Anda di halaman 1dari 30

Nama : Fitriyah Haura

Kelas : XII IPA 6

DEMOKRASI LIBERAL
DEMOKRASI LIBERAL

Adalah sistem politik yang menganut kebebasan individu . Demokrasi liberan


dipakai untuk menjelaskan sistem politik dan demokrasi barat di Amerika
Serikat, Britania Raya, Kanada.
• Demokrasi Liberal dipakai oleh negara yang menganut sistem presidensial
dan sistem Parlementer
• Demokrasi Liberal pertama kali dikemukakan pada abad pencerahan oleh
penggagas teori kontak sosial.
Latar belakang munculnya masa demokrasi liberal adalah karena dua
hal:

1. Bentuk negara Republik Indonesia Serikat (RIS) yang bersifat federal tidak cocok
dengan hati rakyat Indonesia.
2. Bentuk negara federal justru akan melemahkan integrasi Indonesia.
Untuk itulah, timbul usaha untuk mengembalikan Indonesia ke bentuk negara
kesatuan.

• Pada 15 Agustus 1950, Perdana Menteri Kabinet RIS, Mohammad Hatta,


menyerahkan mandatnya kepada Soekarno. Selanjutnya, pada 17 Agustus 1950,
Indonesia kembali menjadi negara kesatuan dengan sistem demokrasi liberal. Dalam
sistem demokrasi ini, kabinet dipimpin oleh seorang perdana menteri dan bertanggung
jawab terhadap parlemen. Presiden hanya berkedudukan sebagai kepala negara.
Demokrasi
Liberal?
suatu sistem politik yang melindungi secara konstitusional hak-hak individu dari
suatu sistem politik yang melindungi secara konstitusional hak-hak individu dari
kekuasaan pemerintah.

Landasan demokrasi liberal :


1.maklumat pemerintah tanggal 3 November 1945.
2. konstitusi RIS 1949 (pasak 116 ayat 2), dan
3. konstitusi UUD sementara tahun 1950 (pasal 83 ayat 2).

PELAKSANAANNYA
1. Kontrol terhadap negara, alokasi sumber daya alam dan manusiadapat
terkontrol
2. Kekuasaan eksekutif dibatasi secara konstitusional,
3. Kekuasaan eksekutif dibatasi oleh peraturan perundangan,
4. Kelompok minoritas (agama, etnis) boleh berjuang, untuk memperjuangkan
dirinya.
5. adanya golongan mayoritas/minoritas,
6. penggunaan sistem voting,oposisi, mosi dan demonstrasi, serta multipartai.
SISTEM MULTI PARTAI
• multipartai adalah jumlah parpol yang tumbuh atau eksis dalam
berkompetisi untuk mendapatkan kekuasaan dalam pemilu yang
dilakukan oleh lebih dari 2 partai
MANFAATNYA :
- Demokrasi berjalan dengan baik 
- Aspirasi rakyat mampu menciptakan suatu partai
- Rakyat bebas bersuara
- Adanya oposisi antara partai satu dan yang lainnya

KERUGIANNYA :
- Biaya politik besar.
- Pemerintah sulit menentukan orang yang benar.
- Persaingan tidak sehat
- Money politik
- Saling menjatuhkan
- Menghambat sistem dari pemerintah
• Dalam demokrasi liberal berlaku sistem kabinet parlementer, artinya pemerintahan
dipegang oleh perdana menteri dan menteri-menterinya bertanggung jawab pada
parlemen atau DPR.
 
• Dengan berlakunya kabinet parlementer pemerintahan Republik Indonesia tidak stabil.
Hal ini disebabkan antara lain:
a. partai politik mementingkan kepentingan golongan masing-masing sehingga
cabinet jatuh bangun
b. partai politik tidak mencerminkan dukungan rakyat pemilih
c. partai politik yang berkuasa tidak dapat melaksanakan programnya, sebab masa
kerja kabinet pendek.
 
• Sistem kabinet parlementer memungkinkan adanya persaingan antarpartai politik
untuk menduduki kursi terbanyak dalam parlemen. Pada masa Demokrasi Liberal telah
terjadi pergantian kabinet sebanyak tujuh kali, yaitu sebagai berikut:
a. Kabinet Natsir

Kabinet ini merupakan kabinet koalisi yang dipimpin oleh partai Masyumi.
Perdana Menteri : Mohammad Natsir (Partai Masyumi).
Tanggal Pelantikan : 07 September 1950 - 21 Maret 1951

Tokoh terkenal dalam kabinet : 


A. Sri Sultan Hamengkubuwono IX
B. Mr. Asaat
C. Ir. Djuanda
D. Prof. Dr. Soemitri Djojohadikoesoemo
Program-program :
1. Mempersiapkan dan menyelenggarakan pemilihan umum untuk Konstituante.
2. Mencapai konsolidasi dan penyempurnaan susunan pemerintahan serta
membentuk peralatan negara yang kuat dan daulat.
3. Menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman.
4. Menyempurnakan organisasi Angkatan perang dan pemulihan bekas – bekas
anggota tentara dan gerilya dalam masyarakat.
5. Memperjuangkan penyelesaian soal Irian Barat secepatnya.

• Keberhasilan :
a. Di bidang ekonomi, ada Sumitro Plan yang mengubah ekonomi kolonial
ke ekonomi nasional.
b. Indonesia masuk PBB.
c. Berlangsung perundingan antara Indonesia-Belanda untuk pertama
kalinya mengenai masalah Irian Barat.
• Kegagalan :
a. Kegagalan kabinet dalam menyelesaikan masalah Irian Barat.
b. Adanya Mosi tidak percaya dari PNI tentang pencabutan peraturan
pemerintah mengenai DPRD dan DPRDS, Mosi tersebut disetujui
parlemen sehingga mandat kabinet harus dikembalikan kepada Presiden.
b. Kabinet Sukiman

Kabinet ini merupakan kabinet koalisi antara partai Masyumi dan partai PNI.
Perdana Menteri : Sukiman Wiryosanjoyo (Partai Masyumi).
Tanggal Pelantikan : 27 April 1951 - 3 April 1952
Program-program :
A. Menjamin keamanan dan ketentraman.
B. Mengusahakan kemakmuran rakyat dan memperbaharui hukum agraria agar
sesuai dengan kepentingan petani.
C. Mempercepat persiapan pemilihan umum.
D. Menjalankan politik luar negeri secara bebas aktif serta memasukkan Irian
Barat ke dalam wilayah RI secepatnya
Keberhasilan :
a. Terjadi perubahan skala prioritas dalam pelaksanaan programnya, dari program
Menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman selanjutnya diprioritaskan untuk
menjamin keamanan dan ketentraman.
Kegagalan :
b. Muncul pertentangan dari Masyumi dan PNI atas tindakan Sukiman sehingga
mereka menarik dukungannya pada kabinet tersebut. DPR akhirnya menggugat
Sukiman dan terpaksa Sukiman harus mengembalikan mandatnya kepada presiden.
c. Kabinet Wilopo

• Program dalam negeri :


Menyelenggarakan pemilihan umum (konstituante, DPR, dan DPRD),
meningkatkan kemakmuran rakyat,
meningkatkan pendidikan rakyat, dan pemulihan keamanan.
• Program luar negeri :
Penyelesaian masalah hubungan Indonesia-Belanda,
Pengembalian Irian Barat ke pangkuan Indonesia, serta menjalankan politik luar negeri
yang bebas-aktif.
• Kegagalan :
Akibat peristiwa Tanjung Morawa muncullah mosi tidak percaya dari Serikat Tani Indonesia
terhadap kabinet Wilopo. Sehingga Wilopo harus mengembalikan mandatnya pada
presiden.
d. Kabinet Ali Sastroamidjoyo I

Kabinet ini merupakan koalisi antara PNI dan NU. 


Perdana Menteri : Mr. Ali Sastroamidjojo
Tanggal Pelantikan : 31 Juli 1953 – 12 Agustus 1955.

Program-Program :
A. Meningkatkan keamanan dan kemakmuran serta segera menyelenggarakan
Pemilu.
B. Pembebasan Irian Barat secepatnya.
C. Pelaksanaan politik bebas-aktif dan peninjauan kembali persetujuan KMB.
D. Penyelesaian Pertikaian politik.
Keberhasilan :
a. Persiapan Pemilihan Umum untuk
memilih anggota parlemen yang akan
diselenggarakan pada 29 September
1955.
b. Menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika
tahun 1955.
Kegagalan :
c. NU menarik dukungan dan menterinya
dari kabinet sehingga keretakan dalam
kabinetnya inilah yang memaksa Ali harus
mengembalikan mandatnya pada
presiden.
e. KABINET BURHANUDDIN

Dipimpin Oleh : Burhanuddin Harahap


Tanggal Pelantikan : 12 Agustus 1955 – 3 Maret 1956
Program :
•Mengembalikan kewibawaan pemerintah, yaitu mengembalikan kepercayaan Angkatan
Darat dan masyarakat kepada pemerintah.
•Melaksanakan pemilihan umum menurut rencana yang sudah ditetapkan dan mempercepat
•terbentuknya parlemen baru
•Masalah desentralisasi, inflasi, pemberantasan korupsi
•Perjuangan pengembalian Irian Barat
•Politik Kerjasama Asia-Afrika berdasarkan
politik luar negeri bebas aktif.
Keberhasilan:
a. Penyelenggaraan pemilu pertama yang
demokratis pada 29 September 1955 (memilih
anggota DPR) dan 15 Desember 1955 (memilih
konstituante). Terdapat 70 partai politik yang
mendaftar tetapi hanya 27 partai yang lolos
seleksi. Menghasilkan 4 partai politik besar yang
memperoleh suara terbanyak, yaitu PNI, NU,
Masyumi, dan PKI.
b. Perjuangan Diplomasi Menyelesaikan masalah
Irian Barat dengan pembubaran Uni Indonesia-
Belanda.
c. Pemberantasan korupsi dengan menangkap para
pejabat tinggi yang dilakukan oleh polisi militer.
d. Terbinanya hubungan antara Angkatan Darat
dengan Kabinet Burhanuddin.
e. Menyelesaikan masalah peristiwa 27 Juni 1955
dengan mengangkat Kolonel AH Nasution sebagai
Staf Angkatan Darat pada 28 Oktober 1955.
Kegagalan :
f. Dengan berakhirnya pemilu maka tugas kabinet
Burhanuddin dianggap selesai. Pemilu tidak
menghasilkan dukungan yang cukup terhadap
kabinet sehingga cabinet pun jatuh.
f. Kabinet Ali Sastroamidjoyo II

Kabinet ini merupakan hasil koalisi 3 partai yaitu PNI, Masyumi, dan NU.
Tanggal Pelantikan : 20 Maret 1956 – 4 Maret 1957
• Program yang disebut sebagai "Rencana Pembangunan Lima Tahun" :
A. Perjuangan pengembalian Irian Barat.
B. Pembentukan daerah-daerah otonomi dan mempercepat terbentuknya anggota-anggota
DPRD.
C. Mengusahakan perbaikan nasib kaum buruh dan pegawai.
D. Menyehatkan perimbangan keuangan negara.
E. Mewujudkan perubahan ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional berdasarkan
kepentingan rakyat.
• Program Pokok :
A. Pembatalan KMB.
B. Pemulihan keamanan dan ketertiban, pembangunan lima tahun, menjalankan politik luar
negeri bebas aktif.
C. Melaksanakan keputusan KAA.
• Keberhasilan :
a. Mendapat dukungan penuh dari presiden
dan dianggap sebagai titik tolak dari
periode planning and investment,
hasilnya adalah Pembatalan seluruh
perjanjian KMB.
• Kegagalan :
a. Mundurnya sejumlah menteri dari
Masyumi membuat kabinet hasil Pemilu I
ini jatuh dan menyerahkan mandatnya
pada presiden.
g. Kabinet Juanda

• Kabinet ini adalah zaken kabinet (kabinet yang terdiri dari para pakar yang ahli
dalam bidangnya).
• Dibentuk karena Kegagalan konstituante dalam menyusun Undang-undang Dasar
pengganti UUDS 1950 dan terjadinya perebutan kekuasaan antara partai politik.
• Perdana Menteri : Ir. Djuanda
• Tanggal Pelantikan : 9 April 1957 - 5 Juli 1959
• Program- program yang disebut "Panca Karya" :
A. Membentuk Dewan Nasional.
B. Normalisasi keadaan Republik Indonesia.
C. Melancarkan pelaksanaan Pembatalan KMB.
D. Perjuangan pengembalian Irian Jaya.
E. Mempergiat/mempercepat proses Pembangunan.
• Keberhasilan :
a. Mengatur kembali batas perairan nasional
Indonesia melalui Deklarasi Djuanda, yang
mengatur mengenai laut pedalaman dan laut
teritorial.
b. Terbentuknya Dewan Nasional sebagai badan
yang bertujuan menampung dan menyalurkan
pertumbuhan kekuatan yang ada dalam
masyarakat dengan presiden sebagai ketuanya.
Sebagai titik tolak untuk menegakkan sistem
demokrasi terpimpin.
c. Mengadakan Musyawarah Nasional (Munas)
untuk meredakan pergolakan di berbagai
daerah.
d. Diadakan Musyawarah Nasional Pembangunan
untuk mengatasi masalah krisis dalam negeri
tetapi tidak berhasil dengan baik.
• Kegagalan :
a. Berakhir saat presiden Sukarno mengeluarkan
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan mulailah babak
baru sejarah RI yaitu Demokrasi Terpimpin.
FAKTOR YANG MENYEBABKAN KEADAAN EKONOMI TERSENDAT :

1) Setelah pengakuan kedaulatan dari Belanda pada tanggal 27 Desember 1949,


bangsa Indonesia menanggung beban ekonomi dan keuangan seperti yang telah
ditetapkan dalam KMB. Beban tersebut berupa hutang luar negeri sebesar 1,5
Triliun rupiah dan utang dalam negeri sejumlah 2,8 Triliun rupiah.
2) Defisit yang harus ditanggung oleh Pemerintah pada waktu itu sebesar 5,1 Miliar.
3) Indonesia hanya mengandalkan satu jenis ekspor terutama hasil bumi yaitu
pertanian dan perkebunan sehingga apabila permintaan ekspor dari sektor itu
berkurang akan memukul perekonomian Indonesia.
4) Politik keuangan Pemerintah Indonesia tidak di buat di Indonesia melainkan
dirancang oleh Belanda.
5) Pemerintah Belanda tidak mewarisi nilai-nilai yang cukup untuk mengubah sistem
ekonomi kolonial menjadi sistem ekonomi nasional.
6) Belum memiliki pengalaman untuk menata ekonomi secara baik, belum memiliki
tenaga ahli dan dana yang diperlukan secara memadai.
KEBIJAKAN PEMERINTAH UNTUK MENGATASI MASALAH EKONOMI MASA LIBERAL

1. Gunting Syafruddin
• Kebijakan ini adalah Pemotongan nilai uang (sanering). Caranya
memotong semua uang yang bernilai Rp. 2,50 ke atas hingga nilainya
tinggal setengahnya.
• Kebijakan ini dilakukan oleh Menteri Keuangan Syafruddin Prawiranegara
pada masa pemerintahan RIS. Tindakan ini dilakukan pada tanggal 20
Maret 1950 berdasarkan SK Menteri Nomor 1 PU tanggal 19 Maret 1950
• Tujuannya untuk menanggulangi defisit anggaran sebesar Rp. 5,1 Miliar.
• Dampaknya rakyat kecil tidak dirugikan karena yang memiliki uang Rp.
2,50 ke atas hanya orang-orang kelas menengah dan kelas atas. Dengan
kebijakan ini dapat mengurangi jumlah uang yang beredar dan
pemerintah mendapat kepercayaan dari pemerintah Belanda dengan
mendapat pinjaman sebesar Rp. 200 juta.
2.  Sistem Ekonomi Gerakan Benteng

• Sistem ekonomi Gerakan Benteng merupakan usaha pemerintah Republik Indonesia untuk mengubah struktur
ekonomi yang berat sebelah yang dilakukan pada masa Kabinet Natsir yang direncanakan oleh Sumitro
Joyohadikusumo (menteri perdagangan). Program ini bertujuan untuk mengubah struktur ekonomi kolonial
menjadi struktur ekonomi nasional (pembangunan ekonomi Indonesia).
Programnya :
a) Menumbuhkan kelas pengusaha dikalangan bangsa Indonesia.
b) Para pengusaha Indonesia yang bermodal lemah perlu diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam
pembangunan ekonomi nasional.
c) Para pengusaha Indonesia yang bermodal lemah perlu dibimbing dan diberikan bantuan kredit.
d) Para pengusaha pribumi diharapkan secara bertahap akan berkembang menjadi maju.

• Gagasan Sumitro ini dituangkan dalam program Kabinet Natsir dan Program Gerakan Benteng dimulai pada April
1950. Hasilnya selama 3 tahun (1950-1953) lebih kurang 700 perusahaan bangsa Indonesia menerima bantuan
kredit dari program ini. Tetapi tujuan program ini tidak dapat tercapai dengan baik meskipun beban keuangan
pemerintah semakin besar. Kegagalan program ini disebabkan karena :
a) Para pengusaha pribumi tidak dapat bersaing dengan pengusaha non pribumi dalam kerangka sistem ekonomi
liberal.
b) Para pengusaha pribumi memiliki mentalitas yang cenderung konsumtif.
c) Para pengusaha pribumi sangat tergantung pada pemerintah.
d) Para pengusaha kurang mandiri untuk mengembangkan usahanya.
e) Para pengusaha ingin cepat mendapatkan keuntungan besar dan menikmati cara hidup mewah.
f) Para pengusaha menyalahgunakan kebijakan dengan mencari keuntungan secara cepat dari kredit yang mereka
peroleh.
• Dampaknya program ini menjadi salah satu sumber defisit keuangan. Beban
defisit anggaran Belanja pada 1952 sebanyak 3 Miliar rupiah ditambah sisa defisit
anggaran tahun sebelumnya sebesar 1,7 miliar rupiah. Sehingga menteri
keuangan Jusuf Wibisono memberikan bantuan kredit khususnya pada pengusaha
dan pedagang nasional dari golongan ekonomi lemah sehingga masih terdapat
para pengusaha pribumi sebagai produsen yang dapat menghemat devisa dengan
mengurangi volume impor.

3.  Nasionalisasi De Javasche Bank


• Seiring meningkatnya rasa nasionalisme maka pada akhir tahun 1951 pemerintah
Indonesia melakukan nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia.
Awalnya terdapat peraturan bahwa mengenai pemberian kredi tharus
dikonsultasikan pada pemerintah Belanda. Hal ini menghambat pemerintah
dalam menjalankan kebijakan ekonomi dan moneter.
• Tujuannya adalah untuk menaikkan pendapatan dan menurunkan biaya ekspor,
serta melakukan penghematan secara drastis.
• Perubahan mengenai nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia
sebagai bank sentral dan bank sirkulasi diumumkan pada tanggal 15 Desember
1951 berdasarkan Undang-undang No. 24 tahun 1951.
4. Sistem Ekonomi Ali-Baba
• Sistem ekonomi Ali-Baba diprakarsai oleh Iskaq Tjokrohadisurjo
(mentri perekonomian kabinet Ali I). Tujuan dari program ini adalah
a) Untuk memajukan pengusaha pribumi.
b) Agar para pengusaha pribumi Bekerjasama memajukan ekonomi
nasional.
c) Pertumbuhan dan perkembangan pengusaha swasta nasional
pribumi dalam rangka merombak ekonomi kolonial menjadi
ekonomi nasional.
d) Memajukan ekonomi Indonesia perlu adanya kerjasama antara
pengusaha pribumi dan non pribumi.

• Ali digambarkan sebagai
pengusaha pribumi sedangkan Baba digambarkan sebagai
pengusahanon pribumi khususnya Cina.
Pelaksanaan kebijakan Ali-Baba,
a) Pengusaha pribumi diwajibkan untuk memberikan latihan-latihan dan
tanggung jawab kepada tenaga-tenaga bangsa Indonesia agar dapat
menduduki jabatan-jabatan staf.
b) Pemerintah menyediakan kredit dan lisensi bagi usaha-usaha swasta
nasional
c) Pemerintah memberikan perlindungan agar mampu bersaing dengan
perusahaan-perusahaan asing yang ada.

Program ini tidak dapat berjalan dengan baik sebab:


d) Pengusaha pribumi kurang pengalaman sehingga hanya dijadikan alat
untuk mendapatkan bantuan kredit dari pemerintah. Sedangkan
pengusaha non pribumi lebih berpengalaman dalam memperoleh
bantuan kredit.
e) Indonesia menerapkan sistem Liberal sehingga lebih mengutamakan
persaingan bebas.
f) Pengusaha pribumi belum sanggup bersaing dalam pasar bebas.
5. Persaingan Finansial Ekonomi (Finek)
• Pada masa Kabinet Burhanudin Harahap dikirim delegasi ke Jenewa untuk
merundingkan masalah finansial-ekonomi antara pihak Indonesia dengan pihak
Belanda. Misi ini dipimpin oleh Anak Agung Gede Agung. Pada tanggal 7 Januari
1956 dicapai kesepakatan rencana persetujuan Finek, yang berisi :
a) Persetujuan Finek hasil KMB dibubarkan.
b) Hubungan Finek Indonesia-Belanda didasarkan atas hubungan bilateral.
c) Hubungan Finek didasarkan pada Undang-undang Nasional, tidak boleh diikat oleh
perjanjian lain antara kedua belah pihak.
d) Hasilnya pemerintah Belanda tidak mau menandatangani, sehingga Indonesia
mengambil langkah secara sepihak. Tanggal 13 Februari1956, Kabinet
Burhanuddin Harahap melakukan pembubaran Uni Indonesia-Belanda secara
sepihak.
• Tujuannya untuk melepaskan diri dari keterikatan ekonomi dengan Belanda.
Sehingga, tanggal 3 Mei 1956, akhirnya Presiden Sukarno menandatangani
undang-undang pembatalan KMB.
• Dampaknya :
a) Banyak pengusaha Belanda yang menjual perusahaannya, sedangkan pengusaha
pribumi belum mampu mengambil alih perusahaan Belanda tersebut.
6.  Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT)
• Masa kerja kabinet pada masa liberal yang sangat singkat dan program
yang silih berganti menimbulkan ketidakstabilan politik dan ekonomi
yang menyebabkan terjadinya kemerosotan ekonomi, inflasi, dan
lambatnya pelaksanaan pembangunan.
• Program yang dilaksanakan umumnya merupakan program jangka
pendek, tetapi pada masa kabinet Ali Sastroamijoyo II, pemerintahan
membentuk Badan Perencanaan Pembangunan Nasional yang disebut
Biro Perancang Negara. Tugas biro ini merancang pembangunan jangka
panjang. Ir. Juanda diangkat sebagai menteri perancang nasional. Biro
ini berhasil menyusun Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT) yang
rencananya akan dilaksanakan antara tahun 1956-1961 dan disetujui
DPR pada tanggal 11 November 1958. Tahun 1957 sasaran dan prioritas
RPLT diubah melalui Musyawarah Nasional Pembangunan (Munap).
Pembiayaan RPLT diperkirakan 12,5 miliar rupiah.
RPLT tidak dapat berjalan dengan baik
disebabkan karena :
a) Adanya depresi ekonomi di Amerika Serikat
dan Eropa Barat pada akhir tahun 1957 dan
awal tahun 1958 mengakibatkan ekspor
dan pendapatan negara merosot.
b) Perjuangan pembebasan Irian Barat dengan
melakukan nasionalisasi perusahaan-
perusahaan Belanda di Indonesia
menimbulkan gejolak ekonomi.
c) Adanya ketegangan antara pusat dan
daerah sehingga banyak daerah yang
melaksanakan kebijakan ekonominya
masing-masing.
7. Musyawarah Nasional Pembangunan
• Masa kabinet Juanda terjadi ketegangan hubungan antara pusat dan daerah.
Masalah tersebut untuk sementara waktu dapat teratasi dengan Musayawaraah
Nasional Pembangunan (Munap).Tujuan diadakan Munap adalah untuk
mengubah rencana pembangunan agar dapat dihasilkan rencana pembangunan
yang menyeluruh untuk jangka panjang. Tetapi tetap saja rencana
pembangunan tersebut tidak dapat dilaksanakan dengan baik karena :
a) Adanya kesulitan dalam menentukan skala prioritas.
b) Terjadi ketegangan politik yang tak dapat diredakan.
c) Timbul pemberontakan PRRI/Permesta.
d) Membutuhkan biaya besar untuk menumpas pemberontakan PRRI/ Permesta
sehingga meningkatkan defisit Indonesia.
e) Memuncaknya ketegangan politik Indonesia- Belanda menyangkut masalah
Irian Barat mencapai konfrontasi bersenjata.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai