Anda di halaman 1dari 21

Eka Vidiyanti (010118A045)

Khusnul Latifah (010118A073)


Nadhea Dinda K.S (010118A089)
Obesitas atau kegemukan dari segi kesehatan
merupakan salah satu penyakit salah gizi,
sebagai akibat konsumsi makanan yang jauh
melebihi kebutuhannya
Menurut gejala klinisnya (Soetjiningsih.2016), obesitas dibagi menjadi:

Obesitas sederhana (simple obesity)


Terdapat gejala kegemukan saja tanpa disertai kelainan hormonal/mental/fisik
lainnya, obesitas ini terjadi karena faktor nutrisi.
Bentuk khusus obesitas

1. Kelainan endokrin/hormonal
Tersering adalah sindrom Cushing, pada anak yang sensitif terhadap
pengobatan hormon steroid.
2. Kelainan somatodismorfik
Obesitas pada kelainan ini selalu diikuti dengan retardasi mental dan kelainan
ortopedi.
3. Kelainan hipotalamus
Kelainan pada hipotalamus mempengaruhi nafsu makan dan berakibat
terjadinya obesitas, sebagai akibat kraniofaringioma, leukemia serebral,
ortopedi.
Energi yang dibutuhkan =energi yang di gunakan+/-energi
yang disimpan.Penggunaan energi tersebut adalah untuk
metabolisme basal yaitu peristiwa makanan dan menernakan
makanan, pertumbuhan, aktifitas fisik, dan sebagian kecil
terbuang dari feses (Soetjiningsih, 2012)
Obesitas dapat di sebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
1.Keturunan
2.Pola makan,
3.Obat-obatan
4.Psikososial
5.Ekonomi
6.Aktivitas
7.Pola pikir dan
8.Konsentrasi intake makanan
9.Ibu obesitas
Pengaturan jumlah energi yang kita ambil dari makanan melibatkan
beberapa jaringan dan mekanisme yang menghubungkan otak
dengan usus. Proses ini merupakan kunci dari pengaturan BB dan
modifikasi perilaku makan jangka panjang. Obesitas ditandai
dengan peningkatan jaringan adiposa subkutan. Konsekuensi
metaboliknya seperti resistensi insulin terutama terjadi akibat
deposit lemak pada tempat2 tertentu seperti omentum, hati dan
otototot rangka. Akhir-akhir ini telah pula ditemukan sejenis virus
yang menyertai terjadinya obesitas. Human adenovirus Ad-36
menyebabkan peningkatan diferensiasi dan akumulasi lipid pada
manusia. Pre adiposit 3T3-L1 dapat menerangkan efek adipogenik
dari Ad-36. Regulasi BB dapat terjadi baik jangka pendek maupun
jangka panjang. Obesitas terjadi sebagai akibat ketidakseimbangan
dalam asupan dan pengeluaran energi. Sejumlah informasi telah
tersedia tentang gen, peptida, neurotransmiter dan reseptor di
hipothalamus serta area disekitarnya yang mengatur nafsu makan
dan berat badan.
Anak yang obesitas relatif lebih tinggi pada masa remaja awal,
tetapi pertumbuhan memanjangnya selesai lebih cepat, sehingga
hasil akhirnya mempunyai tinggi badan relatif lebih pendek dari
anak sebayanya (Soetjiningsih.2016).
Bentuk wajah anak obesitas tidak proporsional
Hidung dan mulut relatif kecil, dagu ganda
Terdapat timbunan lemak pada daerah payudara, dimana anak
lakilaki merasa malu karena payudaranya seolah-olah tumbuh
Perut menggantung
Alat kelamin pada laki-laki seolah-olah kecil karena adanya
imbunan lemak pada daerah pangkal paha
Paha dan lengan atas besar, jari tangan relatif kecil dan runcing
Sering terjadi gangguan psikologis, baik sebagai penyebab maupun
akibat dari obesitas. 
 menghitung IMT bayi usia 1-6bln
Berat badan lahir(gr)+(usia×600gram)
 bayi usia 7-12 bln

Berat badan lahir (gr)+(usia×500gram)


 anak usia 1-5 tahun

2n+8
Z score =
Berbagai keadaan yang erat hubungannya dengan obesitas, baik
yang terjadi pada masa bayi maupun dewasa, antara lain:
Terhadap kesehatan

Obesitas ringan sampai sedang, morbidilitasnya kecil pada masa


anak-anak. Tetapi jika obesitas terjadi setelah dewasa, maka
morbiditas maupun mortalitasnya akan meningkat. Terdapat
kolerasi positif antara tingkat obesitas dengan berbagai penyakit
infeksi kecuali TBC
Saluran pernapasan

Pada bayi, obesitas merupakan resiko terjadinya infeksi saluran


pernapasan bagian bawah, karena terbatasnya kapasitas paru-paru.
Kulit

Kulit sering lecet karena adanya gesekan. Anak merasa


gerah/panas, sering disertai miliaria maupun jamur pada lipatan-
lipatan kulit
 Ortopedi
Anak yang obesitas pergerakannya akan lembat. Sering terjadi kelainan
ortopedi seperti legg-perthee disease, genu valgum, slipped femoral
capital epiphysis, tibia vara, dll.
 Efek psikologis

Anak akan cenderung kurang merasa percaya diri. Anak pada masa remaja
yang obesitas biasanya pasif dan depresi

Bila obesitas pada anak terus berlanjut sampai masa dewasa akan
mengakibatkan:
 Hipertensi pada masa adolesari

Hiperlipidemia, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, hipertensi


maligna pada dewasa
 Diabetes

Sindrom pickwickian merupakan komplikasi yang berat dari obesitas


dewasa, yaitu gangguan pada jantung dan pernapasan
 Maturitas seksual terjadi lebih awal, menstruasi tidak teratur.
Mencegah obesitas jauh lebih baik daripada
mengobati kalau sudah obesitas yang penting
adalah bagaimana mengubah pandangan
masyarakat agar mereka tidak menganggap
bahwa sehat itu identik dengan gemuk. 
pencegahan harus sedini mungkin yang dimulai
sejak dari bayi yaitu dengan memberikan ASI,
bayi yang minum ASI jarang yang menjadi
obesitas, komposisi mempunyai mekanisme
tersendiri dalam mengontrol berat badan bayi.
Menurut CDC 2016 penyebab obesitas yaitu akibat
pola makan yang buruk,  aktivitas fisik tidur tidak
sesuai faktor genetik bahkan penyakit atau obat-
obatan (Budianto, 2019).  penyebab obesitas pada
anak antara lain asupan makanan berlebih yang
berasal dari jenis makanan olahan serba instan
minuman soft drink Makanan jajanan seperti
makanan cepat saji seperti (burger, pizza, hot dog) 
dan makanan cepat saji lainnya, yang menunjukkan
bahwa anak-anak yang sering mengkonsumsi
makanan fast food lebih dari 3 kali per minggu
beresiko mengalami obesitas sebesar 3,28%
(badjeber 2012). 
menurut Soegih dan wiramihardja, 2009  yang menyatakan
bahwa apabila aktivitas rendah kemungkinan terjadi obesitas
semakin meningkat. anak yang jarang melakukan aktivitas 7
kali berarti com mengalami obesitas daripada yang sering
melakukan aktivitas fisik. menurut Amran, 2012 dari analisis 
bivariat nya menunjukkan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas
pada anak dengan kekuatan hubungan kuat dan Arah
hubungan positif (P< 0,05 dengan p = 0,001). Oleh karena
itu kegemukan dan obesitas pada anak yang jarang
beraktivitas fisik maupun olahraga disebabkan oleh jumlah
kalori yang dibakar lebih sedikit kalori yang diperoleh dari
makanan yang dikonsumsi sehingga berpotensi menimbulkan
Penimbunan lemak berlebih di dalam tubuh. 
Dapat diindikasikan bahwa durasi tidur anak yang tidur
selama 7 sampai 9 jam (pendek) lebih dari 63,6% anak
memiliki status gizi gemuk- obesitas hasil uji statistik
menunjukkan hubungan durasi tidur dengan kejadian
obesitas berdasar atas status gizi menurut IMT/U dengan
kekuatan hubungan koefisien korelasi sangat kuat ( 0,941)
dan Arah hubungan yang negatif karena durasi tidur
( independen) jika semakin berkurang atau rendah maka akan
menyebabkan kejadian gemuk- obesitas ( dependen) semakin
meningkat. tidur selama 2 sampai 4 jam sehari dapat
menyebabkan kehilangan 18 liptint dan juga meningkatkan
28% ghrelin yang dapat menambah nafsu makan kira-kira 23
sampai 24%. leptin adalah protein hormon yang diproduksi
jaringan lemak yang berfungsi mengendalikan cadangan
lemak dan mempengaruhi nafsu makan sedangkan ghrelin
adalah hormon yang dapat mempengaruhi Rasa lapar dan
kenyang titik
 Identitas pasien (pasien dan penanggung
jawab)
 Riwayat kesehatan
 Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum
 Pemeriksaan persistem
 Pola fungsi kesehatan
 Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake makanan
 Ketidakefektifan pola nafas berhubungan

dengan sindrom hiperventilasi


 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan

gaya hidup kurang gerak


 Gangguan Citra tubuh berhubungan dengan

perubahan presepsi diri


 Hambatan interaksi sosial berhubungan

dengan gangguan konsep diri


1. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
b/d intake makanan
Intervensi:
Monitor intake makanan latihan peningkatan BB
dan penurunan BB
Monitor kondisi medis yang mempengaruhi BB
Monitor kebiasaan, gaya hidup, dan faktor
herediter yang dapat mempengaruhi BB
Diskusikan bersama pasien mengenai Resiko yang
berhubungan dengan peningkatan dan penurunan
BB
Dorong pasien untuk merubah kebiasaan makan
Perkiraan BB ideal pasien. 
2. Ketidakefektifan pola nafas b/d sindrom
hiperventilasi
Intervensi:
Pertahankan kepatenan jalan nafas 
Posisikan Untuk meringankan   dispnea
Monitor Oksigenasi BGA, SaO2, O2
Monitor ttv
Inisiasi supaya resusitasi dengan tepat 
3. Intoleransi aktivitas b/d gaya hidup kurang gerak
Intervensi:
Monitor aktivitas yang mampu dilakukan client
Identifikasi sumber yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
Bantu klien untuk membuat jadwal latihan waktu
luang
Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
beraktivitas
Monitor respon fisik emosi sosial dan spiritual
Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medik
dalam merencanakan program terapi yang tepat.

Anda mungkin juga menyukai