Anda di halaman 1dari 44

TUBERKULOSIS

Pembimbing : dr. Indri Savitri, Sp.P

Presentator : Zaki Ahmad Hakiqi 2015730137

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2020
DEFINISI TUBERKULOSIS

Tuberkulosis adalah
Infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis.

Sudoyo. W. Aru. Tuberkulosis, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi VI. 2014. Interna Publishing, Jakarta.
EPIDEMIO
LOGI

https://tbindonesia.or.id/page/view/39/situasi-tb-di-indonesia-tahun
https://www.who.int/tb/publications/global_report/tb19_Report_country_profiles_15October2019.pdf?ua=1
ETIOLOGI
 Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis ,

 Berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3 -


0,6/um,

 Dinding kuman terdiri atas asam lemak (lipid), kemudian peptidoglikan


dan arabinomannan. Karena itu kuman menjadi tahan terhadap asam.

 Dapat bertahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin
(dapat bertahan bertahun-tahun dalam lemari es).

 Kuman dapat bersifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat
bangkit kembali dan menjadi penyakit tuberkulosis menjadi aktif lagi. Kata kunci :
1. Mycobacterium tuberculosis
 Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman 2. Berdinding Lipid
lebih menyenangi jaringan yang tinggi akan kandungan oksigen. 3. Bersifat Dormant dan Aerob

Sudoyo. W. Aru. Tuberkulosis, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi VI. 2014. Interna Publishing, Jakarta.
CARA
PENULARAN

Inhalasi
Penularan penyakit ini sebagian besar melalui
inhalasi basil yang menganduk droplet nuclei,
khususnya yang didapat dari pasien TB paru
dengan batuk berdarah atau berdarak yang
mengandung basil tahan asam (BTA).

Sudoyo. W. Aru. Tuberkulosis, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi VI. 2014. Interna Publishing, Jakarta.
Tuberkulosis Primer
PATOGENESIS Tuberkulosis Sekunder

Sudoyo. W. Aru. Tuberkulosis, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi VI. 2014. Interna Publishing, Jakarta.
PATOGENESIS TB PRIMER
Inhalasi (menetap
dalam udara Terhirup orang sehat, masuk Dihadapi oleh neutrofil
Terjadi fagositosis
bebas selama 1-2 ke alveolar bila <5um lalu makrofag
jam)

Menetap di jaringan paru, berbentuk Menjalar sampai Masuk ke arteri


sarang tuberculosis (fokus Ghon) pleura  efusi pleura pulmonalis  TB milier

Timbul peradangan saluran getah Sarang primer, limfangitis PROSES 3-8


a. Secara perkontinuitatum
bening menuju hilus diikuti lokal, limfadenitis regional = MINGGU
b. Secara bronkogen
pembesaran KGB hilus KOMPLEKS PRIMER c. Secara limfogen
d. Secara hematogen

Sembuh tanpa Sembuh dengan sedikit Berkomplikasi dan


cacat bekas (fibrotik, kalsifikasi) menyebar
Sudoyo. W. Aru. Tuberkulosis, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi VI. 2014. Interna Publishing, Jakarta.
PATOGENESIS TB PASCA PRIMER

Muncul bertahun-tahun
Kuman Dimulai sarang dini di regio
kemudian sebegai infeksi Imunitas menurun
dormant atas paru ke parenkim
endogen menjadi TB dewasa

3 – 10 minggu menjadi tuberkel


(sel histiosist dan datia langhans)
Sarang meluas, segera
Direabsorpsi,
sembuh dengan serbukan
sembuh tanpa cacat
jar fibrosis

Membungkus diri Granuloma membentuk Dibatukkan keluar


menimbulkan perkapuran jaringan keju terjadi kavitas

Proses hidrolisis protein lipid dan asam


Meluas lagi, timbul nukleat
Memadat dan oleh enzim yang Bersih
membungkus diproduksi
dan menyembuh
sarang pneumonia baru diri (tuberkuloma) makrofag (open healed cavity)
Sudoyo. W. Aru. Tuberkulosis, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi VI. 2014. Interna Publishing, Jakarta.
KLASIFIKASI PASIEN TB
Pasien TB diklasifikasikan
menurut:
Lokasi anatomi dari penyakit
Riwayat pengobatan sebelumnya
Hasil pemeriksaan uji kepekaan obat
Status HIV
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._67_ttg_Penanggulangan_Tuberkolosis_.pdf
KLASIFIKASI:
LOKASI ANATOMI DARI PENYAKIT

TUBERKULOSIS PARU • CATATAN:


TB yang terjadi pada parenkim • Limfadenitis TB dirongga dada (hilus dan atau mediastinum)
(jaringan) paru. Milier TB atau efusi pleura tanpa terdapat gambaran radiologis yang
dianggap sebagai TB paru karena mendukung TB pada paru, dinyatakan sebagai TB ekstra paru.
adanya lesi pada jaringan paru. • Pasien yang menderita TB paru dan sekaligus juga menderita
TB ekstra paru, diklasifikasikan sebagai pasien TB paru.

TUBERKULOSIS EKSTRA PARU • CATATAN:


TB yang terjadi pada organ selain • Diagnosis TB ekstra paru dapat ditetapkan berdasarkan hasil
paru, misalnya: pleura, kelenjar pemeriksaan bakteriologis atau klinis.
limfe, abdomen, saluran kencing, • Diagnosis TB ekstra paru harus diupayakan berdasarkan
kulit, sendi, selaput otak dan penemuan Mycobacterium tuberculosis.
tulang. • Pasien TB ekstra paru yang menderita TB pada beberapa
organ, diklasifikasikan sebagai pasien TB ekstra paru pada
organ menunjukkan gambaran TB yang terberat.
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._67_ttg_Penanggulangan_Tuberkolosis_.pdf
KLASIFIKASI:
RIWAYAT PENGOBATAN SEBELUMNYA

Pasien baru TB: pasien yang belum pernah mendapatkan pengobatan TB sebelumnya atau sudah pernah
menelan OAT namun kurang dari 1 bulan (˂ dari 28 dosis).

Pasien yang pernah diobati TB: pasien yang sebelumnya pernah menelan OAT selama 1 bulan atau lebih (≥
dari 28 dosis). Pasien ini selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan hasil pengobatan TB terakhir, yaitu:
• Pasien kambuh: pasien TB yang pernah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap dan saat ini didiagnosis TB
berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis atau klinis (baik karena benar-benar kambuh atau karena reinfeksi).
• Pasien yang diobati kembali setelah gagal: pasien TB yang pernah diobati dan dinyatakan gagal pada pengobatan
terakhir.
• Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up): pasien yang pernah diobati dan dinyatakan lost
to follow up (klasifikasi ini sebelumnya dikenal sebagai pengobatan pasien setelah putus berobat/default).
• Lain-lain: pasien TB yang pernah diobati namun hasil akhir pengobatan sebelumnya tidak diketahui.

Pasien yang riwayat pengobatan sebelumnya tidak diketahui.

http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._67_ttg_Penanggulangan_Tuberkolosis_.pdf
KLASIFIKASI:
HASIL PEMERIKSAAN UJI KEPEKAAN OBAT
Pengelompokan pasien disini berdasarkan hasil uji kepekaan contoh uji
dari Mycobacterium tuberculosis terhadap OAT dan dapat berupa:
• Mono resistan (TB MR): resistan terhadap salah satu jenis OAT lini pertama saja.
• Poli resistan (TB PR): resistan terhadap lebih dari satu jenis OAT lini pertama selain Isoniazid
(H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan.
• Multi drug resistan (TB MDR): resistan terhadap Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara
bersamaan.
• Extensive drug resistan (TB XDR): adalah TB MDR yang sekaligus juga resistan terhadap salah
satu OAT golongan fluorokuinolon dan minimal salah satu dari OAT lini kedua jenis suntikan
(Kanamisin, Kapreomisin dan Amikasin).
• Resistan Rifampisin (TB RR): resistan terhadap Rifampisin dengan atau tanpa resistensi
terhadap OAT lain yang terdeteksi menggunakan metode genotip (tes cepat) atau metode
fenotip (konvensional).

http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._67_ttg_Penanggulangan_Tuberkolosis_.pdf
KLASIFIKASI:
STATUS HIV
Pasien TB dengan HIV positif, pasien dengan:
• Hasil tes HIV positif sebelumnya atau sedang mendapatkan ART, atau
• Hasil tes HIV positif pada saat diagnosis TB

Pasien TB dengan HIV negative, pasien dengan:


• Hasil tes HIV negative sebelumnya
• Hasil tes HIV negative pada saat diagnosis TB

Pasien TB dengan status HIV tidak diketahui


• Pasien TB tanpa ada bukti pendukung hasil tes HIV saat diagnosis TB ditetapkan.

http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._67_ttg_Penanggulangan_Tuberkolosis_.pdf
DIAGNOSIS, Gejala Klinis
GEJALA RESPIRATORIK
• Batuk /batuk darah
• Sesak napas
• Nyeri dada

GEJALA TAMBAHAN
• Demam
• Gejala sistemik lain: malaise, keringat malam,
anoreksia, berat badan menurun
DIAGNOSIS, Pemeriksaan Fisik
• Inspeksi:
• 1. Asimetri pergerakan dinding dada jika TB berat hingga ada efusi pleura atau
pleuritis
• Palpasi:
• 1. Asimetris saat dipalpasi pengembangan dinding dada jika tb berat
• 2. Fremitas taktil meningkat pada TB jika ada efusi pleura
• Perkusi:
• 1. Redup jika infiltrasi agak luas akibat adanya konsolidasi paru
• 2. Hipersonor/timpani jika ada kavitas besar
TB PARU • 3. Ketika terjadi efusi pleura, perkusi memberikan suara pekak
• Auskultasi
• 1. Bronkial : infiltrat agak luas, karena jaringan paru berisi cairan atau jaringan
padat
• 2. Vesikular lemah : pada penebalan pleura
• 3. Amforik (seperti suara botol yang ditiup): jika ada kavitas besar
• 4. Suara napas tambahan dapat muncul karena parenkim berisi cairan (infiltrasi
luas)
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
DARAH Pada TB paru mulai aktif jumlah leukosit sedikit tinggi, LED mulai meningkat.

SPUTUM Anjurkan minum air 2 liter dan melakukan refleks batuk. Bila sulit diambil
dengan brushing atau bronchial washing (BAL). Bilasan lambung pada anak.
BTA + sekurangnya ditemukan 3 batang kuman pada satu sediaan (5000 kuman
dalam 1 mL sputum)
Pemeriksaan dengan biakan, 4-6 minggu koloni kuman mulai tampak. 8 minggu
tidak tampak (-). Medium : Lowenstein Jensen, Kudoh, Ogawa.
Teknik PCR mendeteksi DNA kuman TB dalam waktu lebih cepat atau kuman yang
tidak tumbuh dalam biakan.

Sudoyo. W. Aru. Tuberkulosis, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi VI. 2014. Interna Publishing, Jakarta.
PEMERIKSAAN SPUTUM
PEMERIKSAAN DAHAK MIKROSKOPIS LANGSUNG
• Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan pengobatan
dan menentukan potensi penularan.
• Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3contoh uji
dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa dahak Sewaktu-
Pagi-Sewaktu (SPS).

PEMERIKSAAN BIAKAN
• Pemeriksaan biakan untuk identifikasi Mycobacterium tuberkulosis (M.tb) dimaksudkan untuk
menegakkan diagnosis pasti TB pada pasien tertentu, misal:
• Pasien TB ekstra paru.
• Pasien TB anak.
• Pasien TB dengan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis langsung BTA negatif.
Sudoyo. W. Aru. Tuberkulosis, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi VI. 2014. Interna Publishing, Jakarta.
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
Tes Mantoux, menyuntikkan 0.1 cc tuberkulin intrakutan kekuatan 5 T.U (
TES TUBERKULIN intermediate strength)
5 T.U masih hasil (–) ulangi 250 T.U masih (-) TB
250 T.U disingkirkan
Setelah 48-72 jam disuntikkan, timbul reaksi berupa indurasi kemerahan
t/a infiltrat limfosit.
- Mantoux (-) : indurasi 0-5 mm
- Meragukan : indurasi 6-9 mm
- Mantoux (+) : indurasi 10-15 mm
- Mantoux (+ kuat ): indurasi > 15 mm

Positif palsu pada pemberian BCG atau terinfeksi Mycobacterium lain.

Pasien dengan HIV, tes Mantoux kurang lebih 5 mm dinilai (+).


Sudoyo. W. Aru. Tuberkulosis, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi VI. 2014. Interna Publishing, Jakarta.
Alur
diagnosis
Prinsip Penegakkan Diagnosis
 Diagnosis TB Paru pada orang dewasa harus ditegakkan terlebih dahulu
dengan pemeriksaan bakteriologis. Pemeriksaan bakteriologis yang dimaksud
adalah pemeriksaan mikroskopis, tes cepat molekuler TB dan biakan.
 Pemeriksaan TCM digunakan untuk penegakan diagnosis TB, sedangkan
pemantauan kemajuan pengobatan tetap dilakukan dengan pemeriksaan
mikroskopis.
 Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks
saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang spesifik pada TB
paru, sehingga dapat menyebabkan terjadi overdiagnosis ataupun
underdiagnosis.
 Tidak dibenarkan mendiagnosis TB dengan pemeriksaan serologis.
TATALAKSANA TB
TUJUAN PENGOBATAN
• Menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan
rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT.

PRINSIP PENGOBATAN
• OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup
dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan.
• Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung
(DOTS= Directly Observed Treatment Shortcourse) oleh seorang Pengawas Menelan
Obat (PMO).
• Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap awal dan lanjutan.
PENGELOMPOKAN OBAT
Paduan OAT Kategori-1 dan Kategori-2 disediakan dalam bentuk paket obat kombinasi dosis
tetap (OAT-KDT).
• Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya
disesuaikan dengan berat badan pasien.

Paket Kombipak
• Paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol yang
dikemas dalam bentuk blister. Paduan OAT ini disediakan program untuk digunakan dalam
pengobatan pasien yang terbukti mengalami efek samping pada pengobatan dengan OAT
KDT sebelumnya.
PENGOBATAN TB PADA
KEADAAN KHUSUS

TB MILIER
• 2 RHZE/ 4 RH atau sakit berat 2RHZE/ 7 RH
• Kortikosteroid (bila tanda/gejala meningitis, sesak napas,
tanda/gejala toksik, demam tinggi): prednison 30-40
mg/hari, diturunkan 5-10 mg/5-7 hari, 4 - 6 minggu

PLEURITIS EKSUDATIVA TB (EFUSI PLEURA TB)


• 2RHZE/4RH
• Evakuasi cairan, dikeluarkan seoptimal mungkin sesuai
keadaan penderita
• Kortikosteroid, 3-4 minggu
PENGOBATAN TB PADA
KEADAAN KHUSUS
DIABETES MELLITUS
• 2 RHZ(E-S)/4RH  GD tidak terkontrol 2 RHZ(E-S)/ 7 RH
• Etambutol  hati-hati ES ke mata
• Rifampisin  kurangi efektiviti obat oral anti diabetes (sulfonil
urea), shg dosis perlu ditingkatkan

INFEKSI HIV/AIDS
• Dahulukan pengobatan TB, pengobatan ARV dimulai berdasarkan
stadium klinis HIV sesuai standar WHO.

KEHAMILAN
• Hindari aminoglikosida (steptomisin, kanamisin)  ES ototoksik,
menembus barrier placenta.
PENGOBATAN TB PADA
KEADAAN KHUSUS
IBU MENYUSUI DAN BAYINYA
• Semua OAT aman untuk ibu menyusui. INH dapat diberikan
pada bayi untuk pencegahan.

PENGGUNA KONTRASEPSI
• Gunakan kontrasepsi non-hormonal, karena rifamfisin
berinteraksi dengan kontrasepsi hormonal.

TAMBAHAN KORTIKOSTEROID
• Digunakan pada keadaan khusus yang membahayakan jiwa:
Meningitis TB, TB Milier, Hipersensitivitas berat terhadap OAT,
IRIS, Laringitis dengan obstruksi pernapasan bagian atas, TB
saluran kencing
PENGOBATAN TB PADA
KONDISI KHUSUS

KELAINAN HATI
• Pemeriksaan fungsi hati harus dilakukan sebelum memulai pengobatan.
• Tidak boleh menggunakan Pirazinamid
• Hepatitis Akut:
• OAT ditunda sampai hepatitis akutnya mengalami penyembuhan.
• Sangat perlu  Streptomisin dan Etambutol max 3 bulan sampai hepatitisnya
menyembuh dan dilanjutkan dengan Rifampisin dan Isoniazid selama 6 bulan
• Hepatitis Kronis, bila hasil pemeriksaan fungsi hati:
• >3 x  OAT tidak diberikan dan bila dalam pengobatan maka harus dihentikan
• <3 x  pengobatan dapat dilaksanakan atau diteruskan dgn pengawasan ketat
• Panduan: 2RHES/6RH atau 2HES/10HE
PENGOBATAN TB PADA
KONDISI KHUSUS
GANGGUAN FUNGSI GINJAL
• Hindari Streptomisin dan Etambutol  diekskresikan melalui ginjal
• Paduan: 2 HRZE/4 HR
INDIKASI OPERASI
Pasien-pasien yang perlu mendapat tindakan operasi (misalnya reseksi paru), adalah:

Untuk TB paru:
• Pasien batuk darah berat yang tidak dapat diatasi dengan
cara konservatif.
• Pasien dengan fistula bronkopleura dan empiema yang
tidak dapat diatasi secara konservatif.
• Pasien TB MDR dengan kelainan paru yang terlokalisir.
Untuk TB ekstra paru:
• Pasien TB ekstra paru dengan komplikasi, misalnya pasien
TB tulang yang disertai kelainan neurologik.
EVALUASI PENGOBATAN
• Dievaluasi setiap 2 minggu pada 1 bulan pertama pengobatan,
Evaluasi klinik selanjutnya setiap 1 bulan
• Respons pengobatan dan ada tidaknya efek samping obat serta ada
tidaknya komplikasi penyakit
Evaluasi bakteiologik • Evaluasi klinik (keluhan , berat badan, pemeriksaan fisik)
• Sebelum pengobatan dimulai
• Setelah 2 bulan pengobatan (setelah fase intensif)
Evaluasi radiologik •• Sebelum
Pada akhir pengobatan
pengobatan dimulai
• Setelah 2 bulan pengobatan (setelah fase intensif)
• Pada akhir pengobatan
Evaluasi efek samping • Periksa fungsi hati, ginjal , darah lengkap
• Asam urat periksa bila menggunakan pirazinamid
• Visus bila etambutol
Evaluasi keteraturan • Keseimbangan
Penyuluhan dan audiometri
atau pendidikan bila streptomisin
mengenai penyakit dan keteraturan berobat
berobat
yang diberikan kepada penderita, keluarga dan lingkungan.
• Mikroskopik BTA dahak 3,6,12 dan 24 bulan setelah dinyatakan sembuh.
Evaluasi penderita
• Evaluasi foto toraks 6, 12, 24 bulan setelah dinyatakan sembuh.
telah sembuh
KOMPLIKASI
Penyakit tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan
menimbulkan komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan
komplikasi lanjut.

Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis, usus,


Poncet's arthropathy

Komplikasi lanjut : Obstruksi jalan napas ==> SOPT (Sindrom


Obstruksi Pasca Tuberkulosis), kerusakan parenkim berat ==> fibrosis
paru, kor pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal
napas dewasa (ARDS), sering terjadi pada TB milier dan kavitas TB.

Anda mungkin juga menyukai