Kafaah
(Kafa’ah)
Etimologi Terminologi
Ketakwaan/Kesucian, Kemerdekaan,
Syafi`iyah Keturunan, Keadaan Fisik, Pekerjaan
Hanafiyah Malikiyah
Hanabilah Syafi`iyah
Teknisnya:
• Tidak menyebutkan mahar pada saat
akad
• Dari awal menyaratkan tanpa mahar
Akibat Hukum Nikah Tafwidl
Akad nikah sah
Jika cerai sblm ada penentuan mahar, maka mahar tdk wajib
Jika dukhul sblm ada penentuan mahar, maka wajib mahar mitsil
Jika mati sblm ada penentuan mahar, maka wajib mahar mitsil
Makna Nafkah
Makna Nafkah
Etimologi Terminologi
Terowongan Sesuatu yg
()ن__فق dibutuhkan utk
hidup layak
1. Hewan Peliharaan
2. Hewan Pinjaman
3. Hewan Temuan
4. Hewan Titipan
5. Hewan Gadaian
Nafkah dari Aspek Waktu
Nafkah berdasar Waktu
Sesuai Putusan
Menurut Sebagian Syafi`iyah
Hakim
Gugurnya Kewajiban Nafkah Suami
Lama berlalu dan
tidak ada tuntutan Menurut Hanafiyah saja
hakim
Gugurnya Nafkah
Nafkah madliyah yg
diridlakan
Murtad
Nusyuz
Hadanah
Hak-hak Anak
Perwalian
Nafkah
Hukum Ibu Menyusui
Kewajiban Ibu Menyusui
suaminya.
Etimologi Terminologi
Dengan Ucapan
Di-Hijr
Tidak ada batas waktu, sampai
berubah sikapnya (Syafi`iyah-
Hanabilah)
Dengan Perbuatan
Dipukul
Sekitar 1-4 bln (Malikiyah)
Ketentuan Memukul
Tdk boleh meninggalkan bekas
Maksimal 10
Bilangan
Pukulan
Boleh Lebih dr 10
)Syikak (Syiqaq
Makna Syiqaq
Etimologi Terminologi
اق َب ْي ِن ِه َما َفا ْب َع ُثوا َح َك ًما مِنْ أَهْ لِ ِه َو َح َك ًما مِنْ أَهْ لِ َها إِنْ َوإِنْ ِخ ْف ُت ْم شِ َق َ
يراصاَل ًحا ُي َو ِّف ِق هَّللا ُ َب ْي َن ُه َما إِنَّ هَّللا َ َكانَ َعلِي ًما َخ ِب ً
ُي ِريدَ ا إِ ْ
)(Al-Nisa:35
)Penanganan Syikak (Syiqaq
Penanganan
Kapasitas Wewenang
Mediator
)(Juru Damai Mengambil Memediasi sampai
Keputusan tanpa mewakili
Izin suami/isteri )(Mayoritas Ulama
)(Malikiyah
ام َرأَةٌ إِلَى َعل ٍِّي َرضِ َي هَّللا َع ْن ُهَ ،و َم َع ُكل ِّ َوا ِح ٍد ِم ْن ُه َما اء َر ُجل ٌ َو ْ َعنْ ُع َب ْي َد َة أَ َّن ُه َقال َ َج َ
اسَ ،فأ َ َم َر ُه ْم َعل ٌِّي ِبأَنْ َي ْب َع ُثوا َح َك ًما مِنْ أَهْ لِ ِه َو َح َك ًما مِنْ أَهْ لِ َهاُ ،ث َّم َقال َ َج ْم ٌع مِنَ ال َّن ِ
اج َم َعاَ ،وإِنْ َرأَ ْي ُت َما أَنْ
ان َما َعلَ ْي ُك َما؟ َع َل ْي ُك َما إِنْ َرأَ ْي ُت َما أَنْ َت ْج َم َعا َف ْ
لِ ْل َح َك َم ْي ِنَ :ت ْع ِر َف ِ
الر ُجلُ: ب هَّللا َت َعا َلى فِي َما َعلَ َّي َول َِي فِيهَِ .ف َقال َ َّ يت ِب ِك َتا ِ ت ا ْل َم ْرأَةَُ :رضِ ُ ُت َف ِّر َقا َف َف ِّر َقاَ ،ف َقا َل ِ
أَ َّما ا ْلفُ ْر َق ُة َفاَل َ ،ف َقال َ َعل ٌِّيَ :ك َذ ْب َت وهَّللا َح َّتى ُتق َِّر ِب ِم ْث ِل الَّذِي أَ َق َّر ْت ِبهِ.
Istilah Teknis
Etimologi Terminologi
Jenis al-Ikrah
Terdapat unsur
menzhalimi
Rukun al-Ikrah
اب ٍر أَنَّ َر ُجاًل َز َّو َج ا ْب َن َت ُه َوه َِي ِب ْك ٌر مِنْ َغ ْي ِر أَ ْم ِرهَا اء َعنْ َج ِ َعنْ َع َط ٍ
صلَّى هَّللا ُ َع َل ْي ِه َو َ
سلَّ َم َف َف َّر َق َب ْي َن ُه َما ت ال َّن ِب َّي ََفأ َ َت ِ
«ر َّد ِن َك َ
اح س َّل َم َ ص َّلى هللاُ َع َل ْي ِه َو َ سول َ هَّللا ِ َ اس ,أَنَّ َر ُ َع ِن ا ْب ِن َع َّب ٍ
ص َّلى هللاُان َ ,ف َر َّد ال َّن ِب ُّي َ ار َه َت ِب أَ ْن َك َح ُه َما أَ ُبو ُه َما َو ُه َما َك ِ َب ْك ٍر َو َث ِّي ٍ
اح ُه َما»سلَّ َم ِن َك َ
َع َل ْي ِه َو َ
Makna Khiyar
Etimologi Terminologi
Memilih
Hak memilih antara tetap
melangsungkan perkawinan
(ibqa’) atau memutuskan
ikatan perkawinan (Fasakh)
Khiyar dalam Perkawinan
`Ayb Disepakati keberadaannya
Hak Khiyar
Majlis
Hanafiyah,
Hanabilah
Tidak Ada
Syarat
اهلل صلى اهلل عليه ِ ولُ َت َزَّو َج َها َر ُس:ت ْ َلا ق
َ ،َة ش ِ
ائ ع ن ع ،دِ
َ َ ْ َ َع ِن األَ ْس َو
ات َع ْن َها مو ، ع
ٍ سِ
ت ت نِب
َ َ َ ْ ُ ْ َ َ َ ََ َي هِ و ا هِب ى ن ب و ، ٍّ
ت س ِ ت ِ ِ
ُ ْ َ وسلم َو
ن ب ي ه
) (أخرجه مسلم.َش َرة ْ َ َ َ َ ُ ْ َ َو
ع ن ا م ث ت نِب ي ِ
ه
Dan sahabat yang meriwayatkan langsung
perkawinan `Â’isyah juga ada, yaitu Ibn Mas`ud
(Sunan Ibn Majah & Mu`jam al-Kabîr li al-
Thabrâniy).
Ps. 6 (6)
Ketentuan tersebut ayat (1) sampai dengan ayat (5)
pasal berlaku sepanjang hukum masing-masing
agamanya dan keper cayaannya itu dari yang
bersangkutan tidak menentukan lain.
Pasal 7
1. Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah
mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak
wanita sudah mencapai um ur 16 (enam belas) tahun.
2. Dalam hal penyimpangan terhadap ayat (1) pasal ini
dapat memin ta dispensasi kepada Pen gadilan atau
Pejabat lain, yang ditunjuk ole h kedua orang tua
pihak pria maupun pihak wanita.
3. Ketentuan -ketentuan mengenai keadaan salah
seorang ata u kedua orang tua tersebut dalam Pasal 6
ayat (3) dan (4) Undang-undang ini, berlaku juga
dalam hal permintaan dispensasi tersebut ayat (2)
pasal ini dengan tidak mengurangi yang dimaksud
dalam Pasal 6 ayat (6).
Perkawinan Wanita Hamil Zina
Kehamilan
Disepakati
keabsahannya Mayoritas Hasan Bashri
Hanafiyah Malikiyah
Syafi`iyah Hanabilah
Jika hamil, sah langsung Nikah Jika Hamil, tidak sah sebelum
& Jimak (Syafi`iyah) melahirkan (Malikiyah), serta
Tdk boleh jimak sblm setelah taubat (Hanabilah)
melahirkan (Hanafiyah)
Landasan Hukumnya
Pasal 4
Perkawinan adalah sah,
apabila dilakukan menurut
hukum Islam sesuai dengan
pasal 2 ayat (1)
Undang-undang No. 1 Tahun
1974 tentang Perkawinan.
ض ِع َها
ْ ال أبو حنيفة إِ ْن َت َزَّو َج َها َق ْب َل َو َ ََوق
َوإِ ْن لَ ْم َيَت َزَّو ْج َها،َولَ ْو بَِي ْوٍم لَ ِح َق بِ ِه ال َْولَ ُد
ْح ْق بِ ِه
َ لَ ْم َيل
Keabsahan Perkawinan
Pasal 2 Pasal 4
1) Perkawinan adalah sah apabila Perkawinan adalah sah, apabila
dilakukan menurut hukum dilakukan menurut hukum Islam
masing-masing agama dan sesuai dengan pasal 2 ayat (1)
kepercayaannya itu. Undang-undang No. 1 Tahun 1974
2) Tiap-tiap perkawinan dicatat tentang Perkawinan.
menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Pasal 5
(1) Agar terjamin ketertiban
perkawinan bagi masyarakat Islam
setiap perkawinan harus dicatat.
Resume Putusan MK No. 46/2010
Keterangan Pemerintah:
Bahwa menurut Undang-Undang a quo, sahnya perkawinan disandarkan
kepada hukum agama masing-masing, namun demikian suatu perkawinan
belum dapat diakui keabsahannya apabila tidak dicatat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Pencatatan perkawinan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) bertujuan untuk:
a. Tertib administrasi perkawinan;
b. Memberikan kepastian dan perlindungan terhadap status hukum suami,
istri maupun anak; dan
c. Memberikan jaminan dan perlindungan terhadap hak-hak tertentu yang
timbul karena perkawinan seperti hak waris, hak untuk memperoleh
akte kelahiran, dan lain-lain;
Keterangan DPR:
Bahwa atas dasar dalil tersebut, maka ketentuan Pasal 2 ayat (2) UU
Perkawinan yang berbunyi “tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku” merupakan norma yang mengandung
legalitas sebagai suatu bentuk formal perkawinan.
Pendapat Mahkamah:
Penjelasan Umum angka 4 huruf b UU 1/1974 tentang asas-asas atau
prinsip-prinsip perkawinan menyatakan:
“... bahwa suatu perkawinan adalah sah bilamana dilakukan menurut hukum
masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu; dan di samping itu tiap-tiap
perkawinan harus dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pencatatan tiap-tiap perkawinan adalah sama halnya dengan pencatatan
peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan seseorang, misalnya kelahiran,
kematian yang dinyatakan dalam surat-surat keterangan, suatu akte yang juga
dimuat dalam daftar pencatatan”.
Berdasarkan Penjelasan UU 1/1974 di atas nyatalah bahwa:
i. pencatatan perkawinan bukanlah merupakan faktor yang
menentukan sahnya perkawinan; dan
ii. pencatatan merupakan kewajiban administratif yang diwajibkan
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Adapun faktor yang menentukan sahnya perkawinan adalah syarat-
syarat yang ditentukan oleh agama dari masing-masing pasangan
calon mempelai. Diwajibkannya pencatatan perkawinan oleh negara
melalui peraturan perundangundangan merupakan kewajiban
administratif.
Jika,
Anak yang Sah = Anak yang
dilahirkan Dalam atau akibat
Perkawinan yang Sah
Maka,
Anak yang dilahirkan di Luar
Perkawinan yang Sah = Anak yang
Tidak Sah
Konsekuensi Anak di Luar Perkawinan
UUP Pasal 43
1) Anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai
hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya.
2) Kedudukan anak tersebut ayat (1) di atas selanjutnya akan diatur
dalam Peraturan Pemerintah.
Maka,
Berdasar Putusan MK No.
46/2010, Anak Hasil Zina
mempunyai hubungan perdata
dengan ibunya dan keluarga
ibunya serta dengan laki-laki
sebagai ayahnya dan keluarga
ayahnya
Keterkaitan Anak dengan
Orang Tua
Perwalian Hadlanah
Perwarisan
Hadlanah
Jawabannya: