Anda di halaman 1dari 61

Definisi & Dalil Kafaah

Kafaah
(Kafa’ah)

Etimologi Terminologi

Kesetaraan Kesetaraan antar Catin dalam hal-


(al-Mumatsalah) hal tertentu, untuk menghindari
“ketimpangan”

َ ‫الصالةُ إِ َذا أَ َت ْت َوا ْل َج َن‬


َ ‫ازةُ إِ َذا َح‬
‫ض َر ْت‬ َّ َّ‫َثال َث ٌة اَل ُت َؤ ِّخ ْرهُن‬
‫َواألَ ِّي ُم إِ َذا َو َج َد ْت ُكفُ ًؤا‬

Pihak perempuan & Walinya yang membutuhkan


kafaah dari Laki-laki. Bukan sebaliknya
Urgensi Hukum Kafaah
Kafaah

Mayoritas Ulama Hasan Bashri &


(Madzhab Empat) Al-Tsawriy

Syarat Luzum Hanya


(Sah Akad, tapi Kesempurnaan
belum mengikat)

Jika terjadi perkawinan tanpa kafaah, maka wali


berhak menuntut pembatalan perkawinan tersebut
Hukum Taklifiy Kafaah
Kafaah

Hanafiyah Malikiyah Syafi`iyah


Hanabilah

Wajib ada Kafaah Boleh tanpa Kafaah Makruh tanpa Kafaah,


(Haram jika Wali meskipun seizin yang
mengawinkan bukan dikawinkan, kecuali kalau
dengan Sekufu, kecuali janda
seizin yg dikawinkan)
Hanafiyah Ketakwaan, Kemerdekaan,
Keturunan, Kekayaan, Pekerjaan
Parameter Kafaah

Malikiyah Ketakwaan, Keadaan Fisik

Ketakwaan/Kesucian, Kemerdekaan,
Syafi`iyah Keturunan, Keadaan Fisik, Pekerjaan

Hanabilah Ketakwaan, Kemerdekaan,


Keturunan, Kekayaan, Pekerjaan
Kekayaan dalam Kafaah
Kekayaan

Hanafiyah Malikiyah
Hanabilah Syafi`iyah

Parameter Bukan Parameter


Kafaah Kafaah

Yang dimaksud dengan “Kekayaan”, bukan


kemewahan, melainkan “sekedar” kemampuan
membayar “mahar” dan memberi “nafkah”.
Nikah Tafwidl
Nikah Tafwidl

Wali Mujbir Wanita mengizinkan


mengawinkan Wali mengawinkan
tanpa Mahar tanpa Mahar

Teknisnya:
• Tidak menyebutkan mahar pada saat
akad
• Dari awal menyaratkan tanpa mahar
Akibat Hukum Nikah Tafwidl
Akad nikah sah

Mahar bukan “wajib” karena akad

Mahar jadi “wajib” karena dukhul


Akibat Hukumnya

Sebelum dukhul, Istri berhak meminta penentuan mahar

Saat suami menentukan mahar, disyaratkan berdasar rida Istri

Nilai mahar harus di atas mahar mitsil

Jika berselisih, maka Hakim menentukan dgn mahar mitsil

Jika cerai sblm ada penentuan mahar, maka mahar tdk wajib

Jika dukhul sblm ada penentuan mahar, maka wajib mahar mitsil

Jika mati sblm ada penentuan mahar, maka wajib mahar mitsil
Makna Nafkah
Makna Nafkah

Etimologi Terminologi

Terowongan Sesuatu yg
(‫)ن__فق‬ dibutuhkan utk
hidup layak

Memenuhi tuntutan Nafkah, secara umum dihukumi


Wajib jika sudah terpenuhi seluruh syaratnya

Yang dimaksud dengan Nafkah adalah sandang,


pangan & papan
Penyebab Wajib Nafkah
Sebab-Sebab Nafkah

Perkawinan Kekerabatan Kepemilikan

1. Hewan Peliharaan
2. Hewan Pinjaman
3. Hewan Temuan
4. Hewan Titipan
5. Hewan Gadaian
Nafkah dari Aspek Waktu
Nafkah berdasar Waktu

Masa Lalu Masa Sekarang Masa akan Datang


(Madliyah) Hadlirah Mustaqbalah

Dapat Direlakan Belum dapat direlakan


Syaratnya:

Isteri Perkawinan yang sah, Tamkin sempurna


(Al-Thalaq:7-8)

Orang tuanya mampu, anaknya fakir, anak laki-laki


Penerima Nafkah

Anak/Cucu belum dewasa, anak perempuan belum nikah,


(Malikiyah: Anak Saja)
(Al-Baqarah:233) tidak kerja karena sakit atau sedang menuntut
ilmu

Orang Tua Orang tuanya fakir, anaknya mampu. Menurut


(Malikiyah: Ibu/bapak Hanabilah harus seagama. Menurut Hanafiyah
Saja) kewajiban ini bagi anak laki-laki juga perempuan.
(Al-Isra:23)

Kerabat Samping Hanafiyah: Kepada Dzawil Arham


(Al-Isra:26) Hanabilah: Kepada Ahli waris
Malikiyah&Syafi`iyah: Tidak wajib
Ukuran Nafkah
Menurut Hanafiyah, Malikiyah, Sebagian
Sesuai Kemampuan Syafi`iyah & Mayoritas Hanabilah

Menurut Syafi`iyah (mu`tamad); Untuk


Ukuran Nafkah

Sesuai Ukuran org kaya 2 mud, miskin 1 mud,


pertengahan 1.5 mud.

Sesuai Kebiasaan Menurut Malikiyah, Sebagian Syafi`iyah

Sesuai Putusan
Menurut Sebagian Syafi`iyah
Hakim
Gugurnya Kewajiban Nafkah Suami
Lama berlalu dan
tidak ada tuntutan Menurut Hanafiyah saja
hakim
Gugurnya Nafkah

Nafkah madliyah yg
diridlakan

Wafat salah satunya

Murtad

Nusyuz

Cerai karena Isteri


berbuat maksiat
Hak-hak Anak
Penyusuan Hak anak kecil, Kewajiban
Suami,

Hadanah
Hak-hak Anak

Perwalian

Nafkah
Hukum Ibu Menyusui
Kewajiban Ibu Menyusui

Aturan Agama Aturan Negara


(Diyanatan) (Qadla’an)

Disepakati Wajib kepada Malikiyah Mayoritas Ulama


Ibu menyusui anaknya, (Wajib) (Mandub)
kalau tidak akan diminta
pertanggungjawaban oleh
Allah
Ibu Wajib Menyusui
Anak tdk mau menyusu
Disepakati para ulama
dari orang lain
Ibu Wajib Menyusui Jika:

Tidak ada yg bisa


Disepakati para ulama
menyusuinya

Bapaknya tdk ada atau


tdk mampu membayar Disepakati para ulama
upah menyusui

Untuk Kolostrum saja


(ASI yg diproduksi saat Syafi`iyah
akhir kehamilan-1.5 hari
setelah melahirkan)
Upah Ibu Menyusui
Jika menyusui saat
menjadi isteri, atau
dalam masa iddah raj`iy,
maka tidak berhak Mayoritas Ulama
mendapat upah dari
Upah Ibu Menyusui

suaminya.

Jika menyusui dalam


kondisi tidak wajib,
seperti seorang Syarifah, Malikiyah
maka berhak mendapat
upah

Jika menyusui setelah


tdk berstatus isteri, atau Disepakati
selesai iddah, maka
berhak mendapat upah
Makna Hadanah
Makna Hadanah

Etimologi Terminologi

Sisi Mendidik &


‫ب‬
( ‫)ا__لجن‬ Mengasuh anak

Hadanah merupakan hak anak atau orang dewasa yg


memiliki keterbelakangan mental sehingga dirinya
tidak mampu mengurus keperluan dirinya, serta
tidak mampu mempertahankan dirinya

Hak anak menjadi kewajiban orang tua untuk


memenuhinya
Hak Hadanah

Pemilik Hak Hadanah

Ibu Anak Pengasuh, Anak,


Bapaknya
Hanafiyah &
Malikiyah Mayoritas Ulama
Jika yang berhak mengasuh hanya ada satu orang,
maka ia harus dipaksa mengasuh
Kasus Hukum Hadanah

Jika yang berhak mengasuh lebih dari seorang, maka


salah satunya tdk boleh dipaksa utk mengasuh

Jika isteri mengajukan khuluk dengan tebusan tdk mengambil


hak asuh anak, maka khuluknya sah, tapi hak asuh tetap ada

Bapak tidak boleh mengambil hak asuh anak, kecuali ada


alasan syar`iy
Perwalian

Adalah pengurusan dari orang dewasa dan bijak, atas


orang yang memiliki keterbatasan usia atau mental

Terhadap Diri Terhadap Harta

Mengurus segala Mengurus segala


keperluan diri transaksi harta
Ketidaktaatan Isteri
Ketidaktaatan isteri kepada suaminya

Dosa Saja Dosa serta Nusyuz

Suami berhak Suami berhak


memberi memberi pelajaran,
pelajaran serta gugur
kewajiban nafkah
• Yang berkaitan dengan
pelanggaran hak Allah (Mnrt • Yang berkaitan dengan
qawl mu`tamad Syafi`iyah, pelanggaran hak Allah (Mnrt
tdk boleh memukulnya) Malikiyah)
• Bersikap tidak baik • Yang berkaitan dengan hak
• Tidak berkhidmat (Taymiy, akad perkawinan
beda dgn mayoritas ulama)
Jenis-jenis Nusyuz
Istri menolak melayani suami, tanpa
ada hak atau halangan syar`iy

Istri menolak hubungan intim yg pertama,


padahal mahar sudah dibayar
Jenis-jenis Nusyuz

Istri menolak suaminya masuk rumah


tanpa ada alasan logis

Istri dipenjara dikarenakan ulah


sendiri

Istri menolak diajak bepergian oleh suami, tanpa


ada alasan logis

Istri menolak diajak pindah rumah oleh suami,


tanpa ada alasan logis

Istri keluar rumah tanpa ada alasan logis, atau keluar


rumah atas kepentingan orang lain
Penanganan Nusyuz
Maks: 3 hari (mayoritas ulama)
Dinasihati
Penanganan Nusyuz

Dengan Ucapan

Boleh lebih 3 hr (Sbgn


Syafi`iyah-Taymi)

Di-Hijr
Tidak ada batas waktu, sampai
berubah sikapnya (Syafi`iyah-
Hanabilah)

Dengan Perbuatan

Dipukul
Sekitar 1-4 bln (Malikiyah)
Ketentuan Memukul
Tdk boleh meninggalkan bekas

Syarat Tdk boleh memukul wajah atau


Pukulan bagian yg berbahaya
Ketentuan Memukul

Diyakini pukulan tsb bisa


membuatnya berubah sikap

Maksimal 10

Bilangan
Pukulan

Boleh Lebih dr 10
‫)‪Syikak (Syiqaq‬‬
‫‪Makna Syiqaq‬‬

‫‪Etimologi‬‬ ‫‪Terminologi‬‬

‫‪Perpecahan‬‬ ‫‪konflik yg tajam‬‬


‫‪antara suami-‬‬
‫‪isteri‬‬

‫اق َب ْي ِن ِه َما َفا ْب َع ُثوا َح َك ًما مِنْ أَهْ لِ ِه َو َح َك ًما مِنْ أَهْ لِ َها إِنْ‬ ‫َوإِنْ ِخ ْف ُت ْم شِ َق َ‬
‫يرا‬‫صاَل ًحا ُي َو ِّف ِق هَّللا ُ َب ْي َن ُه َما إِنَّ هَّللا َ َكانَ َعلِي ًما َخ ِب ً‬
‫ُي ِريدَ ا إِ ْ‬
‫)‪(Al-Nisa:35‬‬
‫)‪Penanganan Syikak (Syiqaq‬‬
‫‪Penanganan‬‬

‫َفا ْب َع ُثوا‬ ‫َح َكما ً‬ ‫مِنْ أَهْ لِ ِه َومِنْ أَهْ لِ َها‬

‫‪Mediator‬‬ ‫‪Dianjurkan dr pihak‬‬


‫‪Hakim‬‬ ‫‪Keluarga‬‬
‫‪keluarga suami-isteri‬‬
‫‪Tetangga‬‬

‫ار َيةٍ‪َ ،‬ع َر َف ِ‬


‫ت‬ ‫س َّرى ِب َج ِ‬ ‫ام َرأَ ٍة أ ُ ْخ َرى‪ ،‬أَ ْو َت َ‬ ‫َفإِنْ َكانَ َقدْ َف َعل َ ف ِْعاًل َحاَل اًل ِم ْثل َ ال َّت َز ُّو ِج ِب ْ‬
‫وزا‪َ ،‬وإِنْ َكانَ‬ ‫ش ً‬ ‫اق‪َ ،‬فإِنْ َق ِب َل ْت َوإِاَّل َكانَ ُن ُ‬ ‫ش َق ِ‬‫ح َو ُن ِه َي ْت َع ِن ال ِّ‬ ‫ا ْل َم ْرأَةُ أَنَّ َذلِ َك ُم َبا ٌ‬
‫ِب ُظ ْل ٍم مِنْ ِج َه ِت ِه أَ َم َرهُ ا ْل َحا ِك ُم ِبا ْل َوا ِج ِ‬
‫ب‬
‫)‪(Mafatih al-Ghayb: X/74‬‬
‫‪Eksistensi Hakam‬‬
‫‪Hakam‬‬

‫‪Kapasitas‬‬ ‫‪Wewenang‬‬

‫‪Mediator‬‬
‫)‪(Juru Damai‬‬ ‫‪Mengambil‬‬ ‫‪Memediasi sampai‬‬
‫‪Keputusan tanpa‬‬ ‫‪mewakili‬‬
‫‪Izin suami/isteri‬‬ ‫)‪(Mayoritas Ulama‬‬
‫)‪(Malikiyah‬‬

‫ام َرأَةٌ إِلَى َعل ٍِّي َرضِ َي هَّللا َع ْن ُه‪َ ،‬و َم َع ُكل ِّ َوا ِح ٍد ِم ْن ُه َما‬ ‫اء َر ُجل ٌ َو ْ‬ ‫َعنْ ُع َب ْي َد َة أَ َّن ُه َقال َ َج َ‬
‫اس‪َ ،‬فأ َ َم َر ُه ْم َعل ٌِّي ِبأَنْ َي ْب َع ُثوا َح َك ًما مِنْ أَهْ لِ ِه َو َح َك ًما مِنْ أَهْ لِ َها‪ُ ،‬ث َّم َقال َ‬ ‫َج ْم ٌع مِنَ ال َّن ِ‬
‫اج َم َعا‪َ ،‬وإِنْ َرأَ ْي ُت َما أَنْ‬
‫ان َما َعلَ ْي ُك َما؟ َع َل ْي ُك َما إِنْ َرأَ ْي ُت َما أَنْ َت ْج َم َعا َف ْ‬
‫لِ ْل َح َك َم ْي ِن‪َ :‬ت ْع ِر َف ِ‬
‫الر ُجلُ‪:‬‬ ‫ب هَّللا َت َعا َلى فِي َما َعلَ َّي َول َِي فِيهِ‪َ .‬ف َقال َ َّ‬ ‫يت ِب ِك َتا ِ‬ ‫ت ا ْل َم ْرأَةُ‪َ :‬رضِ ُ‬ ‫ُت َف ِّر َقا َف َف ِّر َقا‪َ ،‬ف َقا َل ِ‬
‫أَ َّما ا ْلفُ ْر َق ُة َفاَل ‪َ ،‬ف َقال َ َعل ٌِّي‪َ :‬ك َذ ْب َت وهَّللا َح َّتى ُتق َِّر ِب ِم ْث ِل الَّذِي أَ َق َّر ْت ِبهِ‪.‬‬
Istilah Teknis

Pengadil yg diangkat resmi oleh


Hakim
Pemerintah
Istilah Teknis

Pengadil yg diberi kepercayaan


Muhakkam
pribadi oleh yg berperkara

Perantara yg diberi kepercayaan


Hakam
untuk menengahi (mediasi)
Pelaksanaan Mediasi
Mediasi

Litigasi Non Litigasi

Via Pengadilan Di Luar


dengan mediator Hakim yg Pengadilan
tdk memeriksa pokok dengan mediator
perkara. keluarga
Maksimal 2 kali pertemuan

(PerMA No. 1/2007)


(PerMA No. 1/2008)
Makna Paksaan (al-Ikrah)
al-Ikrah

Etimologi Terminologi

Memaksa seseorang untuk Menjadikan seseorang tidak


melakukan sesuatu yg tdk memiliki pilihan dan tidak mampu
disukainya menolak sesuatu karena takut.
Jenis Paksaan (al-Ikrah)

Jenis al-Ikrah

Berdasarkan Hak Tanpa Hak

• Eksekutor Sanksi Tindak Pidana


• Wali Mujbir
Tindakannya
Tindakannya dihukumi tdk sah
dihukumi sah
Syarat Paksaan Tanpa Hak
Mukrah tdk mampu
menolak paksaan

Syarat Paksaan Ancamannya


menyakitkan

Ancamannya tdk mesti


langsung

Terdapat unsur
menzhalimi

Tdk memiliki hak


memaksa
Rukun Paksaan (al-Ikrah)

Rukun al-Ikrah

Mukrih Mukrah Mukrah `Alayh Mukrah Bih

Yg Memaksa Yg Dipaksa Instruksi Jenis Ancaman dr


Paksaan Paksaan (Akan
Dibunuh, Dipenjara,
dll)
Konsekwensi Paksaan terhadap
Akad Perkawinan
Keabsahan Akad

Hanafiyah Mayoritas Ulama

Sah Akad Tidak Sah Akad

‫إن لكل ما يصح مع الهزل يصح‬


‫مع اإلكره‬
‫‪Ta`arudl Dalail‬‬
‫صلَّى هَّللا ُ َع َل ْي ِه َو َ‬
‫س َّل َم َقالَ‪ :‬األَ ِّي ُم أَ َح ُّق ِب َن ْفسِ َها مِنْ‬ ‫أَنَّ ال َّن ِب َّي َ‬
‫ص َما ُت َها ؟ َقالَ‪َ :‬ن َع ْم‪.‬‬ ‫َولِ ِّي َها‪َ ،‬وا ْل ِب ْك ُر ُت ْس َتأْ َذنُ فِي َن ْفسِ َها‪َ ،‬وإِ ْذ ُن َها ُ‬

‫اب ٍر أَنَّ َر ُجاًل َز َّو َج ا ْب َن َت ُه َوه َِي ِب ْك ٌر مِنْ َغ ْي ِر أَ ْم ِرهَا‬ ‫اء َعنْ َج ِ‬ ‫َعنْ َع َط ٍ‬
‫صلَّى هَّللا ُ َع َل ْي ِه َو َ‬
‫سلَّ َم َف َف َّر َق َب ْي َن ُه َما‬ ‫ت ال َّن ِب َّي َ‬‫َفأ َ َت ِ‬
‫«ر َّد ِن َك َ‬
‫اح‬ ‫س َّل َم َ‬ ‫ص َّلى هللاُ َع َل ْي ِه َو َ‬ ‫سول َ هَّللا ِ َ‬ ‫اس ‪ ,‬أَنَّ َر ُ‬ ‫َع ِن ا ْب ِن َع َّب ٍ‬
‫ص َّلى هللاُ‬‫ان ‪َ ,‬ف َر َّد ال َّن ِب ُّي َ‬ ‫ار َه َت ِ‬‫ب أَ ْن َك َح ُه َما أَ ُبو ُه َما َو ُه َما َك ِ‬ ‫َب ْك ٍر َو َث ِّي ٍ‬
‫اح ُه َما»‬‫سلَّ َم ِن َك َ‬
‫َع َل ْي ِه َو َ‬

‫ِيث فِي ا ْل ِب ْك ِر ُح ِمل َ َع َلى أَ َّن َها ُز ِّو َج ْت ِب َغ ْي ِر ُك ْ‬


‫ف ٍء‬ ‫َقال َ ا ْل َب ْي َهق ُِّي إِنْ َث َب َت ا ْل َحد ُ‬
‫ت(ابن حجر) َو َه َذا ا ْل َج َو ُ‬
‫اب ه َُو ا ْل ُم ْع َت َم ُد‬ ‫َوهَّللا ُ أَ ْعلَ ُم قُ ْل ُ‬
Khiyar

Makna Khiyar

Etimologi Terminologi

Memilih
Hak memilih antara tetap
melangsungkan perkawinan
(ibqa’) atau memutuskan
ikatan perkawinan (Fasakh)
Khiyar dalam Perkawinan
`Ayb Disepakati keberadaannya
Hak Khiyar

Mayoritas Ulama Tidak Ada

Majlis

Malikiyah Ada jika Disyaratkan


Sebelumnya

Hanafiyah,
Hanabilah
Tidak Ada

Syarat

Malikiyah, Ada, menjadi Tsubut dgn


Syafi`iyah Dukhul
‫‪Khiyar Syarat di Syafi`iyah‬‬

‫ال َوبَ َك َارٍة‬ ‫اح َكمااًل َكا َن َك َجم ٍ‬


‫َ‬ ‫َ‬ ‫ِ‬ ‫ك‬‫َ‬ ‫ن‬
‫ِّ‬ ‫ال‬ ‫ة‬
‫َ‬ ‫ح‬‫َّ‬ ‫ف) اَل يمنَع ِ‬
‫ص‬ ‫َْ ُ‬ ‫ٌ‬ ‫ص‬ ‫و‬
‫َ َ َ ْ‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ط فِي أَح ِد ِ‬
‫ه‬ ‫(ولَ ْو ُش ِر َ‬‫َ‬
‫َي‬ ‫أ‬ ‫ِ‬
‫ول‬ ‫ع‬ ‫ف‬
‫ْ‬ ‫ْم‬ ‫ل‬‫ف) بِبِنَائِِه لِ‬ ‫َ‬ ‫اض وسمرٍة (فَأُ ْخلِ‬ ‫ٍ‬ ‫ي‬ ‫ب‬ ‫ك‬
‫َ‬ ‫و‬
‫اَل‬ ‫اَل‬ ‫َو‬ ‫أ‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫د‬‫ِّ‬ ‫وح ِّريٍَّة أَو َن ْقصا َك ِ‬
‫ض‬
‫ْ‬ ‫َ ُ‬ ‫ْ َ ََ َ ُ ْ َ‬ ‫َ‬ ‫َُ ْ ً‬
‫س ُد‬ ‫ف‬ ‫ي‬ ‫ع‬ ‫ي‬ ‫ْب‬‫ل‬‫ا‬ ‫ن‬‫َّ‬ ‫ِ‬
‫إ‬ ‫ف‬ ‫ن‬‫ِ‬ ‫ي‬‫ْع‬‫ل‬ ‫ا‬ ‫ل‬‫ِ‬ ‫ُّ‬
‫د‬ ‫ب‬‫ت‬‫ك‬ ‫س‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫ة‬‫ِ‬ ‫ف‬ ‫الص‬ ‫ل‬ ‫د‬‫ُّ‬ ‫ب‬ ‫ت‬ ‫َّ‬
‫ن‬ ‫َ‬ ‫أِل‬ ‫اح)‬
‫ْ‬
‫َْ َ َ ُ‬ ‫اَل‬ ‫َ‬ ‫َْ‬ ‫َ‬
‫ْ َ ََ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ِّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫(ص َّح النِّ َك ُ‬ ‫ط َ‬ ‫ال َْم ْش ُرو ُ‬
‫(ولِ ُك ٍّل) ِم ْن َّ‬
‫الزْو َج ْي ِن‬ ‫ى‬
‫ُ ْ َ‬ ‫ل‬
‫َ‬‫َو‬‫أ‬ ‫اح‬ ‫ك‬‫َ‬ ‫ن‬
‫ِّ‬ ‫ال‬ ‫ف‬
‫َ‬ ‫اس َد ِ‬
‫ة‬ ‫وط الْ َف ِ‬‫الشر ِ‬
‫ُ‬ ‫ُّ‬ ‫ِ‬
‫ب‬ ‫الشر ِط مع تَأَثُّ ِرِ‬
‫ه‬ ‫ْ ََ‬ ‫َّ‬ ‫ْف‬‫بِ َخل ِ‬
‫ط) َكأَ ْن‬ ‫(دو َن َما َش َر َ‬ ‫وف‬
‫ُ‬ ‫ص‬ ‫و‬ ‫ْم‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫َي‬ ‫أ‬ ‫)‬ ‫ن‬‫َ‬ ‫ا‬‫ب‬ ‫ن‬
‫ْ‬ ‫(إ‬ ‫اض‬‫ٍ‬ ‫ق‬
‫َ‬ ‫اَل‬‫ِ‬
‫ب‬ ‫و‬ ‫َ‬‫ل‬‫و‬ ‫خ‬
‫ٌ‬ ‫س‬ ‫ف‬
‫َ‬ ‫ه‬ ‫ل‬
‫َ‬ ‫ف‬
‫َ‬ ‫)‬‫ار‬ ‫ي‬‫(خ‬‫ِ‬
‫ُ‬ ‫ْ َْ ُ‬ ‫َ‬ ‫ٌَ ُ ْ َْ‬
‫اح اأْل َ َم ِة َوقَ ْد أ َِذ َن َسيِّ ُد َها ِفي‬ ‫ُ‬ ‫ك‬
‫َ‬ ‫ت أَمةً و ُهو ح ٌّر ي ِح ُّل لَهُ نِ‬
‫ط أ ََّن َها ُح َّرةٌ َفبَانَ ْ َ َ َ ُ َ‬ ‫َش َر َ‬
‫اح ِه لِ َخل ِ‬
‫ْف‬ ‫احها أَو أَنَّه ح ٌّر َفبا َن عب ًدا و ِهي ح َّرةٌ وقَ ْد أ َِذ َن لَه سيِّ ُده ِفي نِ َك ِ‬ ‫نِ َك ِ‬
‫ُ َ ُ‬ ‫ُ َ ْ َ َ ُ َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ ْ‬
‫اص ِ‬ ‫(م ْثلُهُ) أَي ِمثْل الْو ِ‬ ‫ب بَِق ِرين ِة ما م َّر ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫الشر ِط ولِ‬
‫ف‬ ‫ْ ُ َ‬ ‫َ َ َ‬ ‫ي‬ ‫ْع‬
‫ْ َْ‬‫ل‬‫ا‬ ‫ر‬ ‫ي‬‫غ‬
‫َ‬ ‫ي‬ ‫ف‬ ‫)‬ ‫ن‬
‫َ‬ ‫ا‬‫ب‬
‫َ‬ ‫ن‬
‫ْ‬ ‫إ‬ ‫اَل‬ ‫(‬ ‫ر‬ ‫ي‬
‫ر‬ ‫غ‬
‫ْ‬ ‫لت‬
‫َّ‬ ‫َّ ْ َ‬
‫ضلِيَّتِ ِه فِي الثَّانِيَ ِة‬ ‫ئه َما فِي اأْل ُولَى َوأِل َفْ َ‬ ‫ِ ِ‬
‫وم بِاأْل َ ْولَى لتُ َكاف ُ‬ ‫أ َْو َف ْوقَهُ ال َْم ْف ُه ُ‬
‫(‪)Hasyiyah Jamal, IV/219-220‬‬
Khiyar Khusus Perkawinan
`Ayb Disepakati Ada

Mayoritas Ulama Tidak Ada, Akad oleh Wali Mujbir


Baligh
Hanafiyah Ada, Akad bkn oleh Bapak/Ashbh
Hak Khiyar

Mayoritas Ulama Tidak Ada, Akad oleh Wali Mujbir


Ifaqah
Hanafiyah Ada, Akad bkn oleh Bapak/Ashbh

Taghrir Disepakati Ada

Fawat Nafkah Disepakati Ada

Fawat Mahar Disepakati Ada


‫‪Perkawinan `A’isyah Ra.‬‬
‫‪Usia `A’isyah Ra.‬‬

‫‪Disepakati Ulama‬‬ ‫‪Klaim TO Savanas‬‬

‫‪Menikah usia 6 tahun,‬‬ ‫‪Bukan 6-9 tahun, tapi tdk‬‬


‫‪berumah tangga usia 9‬‬ ‫‪pasti kisaran 18-19 tahun‬‬
‫‪tahun.‬‬

‫ش ٍام‪َ ،‬ع ْن أَبِ ِيه‪ ،‬قَ َ‬


‫ال‪:‬‬ ‫ِ‬
‫ه‬ ‫ن‬ ‫ع‬ ‫‪،‬‬ ‫ة‬ ‫ام‬ ‫ُس‬ ‫أ‬ ‫و‬ ‫َب‬
‫أ‬ ‫ا‬‫ن‬ ‫ث‬ ‫د‬ ‫ح‬ ‫‪،‬‬ ‫يل‬ ‫ِ‬
‫َح َّدثَنِي ُعَب ْي ُد بْ ُن إِ ْس َم َ َ َ َ ُ َ َ َ َ ْ َ‬
‫َّ‬ ‫اع‬
‫ت َخ ِديجةُ َق ْبل م ْخر ِج النَّبِ ِّي صلى اهلل عليه وسلم إِلَى الم ِدينَ ِة بِثَالَ ِ‬
‫ث‬ ‫ِّ‬
‫َ‬ ‫َ ََ َ‬ ‫ْ‬ ‫« ُت ُو َ‬
‫ي‬ ‫ف‬
‫ين‪،‬‬ ‫ت ِسنِ‬ ‫ِّ‬ ‫س‬‫تِ‬ ‫ن‬
‫ْ‬
‫َ َ ُ‬‫ِ‬‫ب‬ ‫ي‬ ‫ِ‬
‫ه‬ ‫و‬ ‫ة‬
‫َ‬ ‫ش‬
‫َ‬ ‫ِ‬
‫ائ‬‫ع‬ ‫ح‬ ‫ك‬
‫َ‬ ‫َ‬‫ن‬‫و‬ ‫‪،‬‬ ‫ك‬
‫َ‬ ‫ِ‬
‫ل‬ ‫ذ‬
‫َ‬ ‫ن‬ ‫ِ‬
‫م‬ ‫ا‬‫يب‬‫ِ‬
‫ر‬ ‫ق‬
‫َ‬ ‫َو‬‫أ‬ ‫ِ‬
‫ن‬ ‫ي‬‫ت‬ ‫ن‬ ‫س‬ ‫ث‬ ‫َ‬ ‫ِ‬
‫ب‬ ‫ل‬
‫َ‬ ‫ف‬
‫َ‬ ‫‪،‬‬ ‫ين‬ ‫ِ‬
‫ن‬ ‫ِ‬
‫س‬
‫َ‬ ‫َ َ َ‬ ‫َ ََ ْ ْ ً ْ‬ ‫َ‬
‫ين» (أخرجه البخاري)‬ ‫ت تِس ِع ِسنِ‬ ‫ُ‬ ‫ن‬
‫ْ‬ ‫ِ‬
‫ب‬ ‫ي‬ ‫ِ‬
‫ه‬ ‫و‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ثُ َّم َبنَى بِ‬
‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ َ‬ ‫َ‬
Hisyam bin `Urwah dinilai lemah karena ikhtilath setelah
pindah ke Irak. Hadis perkawinan `A’isyah pd usia 6 thn,
hanya diriwayatkan oleh rawi dari Irak.

Benar, tapi ia rawi Tsiqah. Dan yang


meriwayatkan dari bapaknya (`Urwah bin
Zubayr) bukan hanya Hisyâm bin `Urwah saja,
melainkan banyak, di antaranya Yazîd bin
Rûmân (Sunan al-Kubrâ li al-Bayhaqiy) dan
`Abdullâh bin Dzakwan (Mu`jam al-Kabîr li al-
Thabrâniy).
Bahkan yang meriwayatkan langsung dari
`Â’isyah juga banyak, di antaranya al-Aswad
(Shahih Muslim), Abû `Ubaydah (Sunan al-
Shughrâ li al-Nasâ’iy), Abû Salamah (Sunan al-
Shughrâ li al-Nasâ’iy), `Abdullâh bin `Urwah
(Sunan al-Kubrâ li al-Bayhaqiy), `Abdulmalik bin
`Umayr (Mu`jam al-Kabîr li al-Thabrâniy),
`Amrah binti `Abdurrahman (Thabaqât al-Kubrâ
li Ibn Sa`d).

‫اهلل صلى اهلل عليه‬ ِ ‫ول‬ُ ‫ َت َزَّو َج َها َر ُس‬:‫ت‬ ْ َ‫ل‬‫ا‬ ‫ق‬
َ ،َ‫ة‬ ‫ش‬ ِ
‫ائ‬ ‫ع‬ ‫ن‬ ‫ع‬ ،‫د‬ِ
َ َ ْ َ ‫َع ِن األَ ْس َو‬
‫ات َع ْن َها‬ ‫م‬‫و‬ ، ‫ع‬
ٍ ‫س‬ِ
‫ت‬ ‫ت‬ ‫ن‬ِ‫ب‬
َ َ َ ْ ُ ْ َ َ َ ََ َ‫ي‬ ‫ه‬ِ ‫و‬ ‫ا‬ ‫ه‬ِ‫ب‬ ‫ى‬ ‫ن‬ ‫ب‬ ‫و‬ ، ٍّ
‫ت‬ ‫س‬ ِ ‫ت‬ ِ ِ
ُ ْ َ ‫وسلم َو‬
‫ن‬ ‫ب‬ ‫ي‬ ‫ه‬
)‫ (أخرجه مسلم‬.َ‫ش َرة‬ ْ َ َ َ َ ُ ْ َ ‫َو‬
‫ع‬ ‫ن‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ث‬ ‫ت‬ ‫ن‬ِ‫ب‬ ‫ي‬ ِ
‫ه‬
Dan sahabat yang meriwayatkan langsung
perkawinan `Â’isyah juga ada, yaitu Ibn Mas`ud
(Sunan Ibn Majah & Mu`jam al-Kabîr li al-
Thabrâniy).

‫شةَ َو ِه َي‬ ِ‫ائ‬


َ َ ‫ع‬ ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫اهلل‬ ‫صلى‬ ‫ي‬ ِ
‫ب‬ َّ
‫ن‬
ُّ َ َ َ‫ال‬ ‫ج‬ ‫و‬َّ‫ز‬ ‫ت‬ :‫ال‬
َ ‫ق‬
َ ، ِ
‫ه‬ َّ
‫ل‬ ‫ال‬ ِ
‫د‬ ‫َع ْن َع ْب‬
‫ت‬ ِ ‫ي‬ ِ
‫ه‬ ‫و‬ ‫ا‬‫ه‬ ‫ن‬ ‫ع‬ ‫ي‬ِّ
‫ف‬ ‫و‬ ‫ت‬‫و‬ ، ‫ع‬ٍ ‫س‬ ِ
ُ ْ َ َ َ ْ َ َ ُ ُ َ ْ ُ ْ َ َ َ ََ َ ْ َ ُ ْ‫ب‬
‫ن‬ ‫ب‬ ‫ت‬ ‫ت‬ ‫ن‬ِ‫ب‬ ‫ي‬ ِ
‫ه‬ ‫و‬ ‫ا‬‫ه‬ ِ
‫ب‬ ‫ى‬ ‫ن‬‫ب‬ ‫و‬ ، ‫ع‬ٍ ‫ب‬ ‫س‬ ‫ت‬ ‫ن‬ ِ
‫ثَ َمانِي َع ْش َرَة‬
Pembatasan Usia Perkawinan
Batasan Usia
Perkawinan

Fiqh Munakahat Hukum Positif

Tidak ada pembatasan Seperti ada pembatasan, tapi


usia sebenarnya tanpa
pembatasan

ْ ‫والاَّل ئِي َل ْم َيح‬...


)4:‫ (الطالق‬... َ‫ِضن‬ َ
Usia Perkawinan dlm Hukum Positif
UU No. 1/74
Ps. 6 (2)
Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang
belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun
harus mendapat izin kedua orang tua

Ps. 6 (6)
Ketentuan tersebut ayat (1) sampai dengan ayat (5)
pasal berlaku sepanjang hukum masing-masing
agamanya dan keper cayaannya itu dari yang
bersangkutan tidak menentukan lain.
Pasal 7
1. Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah
mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak
wanita sudah mencapai um ur 16 (enam belas) tahun.
2. Dalam hal penyimpangan terhadap ayat (1) pasal ini
dapat memin ta dispensasi kepada Pen gadilan atau
Pejabat lain, yang ditunjuk ole h kedua orang tua
pihak pria maupun pihak wanita.
3. Ketentuan -ketentuan mengenai keadaan salah
seorang ata u kedua orang tua tersebut dalam Pasal 6
ayat (3) dan (4) Undang-undang ini, berlaku juga
dalam hal permintaan dispensasi tersebut ayat (2)
pasal ini dengan tidak mengurangi yang dimaksud
dalam Pasal 6 ayat (6).
Perkawinan Wanita Hamil Zina

Kehamilan

Hamil Sah Hamil Syubhat Hamil zina

Dari Perkawinan Sah Dari Wathi Syubhat Dari Perzinaan


Perkawinan Wanita Hamil Zina
Wanita Pezina

Yang mengawini Yang mengawini


adalah yang adalah bukan yang
menzinai menzinai

Disepakati
keabsahannya Mayoritas Hasan Bashri

Sah Mutlak Tidak Sah

Hanafiyah Malikiyah
Syafi`iyah Hanabilah

Jika hamil, sah langsung Nikah Jika Hamil, tidak sah sebelum
& Jimak (Syafi`iyah) melahirkan (Malikiyah), serta
Tdk boleh jimak sblm setelah taubat (Hanabilah)
melahirkan (Hanafiyah)
‫‪Landasan Hukumnya‬‬

‫الزانِيةُ اَل ي ْن ِكح َها إِاَّل َز ٍ‬


‫ان‪...‬إلخ (النور‪)3:‬‬ ‫َو َّ َ َ ُ‬
‫والكالم خرج مخرج التحريم عند حسن بصري‪ .‬والجمهور حملوا اآلية على الذم‪،‬‬
‫ال على التحريم‬

‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َع ْن َر ُج ٍل َزنَى‬ ‫َ‬


‫ول اللَّ ِ‬
‫ه‬ ‫ُ‬ ‫س‬‫ر‬ ‫ل‬
‫ُ َ َُ‬
‫ت‪ :‬سئِ‬ ‫ْ‬ ‫ل‬
‫َ‬ ‫ا‬‫َ‬‫ق‬ ‫‪,‬‬ ‫ة‬
‫َ‬ ‫ش‬
‫َ‬ ‫• َعن َعائِ‬
‫ْ‬
‫ْحاَل َل إِنَّ َما‬
‫ل‬ ‫ا‬ ‫ام‬ ‫ر‬ ‫ْح‬‫ل‬‫ا‬ ‫م‬‫ر‬ ‫ح‬ ‫ي‬ ‫«‬ ‫‪:‬‬ ‫ال‬ ‫ق‬ ‫ا‪,‬‬ ‫ه‬ ‫ت‬ ‫ن‬‫اب‬ ‫ِ‬
‫و‬ ‫َ‬
‫أ‬ ‫ا‬‫ه‬ ‫ج‬‫و‬ ‫ز‬ ‫ت‬ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫َ‬
‫أ‬ ‫اد‬ ‫َر‬ ‫ٍ‬ ‫ِ‬
‫ُ َ ُ ََ ُ َ‬ ‫ِّ‬ ‫اَل‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ ََ‬‫َ‬ ‫َّ‬
‫ََ َ َ َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ب َْ َ‬
‫أ‬‫ف‬
‫َ‬ ‫َة‬‫أ‬‫ر‬‫ام‬
‫اح»‬ ‫يُ َح ِّرُم َما َكا َن بِنِ َك ٍ‬
‫ع غَْي ِرِه‬ ‫ر‬‫ز‬ ‫ه‬ ‫اء‬ ‫م‬ ‫ن‬‫َّ‬ ‫ي‬‫ق‬‫ِ‬ ‫س‬ ‫ي‬ ‫ال‬ ‫َ‬‫ف‬ ‫ر‬‫ِ‬ ‫ِ‬
‫اآلخ‬ ‫ِ‬
‫م‬‫و‬ ‫ْي‬ ‫ل‬‫ا‬‫و‬ ‫ِ‬
‫ه‬ ‫َّ‬
‫ل‬ ‫ل‬‫ا‬ ‫ِ‬
‫ب‬ ‫ن‬ ‫• من َكا َن ي ْؤِ‬
‫م‬
‫َ‬
‫ُ ْ َ َ َُ ْ َ‬ ‫َ‬ ‫َ َْ‬ ‫َ‬ ‫ُ ُ‬ ‫َْ‬
Kawin Hamil dalam KHI
Pasal 53

Seorang wanita hamil di Dengan


luar nikah, dapat dilangsungkannya
dikawinkan dengan pria perkawinan pada saat
yang menghamilinya wanita hamil, tidak
diperlukan perkawinan
Perkawinan dengan ulang setelah anak yang
wanita hamil yang dikandung lahir.
disebut pada ayat (1)
dapat dilangsungkan
tanpa menunggu lebih
dahulu kelahiran
anaknya.
UUP Pasal 42 & KHI Pasal 99
Anak yang Sah adalah:

Anak yang dilahirkan Hasil perbuatan suami isteri


dalam atau akibat yang sah di luar rahim dan
perkawinan yang sah; dilahirkan oleh isteri tersebut

Pasal 4
Perkawinan adalah sah,
apabila dilakukan menurut
hukum Islam sesuai dengan
pasal 2 ayat (1)
Undang-undang No. 1 Tahun
1974 tentang Perkawinan.

‫ض ِع َها‬
ْ ‫ال أبو حنيفة إِ ْن َت َزَّو َج َها َق ْب َل َو‬ َ َ‫َوق‬
‫ َوإِ ْن لَ ْم َيَت َزَّو ْج َها‬،‫َولَ ْو بَِي ْوٍم لَ ِح َق بِ ِه ال َْولَ ُد‬
‫ْح ْق بِ ِه‬
َ ‫لَ ْم َيل‬
Keabsahan Perkawinan

UU No. 1/74 KHI

Pasal 2 Pasal 4
1) Perkawinan adalah sah apabila Perkawinan adalah sah, apabila
dilakukan menurut hukum dilakukan menurut hukum Islam
masing-masing agama dan sesuai dengan pasal 2 ayat (1)
kepercayaannya itu. Undang-undang No. 1 Tahun 1974
2) Tiap-tiap perkawinan dicatat tentang Perkawinan.
menurut peraturan perundang-  
undangan yang berlaku. Pasal 5
(1) Agar terjamin ketertiban
perkawinan bagi masyarakat Islam
setiap perkawinan harus dicatat.
Resume Putusan MK No. 46/2010
Keterangan Pemerintah:
Bahwa menurut Undang-Undang a quo, sahnya perkawinan disandarkan
kepada hukum agama masing-masing, namun demikian suatu perkawinan
belum dapat diakui keabsahannya apabila tidak dicatat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Pencatatan perkawinan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) bertujuan untuk:
a. Tertib administrasi perkawinan;
b. Memberikan kepastian dan perlindungan terhadap status hukum suami,
istri maupun anak; dan
c. Memberikan jaminan dan perlindungan terhadap hak-hak tertentu yang
timbul karena perkawinan seperti hak waris, hak untuk memperoleh
akte kelahiran, dan lain-lain;

Keterangan DPR:
Bahwa atas dasar dalil tersebut, maka ketentuan Pasal 2 ayat (2) UU
Perkawinan yang berbunyi “tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku” merupakan norma yang mengandung
legalitas sebagai suatu bentuk formal perkawinan.
Pendapat Mahkamah:
Penjelasan Umum angka 4 huruf b UU 1/1974 tentang asas-asas atau
prinsip-prinsip perkawinan menyatakan:
“... bahwa suatu perkawinan adalah sah bilamana dilakukan menurut hukum
masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu; dan di samping itu tiap-tiap
perkawinan harus dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pencatatan tiap-tiap perkawinan adalah sama halnya dengan pencatatan
peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan seseorang, misalnya kelahiran,
kematian yang dinyatakan dalam surat-surat keterangan, suatu akte yang juga
dimuat dalam daftar pencatatan”.
Berdasarkan Penjelasan UU 1/1974 di atas nyatalah bahwa:
i. pencatatan perkawinan bukanlah merupakan faktor yang
menentukan sahnya perkawinan; dan
ii. pencatatan merupakan kewajiban administratif yang diwajibkan
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Adapun faktor yang menentukan sahnya perkawinan adalah syarat-
syarat yang ditentukan oleh agama dari masing-masing pasangan
calon mempelai. Diwajibkannya pencatatan perkawinan oleh negara
melalui peraturan perundangundangan merupakan kewajiban
administratif.
Jika,
Anak yang Sah = Anak yang
dilahirkan Dalam atau akibat
Perkawinan yang Sah

Maka,
Anak yang dilahirkan di Luar
Perkawinan yang Sah = Anak yang
Tidak Sah
Konsekuensi Anak di Luar Perkawinan

UUP Pasal 43
1) Anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai
hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya.
2) Kedudukan anak tersebut ayat (1) di atas selanjutnya akan diatur
dalam Peraturan Pemerintah.

Terma “Perkawinan” dalam Pasal 43 ayat (1) UUP


Kata “perkawinan” dalam Pasal 43 ayat (1) Undang-Undang a quo juga
akan dimaknai sebagai perkawinan yang sah secara Islam atau
perkawinan menurut rukun nikah yang
lima.
 
KHI Pasal 100
Anak yang lahir di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan
nasab dengan ibunya dan keluarga ibunya.
Hasil Judicial Review

Pasal 43 ayat (1) UUP, harus dibaca:


“Anak yang dilahirkan di luar perkawinan
mempunyai hubungan perdata dengan ibunya
dan keluarga ibunya serta dengan laki-laki
sebagai ayahnya yang dapat dibuktikan
berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi
dan/atau alat bukti lain menurut hukum
mempunyai hubungan darah, termasuk
hubungan perdata dengan keluarga ayahnya”;
Ketika,
Anak yang dilahirkan di Luar
Perkawinan yang Sah = Anak yang
Tidak Sah = Anak Hasil Zina

Maka,
Berdasar Putusan MK No.
46/2010, Anak Hasil Zina
mempunyai hubungan perdata
dengan ibunya dan keluarga
ibunya serta dengan laki-laki
sebagai ayahnya dan keluarga
ayahnya
Keterkaitan Anak dengan
Orang Tua

Hak Nasab Hak Keperdataan

Perwalian Hadlanah
Perwarisan
Hadlanah

Argumen Tetapnya Nasab

Firasy Qiyafah Putusan Hakim

Dari Perkawinan Sah Identifikasi Dari Perselisihan


‫‪Mungkinkah Anak Hasil Zina‬‬
‫‪Memiliki Hubungan Nasab dengan‬‬
‫?‪Ayah Biologisnya‬‬

‫‪Jawabannya:‬‬

‫‪Sangat Mungkin, Berdasarkan Pendapat Ulama:‬‬

‫ْح ُّد َويَ ِرثُهُ‪َ .‬وقَ َ‬


‫ال‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫اطئ إذَا أُقِيم َعلَي ِ‬
‫ه‬ ‫ال الْحسن‪ ،‬وابن ِسي ِرين‪ :‬ي ْلح ُق الْو ِ‬
‫َ ْ َ‬ ‫َ َ َ َ َ‬ ‫َوقَ َ َ َ ُ َ ْ ُ‬
‫ْح ُقهُ‪.‬‬ ‫ل‬ ‫ي‬ ‫‪:‬‬ ‫ق‬ ‫ا‬ ‫ح‬ ‫س‬ ‫ِ‬
‫إ‬ ‫ال‬ ‫ق‬ ‫و‬ ‫َّ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َْ َ َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْإب َر ُ َ َ ُ ُ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ‬
‫‪.‬‬ ‫ة‬
‫َ‬ ‫وء‬ ‫ط‬
‫ُ‬ ‫و‬ ‫ْم‬ ‫ل‬‫ا‬ ‫ك‬ ‫ل‬
‫َ‬ ‫م‬ ‫َو‬ ‫أ‬ ‫‪،‬‬ ‫د‬ ‫ْح‬ ‫ل‬‫ا‬ ‫د‬ ‫ل‬ ‫ج‬ ‫ا‬ ‫ذ‬
‫َ‬ ‫إ‬ ‫ه‬ ‫ق‬
‫ُ‬ ‫ْح‬‫ل‬ ‫ي‬ ‫‪:‬‬ ‫يم‬ ‫اه‬
‫اص ٍم‪َ ،‬ع ْن أَبِي‬ ‫وذُكِر َعن عُروَة‪ ،‬وسلَْيما َن ب ِن يسا ٍر نَ ْحوهُ‪ .‬وروى َعلِ ُّي بن َع ِ‬
‫ُْ‬ ‫ُ َ ََ‬ ‫َ َ ْ َْ َ ُ َ ْ َ َ‬
‫ت ِم ْنهُ‪ ،‬أَ ْن َيَت َزَّو َج َها‬ ‫ل‬
‫َ‬ ‫م‬ ‫ح‬ ‫َ‬‫ف‬
‫َ ُ ُ َْ َ َ ْ‬ ‫ِ‬
‫َة‬‫أ‬‫ر‬ ‫ْم‬ ‫ل‬‫ا‬‫ِ‬‫ب‬ ‫ل‬ ‫ج‬ ‫الر‬
‫َّ‬ ‫ى‬ ‫ن‬‫ِ‬
‫ز‬ ‫ا‬‫ذ‬
‫َ‬ ‫إ‬ ‫ا‬ ‫س‬ ‫ْ‬
‫أ‬
‫َ ًَ‬‫ب‬ ‫ى‬ ‫َر‬‫أ‬ ‫اَل‬ ‫‪:‬‬ ‫ال‬
‫َ‬ ‫ق‬
‫َ‬ ‫ه‬
‫ُ‬ ‫َّ‬
‫ن‬ ‫َ‬
‫أ‬ ‫‪،‬‬‫ة‬
‫َ‬ ‫ف‬
‫َ‬ ‫ي‬‫ِ‬‫َحن‬
‫لها‪َ ،‬ويَ ْس ُت َر َعلَْي َها‪َ ،‬وال َْولَ ُد َولَ ٌد لَهُ‬ ‫َم َع َح ْم َ‬

Anda mungkin juga menyukai