Anda di halaman 1dari 13

ASSALAMU’ALAIKUM WR.

WB
ASUHAN KEPERAWATAN
GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN
“ BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA”
( BPH )

Kelompok 1 :

Mona Andini
Trisya Ayudia Putri
Nike Novalia
Deby Aprilia
Febri Annesa
Nadya Aida Fardila
Alimunir
A. Definisi

BPH adalah penyakit yang disebabkan


karena ketidak seimbangan antara hormon
estrogen dan testosteron yang diikuti
dengan pembesaran sel, sehingga terjadi
pembesaran pada prostat
B. Anatomi Prostat

Kelenjar prostat, merupakan suatu kelenjar


yang terdiri dari 30-50 kelenjar yang terbagi
atas 4 lobus yaitu:
Lobus posterior
Lobus lateral
Lobus anterior
Lobus medial
C. Etiologi

1. Peningkatan DTH
(Dehidrotestosteron)

2. Ketidakseimbangan
estrogen-progesteron

3. Interaksi antar sel stroma


dan sel epitel prostat

4. Berkurangnya kematian
sel (apoptosis)

5. Teori stem sel


D. Tanda dan Gejala

1. Gejala
iritatif
2. Gejala
obstruktif

3. Gejala
generalisat
a
E.
Patofisiologi

Pembesaran pada BPH terjadi secara bertahap mulai dari zona periuretral dan
transisional.Sebagian besar hiperplasia prostat terdapat zona transsisional yang
posisinya proksimal dari spinter externus dikedua sisi dari verumontanum dan
di zona periuretral.kedua zona tersebut hanya merupakan hanya dua persen dari
volume prostat.sedangkan pertumbuhan karsinoma prostat.
Hiperplasia ini terjadi secara nodular dan sering diiringi oleh proliferasi fibro
muskular untuk lepas dari jaringan epitel. Oleh karena itu, hiperplasia zona
transisional ditandai oleh banyaknya jaringan kelenjr yang tumbuh pada pucuk
dan cabang dari pada duktus. Sebenarnya ploriferasi  zona transisional dan zona
 sentral pada prostat berasal dari turunan duktus Wolffi dan proliferasi zona
periferberasal dari sinus urogenital. Sehingga, berdasarkan latar belakang
embriologis inilah bisa diketahui mengapa BPH terjadi pada zona transisional
dan sentral, sedangkan Ca prostat terjadi pada zona perifer
Klasifik
asi

Derajat I : biasanya belum memerlukan tindakan tindakan bedah,


diberi pengobatan konservatif. Dengan menggunakan obat
golongan reseptor alfa-adrenergik inhibitor mampu
merelaksasikan otot polos prostat dan saluran kemih akan lebih
terbuka, seperti alfuzosin dan tamsulosin dan biasanya
dikombinasikan dengan finasteride.
Derajat II : merupakan indikasi untuk melakukan pembedahan
biasannya dianjurkan reseksi endoskopik melalui uretra (trans
urethral resection/tur) .
Derajat III : reseksi endoskopik dapat dikerjakan, bila di perkirakan
prostate sudah cukup besar, reseksi tidak cukup satu jam
sebaiknya dengan pembedahan terbuka,melalui trans vesikal
retropublik atau perianal.
Derajat IV : tindakan harus segera dilakukan membebaskan klient
dari retensi urine total dengan pemasangan kateter.
Komplikasi

a. Retensi kronik dapat menyebabkan reluks vesiko-ureter,


hidroureter, hidronefrosis, gagal ginjal.
b. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi
pada waktu miksi. Karena produksi urin terjadi, maka satu
saat vesiko urinaria tidak lagi mampu menampung urin,
sehingga tekanan intravesikel lebih tinggi dari tekanan
sfingter dan obstruksi sehingga terjadi inkontinensia
paradox (overflow incontinence ). Retensi kronik
menyebabkan refluk vesiko ureter dan dilatasi. Ureter dan
ginjal, maka ginjal akan rusak.
c. Hernia atau hemoroid. Hal ini dapat terjadi karena
kerusakan traktus urinarius bagian atas akibat dari
obstruksi kronik mengakibatkan penderita harus mengejan
pada miksi yang meningkatkan pada tekanan intraabdomen
yang akan menimbulkan hernia dan hemoroid.
d. Kerena selalu terdapat sisa urin sehingga menyebabkan
terbentuknya batu
Penunjang

1. Laboratorium

2. Pencitraan
Penatalaksanaan
Medis

1. Observasi

2. Medika
Mentosa

3. Pembedahan
WASSALAMU’ALAIKUM
WR.WB

Anda mungkin juga menyukai