Anda di halaman 1dari 11

Kelompok 2

Ma’rifatul Munawaroh / 18 3145


201 244
Aswin / 16 3145 201 164
Najila Galip / 15 3145 201 024

Insal / 16 3145 201 137


Sari Ayustika / 16 3145 201 153

Aspek Ekonomi Pengalengan


Halal

Aman
PRODU Sehat
K

Nyam
an

Persepsi ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik responden


yang mayoritas muslim (94%), berpendidikan tinggi (89%), dan
selalu membaca informasi kemasan saat pembelian (57,25%).
Kemajuan yang telah dicapai
dalam teknik pengawetan makanan dan
minuman dalam kaleng, menawarkan
kepada konsumen hal-hal yang menarik,
diantaranya yang cukup menonjol
adalah segi kepraktisannya..
Spesifikasi kaleng untuk
mengemas pangan ditentukan oleh dua
kebutuhan yaitu kebutuhan akan
kekuatan yang dimiliki wadah dan daya
simpan yang dimiliki oleh produk
dalam kaleng.
Dalam kemasan kaleng, makanan dapat
dipanaskan hingga suhu yang sangat tinggi
dan tekanan yang tinggi pula. Dengan
demikian semua mikroba yang hidup
bersama makanan tersebut akan mati.
Karena kaleng juga ditutup dengan sangat
rapat, maka mikroba baru tidak akan bisa
masuk kembali ke dalamnya

Makanan kaleng dapat disimpan hingga dua


tahun dalam keadaan baik, tidak busuk, dan
tidak beracun. Semua jenis makanan bisa
dikemas di dalam kaleng. Mulai dari daging,
ikan, sayuran, buah-buahan dan makanan olahan
seperti sosis, cornet, bumbu dan lain lain
Keuntungan wadah kaleng
untuk makanan dan minuman

Mempunyai kekuatan mekanik yang tinggi

Barrier yang baik terhadap gas, uap air, jasad renik, debu dan
kotoran sehingga cocok untuk kemasan hermetis.

Toksisitasnya relatif rendah meskipun ada kemungkinan migrasi


unsur logam ke bahan yang dikemas

Tahan terhadap perubahan-perubahan atau keadaan suhu yang


ekstrim

Mempunyai permukaan yang ideal untuk dekorasi dan pelabelan.


Kerusakan makanan kaleng yang
biasanya terjadi

Kerusakan kimia yang paling banyak terjadi pada makanan yang dikemas
dengan kemasan kaleng adalah hydrogen swell.

Kerusakan makanan kaleng akibat interaksi antara logam pembuat kaleng


dengan makanan.

Kerusakan biologis

Perkaratan (Korosi)
Masalah korosi produk industri pengalengan makanan dapat
menimbulkan berbagai akibat yang merugikan, antara lain :

• Produk makanan tercemar oleh “produk korosi” sehingga berbahaya bagi


konsumen.

• Kaleng yang terkorosi menjadi bocor, sehingga kerusakan menjalar kemana-mana,


terutama saat pengangkutan dan penyimpanan. Kaleng bocor menyebabakan
masuknya mikrobia-mikrobia dari luar yang mengakibatkan pembusukan
makanan.

• Korosi selama jangka waktu produk disimpan dapat merubah rasa, warna serta
aroma makanan, sehingga dapat menghilangkan kepercayaan konsumen
terhadap produk-produk yang bersangkutan

• Permukaan luar kaleng yang rusak dapat membatalkan niat konsumen untuk
membeli, meskipun produk di dalamnya masih utuh.
Proses korosi pada kaleng makanan dipengaruhi oleh berbagai
faktor, antara lain :

kandungan senyawa-senyawa tertentu didalam produk makanan yang sifatnya korosif seperti
senyawa sulfur, khlorida, nitrat dan sebagainya, yang berasal dari bahan-bahan yang
dikalengkan maupun dari senyawa additif

Jenis dan sifat bahan kaleng, seperti komposisi kimia bahan dasar logam, tebal lapisan
timah, tebal dan jenis lapisan pelindung organik, cara pelapisan maupun kontinuitas
lapisannya

Keasaman atau pH produk makanan

Kondisi penyimpanan seperti suhu, tekanan, kelembaban ruangan dan sebagainya.

Cara pengerjaan pengalengan


Dampak Makanan Kaleng Bagi Kesehatan

Logam-logam seperti timah, besi, timbal


dan alumunium dalam jumlah yang besar
akan bersifat racun dan berbahaya bagi
kesehatan manusia. Batas maksimum
kandungan logam dalam bahan pangan
menurut WHO adalah 250 ppm untuk timah
dan besi dan 1 ppm untuk timbal.

Logam-logam lain yang mungkin mencemari bahan


pangan adalah air raksa (Hg), kadmiun (Cd), arsen (Ar),
antimoni (At), tembaga (Cu) dan seng (Zn) yang dapat
berasal dari wadah dan mesin pengolahan atau dari
campuran bahan kemasan. Keracunan yang diakibatkan
logam-logam ini dapat berupa keracunan ringan atau
berat seperti mual-mual, muntah, pusing dan keluarnya
keringat dingin yang berlebihan
Menurut CODEX, batas maksimum
Timah putih (Sn) di dalam makanan adalah
250 mg/kg. Dosis racun Sn untuk manusia
adalah 5-7 mg/kg berat badan. Keracunan Sn
ditandai dengan mual-mual, muntah dan pada
kadar keracunan yang tinggi dapat
menyebabkan kematian. Konsumsi Sn dalam
jumlah sedikit pada waktu yang panjang juga
tidak menimbulkan efek keracunan.
Kontaminasi Sn ke dalam makanan dapat
berasal dari peralatan pengolahan atau dari
bahan pengemas.

Anda mungkin juga menyukai