KELOMPOK 2
1. Fajar Maulana
2. Iftah Shorraya
3. Mifta Oktaviani Khotijah
4. Mochamad Nugraha Saputra
5. Nuryati
6. Qori Nulhakim
7. Siti Iklimah
8. Siti Shopiaturohmah
Pengertian Doa
Definisi doa secara etimologis berasal dari kata bahasa Arab (da’a-
yad’uu – du’aa-an) yang berarti memohon atau meminta. Kata doa
juga mempunyai beberapa makna atau arti lain yang merujuk
kepada ayat-ayat Al Quran dan Al Hadist. Menurut Ibnul Qayyim
dalam kitabnya, Bada’I’ul Fawa’id menerangkan bahwa doa
merupakan permohonan untuk segala sesuatu yang bermanfaat dan
tuntutan untuk menjauhkan segala sesuatu yang mendatangkan
kemudharatan.
Pemberian terapi doa sebagai salah satu terapi psikoreligius merupakan terapi modalitas yang dapat
dilakukan sebagai terapi tambahan atau komplementer. Menurut Hawari (2008), terapi psikoreligius dapat
membangkitkan harapan (hope), rasa percaya diri (self confidence) dan keimanan (faith) pada diri
seseorang. Terapi psikoreligius untuk menurunkan tingkat stres pada pasien halusinasi mendapatkan data
objektif tentang perasaan lebih tenang, emosi lebih terkendali, dan tidak gelisah. Aspek religiusitas
mengandung unsur meditasi dan relaksasi sehingga sebagai mekanisme koping yang dapat
membangkitkan ketahanan tubuh seseorang secara alami. Secara biologis orang dengan tingkat
religiusitas tinggi memliki kadar CD-4 (limfosit T helper) yang tinggi, ini menunjukkan tingginya daya tahan
imunologi seseorang.
Terapi doa merupakan salah satu teknik pikiran-tubuh yang berfokus pada Yang Maha
Kuasa. Teknik ini menghasilkan emosi positif dan strategi koping afektif yang dapat
membantu mengubah cara pikir individu dalam menghadapi masalah, melalui pengontrolan
respon terhadap stres karena mereka harus memaksakan kontrol reaksi dan perilakunya
terhadap stres. Terapi ini menggunakan aktivitas mental berulang dan menolak dengan
sadar terhadap pikiran-pikiran negatif dan menghasilkan stimuli kognitif menjadi positif.
Kontra Indikasi Terapi Doa
Komunikasi