Anda di halaman 1dari 20

MASYARAKAT ISLAM

Nama: Salwa Alifa


(1119215034)
Pengertian Masyarakat
Masyarakat menurut bahasa adalah sejumlah manusia yang terikat oleh
suatu kebudayaan yang mereka anggap sama. Masyarakat terdiri atas
kelompok-kelompok manusia yang saling terkait oleh sistem-sistem, adat
istiadat, hukum khas, dan yang hidup bersama di suatu wilayah tertentu dan
sama-sama berbagi iklim serta makanan yang sama. Dengan kata lain
masyarakat merupakan suatu kelompok manusia yang di bawah tekanan
serangkaian kebutuhan dan di bawah pengaruh seperangkat kepercayaan,
idel dan tujuan, tersatukan dan terlebur dalam suatu rangkaian kesatuan
kehidupan bersama.
Masyarakat Islam
 Masyarakat islam adalah masyarakat yang dinaungi dan dituntun oleh norma-
norma islam. Masyarakat yang secara kolektif atau orang-perorangan
bertekad untuk bersungguh-sungguh dalam meniti siratul mustaqim.
Masyarakat yang didominasi oleh istiqomah, kejujuran, kebersihan rohani,
dan saling kasih-mengasih. Masyarakat islam adalah masyarakat yang tunduk
dan patuh pada syariat Allah SWT dan berupaya mewujudkan syariat-Nya
dalam semua aspek kehidupan. Masyarakat islam adalah masyarakat yang
dengan sungguh-sungguh menjaga diri agar tidak jatuh secara sengaja dalam
bentuk kedurhakaan kepada Allah SWT. Pada masyarakat seperti ini, amanat
dan keamanan akan sangat terjaga. Kerusakan dalam segala bentuk akan
sangat terminimalisir.
 Masyarakat Islam ialah masyarakat yang beridentitikan agama, iman, akidah yakni
berkeyakinan penuh kepada kebenaran Islam. Dengan akidah atau keyakinan seperti
itulah mereka sanggup mengubah sejarah bahkan mengubah dunia. Mereka telah
berhasil mengeluarkan umat manusia daripada kegelapan kepada cahaya terang.
Mereka ialah masyarakat pejuang di jalan Allah SWT, berjiwa perjuangan dan
kehidupannya penuh perjuangan. Masyarakat sedemikian juga mengembalikan
semua urusannya kepada Allah, sebagaimana firman-Nya dalam surah Ahzab ayat 36
yang artinya:

Artinya: "Dan tidaklah harus bagi orang beriman, lelaki dan perempuan, apabila
Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan keputusan mengenai sesuatu perkara( tidak
harus bagi mereka) mempunyai hak memilih ketetapan sendiri mengenai urusan
mereka."
Ideologi Masyarakat Islam
Ideologi Islam adalah Islam harus menjadi pedoman di seluruh aspek
kehidupan, material maupun spiritual. Aqidah masyarakat harus islami, begitu
juga semboyan hidupnya, paham dan pikirannya yang islami. Demikian halnya
dengan perasaan, akhlaq, pendidikan, tradisi, tata susila, undang-undang
serta peraturan-peraturannya. Seluruhnya harus Islami, berdasarkan pada
ajaran Islam.
Masyarakat islam dibangun bukan atas dasar nasionalisme, kapitalisme,
sosialisme ataupun paham-paham yang lain, tetapi dibangun dan
dikembangkan oleh syariat Islam yang bersumber kepada Al-qur’an dan As-
sunah. Oleh karena itu, jelas tidak pada tempatnya bila membina masyarakat
Islam dengan berdasarkan ideologi-ideologi tersebut.
Pluralisme Dalam Masyarakat Islam
 Sejak awal, Islam meniadakan dinding-dinding rasial lalu mengembalikan manusia kepada asal
yang satu, dan menetapkan tidak ada keistimewaan suatu ras terhadap ras yang lain.
Perbedaan warna kulit, bangsa dan bahasa tidaklah mengandung arti keistimewaan dan
kelebihan. Yang dikehendaki hanyalah saling berhubungan dengan baik, bukan saling mencari
perbedaan dan permusuhan.
 Hanya ada satu ukuran untuk mendapatkan tempat utama, yaitu taqwa kepada Allah (QS
49:13, Al Hujuraat). Taat kepada-Nya dan berbuat baik kepada hamba-hamba-Nya. Yang
demikian itu adalah urusan semua orang yang tidak ada kaitannya dengan jenis, bahasa,
bangsa dan warna kulit manusia. Lantaran itulah ide diskriminasi ras sudah terhapus dalam
masyarakat Islam sejak semula. Karena masyarakat Islam membuka semua pintunya untuk
seluruh manusia di atas dasar persamaan dan keadilan tanpa memandang jenis, warna kulit,
bahasa, bangsa, bahkan agama sekalipun. Dengan demikian masyarakat Islam mampu
menampung keragaman warganya dengan segala pluralitasnya.
 Dalam perkembangan global masyarakat dunia, pluralitas adalah sesuatu yang tidak dapat
dihindari. Masyarakat Islam dapat menerima keberagaman ini. Namun, hal ini bukan berarti
harus diikuti dengan penerimaan ide sekulerisme yang memisahkan antara negara dan agama,
sebagaimana yang dianut oleh masyarakat Barat dan para pengekornya. Meskipun dengan
alasan agar supaya tidak ada dominasi suatu agama terhadap agama yang lain, ataupun alasan
toleransi dalam beragama. Islam tidak mengenal pemisahan antara agama dan negara, sebab
semua aspek kehidupan umat manusia terintegrasi dalam aturan Islam.
Karakterisik Masyarakat Islam
1.      Masyarakat Islami adalah masyarakat terbuka, berdasarkan pengakuan
pada keastuan umat dan cita – cita persaudaraan sesama manusia.
2.      Masyarakat Islami adalah masyarakat yang terpadu, integratif, dimana
agama menjadi perekat yang menyatuhkan.
3.      Masyarakat Islami adalah masyarakat yang dinamis dan progresif, karena
manusia diciptakan sebagai khalifah di muka bumi.
4.      Masyarakat Islami adalah masyarakat yang demokrasi, baik secara
spiritual, sosial, ekonomi, maupun demokrasi politik.
5.      Masyarakat Islami adalah masyarakat yang berkeadilan, yang
membentuk semua aspek dari keadilan sosial baik dibidang moral, hukum,
ekonomi, dan politik yang telah ditetapkan dalam aturan dan kelembagaan
yang telah disepakati.
   
6.      Masyarakat Islami adalah masyarakat yang berwawasan ilmiah,
terpelajar, karena sangat menekankan pada ilmu pengetahuan dan teknologi.
7.      Masyakat Islami adalah masyarakat yang disiplin, baik dalam ibadah
maupun muamalah.
8.      Masyarakat Islami menentukan pada kegiatan keumatan yang memiliki
tujuan yang jelas dan perencanaan yang sempurna.
9.      Masyarakat Islami membentuk persaudaraan yang tangguh, menekankan
kasih sayang anatara sesama.
10.  Masyarakat Islami adalah yang sederhana dan berkesinambungan.
Ciri-ciri Masyarakat Islam
 Berpegang teguh pada konsep keadilan.
Keadilan merupakan bukti keimanan. Seseorang tidak dinilai daripada banyaknya rukuk
dan sujud, tetapi daripada buah ibadahnya yang dibuktikan dalam amalan, iaitu sejauh
mana ia berpegang teguh kepada keadilan, mendahulukan dirinya, keluarganya dan
kaum kerabatnya sebelum ia menerapkannya kepada orang lain dan kaum Muslimin
umumnya
 Memiliki rasa kasih sayang terhadap sesama Muslim.
Masyarakat islam memiliki ciri-ciri saling menyayangi terhadap sesame muslim. Karena
masyarakat islam menganggap bahwa sesama muslim adalah saudara.
 Menjujung tinggi kedamaian bermasyarakat
Masing-masing elemen dalam masyarakat, baik secara individu maupun maupun
kelompok sangat menghormati pihak lain secara adil. Kelompok sisal minoritas
bercampur dengan kelompok sosial mayoritas hidup berdampingan sehingga tidak
menimbulkan kecemburuan sosial.
 Saling tolong-menolong
Masyarakat islam saling tolong menolong tanpa mencampuri urusan internal individu lain
yang dapat mengurangi kebebasannya. Prinsip tolong menolong antar anggota masyarakat
didasarkan pada aspek kemanusiaan karena kesulitan hidup yang dialami oleh sebagian
anggota masyarakat tertentu, sedangkan pihak lain memiliki kemampuan membantu
meringankan kesulitan hidup tersebut.
 Berperadaban tinggi
Masyarakat islam memiliki kecintaan terhadap ilmu pengetahuan untuk kemaslahatan hidup
manusia. Karena ilmu pengetahuan sangat penting dan bermanfaat bagi kehidupan manusia.
 Keseimbangan antara hak dan kewajiban sosial.
Setiap anggota masyarakat memiliki hak dan kewajiban yang seimbang untuk menciptakan
kedamaian, kesejahteraan, dan keutuhan masyarakat sesuai dengan kondisi masing-masing.
 Memiliki rasa toleransi terhadap sesama.
 Berakhlak mulia
Gambaran Tradisi Masyarakat Islam

1. Tidur di awal waktu dan bangun di awal waktu.


Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah mengatakan, “Hal itu karena tidur
sebelum shalat Isya` akan menyebabkan ia tertidur sampai keluar dari waktu shalat
Isya`. Sedangkan begadang setelah shalat Isya’ dapat menyebabkan tertidur hingga
tidak melaksanakan shalat Shubuh, terlambat dari waktu shalat yang afdhal (utama),
atau tidak bisa melaksanakan dari shalat malam.” (Fathul Bari Syarh Shahih Al-Bukhari)

2. Muslimah wajib menutup auratnya dan memelihara kehormatannya. Tidak boleh


baginya menampakkan perhiasan, kecuali yang biasa tampak daripadanya, seperti
wajah dan telapak tangan.
“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu dan anak-anak perempuanmu dan juga
kepada istri-istri orang mu’min: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbab mereka ke
seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal,
sehingga tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” (QS. Al-
Ahzab, 33: 59)
3. Ikatan yang abadi antara orangtua dengan anak. Ikatan itu tidak terputus
dengan sampainya anak pada usia baligh, kemandirian ekonominya, atau
dengan pernikahannya.
“Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya lebih
berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat) di dalam kitab
Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al-Anfal:
75)

4. Masyarakat Islam tidak makan bangkai, darah, daging babi, dan binatang
yang dikorbankan kepada selain Allah.
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging
hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang
terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali
yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang
disembelih untuk berhala.” (QS. Al Maidah: 3)
5. masyarakat Islam tidak minum khamar dan minuman jenis lain yang
memabukkan.
“Semua yang memabukkan adalah khamr dan semua khamr adalah haram.” (HR.
Muslim)

6. Masyarakat muslim selalu menyebarkan ucapan salam; mengucapkannya


adalah sunnah, sedangkan menjawabnya adalah fardhu kifayah.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan
rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang
demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat. Jika kamu tidak
menemui seorangpun didalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu
mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu: “Kembali (saja)lah, maka
hendaklah kamu kembali. Itu bersih bagimu dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.” (An-Nur: 27-28)
Adab Dalam Masyarakat Islam
1. Berbuat baik kepada tetangga.
2. Memuliakan tamu.
3. Menjenguk orang sakit.
4. Mengiringi jenazah.
5. Menghibur dan menolong orang yang terkena musibah.

Semua ini kadar hukumnya berbeda-beda; ada yang wajib, sunnah (dikerjakan


secara rutin oleh Rasulullah), dan adapula yang mandub (yakni apabila dikerjakan
akan mendapat pahala, dan jika ditinggalkan tidak mendapat siksa).
Tugas Masyarakat Islam terhadap Tata
Kehidupan Islami
1. Memasyarakatkan adab-adab islami dan mendidik putra-putrinya agar
memiliki adab-adab tersebut.
2. Mendidik murid-muridnya agar berakhlak islami di seluruh jenjang
pendidikan.
3. Menyerukannya kepada umat dengan segala pendekatan, metode, dan
sarana. Misalnya: melalui makalah, artikel, majalah, surat kabar, dll.
4. Membersihkan tata kehidupan masyarakat dan tradisinya dari hal-hal
asing . Baik dalam bidang mode pakaian, makanan, minuman, pesta
penikahan, pergaulan lawan jenis, dll.
5. Menjaga adab dan tradisi Islam dengan segenap undang-undang dan
peraturannya.
Mewujudkan Masyarakat Islam yang Ideal

 Masyarakat islam yang ideal sudah pernah terwujud pada masa


Rasulullah SAW di Madinah. Mereka mendapat predikat Khairu Ummah
yang artinya Masyarakat terbaik atau utama. Karena umat islam pada
periode awal di bawah kepemimpinan Nabi SAW menegakkan amar
ma’ruf nahi munkar (memerintahkan kepada kebajikan dan melarang
dari kemunkaran) di tengah masyarakat. Ada 3 upaya untuk mewujudkan
Masyarakat islam yang ideal:
1. Gerakan humanisasi (memanusiakan manusia).
2. Gerakan liberasi, yaitu membebaskan manusia dari belenggu kejahatan
dan kemunkaran.
3. Gerakan transendensi, yaitu upaya mende.katkan diri kepada Allah SWT
melalui ibadah.
Hasil dari Tata Cara Hidup Islami
1. tamayyuz (memiliki keistimewaan /ciri khas)
Dengan tata cara hidup yang islami masyarakat muslim menjadi masyarakat yang
memiliki identitas yang spesifik, yakni identitas islami. Ia tidak larut oleh nilai-nilai dari
luar hingga hilang keprbadiannya.

2. al-wihdatu al-amal  (kesatuan Amal)


Dengan tata cara hidup yang islami masyarakat muslim menjadi masyarakat yang
memiliki rasa persatuan, meskipun tempatnya berjauhan, bahasanya berbeda-beda, dan
keturunannya berlainan. Kemana saja mereka pergi, akan merasakan seolah-olah
bertemu dengan keluarga dan saudara-saudaranya.

3. terwujudnya kemudahan dan kesederhanaan


Tradisi Islam ditegakkan berdasarkan fitrah manusia dan berorientasi pada kemudahan;
menjauhi sesuatu yang memberatkan, menyulitkan, serta sikap berlebihan.
Contoh Masyarakat Islam Ideal
 Contoh riil Masyarakat Islam adalah Negara Madinah, yaitu masyarakat Islam pada masa
generasi Rasulullah dan para shahabatnya. Ziauddin Sardar menginformasikan, bahwa:
terdapat kebulatan suara di antara para sarjana bahwa Negara Madinah yang didirikan
oleh Nabi setelah beliau hijrah dari Mekah adalah masyarakat muslim yang ideal. Inilah
contoh utama masyarakat sempurna yang dapat ditiru orang; dan inilah cita-cita yang
ingin kita capai. Itulah model paradigma kita.
 Diperlukan pemahaman untuk mengaktualisasikan paradigma Negara Madinah ke dalam
sistim Masyarakat Islam modern. Upaya untuk itu di antaranya menghasilkan pemikiran
tentang Masyarakat Madani, yaitu suatu sistem masyarakat modern yang dibimbing oleh
nilai-nilai syari’at dengan mengacu pada Negara Madinah. Masyarakat Madani memiliki
beberapa karakter, yang terpenting adalah berlakunya syari’at Islam dalam mengatur
kehidupan bermasyarakat dan bernegara sebagaimana telah dipraktekkan oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tanpa berlakunya syari’at Islam, hanya akan
menghadirkan Masyarakat Madani palsu (pseudo madania).
Kebangkitan Menuju Masyarakat Islam
 Kebangkitan Islam memiliki tujuan untuk mewujudkan Masyarakat Islam modern
yang mampu memberi kontribusi positip bagi kehidupan dan peradaban umat
manusia. Dengan terwujudnya Masyarakat Islam, insya Allah, umat Islam dapat
hidup dalam suasana islami dan membawa rahmat bagi semesta alam. Sehingga,
predikat umat terbaik (khairu ummah) yang pernah dicapai generasi pertama
Islam dapat disandang kembali oleh umat Islam di era modern ini (QS 3:110, Ali
‘Imran).
 Kebangkitan Islam bukanlah utopia. Fenomenanya dapat dilihat dari kegairahan
umat Islam untuk kembali kepada Islam, yang diwujudkan dengan
bermunculannya organisasi-organisasi Islam internasional, konferensi-konferensi
Islam nasional maupun internasional yang diselenggarakan oleh umat Islam,
semaraknya partai-partai Islam yang memperoleh dukungan luas di berbagai
negara, simbol-simbol Islam yang spesifik seperti jilbab dan Bank Islam, semakin
semaraknya Masjid dengan aneka kegiatan, kesadaran kelas menengah muslim
dalam beragama, dan lain sebagainya. Namun menurut ASM Romli, kebangkitan
Islam kembali baru pada tahap fenomena, belum merupakan realitas. Karena itu,
kinilah saatnya kita turut memberikan kontribusi bagi kebangkitan Islam yang
kita cita-citakan bersama.

Anda mungkin juga menyukai