Anda di halaman 1dari 20

MATERI KULIAH

HUKUM ACARA PERDATA


PUTUSAN

PRODI ILMU HUKUM


UNIMA
 

Dr. ENGELI LUMAING, SH.MH

SENIN, 27 APRIL 2020


PUTUSAN AKHIR
 Putusan yang mengakhiri
perkara perdata pada tingkat
pemeriksaan pengadilan,
meliputi pengadilan tingkat
pertama, pengadilan tingkat
tinggi, dan mahkamah agung
Putusan akhir terbagi atas
1.Putusan condemnatoir, bersifat menghukum
pihak yang dikalahkan untuk memenuhi prestasi.
contoh : menghukum tergugat untuk
menyerahkan sejumlah uang
2. Putusan declatoir, putusan yang amarnya
menyatakan suatu keadaan sebagai keadaan yang
sah menurut hukum. Contoh : menyatakan
penggugat sebagai pemilik atas tanah yang
menjadi sengketa.
3. Putusan konstitutif, putusan yang amarnya
menciptakan suatu keadaan baru
contoh : menyatakan putusnya perkawinan
penggugat dan tergugat karena perceraian
Apakah yang membedakan ketiga
putusan tersebut ?
 Putusan condemnatoir, perlu ada
eksekusi, sedangkan putusan declatoir
dan konstitutif tidak memerlukan
pelaksanaan/tidak memerlukan
perbuatan dari salah satu pihak dalam
upaya paksa, karena sudah
mempunyai akibat hukum tanpa
bantuan pihak yang kalah untuk
melaksanakannya
Kekuatan putusan haki,
 Putusan hakim yang belum mempunyai kekuatan
hukum tetap yaitu keputusan yang menurut
peraturan perundang-undangan masih terbuka
kesempatan untuk mempergunakan upaya hukum
melawan putusan itu, misalnya : verzet, banding,
kasasi
 Putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap. Putusan yang telah memiliki
kekuatan tetap yaitu :
 Putusan pengadilan tingkat pertama yang tidak
diajukan banding
 Putusan banding yang tidak diajukan kasasi
 Putusan kasasi
Putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap,
mempunyai tiga macam kekuatan :
1. Kekuatan pembuktian mengikat.
Putusan hakim itu sebagai dokumen yang merupakan suatu
akta otentik menurut pengertian undang-undang,
sehingga tidak hanya mempunyai kekuatan pembuktian
mengikat antara pihak yang berperkara, tetapi
membuktikan bahwa telah ada suatu perkara antara pihak-
pihak yang disebutkan dalam putusan itu.
2. Kekuatan eksekutorial, yaitu kekuatan untuk dapat
dipaksakan dengan bantuan aparat keamanan terhadap
pihak yang tidak menaatinya dengan sukarela.
3. Kekuatan mengajukan eksepsi (tangkisan), yaitu kekuatan
untuk menangkis suatu gugatan baru mengenai hal-hal
yang sudah pernah diputus atau mengenai hal-hal yang
sama, berdasarkan asas nebis in idem (tidak boleh
dijatuhkan putusan lagi dalam perkara yang sama)
Putusan hakim yang dapat dijalankan terlebih
dahulu (uitvoerbaar bij vooraad}

 Menurut hukum acara perdata


putusan pengadilan hanya dapat
dilaksankan apabila putusan tersebut
telah mempunyai kekuatan hukum
tetap (inkracht van gewisde), namun
dalam HIR/R.Bg terdapat ketentuan
yang dapat memungkinkan putusan
dapat dijalankan lebih dahulu
Putusan dapat dijalankan lebih dahulu, jika :
1. Ada surat yang sah (akta otentik), atau
tulisan dibawah tangan yang menurut
undang-undang mempunyai kekuatan
bukti.
2. Gugatan hutang piutang yang jumlahnya
tidak dapat dibantah dan sudah pasti
3. Gugatan tentang sewa menyewa, tanah,
gedung dan lain-lain dimana hubungan
sewa menyewa telah habis, penyewa
melalaikan kewajiban sebagai penyewa
yang baik
4. Pokok gugatan mengenai tuntutan harta
gono gini dan putusan telah inkracht
5. Dikabulkannya gugatan provisionil/putusan sela permintaan
pihak yang berperkara agar diadakan tindakan pendahuluan
guna kepentingan salah satu pihak sebelum putusan akhir
disetujui. Contoh : Perceraian/sita jaminan
6. Pokok sengketa mengenai bezitrecht, menguasai/memegang
suat benda seolah olha kepunyaan sendiri

DASAR HUKUM
 Pasal 181 ayat 1 HIR

 Pasal 191 ayat 1 R.Bg

 SE Ketua MA RI No 3 tahun 2000


PUTUSAN DAN EKSEKUSI

 Putusan hakim mempunyai kekuatan


eksekutorial, yaitu kekuatan untuk
dilaksanakan apa yang ditetapkan
dalam putusan itu secara paksa oleh
alat-alat negara.
 Yang memberi kekuatan eksekutorila

pada adalah kepala putusan yang


berbunyi “ demi keadilan berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa”
EKSEKUSI
 Eksekusi berasal dari kata “ executie” artinya
melaksanakan keputusan hakum. Yang
dimaksud dengan eksekusi ialah melaksanakan
secara paksa putusan pengadilan dengan
bantuan kekuatan umum, guna menjalankan
putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap.
 Eksekusi juga sering diartikan melaksanakan
putusan dalam perkara perdata secara paksa
sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku karena pihak yang tereksekusi
tidak bisa melaksanakan dengan sukarela
 Pada prinsipnya eksekusi merupakan
realisasi kewajiban pihak yang dikalahkan
dalam putusan hakim, untuk memenuhi
prestasi yang tercantum dalam putusan
hakim.
 Eksekusi dilaksanakan terhadap Putusan

yang telah berkekuatan hukum tetap


dimana pihak yang kalah tidak dengan
sukarela melaksanakan putusan serta
eksekusi hanya atas putusan yang amarnya
menghukum (condemnatoir) bukan putusan
declatoir dan konstitutif
Dasar hukum eksekusi
 Tata cara eksekusi, pasal 195-208 HIR, 224
HIR, 206-240 R.Bg
 Putusan yang menghukum pihak yang kalah

untuk melakukan perbuatan tertentu, pasal


225 HIR/ 259 R.Bg
 Pengecualian eksekusi terhadap putusan

yang belum berkekuatan hukum tetap


(putusan serta merta), pasal 80 ayat 1
HIR/pasal 191 ayat 1 R.Bg
 UU no 48 tahun 2009 tentang kekuasaan

kehakiman
Asas-asas eksekusi

1. Putusan hakim yang akan dieksekusi


haruslah putusan hakim yang mempunyai
kekuatan hukum tetap
2. Putusan hakim yang akan dieksekusi
harus bersifat menghukum (condemnatoir)
3. Putusan tidak dijalankan secara sukarela
4. Eksekusi atas perintah dan dibawah
pimpinan ketua pengadilan
5. Eksekusi harus sesuai dengan amar
putusan
Jenis-jenis eksekusi dan pelaksanaannya
 Eksekusi rill yaitu penghukuman pihak yang kalah
untuk melakukan suatu perbuatan tertentu, misalnya
menyerahkan barang, pengosongan sebidang tanah
atau rumah, pembongkaran. Penghentian suatu
perbuatan tertentu, dan lain-lain. Eksekusi riil ini dapat
dilakukan langsung dengan perbuatan nyata sesuai
dengan amar putusan tanpa memerlukan lelang.
 Eksekusi pembayaran sejumlah uang. Prestasi
diwajibkan adalah membayar sejumlah uang, tata
caranya adalah terlebih dahulu adanya aanmaning
(peringatan), penetapan eksekusi, perintah penjualan
lelang, penjualan lelang (setelah dilakukan
pengumuman sesuai ketentuan yang berlaku dan
terakhir penyerahan uang hasil lelang
 Eksekusi putusan yang menghukum orang untuk
melakukan perbuatan.
orang tidak bisa dipaksakan untuk memenuhi
prestasi yang berupa perbuatan. Akan tetapi
pihak yang dimenangkan dapat meminta kepada
hakim agar kepentingan yang diperolehnya
dinilai dengan uang. Dan pelaksanaannya diawali
dengan permohonan agar putusan tersebut
dinilai dengan uang kemudian tereksekusi
dipanggil/di-aaming selanjutnya ketua
pengadilan menetapkan jumlah uang sebagai
pengganti putusan yang bersangkutan
Tata cara sita eksekusi
1. Ada permohonan sita eksekusi dari pihak
yang bersangkutan berdasar surat
perintah ketua pengadilan agama, surat
perintah ini dikeluarkan apabila :
a. Tergugat tidak mau menghadiri panggilan
peringatan tanpa alasan yang sah.
b. Tergugat tidak mau memenuhi perintah
dalam amar putusan selama masa
peringatan.
2. Dilaksanakan oleh panitra atau juru sita
3. Pelaskanaan sita eksekusi dibantu oleh 2 (dua)
orang saksi. Keharusan adanya 2 (dua ) orang
saksi adalah syarat sah sita eksekusi
4. Dua orang saksi tersebut berfungsi sebagai
pembantu dan sekaligus sebagai saksi sita
eksekusi
5. Nama dan pekerjaan kedua saksi tersebut harus
dicantumkan dalam berita acara sita eksekusi
TUGAS
1. Mengapa eksekusi hanya dapat dilaksanakan
terhadap amar putusan yang menghukum
(condemnatoir), Jelaskan disertai contoh
2. Mengapa putusan declatoir dan konstitutif tidak
dapat dimintakan eksekusi, jelaskan dan berikan
contoh kasus
 Tugas ditulis tangan kertas double folio bergaris
 Tugas di foto kemudian di WA langsung ke dosen,

bukan dalam group WA.


 Tugas dimasukan paling lambat jam 14.00 (dua sore)
 Yang tidak memasukan tugas dianggap tidak kuliah

untuk pertemuan hari ini


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai