Anda di halaman 1dari 19

K E B I J A K A N D A N P E R AT U R A N

YA N G B E R K A I TA N D E N G A N N A P Z A
D A N P R O G R A M P E M E R I N TA H
T E R KA I T N A P Z A

PRESENTASI

BY

SELVI RADIATUL MARDIAH

NIM 1710105068
K E B I J A KA N H U KU M P I D A N A
N A R KO T I KA

tertuang dalam Undang -


Undang Narkotika (UU
No. 35/2009 )

dasar hukum yang


diterapkan menghadapi

PELAKU TINDAK
PIDANA NARKOTIKA
D A S A R H U K U M YA N G D I T E R A P KA N
MENGHADAPI PELAKU TINDAK PIDANA
NA RKOTIKA

Undang-undang RI No. 8 Tahun 1981 tentang


KUHAP
Undang-undang RI No. 7 tahun 1997 tentang
PengesahanUnited Nation Convention Against Illicit
Traffic in Naarcotic Drug and Pshychotriphic
Suybstances 19 88 ( Konvensi PBB tentang
Pemberantasan Peredaran Gelap narkotika dan
Psikotrapika, 1988)
Undang-undang RI No. 35 tahun 2009 tentang
Narkotika sebagai pengganti UU RI No. 22 tahun
1997.
Pelaku Perbuatan
Pidana Narkotika
Dalam Undang-
Undang Nomor
35 Tahun 2009
Tentang DIKLASIFIKASIK
Narkotika AN MENJADI 3.

dapat dikenakan
Undang-undang
No. 35 tahun
2009 tentang
Narkotika,
YAITU...
Sebagai
penggun
a

Sebagai
Sebagai
pengeda
produsen
r
PENGHARGAAN MENGURANGI
KO N S U M S I N A R KO T I KA

Dalam Undang-Undang ini diatur juga peran serta masyarakat


dalam usaha pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan
Narkotika dan Prekursor Narkotika termasuk pemberian
penghargaan bagi anggota masyarakat yang berjasa dalam upaya
pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan Narkotika dan
Prekursor Narkotika. Penghargaan tersebut diberikan kepada
penegak hukum dan masyarakat yang telah berjasa dalam upaya
pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran
gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika.
SANKSI HUKUM PID ANA B AGI
PEL AKU TIND A K PI D ANA
N A R KO T I KA

Dalam penanggulangan kejahatan dibutuhkan dua sarana


yakni menggunakan penal atau sanksi pidana, dan
menggunakan sarana non penal yaitu penegakan hukum
tanpa menggunakan sanksi pidana (penal).
K E TA ATA N M A S YA R A K AT T E R H A D A P
H U KU M D I SE B A B KA N O L E H

Takut berbuat dosa;

Takut karena kekuasaan


dari pihak penguasa
berkaitan dengan sifat
hukum yang bersifat
imperatif;

Takut karena malu


berbuat jahat.
Keberadaan Undang-Undang Narkotika merupakan suatu
upaya politik hukum pemerintah Indonesia terhadap
penanggulangan tindak pidana narkotika dan
psikotropika. Dengan demikian, diharapkan dengan
dirumuskanya undang-undang tersebut dapat
menanggulangi peredaran gelap dan penyalahgunaan
narkotika dan psikotropika, serta menjadi acuan dan
pedoman kepada pengadilan dan para penyelenggara atau
pelaksana putusan pengadilan yang menerapkan undang-
undang, khususnya hakim dalam menjatuhkan sanksi
pidana terhadap kejahatan yang terjadi
FA K T O R YA N G D A PAT M E N G H A M B AT
B E R J A L A N N YA P R O S E S P E N E G A K A N
H UKUM

Faktor hukumnya sendiri, yang dalam hal ini dibatasi pada undang-undang saja
Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membuat atau membentuk
maupun yang menerapkan hukum
Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum

Faktor masyarakat, yakni faktor lingkungan dimana hukum tersebut berlaku


atau diterapkan
Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan
pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup
P I L I H A N - P I L I H A N K E B I J A KA N
N A R KO T I KA

Semua kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah mengenai


penyelewengan narkoba ini tentunya sangat berpengaruh besar
terhadap semua strategi yang dilakukan dalam menanggulangi
masalah penyelewengan narkoba di Indonesia.
S T R AT E G I YA N G D I L A KU KA N
D A L A M P E N E G A KA N H U KU M

Mengungkap dan memutus jaringan sindikat


perdagangan dan peredaran gelap narkoba baik
nasional maupun internasional.
Melakukan proses penanganan perkara sejak
penyidikan sampai lembaga pemasyarakatan secara
konsisten dan sungguh-sungguh.
Mengungkap motivasi/latar belakang dari
kejahatan penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkoba.
S T R AT E G I YA N G P E R L U D I L A K S A N A K A N
DALAM PENEGAKAN HUKUM

Strategi
Strategi
kontrol
nasional
narkoba
intelijen
internasion
narkoba.
al.

Strategi
nasional
Strategi
pengendali
nasional
an dan
interdiksi
pengawasa
narkoba
n terhadap
jalur legal.
U PA YA - U PA YA YA N G T E L A H D A N
A KA N D I L A KU KA N D A L A M B I D A N G
P E N E G A KA N H U KU M

mengkoordinasikan instansi -instansi terkait,


berupa pengoperasionalan satuan-satuan tugas
operasional, seperti : Satuan tugas prekursor bnn,
dengan penjuru (lead agency) Badan Pom RI, yang
menangani pemantauan distribusi, dan pengecekan
penggunaan terhadap bahanbahan kimia dasar, yang
digunakan oleh perusahaan-perusahaan kimia
maupun pengguna bahan kimia.
NEXT...

satuan tugas SeaPort Interdiction, dengan penjuru Ditjen


Bea & Cukai, departemen keuangan RI, yang bertugas
menangani permasalahan narkoba di bandara -bandara
nasional dan internasional
satuan tugas Seaport Interdiction, dengan penjuru ditjen
perhubungan laut, departemen perhubungan RI, yang
bertugas menangani permasalahan narkoba di pelabuhan-
pelabuhan laut, baik nasional dan internasional
NEXT...

Satuan tugas pengawasan narkoba terhaap orang asing, dengan penjuru


Ditjen Imigrasi, Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI, yang
bertugas menangani permasalahan narkoba yang dilakukan orang asing,
mulai keberadaannya sampai pada kegiatannya. satuan tugas operasional
pangan di lapas/rutan, dengan penjuru Ditjen Pemasyarakatan,
Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI, yang mengawasi
gerak-gerik narapidana / tahanan terhadap satuan tugas kokain dan
heroin, dengan penjuru direktorat IV/narkoba & KT, Bareskrim Polri, yang
bertugas menangani permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkoba khususnya heroin dan kokain atau golongan jenis narkotika.
satuan tugas shabu-shabu dan ecstasy, dengan penjuru direktorat
IV/narkoba & KT, Bareskrim Polri,
1 2 P R O G R A M KO M P R E H E N S I F
DARI HARM REDUCTION

Komunikasi, Informasi dan Edukasi Pembuangan Peralatan Suntuk Bekas Pakai

(KIE) (Safe Disposal),

Program penjangkauan (Outreach), Layanan Terapi Ketergantungan Narkoba


(Drug Dependent Therapy),
Konseling Pengurangan Resiko (Risk
Layanan Klinik Substitusi Napza (Clinic
Reduction Counselling),
Based Substitution Therapy),
Konseling dan Test Sukarela (VCT =
Layanan Perawatan dan Pencegahan HIV
Voluntary, Counselling and Testing), (Care, Support and Treatment),
Program Pencegahan Infeksi / Layanan Perawatan Kesehatan Dasar
Disinfeksi (Bleaching), (Primary Healthcare Services),

Program Jarum Suntuk Steril Program Pendidikan Sebaya (Peer

(NSP=Nedlle Syiring Program), Education) (Hawari dadang, 2009).


P E D O M A N / PAY U N G
H U KU M D I L A PA N G A N

Strategi Nasional HIV/AIDS 2003-2007 ( Kementrian Koordinator Bidang KESRA ,


Bab III hal. 11)
Kesepakatan Bersama KPA dan BNN (Kepolisian Republik Indonesia selaku Ketua
BNN) No. 21 KEP/MENKO/KESRA/XII/2003; No. B/04/XII/2003/BNN Tentang Upaya
Pencegahan Penularan HIV/AIDS dan Pemberantasan Penyalahgunaan Narkotika,
Psikotropika dan Zat/Bahan Adiktif dengan Cara Suntik.
Komitment Sentani dalam memerangi HIV/AIDS di Indonesia, tanggal 19 Januari
2004 yang ditandatangani oleh Pimpinan KPA Nasional dan wakil dari 6 provinsi
dengan epidemi lanjut serta 6 orang menteri/wakilnya; khususnya butir 2 :
“menerapkan pengurangan dampak buruk penggunaan NAPZA suntik“
Keputusan Bersama KPA dan BNN No. 20 KEP/MENKO/KESRA/XII/2003; No.
B/04/XII/2003/BNN tentang Pembentukan Tim Nasional Upaya Terpadu Pencegahan
Penularan HIV/AIDS dan Pemberantasan Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika
dan Zat/Bahan Adiktif dengan Cara Suntik.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai