Anda di halaman 1dari 21

TOPIK 17

BAGI HASIL PAJAK

05/01/2020 1
Topik ini menjelaskan tentang:
1. Bagaimana memahami mengenai dasar filosofis, konsep kebijakan dan alokasi
DBH Pajak.
2. Esensi kebijakan dan alokasi DBH Pajak.
3. Alokasi sementara, alokasi definitif dan mekanisme penyaluran DBH Pajak.

Sub Topik :

1. Pengertian dan Dasar Hukum Dana Bagi Hasil


2. Bagi Hasil Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan,
Perhutanan, dan Pertambangan (DBH PBB P3)
3. Bagi Hasil Pajak Penghasilan (DBH PPh Pasal 21 dan Pasal
25/29 WPODN)
4. Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT)

05/01/2020 2
1. Pengertian dan Dasar Hukum Dana Bagi
(DBH)

DBH adalah Dana yang bersumber


dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada Daerah
berdasarkan angka persentase
untuk mendanai kebutuhan daerah
dalam rangka pelaksanaan
Desentralisasi.
05/01/2020 3
DBH yang diterapkan selama ini
memiliki issue terkait dengan:

1.Proporsi bagi hasil,


2.Penentuan total penerimaan
yang dibagihasilkan,
3.Eligibility untuk daerah
penerima DBH, dan
4.Alokasi periode PNBP (pool
revenue) yang dibagihasilkan.
05/01/2020 4
Porsi Bagi Hasil antara Pemerintah Pusat dan Daerah
berdasarkan jenis DBH dan peraturan terkait

Papua dan Papua Nanggroe Aceh


UU 33 Tahun 2004
Barat Darrussalam
Pusat Daerah Pusat Daerah Pusat Daerah
Bagi Hasil Pajak
PPh Individu 80 20 80 20 80 20
PBB-P3 10 90 10 90 10 90
CHT 1) 98 2 98 2 98 2
Bagi Hasil SDA
Minyak Bumi 85 15 30 70 30 70
Gas 70 30 30 70 30 70
Pertambangan Umum 20 80 20 80 20 80
Kehutanan 20 80 20 80 20 80
Perikanan 20 80 20 80 20 80
Geothermal 20 80 20 80 20 80

05/01/2020 5
Dasar pelaksanaan DBH Pajak tertuang dalam UU No. 33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah serta PP Nomor
55 tentang Dana Perimbangan. Selanjutnya untuk
pelaksanaan DBH Cukai Hasil tembakau merupakan amanat
dari UU Nomor 39 Tahun 2007 dan amanat MK 54/PUU-
VI/2008. Sebagai pedoman mekanisme Penyaluran Dana
Transfer pada umumnya dan DBH pajak khususnya telah
diterbitkan PMK No. 06/PMK.07/2012 tentang Pelaksanaan
dan Pertanggungjawaban Anggaran Transfer dan PMK No
165/PMK.07/2012 tentang Pengalokasian Anggaran Transfer
ke Daerah.

05/01/2020 6
2. Bagi Hasil Pajak Bumi dan Bangunan Sektor
Perkebunan, Perhutanan, dan Pertambangan
(DBH PBB P3)

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) memiliki peran yang cukup


besar bagi kelangsungan dan kelancaran pembangunan,
sehingga perlu ditangani dan dikelola lebih intensif.
Penanganan dan pengelolaan tersebut diharapkan mampu
menuju tertib administrasi serta mampu meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam pembiayaan pembangunan

05/01/2020 7
Berdasarkan karakteristik objek pajaknya, Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) dapat dikelompokan menjadi:

1. PBB Sektor Pedesaaan adalah objek PBB dalam suatu wilayah yang
memiliki ciri-ciri pedesaan seperti sawah, ladang, empang tradisional
dan lain-lain.
2. PBB Sektor Perkotaan adalah objek PBB dalam suatu wilayah yang
memiliki fasilitas perkotaan, seperti: pemukiman penduduk yang
memiliki fasilitas perkotaan, real state, komplek pertokoan, industri,
perdagangan daan jasa.
3. PBB Sektor Perkebunan adalah objek PBB yang diusahakan dalam
bidang budidaya perkebunan, baik yang diusahakan oleh BUMN,
BUMD, maupun swasta.
4. PBB Sektor Perhutanan adalah objek PBB di bidang usaha yang
menghasilkan komoditas hasil hutan, seperti kayu tebangan, rotan,
dammar, dan lain-lain.
5. PBB Sektor Pertambangan adalah objek PBB di bidang usaha yang
menghasilkan komoditas hasil tambang seperti emas, batubara,
minyak, dan gas bumi dan lain-lain.05/01/2020 8
Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (selanjutnya disebut UU PDRD), maka PBB
sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB P2)
diserahkan menjadi pajak daerah. Untuk itu
Pemerintah Daerah (dalam hal ini pemerintah
kabupaten/kota) harus mengelola sendiri PBB P2.
Selama ini PBB P2 dikelola dan dipungut oleh
Pemerintah Pusat, kemudian daerah menerima
sebagian besar hasil pemungutannya. Dengan UU
PDRD pengelolaan dan pemungutan PBB P2
sepenuhnya menjadi menjadi tanggungjawab dan
hak pemerintah daerah kota/kabupaten tanpa
harus ‘membagi’ kepada pemerintah pusat
05/01/2020 9
Perhitungan DBH PBB migas dan panas bumi

1. PBB migas onshore dan panas bumi ditatausahakan


berdasarkan letak dan kedudukan objek pajak dan dibagi
by origin;

2. PBB migas offshore dan PBB migas tubuh bumi


ditatausahakan per kabupaten/kota dengan menggunakan
formula dan dibagi sesuai persentase DBH PBB

05/01/2020 10
Perhitungan PBB migas offshore dan PBB
migas tubuh bumi per kabupaten/kota dari
PBB migas yang ditanggung Pemerintah
ditetapkan:

1.10% menggunakan formula


2.90% dibagi secara proporsional sesuai
realisasi PBB migas tahun anggaran
sebelumnya

05/01/2020 11
Formula yang digunakan untuk menghitung PBB migas yang ditanggung
pemerintah:

05/01/2020 12
PBB migas yang dibayar langsung oleh KKKS ke bank
persepsi menggunakan formula:

05/01/2020 13
3. Bagi Hasil Pajak Penghasilan (DBH
PPh Pasal 21 dan Pasal 25/29
WPODN)
Penerimaan Negara dari PPh Pasal
21 dan Pasal 25/29 WPOPDN yang
dibagihasilkan ke daerah sebesar
20% dari realisasi penerimaan
PPh Pasal 21 dan Pasal 25/29
WPOPDN, 8% untuk Provinsi dan
12% untuk Kota/kabupaten
05/01/2020 14
Bagian Kabupaten atau Kota sebesar 12%,
dengan rincian:

1. 8,4% untuk kabupaten/kota tempat


wajib pajak terdaftar
2. 3,6% untuk seluruh kabupaten/kota
dalam provinsi yang bersangkutan
dengan bagian yang sama besar

05/01/2020 15
Penyaluran DBH PPh Pasal 21 dan Pasal
25/29 WPOPDN

1. Alokasi sementara, yang ditetapkan oleh Menteri


Keuangan paling lambat 2 (dua) bulan sebelum tahun
anggaran yang bersangkutan dilaksanakan, digunakan
sebagai dasar penyaluran triwulan I, II dan III tahun
anggaran berjalan masing-masing sebesar 20% dari
alokasi sementara.
2. Alokasi definitif, yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan
paling lambat pada bulan pertama triwulan IV tahun
anggaran berjalan, digunakan sebagai dasar penyaluran
triwulan IV dengan memperhitungkan jumlah dana yang
telah dicairkan selama triwulan I, II dan III
05/01/2020 16
4.Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau
(DBH CHT)
Sesuai amanat UU 39 Tahun 2007 mulai
tahun 2008 cukai hasil tembakau
dibagihasilkan sebesar 2% dari penerimaan
cukai hasil tembakau kepada
kabupaten/kota/provinsi yang menghasikan
cukai hasil tembakau dengan rincian
1. 30% untuk
pembagian provinsi
sebagai penghasil
berikut:
2. 40% untuk kabupaten/kota penghasil
3. 30 % untuk kabupaten/kota lainnya
05/01/2020 17
Penggunaan DBH CHT bersifat specific grant yaitu
untuk :

1. Peningkatan kualitas bahan baku


2. Pembinaan industri
3. Pembinaan lingkungan sosial
4. Sosialisasi ketentuan di bidang cukai
5. Pemberantasan barang kena cukai
ilegal.

05/01/2020 18
Pembagian alokasi DBH CHT per provinsi sesuai
PMK No 197/PMK.07/2012 tentang Alokasi Definitif
Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau adalah
sebagai berikut:

1. Penerimaan cukai hasil tembakau sebesar


57,5%;
2. Rata-rata produksi tembakau kering
sebesar 37,5%;
3. Indeks Pembangunan Manusia sebesar 3%;
4. Tingkat penyerapan CHT sebesar 1%; dan
5. Tingkat pemberantasan cukai ilegal
sebesar 1%.
05/01/2020 19
Penyaluran DBH CHT

1. Triwulan I sebesar 20% dari alokasi sementara.


2. Triwulan II sebesar 30% dari alokasi sementara
3. Triwulan III sebesar 30% dari alokasi sementara
4. Triwulan IV selisih antara alokasi definitif dengan
alokasi yang sudah disalurkan pada triwulan I s.d
triwulan IV

05/01/2020 20
Terima kasih

05/01/2020 21

Anda mungkin juga menyukai