisik
berpakaian • Hambatan berjalan
• Keletihan • Isolasi social
• Defisit perawatan diri : • Defisit perawatan diri :
makan eliminasi
• Keputusasaan
kt o r y ang
Fa an
u b u ng
Berh
• Intoleransi aktivitas • Gangguan keseimbangan
• Ansietas • Hambatan mobilitas
• Penurunan energi • Kurang dukungan social
• Penurunan kekuatan otot • Malnutrisi
• Kelelahan • Kelemahan otot
• Takut jatuh • Obesitas
• Imobolitas • Kesedihan
n t e rv e ns i
I
Diagnosa NOC NIC
Sindrom lansia Setelah dilakukan Bantuan perawatan diri :
lemah intervensi keperawatan • Pertimbangkan usia pasien ketika
selama 3x24 jam, klien meningkatkan perawatan diri
dapat : • Monitor perawatan diri secara mandiri
• Perawatan diri : • Monitor kebutuhan pasien terkait dengan
kebersihan alat-alat kebersihan diri
mempertahankan • Berikan lingkungan yang terapeutik
kebersihan tubuh • Berikan peralatan kebersihan pribadi (mis :
• Perawatan diri : deodorant, sikat gigi)
aktifitas sehari-hari • Berikan bantuan sampai pasien mampu
(ADL) melakukan perawatan diri mandiri
melakukan pekerjaan • Dorong pasien untuk melakukan aktivitas
rumah tangga tanpa atau normal sehari-hari sampai batas kemampuan
dengan bantuan yang • Ciptakan rutinitas aktivitas perawatan dirI
minimal
• Perawatan diri :
berpakaian
memakai pakaian secara
t er v en s i
In