PUTUSAN AKHIR Putusan yang mengakhiri perkara perdata pada tingkat pemeriksaan pengadilan, meliputi pengadilan tingkat pertama, pengadilan tingkat tinggi, dan mahkamah agung Putusan akhir terbagi atas 1.Putusan condemnatoir, bersifat menghukum pihak yang dikalahkan untuk memenuhi prestasi. contoh : menghukum tergugat untuk menyerahkan sejumlah uang 2. Putusan declatoir, putusan yang amarnya menyatakan suatu keadaan sebagai keadaan yang sah menurut hukum. Contoh : menyatakan penggugat sebagai pemilik atas tanah yang menjadi sengketa. 3. Putusan konstitutif, putusan yang amarnya menciptakan suatu keadaan baru contoh : menyatakan putusnya perkawinan penggugat dan tergugat karena perceraian Apakah yang membedakan ketiga putusan tersebut ? Putusan condemnatoir, perlu ada eksekusi, sedangkan putusan declatoir dan konstitutif tidak memerlukan pelaksanaan/tidak memerlukan perbuatan dari salah satu pihak dalam upaya paksa, karena sudah mempunyai akibat hukum tanpa bantuan pihak yang kalah untuk melaksanakannya Kekuatan putusan haki, Putusan hakim yang belum mempunyai kekuatan hukum tetap yaitu keputusan yang menurut peraturan perundang-undangan masih terbuka kesempatan untuk mempergunakan upaya hukum melawan putusan itu, misalnya : verzet, banding, kasasi Putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Putusan yang telah memiliki kekuatan tetap yaitu : Putusan pengadilan tingkat pertama yang tidak diajukan banding Putusan banding yang tidak diajukan kasasi Putusan kasasi Putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, mempunyai tiga macam kekuatan : 1. Kekuatan pembuktian mengikat. Putusan hakim itu sebagai dokumen yang merupakan suatu akta otentik menurut pengertian undang-undang, sehingga tidak hanya mempunyai kekuatan pembuktian mengikat antara pihak yang berperkara, tetapi membuktikan bahwa telah ada suatu perkara antara pihak- pihak yang disebutkan dalam putusan itu. 2. Kekuatan eksekutorial, yaitu kekuatan untuk dapat dipaksakan dengan bantuan aparat keamanan terhadap pihak yang tidak menaatinya dengan sukarela. 3. Kekuatan mengajukan eksepsi (tangkisan), yaitu kekuatan untuk menangkis suatu gugatan baru mengenai hal-hal yang sudah pernah diputus atau mengenai hal-hal yang sama, berdasarkan asas nebis in idem (tidak boleh dijatuhkan putusan lagi dalam perkara yang sama) Putusan hakim yang dapat dijalankan terlebih dahulu (uitvoerbaar bij vooraad}
Menurut hukum acara perdata
putusan pengadilan hanya dapat dilaksankan apabila putusan tersebut telah mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht van gewisde), namun dalam HIR/R.Bg terdapat ketentuan yang dapat memungkinkan putusan dapat dijalankan lebih dahulu Putusan dapat dijalankan lebih dahulu, jika : 1. Ada surat yang sah (akta otentik), atau tulisan dibawah tangan yang menurut undang-undang mempunyai kekuatan bukti. 2. Gugatan hutang piutang yang jumlahnya tidak dapat dibantah dan sudah pasti 3. Gugatan tentang sewa menyewa, tanah, gedung dan lain-lain dimana hubungan sewa menyewa telah habis, penyewa melalaikan kewajiban sebagai penyewa yang baik 4. Pokok gugatan mengenai tuntutan harta gono gini dan putusan telah inkracht 5. Dikabulkannya gugatan provisionil/putusan sela permintaan pihak yang berperkara agar diadakan tindakan pendahuluan guna kepentingan salah satu pihak sebelum putusan akhir disetujui. Contoh : Perceraian/sita jaminan 6. Pokok sengketa mengenai bezitrecht, menguasai/memegang suat benda seolah olha kepunyaan sendiri
DASAR HUKUM Pasal 181 ayat 1 HIR
Pasal 191 ayat 1 R.Bg
SE Ketua MA RI No 3 tahun 2000
PUTUSAN DAN EKSEKUSI
Putusan hakim mempunyai kekuatan
eksekutorial, yaitu kekuatan untuk dilaksanakan apa yang ditetapkan dalam putusan itu secara paksa oleh alat-alat negara. Yang memberi kekuatan eksekutorila
pada adalah kepala putusan yang
berbunyi “ demi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” EKSEKUSI Eksekusi berasal dari kata “ executie” artinya melaksanakan keputusan hakum. Yang dimaksud dengan eksekusi ialah melaksanakan secara paksa putusan pengadilan dengan bantuan kekuatan umum, guna menjalankan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Eksekusi juga sering diartikan melaksanakan putusan dalam perkara perdata secara paksa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku karena pihak yang tereksekusi tidak bisa melaksanakan dengan sukarela Pada prinsipnya eksekusi merupakan realisasi kewajiban pihak yang dikalahkan dalam putusan hakim, untuk memenuhi prestasi yang tercantum dalam putusan hakim. Eksekusi dilaksanakan terhadap Putusan
yang telah berkekuatan hukum tetap
dimana pihak yang kalah tidak dengan sukarela melaksanakan putusan serta eksekusi hanya atas putusan yang amarnya menghukum (condemnatoir) bukan putusan declatoir dan konstitutif Dasar hukum eksekusi Tata cara eksekusi, pasal 195-208 HIR, 224 HIR, 206-240 R.Bg Putusan yang menghukum pihak yang kalah
untuk melakukan perbuatan tertentu, pasal
225 HIR/ 259 R.Bg Pengecualian eksekusi terhadap putusan
yang belum berkekuatan hukum tetap
(putusan serta merta), pasal 80 ayat 1 HIR/pasal 191 ayat 1 R.Bg UU no 48 tahun 2009 tentang kekuasaan
kehakiman Asas-asas eksekusi
1. Putusan hakim yang akan dieksekusi
haruslah putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap 2. Putusan hakim yang akan dieksekusi harus bersifat menghukum (condemnatoir) 3. Putusan tidak dijalankan secara sukarela 4. Eksekusi atas perintah dan dibawah pimpinan ketua pengadilan 5. Eksekusi harus sesuai dengan amar putusan Jenis-jenis eksekusi dan pelaksanaannya Eksekusi rill yaitu penghukuman pihak yang kalah untuk melakukan suatu perbuatan tertentu, misalnya menyerahkan barang, pengosongan sebidang tanah atau rumah, pembongkaran. Penghentian suatu perbuatan tertentu, dan lain-lain. Eksekusi riil ini dapat dilakukan langsung dengan perbuatan nyata sesuai dengan amar putusan tanpa memerlukan lelang. Eksekusi pembayaran sejumlah uang. Prestasi diwajibkan adalah membayar sejumlah uang, tata caranya adalah terlebih dahulu adanya aanmaning (peringatan), penetapan eksekusi, perintah penjualan lelang, penjualan lelang (setelah dilakukan pengumuman sesuai ketentuan yang berlaku dan terakhir penyerahan uang hasil lelang Eksekusi putusan yang menghukum orang untuk melakukan perbuatan. orang tidak bisa dipaksakan untuk memenuhi prestasi yang berupa perbuatan. Akan tetapi pihak yang dimenangkan dapat meminta kepada hakim agar kepentingan yang diperolehnya dinilai dengan uang. Dan pelaksanaannya diawali dengan permohonan agar putusan tersebut dinilai dengan uang kemudian tereksekusi dipanggil/di-aaming selanjutnya ketua pengadilan menetapkan jumlah uang sebagai pengganti putusan yang bersangkutan Tata cara sita eksekusi 1. Ada permohonan sita eksekusi dari pihak yang bersangkutan berdasar surat perintah ketua pengadilan agama, surat perintah ini dikeluarkan apabila : a. Tergugat tidak mau menghadiri panggilan peringatan tanpa alasan yang sah. b. Tergugat tidak mau memenuhi perintah dalam amar putusan selama masa peringatan. 2. Dilaksanakan oleh panitra atau juru sita 3. Pelaskanaan sita eksekusi dibantu oleh 2 (dua) orang saksi. Keharusan adanya 2 (dua ) orang saksi adalah syarat sah sita eksekusi 4. Dua orang saksi tersebut berfungsi sebagai pembantu dan sekaligus sebagai saksi sita eksekusi 5. Nama dan pekerjaan kedua saksi tersebut harus dicantumkan dalam berita acara sita eksekusi TUGAS 1. Mengapa eksekusi hanya dapat dilaksanakan terhadap amar putusan yang menghukum (condemnatoir), Jelaskan disertai contoh 2. Mengapa putusan declatoir dan konstitutif tidak dapat dimintakan eksekusi, jelaskan dan berikan contoh kasus Tugas ditulis tangan kertas double folio bergaris Tugas di foto kemudian di WA langsung ke dosen,
bukan dalam group WA.
Tugas dimasukan paling lambat jam 14.00 (dua sore) Yang tidak memasukan tugas dianggap tidak kuliah