Pemakaian Bahasa Indonesia dikatakan dengan baik, yaitu apabila tuturan sudah selesai dengan kriteria. Kriteria yang dimaksud adalah tuturan baik lisan maupun tulis, telah sesuai dengan kaidah yang berlaku dan sesuai dengan situasi kebahasaan yang dihadapi. TUJUAN Informasi yang ingin di sampaikan dapat diterima dan dipahami oleh mitra tutur dengan baik. PENGERTIAN Bahasa yang baik adalah bahasa yang sesuai dengan situasi sebagai alat komunikasi, bahasa harus dapat efektif menyampaikan maksud kepada lawan bicara. Karenanya, laras bahasa yang dipilih pun harus sesuai. PENGERTIAN MENURUT AHLI Menurut Alwi (2010, hlm. 21), bahasa yang baik adalah bahasa yang memanfaatkan ragam yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa. Tujuan dari berbahasa yang baik adalah tepat sasaran. Artinya, kita tidak perlu menggunakan ragam baku untuk mengenai sasaran. Jika kita ingin melakukan tawar menawar kepada tukang sayur atau tukang becak, kita tidak perlu menggunakan ragam baku. CONTOH (BENAR TAPI TIDAK BAIK) (1) Berapakah Ibu mau menjual bayam ini? (2) Apakah Bang Becak bersedia mengantar saya ke Pasar Tanah Abang dan berapa ongkosnya?
CONTOH (BAIK TAPI TIDAK BENAR) (5) Berapa nih, Bu, bayemnya? (6) Ke Pasar Tanah Abang berapa, Bang? Ada 5 laras bahasa yang dapat digunakan sesuai situasi. Berturut turut sesuai derajat keformalannya, ragam tersebut dibagi sebagai berikut. RAGAM BEKU (FROZEN) Digunakan pada situasi hikmat dan sangat sedikit memungkinkan keleluasaan seperti pada kitab suci, putusan pengadilan, dan upacara pernikahan. Contoh (Ragam Baku) :
Undang-Undang Dasar 1945 : Bahwa sesungguhnya
kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. RAGAM RESMI (FORMAL) Digunakan dalam komunikasi resmi, seperti pada pada pidato, rapat resmi, dan jurnal ilmiah. Contoh (Ragam Resmi) :
1. Setiap lulusan SMK dapat memilih untuk
langsung bekerja atau melanjutkan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi.
2. Pak Baroto merupakan pemimpin perusahaan ini
dan sudah mengabdi selama hampir seperempat abad.
3. Meskipun sebagian besar gedung di kampus itu
tengah direnovasi, namun kegiatan perkuliahan masih tetap berjalan. RAGAM KONSULTATIF Digunakan dalam pembicaraan yang terpusat pada transaksi atau pertukaran informasi, contohnya seperti dalam pembicaraan biasa di sekolah, pasar, atau pembicaraan yang berorientasi pada hasil atau intruksi. Contoh (Ragam Konsultatif) :
Penjual : cari apa bu?
Pembeli: saya lagi nyari tahu dari sumedang bang, ada gak? Penjual : oh, ada bu, ini bu. RAGAM SANTAI (CASUAL) Digunakan dalam suasana tidak resmi dan dapat digunakan oleh orang yang belum tentu saling kenal dengan akrab. Contoh (Ragam Santai) :
A : Mbak, tahu rumahnya bapak Joko?
B : Oh tahu, mas. Lurus saja, nanti sampai pertigaan belok ke kanan. Rumahnya yang warna putih, gerbang hitam. A : Kanan jalan atau kiri jalan? B : Kanan jalan, mas. RAGAM AKRAB (INTIMATE) Digunakan di antara orang yang memiliki hubungan yang sangat akrab dan intim. Contoh (Ragam Akrab) :
A : Hai.. Lagi ngapain?
B : Lagi ngerjain tugas, nih. A : Kamu jangan lupa makan, yaa. B : Iya iya.. Makasih udah diingetin. A : Semangat ngerjain tugasnya! B : hehe.. Oke! KESIMPULAN Sering kali kita memang berbahasa yang baik, tetapi tidak benar. Frasa seperti “ini hari” merupakan bahasa yang baik di kalangan pedagang kaki lima, tetapi bentuk ini bukan merupakan bahasa yang benar karena letak kedua kata dalam frasa ini terbalik. Karena itu, “berbahasa Indonesia dengan baik” dapat diartikan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya.