Anda di halaman 1dari 12

ADAB MURID KEPADA

GURU

OLEH :
DHENI SETYO UTOMO (21801052095)
MOHAMMAD SIROJUL UMAM
(21801052096)
DEFINISI ADAB

Menurut KH. Hasyim Asy’ari seperti dikutip Adian


Husaini mengatakan, adab adalah satu istilah khas
dalam agama Islam seperti halnya makna iman,
Islam, ibadah dan lainnya. Adab bukanlah sekedar
“sopan santun” atau baik budi bahasa, atau yang
populer hari ini dengan istilah membangun karakter
dalam suatu pendidikan.
DEFINISI ADAB

Perilaku adab terhadap guru itu wajib dan


memang harus dilakukan guna mendapatkan
ilmu yang barokah dan mendapatkan ridho
dari guru yang alhasil mendapatkan ridho dari
Allah SWT. Sehingga menjadikan ilmu kita bisa
bermanfaat bagi kehidupan kita kelak.
ADAB MURID TERHADAP
GURU
1. Memuliakan guru

Memuliakan orang yang berilmu termasuk perkara yang dianjurkan. Imam


Nawawi rahimahullah berkata: “Hendaklah seorang murid memperhatikan
gurunya dengan pandangan penghormatan. Hendaklah ia meyakini keahlian
gurunya dibandingkan yang lain. Karena hal itu akan menghantarkan seorang
murid untuk banyak mengambil manfaat darinya, dan lebih bisa membekas dalam
hati terhadap apa yang ia dengar dari gurunya tersebut” (Al-Majmu’ 1/84).
ADAB MURID TERHADAP
GURU
2. Mendo’akan kebaikan
Ibnu Jama’ah rahimahullah berkata: “Hendaklah seorang penuntut ilmu
mendoakan gurunya sepanjang masa. Memperhatikan anak-anaknya, kerabatnya
dan menunaikan haknya apabila telah wafat” (Tadzkirah Sami’ hal. 91)

3. Rendah diri kepada guru


Ibnu Jama’ah rahimahullah berkata: “Hendaklah seorang murid mengetahui
bahwa rendah dirinya kepada seorang guru adalah kemuliaan, dan tunduknya
adalah kebanggaan.” (Tadzkirah Sami’ hal. 88)
ADAB MURID TERHADAP
GURU
4. Mencontoh akhlaknya
Hendaklah seorang penuntut ilmu mencontoh akhlak dan kepribadian guru.
Mencontoh kebiasaan dan ibadahnya. (Tadzkirah Sami’ hal. 86)

5. Sabar dalam membersamainya


Al Imam As Syafi Rahimahullah mengatakan,
“Bersabarlah terhadap kerasnya sikap seorang guru, sesungguhnya gagalnya
mempelajari ilmu karena memusuhinya”
ADAB MURID TERHADAP
GURU
6. Memperhatikan adab-adab dalam menyikapi kesalahan
guru
Para guru bukan malaikat, mereka tetap berbuat kesalahan. Jangan juga
mencari cari kesalahannya. Allah melarang mencari kesalahan orang lain dan
menggibahnya, larangan ini umum tidak boleh mencari kesalahan siapapun.
Bayangkan bagaimana sikap seseorang jika ia mendengar aib saudara atau
kawannya? Bukankah akan menyebabkan dampak yang buruk akan
hubungan mereka? Prasangka buruk akan mencuat, jarak akan tambah
memanjang, keinginan akrab pun tak terbenak lagi di pikiran.
KISAH PARA ULAMA
Ibnu Abbas radhiyallahu
'anhu

Suatu saat Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu pergi ke rumah Zaid bin


Tsabit radhiyallahu ‘anhu untuk menuntut ilmu.  Karena Zaid tidur, maka
beliau menunggu di depan rumahnya sebagai bentuk penghormatan dan
pemuliaan kepada seorang alim. Bahkan ia tidak mengetuk pintunya sampai
Zaid keluar dari rumahnya.
Ketika keluar, dialah yang memegang tali onta dan mendampingi Zaid.
Melihat Abdullah bin Abbas memperlakukannya demikian, lalu Zaid berkata,
“Wahai keponakan Rasulullah SAW, mengapa kamu tidak menyuruh aku ke
rumahmu saja lalu aku datang kepadamu?” Ibnu Abbas menjawab,
“Demikianlah kami diperintah berbuat kepada ulama-ulama kami.”
KISAH PARA ULAMA

Sahabat sekaliber Ibnu Abbas yang dikenal sebagai ulama di kalangan


sahabat, menunjukkan ta’dzim luar biasa kepada sahabat lain yang juga
terkenal alim. Apakah Zaid bin Tsabit jemawa dan bangga diri mendapat
perlakuan seperti ini? Ternyata tidak. Beliau pun tak kalah ta’dzim.
Dimintanya tangan Ibnu Abbas lalu diciumnya seketika. Kemudian
berkomentar, “Demikianlah kami diperintahkan berbuat kepada keluarga
Nabi Muhammad.” (Kanzu al-‘Ummâl, XIII/370) Sebuah pemandangan indah
yang ditunjukkan salaf dalam menghormati ulama.
KISAH PARA ULAMA
Imam Syafi'i
Rohimahullah

Suatu ketika Imam Syafi’i pernah tiba-tiba mencium tangan dan memeluk hangat
seorang laki-laki tua yang kebetulan bertemu muka dengannya. Tindakan ini jelas
mengundang tanya para sahabat dan murid-murid Imam Syafi’i.
"Wahai Imam, mengapa engkau mau mencium tangan dan memeluk lelaki tua yang
tak dikenal itu? Bukankah masih banyak ulama yang lebih pantas diperlakukan seperti itu
dari pada dia?" tanya salah seorang sahabatnya.
Dengan lugas, Imam Syafi'i menjawab: "Ia adalah salah seorang guruku. Ia
kumuliakan karena pernah suatu hari aku bertanya kepadanya, bagaimana mengetahui
seekor anjing telah dewasa. Ia pun menjawab, untuk mengetahuinya dengan melihat
apakah anjing itu mengangkat sebelah kakinya ketika hendak kencing. Jika iya,
ketahuilah bahwa anjing itu telah berusia dewasa."
KISAH PARA ULAMA

Begitu luar biasanya Imam Syafi'i memperlakukan dan


memuliakan gurunya. Meski pembelajaran yang ia dapatkan
terkesan remeh, tidak membuat mufti besar itu melupakan
apalagi meremehkan jasa dari orang tersebut. Ia tetap
memperlakukannya dengan mulia, sama seperti ia
memperlakukan guru-gurunya yang lain.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai