Etik Legal Hiv
Etik Legal Hiv
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya cidera fisik dan psikologis pada klien .
5. Kejujuran (Veracity)
Prinsip vera city berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi
pelayanan kesehatan untukmenyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk
meyakinkan bahwa klien sangat mengerti.
6. Menepati janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya
terhadap orang lain. Perawat setiap ada komitmennya dan menepati janji serta
menyimpan rahasia klien.
7. Karahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi
klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya
boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien.
8. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional
dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
Dalam Pasal 4 UU Kesehatan No. 36/2009 dinyatakan bahwa setiap orang berhak atas kesehatan. Secara garis besar di dalam UU Kesehatan perlindungan hukum terhadap penderita HIV/AIDS diatur mengenai :
Terdapat perkecualian dimana rahasia pasien HIV/AIDS bisa dibuka bila mana :
1. Berhubungan dengan administrasi
2. Bila kita dimintai keterangan di persidangan
3. Informasi bisa diberikan pada orang yang merawat atau memberikan konseling dan informasi
diberikandengan persetujuan untuk merawat, mengobati, atau memberikan konseling pada klien
4. Informasi diberikan kepada Depkes. Berdasarkan instruksi Menkes no.72/Menkes/Inst/II/1998
tentang kewajiban melaporkan penderita dengan gejala AIDS: petugas kesehatan yang
mengetahui atau menemukan seseorang dengan gejala AIDS wajib melaporkan kepada sarana
pelayanan kesehatan yang diteruskan pada Dirjen P2M dan diteruskan ke Depkes
5. Informasi diberikan kepada partner seks/ keluarga yang merawat klien dan berisiko terinfeksi
oleh klien karena klien tidak mau menginformasikan pada keluarga/ pasangan seksnya dan
melakukan hubungan seksual yang aman.
Kasus etik hiv AIDS
Tn. A masuk kerumah sakit dengan keluhan gejala demam dan diare kurang
lebih selama 6 hari. selain itu, Tn. A sariawan sudah 2 bulan tidak sembuh-sembuh
dan berat badannya turun secara berangsur-angsur. kemudian Tn. A menjalani
pemeriksaan laboratorium dengan mengambil sampel darahnya. Tn. A yang ingin
tahu sekali tentang penyakitnya meminta perawat tersebut untuk segera memberi tahu
penyakitnya setelah didapatkan hasil pemeriksaan. Sore harinya pukul 16.00 WIB
hasil pemeriksaan telah diterima oleh perawat tersebut dan telah dibaca oleh
dokternya. Hasilnya mengatakan bahwa Tn. A positif terjangkit penyakit HIV/AIDS.
Kemudian perawat tersebut memanggil keluarga Tn. A untuk menghadap dokter yang
menangani Tn. A. Bersama dokter dan seijin dokter tersebut, perawat menjelaskan
tentang kondisi pasien dan penyakitnya. Keluarga terlihat kaget dan bingung.
Keluarga meminta kepada dokter terutama perawat untuk tidak memberitahukan
penyakitnya ini kepada Tn. A. Keluarga takut Tn. A akan frustasi, tidak mau
menerima kondisinya dan dikucilkan dari masyarakat. Perawat tersebut mengalami
dilema etik dimana satu sisi dia harus memenuhi permintaan keluarga namun di sisi
lain perawat tersebut harus memberitahukan kondisi yang dialami oleh Tn. A karena
itu merupakan hak pasien untuk mendapatkan informasi.
Mengkaji situasi
Tn. A menggunakan
Rasa kasih sayang keluarga Tn. A
haknya sebagai pasien untuk terhadap Tn. A membuat keluarganya
mengetahui penyakit yang berniat menyembunyikan informasi tentang
dideritanya sekarang sehingga hasil pemeriksaan tersebut dan meminta
Tn. A meminta perawat perawat untuk tidak menginformasikannya
tersebut memberikan kepada Tn. A dengan pertimbangan keluarga
informasi tentang hasil takut jika Tn. A akan frustasi tidak bisa
pemeriksaan kepadanya menerima kondisinya sekarang
Adapun alternatif rencana yang bisa dilakukan antara lain : Perawat akan
melakukan kegiatan seperti biasa tanpa memberikan informasi hasil
pemeriksaan/penyakit Tn. A kepada Tn. A saat itu juga, tetapi memilih waktu yang
tepat ketika kondisi pasien dan situasinya mendukung. Hal ini bertujuan supaya Tn. A
tidak panic yang berlebihan ketika mendapatkan informasi seperti itu karena
sebelumnya telah dilakukan pendekatan-pendekatan oleh perawat.
Selain itu untuk alternatif rencana ini diperlukan juga suatu bentuk
motivasi/support sistem yang kuat dari keluarga. Keluarga harus tetap menemani
Tn. A tanpa ada sedikitpun perilaku dari keluarga yang menunjukkan denial
ataupun perilaku menghindar dari Tn. A. Dengan demikian diharapkan secara
perlahan, Tn. A akan merasa nyaman dengan support yang ada sehingga perawat
dan tim medis akan menginformasikan kondisi yang sebenarnya.
Ketika jalannya proses sebelum diputuskan untuk memberitahu Tn. A tentang
kondisinya dan ternyata Tn. A menanyakan kondisinya ulang, maka perawat
tersebut bisa menjelaskan bahwa hasil pemeriksaannya masih dalam proses tim
medis. Alternatif ini tetap memiliki kelemahan yaitu perawat tidak segera
memberikan informasi yang dibutuhkan Tn. A dan tidak jujur saat itu walaupun
pada akhirnya perawat tersebut akan menginformasikan yang sebenarnya jika
situasinya sudah tepat.
Kendala-kendala yang mungkin timbul :
Keluarga tetap tidak setuju untuk memberikan informasi tersebut kepada Tn.
A. Sebenarnya maksud dari keluarga tersebut adalah benar karena tidak ingin Tn.
A frustasi dengan kondisinya. Tetapi seperti yang diceritakan diatas bahwa ketika
Tn. A tahu dengan sendirinya justru akan mengguncang psikisnya dengan
anggapan-anggapan yang bersifat emosional dari Tn. A tersebut sehingga bisa
memperburuk kondisinya. Perawat tersebut harus mendekati keluarga Tn. A dan
menjelaskan tentang dampak-dampaknya jika tidak menginformasikan hal tersebut.
Jika keluarga tersebut tetap tidak mengijinkan, maka perawat dan tim medis lain
bisa menegaskan bahwa mereka tidak akan bertanggung jawab atas dampak yang
terjadi nantinya.
Melaksanakan Rencana
Justice / Keadilan
• Perawat harus menerapkan prinsip moral adil dalam melayani
pasien. Adil berarti Tn. A mendapatkan haknya sebagaimana
pasien yang lain juga mendapatkan hak tersebut yaitu memperoleh
informasi tentang penyakitnya secara jelas sesuai dengan
konteksnya/kondisinya
Nonmaleficience / Tidak merugikan
• Keputusan yang dibuat perawat tersebut nantinya tidak
menimbulkan kerugian pada Tn. A baik secara fisik ataupun
psikis yang kronis nantinya.
Veracity / Kejujuran
• Perawat harus bertindak jujur jangan menutup-nutupi atau
membohongi Tn. A tentang penyakitnya. Karena hal ini
merupakan kewajiban dan tanggung jawab perawat untuk
memberikan informasi yang dibutuhkan Tn. A secara benar dan
jujur sehingga Tn. A akan merasa dihargai dan dipenuhi haknya.
Fedelity / Menepati Janji
• Perawat harus menepati janji yang sudah disepakati
dengan Tn. A sebelum dilakukan pemeriksaan yang
mengatakan bahwa perawat bersdia akan
menginformasikan hasil pemeriksaan kepada Tn. A jika
hasil pemeriksaannya sudah selesai. Janji tersebut harus
tetap dipenuhi walaupun hasilnya pemeriksaan tidak
seperti yang diharapkan karena ini mempengaruhi
tingkat kepercayaan Tn. A terhadap perawat tersebut
nantinya.
Confidentiality / Kerahasiaan
• Perawat akan berpegang teguh dalam prinsip moral etik
keperawatan yaitu menghargai apa yang menjadi
keputusan pasien dengan menjamin kerahasiaan segala
sesuatu yang telah dipercayakan pasien kepadanya kecuali
seijin pasien
EVALUASI
Alternatif yang dilaksanakan kemudian dimonitoring
dan dievaluasi sejauh mana Tn. A beradaptasi tentang
informasi yang sudah diberikan. Jika Tn. A masih
denial maka pendekatan-pendekatan tetap terus
dilakukan dan support sistem tetap terus diberikan
yang pada intinya membuat pasien merasa ditemani,
dihargai dan disayangi tanpa ada rasa dikucilkan
Terimakasih